ALIFIYAH
NIM.P1337420219252
SRI ALIYATI
NIM. P1337420219153
Airbone/inhalasi
Saluran Pernafasan
Peradangan Alveoli
Demam,
Sekret keluar Sekret Ketidakseimbangan Gangguan keletihan
saat batuk tidak keluar nutrisi kurang dari pertukaran
saat batuk kebutuhan tubuh gas
Resiko Intoleransi
penyebaran Ketidakefektifan aktivitas
infeksi bersihan jalan
nafas
7. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita TBC stadium lanjut antara lain:
a. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafss bawah)
b. Syok hipovolemik
c. Retraksi bronkial
d. Bronkiektasis
e. Fibrosis pada paru
f. Pneumotoraks spontan atau kolaps spontan karena kerusakan jaringan
paru
(Abata, Qorry’Aina. 2017)
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Soemantri (2018) ada beberapa pemeriksaan penunjang agar
mengetahui penyakit TBC yaitu:
a. Kultur sputum: positif untuk Mycobacterium
b. Zahl Neelsen: pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan
cairan darah dan positif untuk basil asam cepat
c. Foto torax: mengetahui adanya lesi di area paru
d. Histologi atau kultur jaringan: positif untuk Mycobacterium
tuberculosis
e. Test fungsi paru-paru
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Penderita TB harus segera diobati dan pengobatannya harus
adekuat. Pengobatan penderita TB membutuhkan waktu minimal 6
bulan dan tidak boleh sekali pun lupa minum obat. Jika lupa maka
penderita TB harus mengulang minum obat dari awal lagi.
Menurut Djojodibroto (2017) obat anti tuberculosis ada dua yang
termasuk obat anti TB lini pertama adalah isoniazid (H), etambutol (E),
streptomisin (S), pirazinamid (Z), rifampisin (R) dan tioasetazon (T).
Sedangkan yang termasuk obat lini kedua adalah etionamide, sikloserin,
PAS, amikasin, kanamisin, kapreomisin, siprofloksasin, ofloksasin,
klofazimin dan rifabutin.
Terdapat dua alternatif terapi pada TB paru, yaitu:
1) Terapi jangka panjang (terapi tanpa rifampisin)
Terapi ini menggunakan isoniazid, etambutol, streptomicin,
pirazinamid dalam jangka waktu 24 bulan atau dua tahun.
2) Terapi jangka pendek
Terapi ini menggunakan regimen rifampisin, isoniazid dan
piramizinamid dalam jangka waktu minimal 6 bulan dan terdapat
kemungkinan bahwa terapi dilanjutkan sampai 9 bulan. Terapi
jangka pendek memerlukan biaya yang cukup mahal karena harga
obat rifampisin yang tinggi sehingga tidak setiap orang mampu
membiayai pengobatannya. Pada kondisi seperti inidiberikan terapi
jangka panjang yang tidak terlalu berat pembiayaannya
dibandingkan terapi jangka pendek.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Supaya terhindar dari semakin menyebarnya penyakit TBC maka
dapat melakukan usaha-usaha sebagai berikut:
1) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit TBC,
bahayanya, cara penularannya, serta usaha pencegahannya.
2) Pencegahan dengan vaksinasi BCG pada anak usia 0-4 tahun.
Kemudian kemopropilastik dengan 1 NH pada keluarga penderita
atau orang yang pernah kontak dengan penderita.
3) Menghilangkan sumber penularan dengan mencari dan mengobati
semua penderita dalam masyarakat.
4) Konseling kepada pasien untuk makan makanan yang bergizi
berupa tinggi kalori dan tinggi protein
5) Konseling kepada pasien efek samping obat yang timbul seperti
buang air kecil akan berwarna merah yang menandakan itu
bukanlah darah hanya menandakan reaksi obat. Selain itu juga bisa
timbul gatal-gatal dan kepala terasa pusing. Hal ini dilakukan agar
pasien tetap minum obatnya dan tidak berhenti minum obat
(Irianto, Koes. 2017)