Disusun oleh :
Kelas A
Yulia Afwinda Saputri (185070600111035)
1
ASPEK UMUM PERSALINAN
Teori persalinan normal
Menurut Ana Havelka Mestrovic Persalinan adalah proses pengluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melelui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2006). Persalinan normal adalah proses
lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan ibu sendiri, tanpa bantuan alat – alat serta tidak melukai
ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (mochtar, rustam.1998)
Tanda-tanda inpartu
Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan (Kurniarum, 2016)
FISIOLOGI PERSALINAN
1. Tahapan persalinan
Menurut Sarwono (2005), persalinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
a. Kala I (kala pembukaan)
Kala satu persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan
serviks yang progresif yang diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm) pada primipara kala I berlangsung
kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam. Terdapat 2 fase pada kala satu, yaitu :
Fase laten
Merupakan periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik ketika pembukaan mulai berjalan secara
progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan tiga sampai empat
sentimeter atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8 jam, Pembukaan lambat (Prawirohardjo,
2005).
Fase aktif
Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan menjadi komplit dan mencakup fase
transisi, pembukaan pada umumnya dimulai dari 3 -4 cm hingga 10 cm dan berlangsung selama 6 jam.
Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan selama kala dua
persalinan. Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain :
Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm
Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9
cm menjadi lengkap (Prawirohardjo, 2005).
Pada kala I tugas penolong adalah mengawasi dan menanamkan semangat kepada ibu
bahwa proses persalinan adalah fisiologis tanamkan rasa percaya diri dan percaya pada penolong.
Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila perlu dan ada indikasi. Apabila ketuban belum
pecah, wanita inpartu boleh duduk atau berjalan-jalan. Jika berbaring, sebaiknya ke sisi terletaknya
punggung janin. Jika ketuban sudah pecah, wanita tersebut dilarang berjalan-jalan harus berbaring. Periksa
dalam pervaginam dilarang, kecuali ada indiksi, karena setiap pemeriksaan akan membawa infeksi, apalagi
jika dilakukan tanpa memperhatikan sterilitas. Pada kala pembukaan dilarang mengedan karena belum
waktunya dan hanya akan menghabiskan tenaga ibu. Biasanya, kala I berakhir apabila pembukaan sudah
lengkap sampai 10 cm (Prawirohardjo, 2005).
3
Differensisiasi atau perbedaan kontraksi uterus Selama persalinan aktif uterus berubah
menjadi dua bagian yang berbeda segmen atas uterus yang berkontraksi secara aktif menjadi
lebih tebal ketika persalinan maju. Segmen bawah uterus dan servik relative pasif dibanding
dengan dengan segmen atas dan bagian ini berkembang menjadi jalan yang berdinding jauh
lebih tipis untuk janin. Cincin retraksi terbentuk pada persambungan segmen bawah dan atas
uterus. Segmen bawah Rahim terbentuk secara bertahap ketika kehamilan bertambah tua dan
kemudian menipis sekali pada saat persalinan (Diana, 2019).
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke depan dan ke bawah abdomen.
Kontraksi berakhir dengan masa yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus. Selagi uterus kontraksi
berkontraksi dan relaksasi memungkinkan kepala janin masuk ke rongga pelvik. (Kurnianingrum A,
2016)
Pengaruh perubahan bentuk ini ialah:
Pengurangan diameter horizontal menimbulkan pelurusan kolumna vertebralis janin, dengan
menekankan kutub atasnya rapat-rapat terhadap fundus uteri, sementara kutub bawah di dorong
lebih jauh ke bawah dan menuju ke panggul dikenal sebagai tekanan sumbu janin.
Dengan memanjangnya uterus, serabut longitudinal ditarik-tarik tegang.Karena segmen bawah
dan serviks merupakan satu-satunya bagian uterus yang fleksibel, bagian ini ditarik ke atas pada
kutub bawah janin. Efek ini merupakan faktor yang penting untuk dilatasi serviks pada otot-otot
segmen bawah dan serviks.
Ligament rotundum mengandung otot-otot polos dan kalau uterus berkontraksi, otot-otot lig.
Rotundum ikut berkontraksi hingga lig. Rotundum memendek.
Pada tiap kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada tulang punggung berpindah kedepan
mendesak dinding perut depan ke depan.Perubahan letak uterus waktu kontraksi penting karena
dengan demikian sumbu rahim searah dengan sumbu jalan lahir.
Dengan adanya kontraksi dari lig. Rotundum fundus uteri terlambat, sehingga waktu kontraksi,
fundus tak dapat naik ke atas.Kalau fundus uteri dapat naik ke atas saat kontraksi, maka kontraksi
tersebut tidak dapat mendorong anak ke bawah (Diana, 2019).
Perubahan serviks
Kala I persalinan dimulai dari munculnya kontraksi persalinan yang ditandai dengan
perubahan serviks secara progesif dan diakhiri dengan pembukaan servik lengkap, Kala ini dibagi
menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif
Ada 2 proses fisiologi utama yang terjadi pada servik :
Pendataran servik
disebut juga penipisan servik pemendekan saluran servik dari 2 cm menjadi hanya berupa muara
melingkar dengan tepi hampir setiis kertas. Proses ini terjadi dari atas kebawah sebagai hasil dari
aktivitas myometrium. Serabut – serabut otot setinggi os servik internum ditarik keatas dan
dipendekkan menuju segmen bawah uterus, sementara os eksternum tidak berubah
Pembukaan servik
Pembukaan terjadi sebagai akibat dari kontraksi uterus serta tekanan yang berlawanan dari
kantong membrane dan bagian bawah janin. Kepala janin saat fleksi akan membantu pembukaan
yang efisien. Pada primigravida pembukaan didahului oleh pendatara servik. Sedangkan multi
gravida pembukaan servik dapat terjadi bersamaan dengan pendataran.
Kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk kedalam system vaskuler
ibu. Hal ini akan meningkatjan curah jantung meningkat 10% – 15%.
Perubahan tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama terjadi kontraksi (sistolik rata – rata naik 15 mmHg, diastolic 5
– 10 mmHg), antara kontraksi tekanan darah kembali normal pada level sebelum persalinan.
Rasa sakit, takut dan cemas juga akan meningkatkan tekanan darah.
Perubahan metabolisme
Selama persalinan metabolisme aerob maupun anaerob terus menerus meningkat seiring dengan
kecemasan dan aktivitas otot. Peningkatan metabolisme ini ditandai dengan meningkatnya suhu
tubuh, nadi, pernafasan, cardiac output dan kehilangan cairan.
Perubahan ginjal
Poliuri akan terjadi selama persalinan selama persalinan. Ini mungkin disebabkan karena
meningkatnya curah jantung selama persalinan dan meningkatnya filtrasi glomelurus dan aliran
plasma ginjal.
Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1.2 gram/100ml selama persalinan dan akan kembali pada tingkat
seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca salin kecuali ada perdarahan pot partum
(Sarwono, 2012)
5
Gambar 1.1 Anatomi persalinan kala I
Setiap kali his, kepala lebih maju, anus terbuka, perinium meregang. Penolong harus
menahan perinium dengan tangan kanan beralaskan kain kasa atau kain doek steril supaya tidak
terjadi robekan (ruptur perinei). Pada primigravida, dianjurkan melakukan episiotomi. Episiotomi
dilakukan jika perinium menipis dan kepala janin tidak masuk lagi ke dalam vagina, yaitu dengan jalan
mengiris atau menggunting perinium. Ada 3 arah irisan, yaitu medialis, mediolateralis dan lateralis.
Tujuan episiotomi adalah supaya tidak terjadi robekan perinium yang tidak teratur dan robekan pada m.
spinchter ani yang jika tidak dijahit dan dirawat dengan baik akan menyebabkan inkontinensia alvi.
Selanjutnya yaitu Ekspresi Kristeller dengan mendorong fundus uteri sewaktu ibu mengedan, tujuanya
membantu tenaga ibu untuk melahirkan kepala (jarang digunakan karena dapat menyebabkan ruptur
uteri, atonia uteri, trauma organ-organ dalam perut, dan solusio plasenta (Maharani, 2017)
Ketika perinium meregang dan menipis, tangan kiri penolong menekan bagian belakang
kepala janin ke arah anus, tangan kanan di perinium. Dengan ujung-ujung jari tangan kanan, dicoba
7
mengait dagu janin untuk di dorong pelan-pelan ke arah simfisis. Dengan pimpinan yang baik dan
sabar, lahirlah kepala dengan ubun-ubun kecil (suboksiput) di bawah simfisis sebagai hipomoklion,
kemudian secara berturut-turut tampaklah bregma (ubun-ubun besar), dahi, muka dan dagu.
Perhatikan apakah tali pusat melilit leher, kalau ada, lepaskan. Kepala akan mengadakan putaran ke
salah satu paha ibu. Lahirkan bahu depan dengan menarik kepala ke arah anus (bawah), lalu bahu
belakang dengan menarik pelan-pelan ke arah simfisis (atas). Melahirkan badan, bokong, dan kaki
lebih mudah, yaitu dengan mengait kedua ketiak janin.Bayi baru lahir yang sehat dan normal akan
segera menangis, menggerakkan kaki dan tanganya. Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah, kira-
kira membuat sudut 30 derajat dengan bidang datar. Mulut dan hidung dibersihkan, dan lendir diisap
dengan pengisap lendir, tali pusat di klem pada 2 tempat: 5 dan 10 cm dari umbilikus, lalu digunting
diantaranya. Ujung tali pusat pada bayi diikat dengan pita atau benang atau klem plastik sehingga tidak
ada pendarahan. Lakukan pemeriksaan ulang pada ibu: kontraksi atau palpasi rahim, kandung kemih
penuh atau tidak. Kalau penuh, kandung kemih harus dikosongkan sebab dapat menghalangi kontraksi
rahim dan menyulitkan kelahiran uri (Maharani, 2017).
d. Kala IV
Menurut Depkes RI (2002), Kala pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam.
Periksa fundus uteri setiap 15 menit pad jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika
kontraksi tidak kuat massase uterus sampai menjadi keras. Periksa tekanan darah, nadi, kandung
kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.
Selain itu perawat juga menganjurkan untuk minum agar mencegah dehidrasi. Higene juga perlu
diperhatikan, istirahat dan biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi.
Sebagai permulaan dengan menyusui bayi karena menyusui dapat membantu uterus berkontraksi.
(Moh. Wildan dan A. Alimul H, 2008).
Pemeriksaan fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit jam ke 2. Jika
kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras.
Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan tiap 15 menit pada jam pertama dan
30 menit pada jam ke 2.
Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi.
Bersihkan perineum dan kenakan pakaian yang bersih dan kering.
Biarkan ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan bayinya, bantu ibu posisi yang
nyaman.
Biarkan bayi didekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi.
Bayi sangat bersiap segera setelah melahirkan. Hal ini sangat tepat untuk memberikan ASI
Pastikan ibu sudah buang air kecil tiga jam pascapersalinan.
Anjurkan ibu dan keluarga mengenal bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
serta tanda-tanda bahaya ibu dan bayi (Mochtar, 2012).
(Tahap persalinan bisa ditonton di link berikut : https://youtu.be/xPSuhWeOmfc )
9
Merupakan lawan progesteron untuk efek-efek ini dan mungkin memiliki peran independen dalam
pematangan serviks uteri dan membantu kontraktilitas uterus. Jadi rasio estrogen : progesteron
mungkin merupakan suatu parameter penting. Penurunan kadar estrogen dan progesteron
menimbulkan relaksasi otot otot rahim, sebaliknya hormon estrogen meninggikan kerentanan otot-otot
rahim.selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam
darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his (Sukarni, 2013).
Kadar oksitosin ibu maupun janin
Keduanya meningkat spontan selama persalinan, peran oksitosin dalam mengawali persalinan
adalah akibat meningkatnya kepekaan uterus terhadap oksitosin. Teori oksitosin : Hormon oksitosin
mempengaruhi kontraksi otot-otot rahim. Pada akhir kehamilan, kadar oksitosin bertambah, sehingga
uterus menjadi lebih sering berkontraksi. Satu-satunya fungsi hormon prolaktin yang diketahui adalah
perannya dalam memproduksi air susu ibu. Produksi hormon ini akan ditekan oleh otak saat sedang
tidak hamil. Pada masa kehamilan, jumlah sel yang menghasilkan hormon prolaktin akan banyak
meningkat, sehingga berat kelenjar penghasil prolaktin menjadi 50% lebih berat dibanding saat tidak
hamil. Akibatnya, kadar hormon ini dapat mendapai sepuluh kali lipat lebih tinggi dari biasanya. Berkat
kehadiran hormon ini, persediaan ASI terus dijaga. Kerja prolaktin dipengaruhi oleh kadar hormon
estrogen (Sukarni, 2013).
prostaglandin
Akan merangsang persalinan pada kebanyakan wanita hami trimester ketiga. sintetase
prostaglandin yang aktif terdapat pada amnion dan korion mengandung asam arakidonat dalam kadar
tinggi, dan desidua. Prostaglandin juga penting dalam memulai persalinan pada beberapa keadaan,
misalnya pada amnionitis atau bila selaput ketuban "dipecahkan" oleh dokter (Sukarni, 2013).
Proses persalinan dimulai saat stimulasi hormone dilepaskan yang merangsang pembentukan
uterotonin dan uterotropin. Hormon yang paling berkompeten terhadap uterotropin adalah prostaglandin,
oksitosin, angiotensin II, arginin vasopressin, dan bradikinin. Uterotonin ini di produksi dalam jaringan
intrauterin, desidua uterus dan membrane janin ekstraembrionik yang merupakan jaringan sangat potensial
enzimattik untuk pembentukan PGE2 dan PDF2𝛼́. Sejumlah agen bioaktif yang di produksi berkumpul
didalam cairan amnion selama proses persalinan. Pengaturan dan pembentukan gap junction yang
merupakan faktor yang cukup penting dalam proses persalinan. Hal ini terlihat dari penelitian in vitro dan in
vivo pada binatang percobaan, bahwa progesteron menghambat dan esterogen meningkatkan
pembentukan gap junction. http://repository.
Perubahan sistem reproduksi
Vagina dan Vulva
Hormon estrogen mempengaruhi sistem reproduksi sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi
dan hiperemia pada vagina dan vulva. Peningkatan vaskularisasi menyebabkan warna kebiruan pada
vagina yang disebut dengan tanda Chadwick. Perubahan pada dinding vagina meliputi peningkatan
ketebalan mukosa, pelunakan jaringan penyambung, dan hipertrofi otot polos. Akibat peregangan otot
polos menyebabkan vagina menjadi lebih lunak. Perubahan yang lain adalah peningkatan sekret
vagina dan mukosa vagina memetabolisme glikogen. Metabolisme ini terjadi akibat pengaruh hormon
estrogen. Peningkatan laktobasilus menyebabkan metabolisme meningkat. Hasil metabolisme
(glikogen) menyebabkan pH menjadi lebih asam (5,2 – 6). Keasaman vagina berguna untuk
mengontrol pertumbuhan bakteri patogen (Fraser, 2019).
Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Pada kala I ketuban ikut meregang, bagian atas vagina yang sejak kehamilan mengalammi
perubahan sedemikian rupa akan bisa dilalui bayi.
Setelah ketuban pecah segala perubahan terutama pada dasar panggul ditimbulkan oleh bagian
depan bayi. Oleh bagian depan yang maju tersebut dasar panggul diregang menjadi saluran
dengan dinding yang tipis.
Waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap kedepan atas. Dari luar, peregangan oleh
bagian depan tampak pada perineum yang menonjol dan menjadi tipis, sedangkan anus semakin
terbuka.
Regangan yang kuat ini dimungkinkan karena bertambahnya pembuluh darah pada bagian vagina
dan dasar panggul. Tetapi saat jaringan tersebut robek, akan menimbulkan perdarahan yang
banyak. (Nurasiah, Ai.,dkk. 2014). Pembentukan segmen atas Rahim dan segmen bawah Rahim :
SAR dibentuk oleh corpus utri yang sifatnya aktis yaitu berkontraksi, dan dinding tambah tebal
dengan majunya persalinan serta mendorong bayi keluar
SBR terbentang di uterus bagian bawah atas isthmus, dengan serviks serta sifat otot yag tipis
dan elastis, banyak otot melingkar dan memanjang. (Nurasiah, Ai.,dkk. 2014)
Servik (Fraser, 2019).
Perubahan servik merupakan akibat pengaruh hormon estrogen sehingga menyebabkan
massa dan kandungan air meningkat. Peningkatan vaskularisasi dan edema, hiperplasia dan hipertrofi
kelenjar servik menyebabkan servik menjadi lunak (tanda Goodell) dan servik berwarna kebiruan tanda
Chadwick. Akibat pelunakan isthmus maka terjadi antefleksi uterus berlebihan pada 3 bulan pertama
kehamilan (Fraser, 2019).
11
Uterus
Pertumbuhan uterus dimulai setelah implantasi dengan proses hiperplasia dan hipertrofi sel.
Hal ini terjadi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron. Penyebab pembesaran uterus antara
lain:
Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah;
Hiperplasia dan hipertrofi, dan
Perkembangan desidua (Harianto 2012).
Broxton hicks
Kondisi ini dipengaruhi adanya penekanan kepala janin di daerah lumbal dan thorakal pada
saat janin memasuki rongga panggul. Faktor lain yakni pengaruh hormon esterogen dan progesteron
yang berkurang di akhir kehamilan sehingga memicu sekresi oksitosin dari posterior hipofisis. Dengan
demikian kontaksi uterus akan muncul yang diawali dengan Braxton hicks. Sehingga Braxton hicks
sering disebut dengan gejala fase labor (Harianto 2012).
Pertama ada penurunan kepala di rongga panggul. Ini adalah gerakan kardinal pertama dari persalinan
yang berlanjut di semua gerakan kardinal lainnya. Ketika kepala tertekuk sebagian menyentuh dasar
panggul, ia mengalami fleksi penuh yang merupakan gerakan kardinal berikutnya.
Dengan fleksi penuh, oksiput sekarang bersentuhan dengan otot-otot dasar panggul dan karena arah
otot-otot dasar panggul yang turun, ke depan dan medial oksiput berputar ke arah simfisis pubis melalui
45 derajat ini disebut rotasi internal yang merupakan pergerakan kardinal oksi di bawah simfisis pubis
dan kepala dilahirkan dengan ekstensi bertahap yang merupakan pergerakan kardinal berikutnya
dari persalinan begitu kepala bebas, pelepasan leher terjadi, ini terlihat di luar adalah rotasi kepala
dalam arah yang berlawanan dengan rotasi internal ini disebut restitusi yang merupakan gerakan
kardinal pada saat bahu mencapai dasar panggul karena dedikasi dan otot-otot lantai bahu anterior
berputar ke arah simfisis pubis ini terlihat di luar sebagai rotasi eksternal kepala yang berada dalam
arah yang sama dengan restitusi. Ini adalah gerakan kardinal berikutnya
dari persalinan anterior. imping bahu di bawah simfisis pubis dan batang lahir oleh fleksi lateral adalah
gerakan kardinal terakhir (Farika, 2012).
Posisi janin pada trimester ke-3 kehamilan normalnya adalah janin mulai memasuki posisi jalan
lahir dimana letak kepala akan berada di bawah. Apabila telah terjadi pembukaan lengkap tetapi kepala
belum masuk jalan lahir maka ada kelainan seperti letak plasenta yang menutupi jalan lahir dan posisi janin
yang tidak normal seperti letak sungsang atau letak lintang. Penurunan kepala ke jalan lahir akan
memudahkan dan memperpendek proses persalinan, jalan lahir akan mempengaruhi proses penurunan
kepala janin. Pergerakan janin sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor seperti
ukuran kepala janin (Farika, 2012).
13
Gambar 1.2 Mekanisme penurunan kepala janin
b. Descent (penurunan)
Penurunan yang meliputi engagement pada diameter obliqua kanan panggul, berlangsung terus
selama persalinan normal pada waktu janin melalui jalan lahir. Gerakan-gerakan lainnya menyertai
penurunan ini. Pada primigravida sebelum persalinan mulai sudah harus terjadi penurunan kepala yang
jelas dalam proses engagement, asal tidak ada disproporsi dan segmen bawah rahim sudah terbentuk
dengan baik. Pada multipara mungkin engagement tidak akan terjadi sampi persalinan betul-betul berjalan
dengan baik. Penurunan disebabkan oleh tekanan kontraksi uterus ke bawah, dan pada kala II dibantu oleh
daya mengejan dari pasien dan sedikit oleh gaya berat (Harry, 2010 : 86).
Desensus
Gerakan ini merupakan persyaratan utama dalam persalinan neonatus. Pada nulipara,
engagement dapat berlangsung sebelum awitan persalinan, dan proses desesus selanjutnya dapat tidak
terjadi hingga awitan kala dua. Pada perempuan multipara, desensus biasanya dimulai dengan proses
engagement. Desensus ditimbulkan oleh satu atau beberapa dari empat kekuatan :
1. Tekanan cairan amnion
2. tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi
3. tekanan ke bawah otot-otot abdomen maternal
15
4. ekstensi dan pelurusan lahir (Cunningham. 2012).
c. Fleksi
Gerakan fleksi ini di sebabkan karena janin terus didorong maju tetapi kepala janin terhambat oleh
serviks, dinding panggul atau dasar panggul
kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil yaitu dengan diameter
subbocipito bregmatikus (9,5 cm) menggantikan subbocipito frontalis (11 cm ).
Sampai didasar panggul Kepala janin berada didalam posisi fleksi maksimal, kepala turun menemui
diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas kebawah depan.
Posisi dagu bergeser kearah dada janin
Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba daripada ubun-ubun besar.
(Yulizawati,2019).
17
Gambar 1.4 Bagian-bagian kepala
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah simfisis,
maka terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir pada
pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk
melewatinya. Dalam rotasi ubun ubun kecil akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul ubun
ubun kecil berada di bawah simfisis, dengan suboksiput sebagai hipomoklion kepala mengadakan gerakan
defleksi untuk dapat dilahirkan.Jika kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul dab tidak
melakukan ekstensi, maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menebusnya. Suboksiput yang
tertahan pada pinggir bawah simfisis akan menjadi pusat pemutaran (hypomochlion), Pada saat ada his
vulva akan lebih membuka dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus
membuka dinding rektum. maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi,
hidung, mulut, dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan
rotasi, yang disebut putaran paksi luar (Kurniarum A 2016).
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul, terjadilah extensi atau defleksi
dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah kedepan dan
atas, sehingga kepala harus mengadakan extensi untuk melaluinya. Pada kepala terjadi dua kekuatan,
yang satu mendesaknya kebawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya
keatas. Resultannya ialah kekuatan kearah depan atas. Setelah subociput tertahan pada pinggir bawah
symfisis maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut diatas bagian yang berhadapan dengan
subociput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubn besar, dahi hidung, mulut dan
akhirnya dagu dengan gerakan extensi. Subociput yang menjadi pusat pemutaran disebut hypomochilion
(Kurniarum A 2016).
19
kemudian ubun-ubun kecil memutar ke arah punggung janin, bagian belakang kepala berhadapan dengan
tuber iskhiadikum kanan atau kiri,sedangkan muka janin menghadap salah satu paha ibu. Bila ubun-ubun
kecil pada mulanyadisebelah kiri maka ubun-ubun kecil akan berputar ke arah kiri, bila pada mulanya ubun-
ubun kecil disebelah kanan maka ubun-ubun kecil berputar ke kanan. Kemudian diikuti putar paksi luar
yang menjadikan diameter biakromial janinsearah dengan diameter anteroposterior pintu bawah panggul,
dimana satu bahu di anteriordi belakang simpisis dan bahu yang satunya di bagian posterior di belakang
perineum,sutura sagitalis kembali melintang (Helena sunarjo, 2014).
g. Ekspulsi
21
buruk atau fleksi kepala yang salah atau terjadi keduanya, rotasi yang terjadi mungkin tidak sempurna atau
sama sekali tidak terjadi (Kurniarum A 2016).
(Mekanisme penurunan kepala janin bisa ditonton di link berikut : https://youtu.be/Xath6kOf0NE dan
https://youtu.be/dYu-0rOnLpA )
Ibu yang depresi dan cemas memperkirakan rasa sakit akibat cedera dan prosedur medis menjadi lebih
kuat. Rasa sakit harus dikurangi dengan bantuan anestesi karena adanya rasa sakit yang parah selama
persalinan dapat memiliki efek negatif pada ibu dan bayi. ibu yang mengalami nyeri persalinan yang lebih
kuat untuk periode waktu yang lebih lama memiliki peluang lebih besar untuk mengalami depresi
pascapersalinan. Cara mengatasi rasa sakit saat melahirkan berhubungan dengan faktor budaya, sosial
dan lingkungan, serta harapan dan dukungan anggota keluarga. Emosi yang terjadi pada wanita selama
persalinan memiliki hubungan yang erat dengan asuhan dan budaya di mana mereka tumbuh serta dengan
pengalaman intensitas rasa sakit (Keman, 2018).
Keadaan emosional kecemasan dan ketakutan secara signifikan berkorelasi dengan perkiraan yang
lebih tinggi dari pengalaman nyeri selama persalinan. Penelitian Gagon dan Sandall menunjukkan bahwa
individu yang lebih siap untuk prosedur (pengiriman) selalu menunjukkan mengalami rasa sakit yang kurang
intens pada skala nyeri yang dilaporkan sendiri dibandingkan dengan individu yang tidak siap dan tidak
berpendidikan tentang prosedur. penghilangan rasa sakit juga dipengaruhi oleh staf profesional rumah sakit
serta penciptaan suasana yang nyaman dan kehadiran pasangan selama persalinan serta dukungannya
selama seluruh periode kehamilan juga ditekankan (Keman, 2018).
gangguan kecemasan umum daripada depresi, beberapa jenis gangguan kecemasan seperti
panik, fobia, akut gangguan penyesuaian, atau gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Faktor-faktor lain,
seperti nyeri di pertama tahap persalinan, dan tingkat yang lebih tinggi dari intervensi medis telah dikaitkan
dengan penilaian lahir sebagai traumatis, meskipun tidak dengan perkembangan gejala. ekstensif
menggunakan intervensi, seperti monitor janin elektronik, episiotomy, mencukur perineal dan enema, telah
ditemukan berkorelasi negatif dengan kepuasan ibu dengan kelahiran (Keman, 2018).
Dukungan selama kelahiran telah ditemukan memiliki efek positif pada hasil fisik lahir. Ulasan ini
menemukan bahwa variabel, seperti harapan pribadi, jumlah dukungan dari pengasuh seperti staf rumah
sakit, kualitas hubungan pengasuh-pasien, dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan, lebih penting
daripada lingkungan kelahiran, nyeri, imobilitas, medis intervensi, dan kontinuitas perawatan dalam
menentukan evaluasi perempuan pengalaman kelahiran mereka ( Hodnett 2002). Mengalami emosi negatif
selama persalinan telah dihipotesiskan untuk meningkatkan rasa sakit ( Dick-Read, 1933 ) Dan
menghambat proses kelahiran melalui sejumlah jalur fisiologis. Faktor thatmay di fl reaksi uencewomen
untuk kelahiran adalah bahwa kontrol pribadi selama persalinan dan melahirkan. Rendahnya tingkat kontrol
telah dikaitkan dengan gejala stres pasca-trauma dan perasaan ketidakberdayaan telah dikaitkan dengan
mengamati kelahiran sebagai traumatis ( Soet et al., 2003 ).
Fase Increment
Adalah his mulai timbul perlahan-lahan menjadi kuat dan mencapai puncak kekuatannya.
Fase Acme
Adalah sampai pada puncak kekuatannya.
Fase Decrement
23
Adalah kekuatan menurun perlahan-lahan kembali kepada keadaan seperti waktu kontraksi
belum timbul (Dewi, 2011).
b. Passage
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul,
serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka
jalan lahir tersebut harus normal (Dewi, 2011).
Passage terdiri dari :
Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul) :
Os. Coxae
Os illium
Os. Ischium
Os. Pubis
Os. Sacrum = promotorium
Os. Coccygis
Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen
Pintu Panggul
Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh promontorium, linea inominata dan
pinggir atas symphisis.
Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut midlet.
Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut outlet.
Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet dan outlet.
Sumbu Panggul
Sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang panggul yang
melengkung ke depan (sumbu Carus)
Bidang-bidang panggul :
Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan
promontorium.
Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis.
Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.
Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis
Otot - otot Dasar Panggul
Ligamen - Ligamen Penyangga Uterus
Ligamentum Kardinale sinistrum dan dekstrum (Mackendrot) : Ligamen terpenting untuk
mencegah uterus tidak turun. Jaringan ikat tebal serviks dan puncak vagina kearah lateral
dinding pelvis.
Ligamentum Sacro - uterina sinistrum dan dekstrum : Menahan uterus tidak banyak bergerak
Melengkung dari bagian belakang serviks kiri dan kananmelalui dinding rektum kearah os
sacrum kiri dan kanan.
Ligamentum Rotundum sinistrum dan dekstrum (Round Ligament) : Ligamen yang menahan
uterus dalam posisi antefleksi. Sudut fundus uterus kiri dan kanan ke inguinal kiri dan kanan.
Ligamentum Latum sinistrum dan dekstrum (Broad Ligament) : Dari uterus kearah lateral.
Ligamentum infundibulo pelvikum : Menahan tubafallopi. Dari infundibulum ke dinding pelvis
(Dewi, 2011).
Kelainan presentasi
Presentasi muka
25
Presentasi muka merupakan merupakan salah satu kelainan presentasi dimana kepala
dengan defleksi maksimal hingga oksiput mengenai punggungdan muka terarah kebawah
(kaudal) terhadap ibu. Punggung terdapat dalam lordosis dan biasanya terdapat di
belakang.
Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah presentasi dimana kedudukan kepala janin berada diantara fleksi
maksimal, sehingga dahi janin merupakan bagian terendah. Pada umumnya, presentasi
dahi ini merupakan kedudukan janin yang bersifat sementara, sebagian besar presentasi
tersebut akan berubah menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala.
Presentasi puncak kepala
Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir, kepala janin berada dalam keadaan
fleksi. Pada umumnya, presentasi puncak kepala merupakan kedudukan sementara,
yang nantinya akan berubah menjadi presentasi belakang kepala. (Dewi, 2011).
Kelainan letak
Dahi
Letak dahi merupakan salah satu kelainan letak janin dimana letak kepala janin berada
dalam defleksi yang sedang, sehingga dahi menjadi bagian yang terendah. Pada
umumnya, kelainan letak ini bersifat sementara dan seiring dengan majunya persalinan,
akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
Letak sungsang
Letak sungsang merupakan letak janin yang memanjang dengan bokong sebagai bagian
yanf terendah (presentasi bokong). Angka kejadiannya adalah ± 3% dari kehamilan.Letak
sungsang dapat dibagi menjadi :
Letak bokong murni (presentasi bokong murni = frank breech). Bokong saja yang
menjadi bagian depan, sedangkan kedua tungkai lurus keatas.
Letak bokong kaki (preesntasi bokong kaki = complete breech). Letak bokong kaki
sempurna atau tidak sempurna jika disamping bokong teraba kedua kaki atau kaki
saja.
Letak lutut (presentasi lutut). Bisa sempurna atau tidak sempurna.
Letak kaki (presentasi kaki = incomplete breech prensentation). Bisa sempurna atau
tidak sempurna (Dewi, 2011).
Letak lintang
Kelainan letak ini adalah dimana sumbu panjang janin tegak lurus atau hampir
tegak lurus pada sumbu panjang ibu. Pada letak lintang, bahu janin akan menjadi bagian
terenda, yang disebut presentasi bahu atau presentasi akromion. Jiak punggung janin
terdapat didepan disebut dorsoanterior dan jika dibelakang disebut dorsoposterior (Astuti,
2012).
Letak majemuk
Letak majemuk adalah letak dimana samping bagian terendah teraba anggota
badan. Letak yang tidak termasuk letak majemuk adalah tangan yang menumbung pada
letak bahu atau adanya kaki disamping bokong pada letak sungsang. Pada letak kepala
dapat terjadi tangan, lengan atau kai yang menumbung (Dewi, 2011).
c. Passanger
Janin
Selama janin dan placenta berada dalam rahim belum tentu pertumbuhannya normal,
adanya kelainan genetik dan kebiasaan ibu yang buruk dapat menjadikan
pertumbuhannya tidak normal antara lain :
Kelainan bentuk dan besar janin : anensefalus, hidrosefalus, janin makrosomia.
Kelainan pada letak kepala : presentasi puncak, presentasi muka, presentasi dahi
dan kelainan oksiput.
Kelainan letak janin : letak sungsang, letak lintang, letak mengolak, presentasi
rangkap ( kepala tangan, kepala kaki, kepala tali pusat ).
Janin dapat mempengaruhi cara persalinan oleh karena besar, letak, presentasi, sikap,
dan posisinya.
Faktor lain janin yg mempengaruhi cara persalinan adalah :
Frek. DJJ : fetal distress.
Lokasi insersi plasenta : SBR
Tali pusat – prolapsus funikuli. Dll.
Daerah daerah Kepala janin yaitu :
Oksiput : daerah di belakang u2k.
Verteks : daerah antara u2k dan u2b dan os. Parietal.
Bregma : daerah u2b.
Sinsiput : daerah didepan u2b, terbagi 2 :
27
Dahi : antara u2b
Placenta.
Placenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang atau
pasenger yang menyertai janin namun placenta jarang menghambat pada persalinan
normal.
Air Ketuban.
Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membran yang kuat dan ulet tetapi
lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan regang
membran janin dengan demikian pembentukan komponen amnion yang mencegah
ruptura atau robekan sangatlah penting bagi keberhasilan kehamilan (Dewi, 2011).
TERAPI :
1. Pijatan/Masage
Teknik ini bertujuan untuk mengurangi nyeri dengan masage
penerapan teknik ini hampir tanpa ada resiko/rendah
murah dan mudah melakukannya
dapat dilakukan oleh siapa saja
memperpendek waktu persalinan
pasien mempunyai pengalaman melahirkan yang menyenangkan (Kamariyah, 2014).
2. Hydrobirthing dan Waterbirth
menciptakan relaksasi agar tidak stress
intervensi yang digunakan untuk mengurangi nyeri dengan menggunakan air
Resiko terhadap pasien rendah
Dapat dilakukan dengan menggunakan shower atau berendam air hangat dalam bak
membantu membuat pelvis rileks (Kamariyah, 2014).
3. Merubah Posisi
tidur miring
jalan-jalan (Kamariyah, 2014).
4. Hypnobirthing
Suasana relaks, hal ini bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan stress
Resiko terhadap pasien rendah
Mengurangi rasa nyeri dalam persalinan
Memperpendek lama persalinan (Kamariyah, 2014).
5. Terapi Fisik
Terapi fisik merupakan proses pemijatan dengan mengompres air hangat, air dingin panas, serta
memberikan tekanan balik pada bagian yang nyeri dapat meredakan sebagian nyeri, Moms. Pemijatan ini
harus dilakukan oleh pendamping persalinan yang terlatih atau tenaga kesehatan yang terampil agar dapat
membantu mengurangi rasa nyeri (Kamariyah, 2014).
6. Refleksologi
Ahli refleksologi percaya bahwa organ dalam dapat diakses melalui titik-titik tertentu di telapak
kaki. Dengan memijat telapak kaki selama proses persalinan, maka dapat mengurangi ketegangan pada
rahim dan merangsang kelenjar pituitary (Kamariyah, 2014).
7. Akunpuntur dan Akupresur
Akunpuntur dan Akupresur merupakan teknik yang efektif untuk meredakan rasa nyeri. Para
ilmuwan telah menemukan bahwa jarum yang ditusukkan pada titik-titik tertentu dalam terapi akupuntur
memicu pelepasan beberapa senyawa kimia otak, di antaranya endorin yang menghambat sinyal nyeri
sehingga dapat meredak nyeri bahkan mempercapat persalinan (Sukarni, 2013).
Asuhan persalinan :
29
Posisi Ibu dapat Berdiri, Jongkok, Duduk, Dalam Air, Supine – Lateral, sesuai kenyamanan
Ibu meneran sesuai dengan keinginannya
Bidan mendampingi ibu selama proses kelahiran dan menolong kelahiran bayi
Asuhan Persalinan Kala III
Dalam kondisi normal Uterus akan segera berkontraksi segera (dalam 2 menit) setelah bayi lahir
Plasenta akan lahir spontan
Rutin Manajemen Kala III wajib dilakukan pada ibu yang berisiko Perdarahan postpartum
(Makrosomia, Gemelli, Riwayat Perdarahan, partus di fasilitas yang jauh dari fasilitas rujukan)
Rutin Manajemen Aktif Kala III membuat ketidaknyaman.
Asuhan Partus Kala IV
Observasi perdarahan, kontraksi uterus, TTV setiap 15 menit dalam 1 jam pertama, tiap 30 menit
dalam 1 jam kedua
Dalam 2 jam pertama postpartum masih merupakan masa kritis terjadi perdarahan postpartum
Lanjutkan asuhan masa nifas (Sukarni, 2013).
PATHWAY PERSALINAN NORMAL
Aktif pada
↑Asam Mulai
Prostaglandin amnion &
arakidonat persalinan
korion
Otot-otot
Estrogen ↓Estrogen His
rahim
Otot-otot
Progesteron ↓Progesteron His
rahim
Kehamilan 37-42 mg
Tanda-tanda inpartu
PROSES PERSALINAN
NORMAL
6 jam
PROSES PERSALINAN
NORMAL
Bahu anterior
dibelakang
symphisis & bahu
posterior dibelakang
perineum
Sutura sagitalis
kembali
melintang
→ lahir badan
(toraks, abdomen) &
lengan,
pinggul/trokanter
depan & belakang,
tungkai & kaki
PERSALINAN
PERSALINAN NORMAL
33
His Jalan lahir keras Janin
Tenaga (tulang panggul)
Nyeri Plasenta
mengedan Jalan lahir lunak
persalinan Tali pusat
(terutama Air ketuban
dibentuk oleh Rasa sakit Kantong ketuban
jaringan otot) (selaput amnion)
Terhambat kontraksi
Ketakutan uterus & aliran darah
plasenta
Psikologi Kecemasan
PERSALINAN
PERSALINAN NORMAL
35
Referensi :
Ari Kurniarum, S.SiT., M.Kes. 2016 . Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Kemenkes
RI.
Astuti, Puji Hutari. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta: Rohima Press.
Dewi, dkk. 2011. Asuhan kehamilan untuk kebidanan. Jakarta: Salemba medika.
Diana, S., Kes, M., MAIL, E., Kes, M., & RUFAIDA, Z. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Persalinan, dan
Bayi Baru Lahir. CV Oase Group. Gerakan Menulis Buku Indonesia.
Farika, Maulida. 2018. Asuhan Kebidanan Continuity Of Care Pada Ny M Masa Hamil Sampai Dengan
Keluarga Berencana Di Klinik Pangestu Siti Saudah S.St. Tugas Akhir (D3) Thesis. Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.
Fraser, M.,Cooper, A. 2019. Buku Ajar Bidan Myles (ed 14). Jakarta. EGC.
Harianto, Minarni. 2012 .Aplikasi Hypnosis (Hypnobirthing) dalam Asuhan Kebidanan Kehamilan &
Persalinan. Yogyakata: Gosyen Publising.
Indiarti, M.T. 2008. Panduan lengkap kehamilan, persalinan dan perawatan bayi. Yogyakarta : Diglossia
Media.
JNPK-KR. 2018. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: Jhplego.
JNPK-KR., 2013. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini, Buku Acuan dan Panduan . Jakarta:
JHPIGO.
Kamariyah, N., Anggasari, Y., dan Muflihah, S. 2014. Buku Ajar Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.
Keman, Kusnarman. 2018. Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal. Jakata: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: BPPSDMK Kementerian
Kesehatan
MAHARANI, E. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. S GII PI A0 Umur 26 Tahun Usia
Kehamilan 39 Minggu Dengan Presentasi Bokong Murni Di Puskesmas Wirosari I Kabupaten
Grobogan i . Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang.
Mirza , maulana. 2008. Panduan lengkap kehamilan. Jogjakarta: Kata Hati.
Mochtar R. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Nurasiah, Ai.,dkk.2014.Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung : PT.Refika Aditama
Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Sarwono.2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Prawirohardjo.
Stoppard, M . 2008. Buku pintar kehamilan dan persalinan modern. Yogyakarta : Quills Book Publishers.
Sukarni, I dan Margareth, Z.H.2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika
Sulisetyawati, A. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Ed. 4. Jakarta: EGC
Vidio Childbirth Stations of Presentation 1m 55dtk, Fetal Descent, Birth, Station, Progress,
Vidio Female Pelvis
Yulizawati dkk. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. Sidoarjo: Indomedia Pustaka
37