Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA PASIEN TUBERCULOSIS

ALIFIYAH
NIM.P1337420219252

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA PASIEN TUBERCULOSIS

SRI ALIYATI
NIM. P1337420219153

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2020
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Tuberculosis


1. Definisi
Tuberculosis paru merupakan penyakit radang parenkim paru karena
infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. (Djojodibroto, R. Darmanto,
2017).
Menurut Naga (2018) tuberculosis paru berarti suatu penyakit infeksi
yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama
Mycobacterium tuberculosis.
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis), sebagian besar kuman TB
menyerang paru-paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya
(Clinic for children dalam Qorry’Aina Abata, 2017).
2. Etiologi
Sebagaimana diketahui bahwa tuberculosis paru disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis
merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mm
dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen Mycobacterium
tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan
terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik.
Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang
banyak oksigen. Oleh karena itu Mycobacterium tuberculosis senang tinggal
di daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah
tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberculosis.
(Somantri, Irman. 2018).
3. Manifestasi Klinis
Menurut Prasetyo (2017) gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi
gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang
terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru,
sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosis secara klinik.
a. Gejala Umum
1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti serangan influeza dan bersifat hilang
timbul.
2) Penurunan nafsu makan dan berat badan
3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu ( dapat disertai darah)
4) Perasaan tidak enak (malaise) dan lemah
b. Gejala Khusus
1) Tergantung dari organ tubuh yang terkena. Apabila terjadi
sumbatan sebagian bronkus akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar akan menimbulkan suara menggi dan suara nafas
melemah yang disertai sesak.
2) Apabila ada cairan di rongga pleura dapat disertai dengan
kebutuhan sakit dada
3) Apabila mengenai tulang maka akan terjadi gejala seperti infeksi
tulang yang pada suatu hari dapat membentuk saluran dan
bermuara pada kulit di atasnya. Pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
4) Pada anak-anak dapat mengenai otak dan disebut sebagai
meningitis. Gejalanya adalah demam tingi, penurunan kesadaran
dan kejang-kejang.
4. Klasifikasi
Menurut Naga (2018) bentuk penyakit tuberculosis ini dapat diklasifikasi
menjadi dua yaitu tuberculosis paru dan tuberculosis ektra paru:
a. Tuberculosis Paru
Penyakit ini merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu
sekitar 80% dari semua penderita. Tuberculosis yang menyerang
jaringan paru-paru ini merupakan satu-satunya bentuk dari TB yang
mudah tertular kepada manusia lain karena kuman yang keluar dari si
penderita.
b. Tuberculosis Ekstra Paru
Penyakit ini merupakan bentuk penyakit TBC yang menyerang organ
tubuh lain selain paru-paru seperti pleura, kelenjar limfe, persendian
tulang belakang, saluran kencing dan susunan saraf pusat. Oleh karena
itu penyakit TBC ini kemudian dinamakan penyakit yang tidak pandang
bulu, karena dapat menyerang seluruh organ dalam tubuh manusia
secara bertahap dengan kondisi organ tubuh yang telah rusak tentu saja
dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya.
5. Patofisiologi
Menurut Soemantri (2018)
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil Mycobacterium
tuberculosis melalui airbone atau inhalasi dropet penderita TB paru.
Kemudian bakteri akan menyebar melalui saluran pernafasan. Pada saluran
nafas sekret akan tertumpuk pada bronkus sehingga mengakibatkan
peradangan pada bronkus. Jika sekret dapat dikeluarkan saat batuk maka
dapat terhirup orang sehat. Sehingga didapatkan diagnosa keperawatan
resiko penyebaran infeksi. Namun jika sekret tidak bisa keluar saat batuk
terjadi obstruksi pada saluran pernafasan. Sehingga didapatkan diagnosa
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan adanya
penumpukan sekret juga menimbulkan anoreksia, malaise, mual dan
muntah. Sehingga didapatkan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada saluran nafas bawah bakteri akan
masuk kedalam paru-paru dan menuju ke alveolus. Alveolus mengalami
konsolidasi dan eksudasi sehingga didapatkan diagnosa keperawatan
gangguan pertukaran gas. Selanjutnya penyebaran basil juga melalui sistem
limfe dan menimbulkan demam serta keletihan. Sehingga didapatkan
diagnosa keperawatn intoleransi aktivitas.
Setelah infeksi awal jika respon sistem imun tidak adekuat maka
penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul
akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali
menjadi aktif. Pada kasus ini ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga
menghasilkan necrotizing aseosa di dalam bronkus. Tubekel yang ulserasi
selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang
terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel dan seterusnya. Pneumonia seluler
ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus
difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari).
Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel
epiteloid dan fibroblast akan menimbulkan respon berbeda, kemudian pada
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.
6. Pathway
Mycobacterium

Airbone/inhalasi

Saluran Pernafasan

Saluran Pernafasan Saluran Pernafasan

Bakteri yang tertumpuk di bronkus Paru-paru

Peradangan Alveoli

Penumpukan sekret Alveolus Penyebaran


mengalami infeksi sistem
Efektif Tidak Anoreksia, konsolidasi dan limfe
Efektif Malaise, Mual eksudasi

Demam,
Sekret keluar Sekret Ketidakseimbangan Gangguan keletihan
saat batuk tidak keluar nutrisi kurang dari pertukaran
saat batuk kebutuhan tubuh gas

Resiko Intoleransi
penyebaran Ketidakefektifan aktivitas
infeksi bersihan jalan
nafas

Ketidakefektifan Tidak adaptif, kurang dukungan


pemeliharaan moral, tidak mampu
kesehatan bertanggungjawab

Sumber: Irman Soemantri (2018), sigemi kamitsuru, T Heather Herdman (2018)

7. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita TBC stadium lanjut antara lain:
a. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafss bawah)
b. Syok hipovolemik
c. Retraksi bronkial
d. Bronkiektasis
e. Fibrosis pada paru
f. Pneumotoraks spontan atau kolaps spontan karena kerusakan jaringan
paru
(Abata, Qorry’Aina. 2017)
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Soemantri (2018) ada beberapa pemeriksaan penunjang agar
mengetahui penyakit TBC yaitu:
a. Kultur sputum: positif untuk Mycobacterium
b. Zahl Neelsen: pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan
cairan darah dan positif untuk basil asam cepat
c. Foto torax: mengetahui adanya lesi di area paru
d. Histologi atau kultur jaringan: positif untuk Mycobacterium
tuberculosis
e. Test fungsi paru-paru
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Penderita TB harus segera diobati dan pengobatannya harus
adekuat. Pengobatan penderita TB membutuhkan waktu minimal 6
bulan dan tidak boleh sekali pun lupa minum obat. Jika lupa maka
penderita TB harus mengulang minum obat dari awal lagi.
Menurut Djojodibroto (2017) obat anti tuberculosis ada dua yang
termasuk obat anti TB lini pertama adalah isoniazid (H), etambutol (E),
streptomisin (S), pirazinamid (Z), rifampisin (R) dan tioasetazon (T).
Sedangkan yang termasuk obat lini kedua adalah etionamide, sikloserin,
PAS, amikasin, kanamisin, kapreomisin, siprofloksasin, ofloksasin,
klofazimin dan rifabutin.
Terdapat dua alternatif terapi pada TB paru, yaitu:
1) Terapi jangka panjang (terapi tanpa rifampisin)
Terapi ini menggunakan isoniazid, etambutol, streptomicin,
pirazinamid dalam jangka waktu 24 bulan atau dua tahun.
2) Terapi jangka pendek
Terapi ini menggunakan regimen rifampisin, isoniazid dan
piramizinamid dalam jangka waktu minimal 6 bulan dan terdapat
kemungkinan bahwa terapi dilanjutkan sampai 9 bulan. Terapi
jangka pendek memerlukan biaya yang cukup mahal karena harga
obat rifampisin yang tinggi sehingga tidak setiap orang mampu
membiayai pengobatannya. Pada kondisi seperti inidiberikan terapi
jangka panjang yang tidak terlalu berat pembiayaannya
dibandingkan terapi jangka pendek.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Supaya terhindar dari semakin menyebarnya penyakit TBC maka
dapat melakukan usaha-usaha sebagai berikut:
1) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit TBC,
bahayanya, cara penularannya, serta usaha pencegahannya.
2) Pencegahan dengan vaksinasi BCG pada anak usia 0-4 tahun.
Kemudian kemopropilastik dengan 1 NH pada keluarga penderita
atau orang yang pernah kontak dengan penderita.
3) Menghilangkan sumber penularan dengan mencari dan mengobati
semua penderita dalam masyarakat.
4) Konseling kepada pasien untuk makan makanan yang bergizi
berupa tinggi kalori dan tinggi protein
5) Konseling kepada pasien efek samping obat yang timbul seperti
buang air kecil akan berwarna merah yang menandakan itu
bukanlah darah hanya menandakan reaksi obat. Selain itu juga bisa
timbul gatal-gatal dan kepala terasa pusing. Hal ini dilakukan agar
pasien tetap minum obatnya dan tidak berhenti minum obat
(Irianto, Koes. 2017)

Anda mungkin juga menyukai

  • LP & Askep Kelolaan DM
    LP & Askep Kelolaan DM
    Dokumen34 halaman
    LP & Askep Kelolaan DM
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • Askep PK
    Askep PK
    Dokumen17 halaman
    Askep PK
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • HIPERTENSI
    HIPERTENSI
    Dokumen53 halaman
    HIPERTENSI
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • LP & Askep Kelolaan Isk
    LP & Askep Kelolaan Isk
    Dokumen24 halaman
    LP & Askep Kelolaan Isk
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Asthma
    Leaflet Asthma
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Asthma
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • LP & Askep Kelolaan HT
    LP & Askep Kelolaan HT
    Dokumen28 halaman
    LP & Askep Kelolaan HT
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • Kasus BBLR
    Kasus BBLR
    Dokumen25 halaman
    Kasus BBLR
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • HIPERTENSI
    HIPERTENSI
    Dokumen53 halaman
    HIPERTENSI
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • Leaflet DBD
    Leaflet DBD
    Dokumen4 halaman
    Leaflet DBD
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • LP BBLR
    LP BBLR
    Dokumen25 halaman
    LP BBLR
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • SP PK
    SP PK
    Dokumen11 halaman
    SP PK
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • Kti Zulfadika
    Kti Zulfadika
    Dokumen133 halaman
    Kti Zulfadika
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • LP PK
    LP PK
    Dokumen15 halaman
    LP PK
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • Askep PK
    Askep PK
    Dokumen17 halaman
    Askep PK
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • Skripsi TBC
    Skripsi TBC
    Dokumen109 halaman
    Skripsi TBC
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • Sistem Urogenital
    Sistem Urogenital
    Dokumen4 halaman
    Sistem Urogenital
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • Sistem Urogenital
    Sistem Urogenital
    Dokumen4 halaman
    Sistem Urogenital
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Diare
    Leaflet Diare
    Dokumen4 halaman
    Leaflet Diare
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • HIPERTENSI
    HIPERTENSI
    Dokumen53 halaman
    HIPERTENSI
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • Askep Keluarga
    Askep Keluarga
    Dokumen10 halaman
    Askep Keluarga
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • Jiwa Komunitas
    Jiwa Komunitas
    Dokumen14 halaman
    Jiwa Komunitas
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • LP HPP Fix
    LP HPP Fix
    Dokumen14 halaman
    LP HPP Fix
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • Askep Keluarga
    Askep Keluarga
    Dokumen10 halaman
    Askep Keluarga
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • Diare Dan Disentri
    Diare Dan Disentri
    Dokumen20 halaman
    Diare Dan Disentri
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • Sistem Reproduksi Pada Manusia
    Sistem Reproduksi Pada Manusia
    Dokumen36 halaman
    Sistem Reproduksi Pada Manusia
    dr.Angga Fajri
    Belum ada peringkat
  • Pathways Disentri
    Pathways Disentri
    Dokumen1 halaman
    Pathways Disentri
    G1D009041
    Belum ada peringkat
  • HIPERTENSI
    HIPERTENSI
    Dokumen22 halaman
    HIPERTENSI
    puskesmas jagalempeni
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Disentri
    Laporan Pendahuluan Disentri
    Dokumen14 halaman
    Laporan Pendahuluan Disentri
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • Resume Keperawatan Ante Natal Care
    Resume Keperawatan Ante Natal Care
    Dokumen24 halaman
    Resume Keperawatan Ante Natal Care
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat