Anda di halaman 1dari 6

Tugas Individu 2

Mata Kuliah : Psikologi Komunikasi


Dosen : Dra. Wina Erwina M.A.,
Nuning Kurniasih S.Sos., M.Hum.,
Tema : Artikel Kasus yang Berhubungan dengan Psikologi Komunikasi

“Dampak Media Sosial Facebook


di Kalangan Remaja”

Disusun Oleh :
Ashri Nooraida Permana
210210120065
DIIP B

Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan


Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran
2013
Dampak Media Sosial Facebook di Kalangan Remaja

Pada zaman sekarang ini, kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi sangatlah
pesat. Terciptanya telepon selular, notebook, layanan internet, dan berbagai gadget
multifungsi canggih lainnya. Dengan terciptanya gadget tersebut, manusia bisa saling
berkomunikasi satu sama lainnya tanpa ada batasan jarak dan waktu. Tetapi untuk saat ini,
yang paling banyak digandrungi oleh masyarakat Indonesia adalah layanan internet. 1
Layanan internet merupakan media komunikasi yang memudahkan manusia untuk mencari
informasi dan bisa menghubungkan banyak orang sekaligus didalam dunia maya.
Salah satu jenis layanan intenet yang paling sering digunakan manusia adalah media
sosial, diantaranya adalah Facebook. Seperti apa yang telah diungkapan oleh Direktur
Jenderal Aplikasi Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika Aswin Sasongko,
bahwa data yang dimiliki Kementrian Komunikasi dan Informatika, terdapat 43,06 juta orang
yang menggunakan situs jejaring sosial Facebook. Oleh karena itu, Indonesia tercatat
sebagai pengguna Facebook yang tertinggi ketiga di dunia.
Punnyanunt-Carter (2006) meneliti tentang salah satu ciri perilaku serta hubungan
interpersonal yang terbentuk dari komunikasi dalam dunia maya, yaitu keterbukaan diri.
Dengan keterbukaan diri yang dilakukan oleh seseorang ketika berinteraksi di dunia maya
seperti Facebook, membuat mereka mampu memenuhi kebutuhan afiliasi mereka,
memperoleh validasi sosial, meningkatkan kontrol sosial, meraih pengklarifikasian diri, dan
melatih pengekspreresian diri (Derlega, dalam yoseptian, 2010). Para pengguna situs
pertemanan sosial tersebut memaparkan informasi mengenai dirinya dengan intensitas
yang cukup sering. Sedangkan menurut remaja, media Facebook membantu mereka untuk
berkoneksi dengan jaringan sosial yang luas dan terlihat dalam sebuah jaringan sosial,
sehingga membuat remaja menjadi dikenal oleh orang lain dan memungkinkan untuk dapat
berkembang menciptakan sebuah hubungan (Christofides, Muise & Desmarais, 2009). 2
Tetapi tanpa disadari, dengan memaparkan informasi pribadi akan membuat
berkurangnya privasi dalam diri mereka. Padahal, privasi memiliki fungsi untuk
mengembangkan identitas pribadi, yaitu mengenal dan menilai diri sendiri (Altman, dalam

1
Total pengguna jasa internet di Indonesia sebanyak 55juta orang, pada tahun 2012
Sumber: http://www.antaranews.com/berita/317451/pengguna-facebook-di-Indonesia-tertinggi-ketiga-di-dunia
2
Sumber: http://syadyside.wordpress.com/2011/03/18/dampak-psikologis-dari-perkembangan-
teknologi-informasi-komunikasi-dalam-situs-jejaring-sosial/
Prabowo, 1998). Proses mengenal diri sendiri bergantung pada kemampuan untuk
mengatur sifat dan gaya interaksi sosial dengan orang lain. Bila seseorang tidak dapat
mengontrol interaksi dengan orang lain, maka dirinya akan memberikan informasi yang
negatif tentang kompetensi pribadinya (Holahan, dalam Prabowo, 1998 ) atau akan terjadi
proses ketelanjangan sosial dan proses deindividuasi (Sarwono, dalam Prabowo, 1998). Menurut
Westin (dalam Prabowo, 1998) dengan privasi seseorang juga dapat melakukan evaluasi diri dan
membantunya mengembangkan dan mengelola perasaan otonomi diri (personal autonomy).
Otonomi ini meliputi perasaan bebas, kesadaran memilih dan kemerdekaan dari pengaruh orang
lain.3
Keberadaan media sosial dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak
positifnya, manusia menjadi mudah berkomunikasi dengan manusia lainnya tanpa terbatas
jarak dan waktu. Juga dengan adanya media sosial, manusia bisa dengan mudah untuk
saling berkenalan dengan pengguna media sosial lainnya. Tetapi dampak negatifnya, dengan
adanya media sosial seseorang akan tampak seperti autis atau asyik sendiri. Tidak jarang
kita melihat dipinggir-pinggir jalan, di pusat perbelanjaan, sekolah, dan tempat-tempat
umum lainnya orang-orang yang ada disana akan disibukkan dengan gadget masing-masing.
Dengan terlihat seperti sedang asyik sendiri itulah, seseorang akan lebih senang untuk
berkomunikasi lewat media sosial dibandingkan dengan berkomunikasi secara langsung
tatap muka. Selain itu, salah satu dampak negatif lainnya adalah media sosial bisa menjadi
pintu masuk untuk berbagai tindakan menyimpang, seperti penculikan, trafficking,
pencurian, pemerkosaan, hingga pembunuhan. Berikut adalah salah satu contoh kasus
kriminal tersebut:
“Kasus pemerkosaan yang dilakukan kelompok atau geng terjadi
pada bulan Maret 2013 di wilayah Jakarta Timur, sebanyak dua
kasus. Satu kasus menimpa siswi SMP berinisial ES (13) dan kasus
lainnya menimpa siswi SMK berinisial NR (15). Keduanya diperkosa
lantaran bertemu teman laki-laki yang dikenalnya melalui media
sosial Facebook. Data penanganan kasus di Komisi Nasional
Perlindungan Anak (Komnas PA) menunjukkan, pemerkosaan pada
remaja putri oleh kenalannya di media sosial mulai muncul tahun
2011 sebanyak 36 kasus. Tahun 2012, sebanyak 29 kasus dan pada
Januari-Maret 2013 ini jumlahnya naik lagi menjadi 37 kasus. 4

Kesimpulan dan Saran

3
Sumber: http://syadyside.wordpress.com/2011/03/18/dampak-psikologis-dari-perkembangan-
teknologi-informasi-komunikasi-dalam-situs-jejaring-sosial/
4
Sumber: http://megapolitan.kompas.com/read/2013/04/15/0939524/Awas.Bujukan.di.Media.Sosial
Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam situs jejaring sosial
khususnya Facebook, ternyata memiliki dampak secara psikologis baik positif maupun
negatif. Dampak psikologis positif yang dapat diperoleh antara lain adanya keterbukaan diri
yang tidak terbatas yang berguna untuk memenuhi kebutuhan afiliasi seseorang,
memperoleh validasi sosial, meningkatkan kontrol sosial, meraih pengklarifikasian diri, dan
melatih pengekspresian diri. Selain itu, proses komunikasi juga menjadi lebih mudah dan
cepat untuk dilakukan, karena sudah tidak terbatas jarak, ruang, dan waktu.
Tetapi, keterbukaan diri dalam dunia maya juga memiliki dampak negatif yaitu berkurangnya
aspek privasi dalam diri seseorang. padahal privasi memiliki fungsi untuk mengembangkan identitas
pribadi, melakukan evaluasi diri, dan membantunya mengembangkan dan mengelola perasaan
otonomi diri (personal autonomy). Otonomi ini meliputi perasaan bebas, kesadaran memilih dan
kemerdekaan dari pengaruh orang lain. Dengan adanya media sosial juga bisa menjadi pintu
masuk bagi oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab untuk berbagai tindakan
menyimpang, seperti penculikan, trafficking, pencurian, pemerkosaan, hingga pembunuhan.
Selain itu, dampak lain yang dapat muncul akibat terlalu sering menggunakan sosial media
adalah bisa terjadi kurangnya kontak sosial di dunia nyata karena seseorang lebih senang
untuk berinteraksi melalui dunia nyata.
Mudahnnya remaja mengakses media sosial seperti Facebook, membuat banyak
orang tua khawatir. Apalagi dengan banyaknya kasus kriminal yang diakibatkan oleh media
sosial tersebut. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mengawasi
anak remajanya, yaitu :
 Orang tua tidak bisa melarang penggunaan sosial media begitu saja kepada
anaknya, karena ia bisa dengan mudah untuk megaksesnya kembali. Lebih baik,
sejak dini beritahukan kepada anak-anaknya bahaya dan kelebihannya
menggunakan media sosial. Dengan cara seperti itu, mereka akan mengerti dan
mengetahui terlebih dulu akan bahayanya media sosial jika disalahgunakan.
 Orangtua menjadi teman dekat anak. Karena dengan harmonisnya jalinan
komunikasi dan kedekatan hubungan yang dibina oleh orangtua dengan anaknya,
akan membuat mereka lebih mudah untuk mengungkapkan isi hati dan
problematikanya. Prinsipnya, lebih baik anak mencurahkan isi hati dan masalahnya
kepada orangtuanya, ketimbang curhat dan meminta saran kepada teman-
temannya di media sosial.
 Orangtua harus mengenali lingkungan sosial anaknya. Sehingga dapat mengetahui,
dengan siapa anaknya bergaul.
 Orangtua harus bisa menyelaraskan gaya komunikasi orangtua kepada anak.
Orangtua perlu mengembangkan pola komunikasi dua arah yang dapat mendukung
proses penyampaian informasi secara efektif dari kedua belah pihak (orangua –
anak).
Selain itu, dengan menyikapi hal ini juga harus tertanam prinsip dalam diri seseorang
bahwa harus berhati-hati dalam menggunakan sosial media. Keberadaan sosial media
memang menguntungkan, tetapi disisi lain terdapat pula dampak-dampak negatif yang akan
didapat dari penggunaan media sosial tersebut. Oleh karena itu, tidak apa kita aktif
menggunakan media sosial, asalkan kita tidak lupa untuk terus membina hubungan
komunikasi yang baik dengan orang-orang yang ada disekitar kita. Karena sebenarnya
berkomunikasi secara langsung tatap muka akan terasa lebih menyenangkan dibandingkan
dengan berkomunikasi melalui media sosial. Dengan berkomunikasi secara langsung, kita
akan menjadi lebih mudah untuk mengekspresikan pesan kepada lawan bicara kita. Berikut
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal yang baik :
 Adanya rasa percaya (trust). Bila kita telah mempunyai rasa percaya kepada lawan
bicara kita, kita akan menjadi lebih mudah untuk membuka diri.
 Adanya rasa empati. Dengan memiliki empati, kita bisa melihat seperti orang lain
melihat, merasakan seperti orang lain merasakannya.
 Kejujuran. Dengan selalu bersikap jujur, perilaku kita dapat diduga dan akan
mendorong orang lain untuk percaya kepada kita.
 Sikap Suportif. Sikap suportif merupakan sikap yang mengurangi ketakutan,
kecemasan, harga diri yang rendah, dan pengalaman defensive dalm komunikasi.
 Sikap Terbuka. Bersama-sama dengan sifat percaya, empati, jujur, dan sikap
suportif, dikap terbuka akan mendorong timbulnya saling pengertian, saling
menghargai, dan saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal.

SUMBER REFERENSI
Adiesty. “Anak Puber? Ini Yang Harus Dilakukan!”
http://mommiesdaily.com/2013/09/16/anak-puber-ini-yang-harus-dilakukan/
(diakses pada 19 September 2013)

Antara News. “Pengguna Facebook di Indonesia tertinggi ketiga dunia”


http://www.antaranews.com/berita/317451/pengguna-facebook-di-Indonesia-
tertinggi-ketiga-di-dunia

Febrid, Melly. “Bagaimana Cara Ortu Lindungi Anak dari Jejaring Sosial?”
http://health.liputan6.com/read/685553/bagaimana-cara-ortu-lindungi-anak-dari-
jejaring-sosial/?related=pbr&channel=h
(diakses pada 19 September 2013)

Kompas. “Awas Bujukan di Media Sosial”


http://megapolitan.kompas.com/read/2013/04/15/0939524/Awas.Bujukan.di.Media.
Sosial
(diakses pada 19 September 2013)

Kuwado, Fabian Januarius. “Waspada, Facebook Pintu Masuk Kekerasan Seksual”


http://megapolitan.kompas.com/read/2013/04/09/10100150/Waspada.Facebook.Pin
tu.Masuk.Kekerasan.Seksual
(diakses pada 19 September 2013)

Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Susanto, Abdi. “Awas, Marak Kejahatan Seksual Lewat Media Sosial!”


http://health.liputan6.com/read/694517/awas-marak-kejahatan-seksual-lewat-media-
sosial
(diakses pada 19 September 2013)

Yoseptian. “Dampak Psikologis Dari Perkembangan Teknologi Informasi & Komunikasi


Dalam Situs Jejaring Sosial”
http://syadyside.wordpress.com/2011/03/18/dampak-psikologis-dari-perkembangan-
teknologi-informasi-komunikasi-dalam-situs-jejaring-sosial/
(diakses pada 19 September 2013)

Anda mungkin juga menyukai