Anda di halaman 1dari 37

Asuhan Kebidanan 5 : Persalinan Normal

Fisiologi Persalinan Normal


.

Disusun oleh :
Kelas A
Yulia Afwinda Saputri (185070600111035)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020

1
ASPEK UMUM PERSALINAN
Teori persalinan normal
Menurut Ana Havelka Mestrovic Persalinan adalah proses pengluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melelui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2006). Persalinan normal adalah proses
lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan ibu sendiri, tanpa bantuan alat – alat serta tidak melukai
ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (mochtar, rustam.1998)

Tanda-tanda inpartu
 Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
 Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
 Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
 Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan (Kurniarum, 2016)

FISIOLOGI PERSALINAN
1. Tahapan persalinan
Menurut Sarwono (2005), persalinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
a. Kala I (kala pembukaan)
Kala satu persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan
serviks yang progresif yang diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm) pada primipara kala I berlangsung
kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam. Terdapat 2 fase pada kala satu, yaitu :
 Fase laten
Merupakan periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik ketika pembukaan mulai berjalan secara
progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan tiga sampai empat
sentimeter atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8 jam, Pembukaan lambat (Prawirohardjo,
2005).
 Fase aktif
Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan menjadi komplit dan mencakup fase
transisi, pembukaan pada umumnya dimulai dari 3 -4 cm hingga 10 cm dan berlangsung selama 6 jam.
Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan selama kala dua
persalinan. Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain :
 Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
 Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm
 Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9
cm menjadi lengkap (Prawirohardjo, 2005).
Pada kala I tugas penolong adalah mengawasi dan menanamkan semangat kepada ibu
bahwa proses persalinan adalah fisiologis tanamkan rasa percaya diri dan percaya pada penolong.
Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila perlu dan ada indikasi. Apabila ketuban belum
pecah, wanita inpartu boleh duduk atau berjalan-jalan. Jika berbaring, sebaiknya ke sisi terletaknya
punggung janin. Jika ketuban sudah pecah, wanita tersebut dilarang berjalan-jalan harus berbaring. Periksa
dalam pervaginam dilarang, kecuali ada indiksi, karena setiap pemeriksaan akan membawa infeksi, apalagi
jika dilakukan tanpa memperhatikan sterilitas. Pada kala pembukaan dilarang mengedan karena belum
waktunya dan hanya akan menghabiskan tenaga ibu. Biasanya, kala I berakhir apabila pembukaan sudah
lengkap sampai 10 cm (Prawirohardjo, 2005).

Perubahan Fisiologis kala I


 Perubahan pada uterus
Uterus terdiri dari dua komponen fungsional utama myometrium dan serviks. Berikut ini akan
dibahas tentang kedua komponen fungsional dengan perubahan yang terjadi pada kedua komponen
tersebut. Kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap penipisan dan pembukaan servik dan
pengeluaran bayi dalam persalinan. Kontraksi uterus saat persalinan sangat unik karena kontraksi ini
merupakan kontraksi otot yang sangat sakit. Kontraksi ini bersifat involunter yang beketrja dibawah
control saraf dan bersifat intermitten yang memberikan keuntungan berupa adanya periode
istirahat/reaksi diantara dua kontraksi. Terdapat 4 perubahan fisiologi pada kontraksi uterus yaitu :
 Fundal dominan atau dominasi
Kontraksi berawal dari fundus pada salah kornu. Kemudian menyebar ke samping dan
kebawah. Kontraksi tersebar dan terlama adalah dibagian fundus. Namun pada puncak
kontraksi dapat mencapai seluruh bagian uterus.
 Kontraksi dan retraksi
Pada awal persalinan kontraksi uterus berlangsung setiap 15 – 20 menit selama 30 detik dan
diakhir kala 1 setiap 2 – 3 menit selama 50 – 60 detik dengan intensitas yang sangat kuat.
Pada segmen atas Rahim tidak berelaksasi sampai kembali ke panjang aslinya setelah
kontraksi namun relative menetap pada panjang yang lebih pendek. Hal ini disebut dengan
retraksi.
 Polaritas Polaritas
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keselarasan saraf – saraf otot yang
berada pada dua kutub atau segmen uterus ketika berkontraksi. Ketika segmen atas uterus
berkontraksi dengan kuat dan berertraksi maka segmen bawah uterus hanya berkontraksi
sedikit dan membuka.

3
 Differensisiasi atau perbedaan kontraksi uterus Selama persalinan aktif uterus berubah
menjadi dua bagian yang berbeda segmen atas uterus yang berkontraksi secara aktif menjadi
lebih tebal ketika persalinan maju. Segmen bawah uterus dan servik relative pasif dibanding
dengan dengan segmen atas dan bagian ini berkembang menjadi jalan yang berdinding jauh
lebih tipis untuk janin. Cincin retraksi terbentuk pada persambungan segmen bawah dan atas
uterus. Segmen bawah Rahim terbentuk secara bertahap ketika kehamilan bertambah tua dan
kemudian menipis sekali pada saat persalinan (Diana, 2019).

Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke depan dan ke bawah abdomen.
Kontraksi berakhir dengan masa yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus. Selagi uterus kontraksi
berkontraksi dan relaksasi memungkinkan kepala janin masuk ke rongga pelvik. (Kurnianingrum A,
2016)
Pengaruh perubahan bentuk ini ialah:
 Pengurangan diameter horizontal menimbulkan pelurusan kolumna vertebralis janin, dengan
menekankan kutub atasnya rapat-rapat terhadap fundus uteri, sementara kutub bawah di dorong
lebih jauh ke bawah dan menuju ke panggul dikenal sebagai tekanan sumbu janin.
 Dengan memanjangnya uterus, serabut longitudinal ditarik-tarik tegang.Karena segmen bawah
dan serviks merupakan satu-satunya bagian uterus yang fleksibel, bagian ini ditarik ke atas pada
kutub bawah janin. Efek ini merupakan faktor yang penting untuk dilatasi serviks pada otot-otot
segmen bawah dan serviks.
 Ligament rotundum mengandung otot-otot polos dan kalau uterus berkontraksi, otot-otot lig.
Rotundum ikut berkontraksi hingga lig. Rotundum memendek.
 Pada tiap kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada tulang punggung berpindah kedepan
mendesak dinding perut depan ke depan.Perubahan letak uterus waktu kontraksi penting karena
dengan demikian sumbu rahim searah dengan sumbu jalan lahir.
 Dengan adanya kontraksi dari lig. Rotundum fundus uteri terlambat, sehingga waktu kontraksi,
fundus tak dapat naik ke atas.Kalau fundus uteri dapat naik ke atas saat kontraksi, maka kontraksi
tersebut tidak dapat mendorong anak ke bawah (Diana, 2019).
 Perubahan serviks
Kala I persalinan dimulai dari munculnya kontraksi persalinan yang ditandai dengan
perubahan serviks secara progesif dan diakhiri dengan pembukaan servik lengkap, Kala ini dibagi
menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif
Ada 2 proses fisiologi utama yang terjadi pada servik :
 Pendataran servik
disebut juga penipisan servik pemendekan saluran servik dari 2 cm menjadi hanya berupa muara
melingkar dengan tepi hampir setiis kertas. Proses ini terjadi dari atas kebawah sebagai hasil dari
aktivitas myometrium. Serabut – serabut otot setinggi os servik internum ditarik keatas dan
dipendekkan menuju segmen bawah uterus, sementara os eksternum tidak berubah
 Pembukaan servik
Pembukaan terjadi sebagai akibat dari kontraksi uterus serta tekanan yang berlawanan dari
kantong membrane dan bagian bawah janin. Kepala janin saat fleksi akan membantu pembukaan
yang efisien. Pada primigravida pembukaan didahului oleh pendatara servik. Sedangkan multi
gravida pembukaan servik dapat terjadi bersamaan dengan pendataran.
 Kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk kedalam system vaskuler
ibu. Hal ini akan meningkatjan curah jantung meningkat 10% – 15%.
 Perubahan tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama terjadi kontraksi (sistolik rata – rata naik 15 mmHg, diastolic 5
– 10 mmHg), antara kontraksi tekanan darah kembali normal pada level sebelum persalinan.
Rasa sakit, takut dan cemas juga akan meningkatkan tekanan darah.
 Perubahan metabolisme
Selama persalinan metabolisme aerob maupun anaerob terus menerus meningkat seiring dengan
kecemasan dan aktivitas otot. Peningkatan metabolisme ini ditandai dengan meningkatnya suhu
tubuh, nadi, pernafasan, cardiac output dan kehilangan cairan.
 Perubahan ginjal
Poliuri akan terjadi selama persalinan selama persalinan. Ini mungkin disebabkan karena
meningkatnya curah jantung selama persalinan dan meningkatnya filtrasi glomelurus dan aliran
plasma ginjal.
 Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1.2 gram/100ml selama persalinan dan akan kembali pada tingkat
seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca salin kecuali ada perdarahan pot partum
(Sarwono, 2012)

Anatomi persalinan kala 1

5
Gambar 1.1 Anatomi persalinan kala I

Asuhan Persalinan Kala I


 Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga, orang terdekat, yang
dapat menemani ibu dan memberikan support pada ibu.
 Mengatur aktivitas dan posisi ibu sesuai dengan keinginannya dengan kesanggupannya, posisi tidur
sebaiknya tidak dilakukan dalam terlentang lurus
 Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his dan dianjurkan untuk menarik nafas panjang, tahan nafas
sebentar dan dikeluarkan dengan meniup sewaktu his.
 Menjaga privisi Ibu antara orang lain menggunakan penutup tirai, tidak menghadirkan orang tanpa
seizin ibu.
 Menjelaskan tentang kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi pada tubuh ibu serta prosedur yang
akan dilaksanakan dan hasil - hasil pemeriksaan.
 Menjaga kebersihan diri dengan cara mandi, membasuh sekitar kemaluan sesudah BAB/BAK. g.
Mengtasi rasa panas dan banyak keringat, dapat diatasi dengan menggunakan kipas angina, AC
didalam kamar.
 Melakukan massase pada daerah punggung atau mengusap perut ibu dengan lembut.
 Pemberian cukup minum atau kebutuhan energy dan mencegah dehidrasi
 Mempertahankan kandung kemih tetap kosong dan ibu dianjurkan untuk berkemih sesering mungkin
(Ai Yeyeh, R. 2019).
b. Kala II (kala pengeluaran janin)
Depkes RI (2002), beberapa tanda dan gejala persalinan kala II adalah Ibu merasakan ingin
meneran bersamaan terjadinya kontraksi, Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau
vaginanya, perineum terlihat menonjol , vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka, peningkatan
pengeluaran lendir darah. Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira- kira 2-3 menit sekali.
Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot -otot dasar panggul
yang secara reflektoris timbul rasa mengedan, karena tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang air
besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan
perenium meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala dengan diikuti seluruh
badan janin. Kala II pada primi : 1½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam. Pada permulaan kala II, umumnya
kepala janin telah masuk P.A.P ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri. Apabila belum
pecah, ketuban harus dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih kuat, lalu timbulla his mengedan.
Penolong harus telah siap untuk memimpin persalinan (Mochtar, 2002).
Ada 2 cara ibu mengedan:
 Posisi berbaring sambil merangkul merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku.
Kepala diangkat sedikit hingga dagu mengenai dada. Mulut dikatup.
 Dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring ke arah terdapatnya punggung janin dan hanya satu
kaki yang dirangkul, yaitu yang sebelah atas. Apabila kepala janin telah sampai di dasar panggul, vulva
mulai terbuka (membuka pintu), rambut kepala kelihatan (Mochtar, 2002).

Setiap kali his, kepala lebih maju, anus terbuka, perinium meregang. Penolong harus
menahan perinium dengan tangan kanan beralaskan kain kasa atau kain doek steril supaya tidak
terjadi robekan (ruptur perinei). Pada primigravida, dianjurkan melakukan episiotomi. Episiotomi
dilakukan jika perinium menipis dan kepala janin tidak masuk lagi ke dalam vagina, yaitu dengan jalan
mengiris atau menggunting perinium. Ada 3 arah irisan, yaitu medialis, mediolateralis dan lateralis.
Tujuan episiotomi adalah supaya tidak terjadi robekan perinium yang tidak teratur dan robekan pada m.
spinchter ani yang jika tidak dijahit dan dirawat dengan baik akan menyebabkan inkontinensia alvi.
Selanjutnya yaitu Ekspresi Kristeller dengan mendorong fundus uteri sewaktu ibu mengedan, tujuanya
membantu tenaga ibu untuk melahirkan kepala (jarang digunakan karena dapat menyebabkan ruptur
uteri, atonia uteri, trauma organ-organ dalam perut, dan solusio plasenta (Maharani, 2017)

Ketika perinium meregang dan menipis, tangan kiri penolong menekan bagian belakang
kepala janin ke arah anus, tangan kanan di perinium. Dengan ujung-ujung jari tangan kanan, dicoba

7
mengait dagu janin untuk di dorong pelan-pelan ke arah simfisis. Dengan pimpinan yang baik dan
sabar, lahirlah kepala dengan ubun-ubun kecil (suboksiput) di bawah simfisis sebagai hipomoklion,
kemudian secara berturut-turut tampaklah bregma (ubun-ubun besar), dahi, muka dan dagu.
Perhatikan apakah tali pusat melilit leher, kalau ada, lepaskan. Kepala akan mengadakan putaran ke
salah satu paha ibu. Lahirkan bahu depan dengan menarik kepala ke arah anus (bawah), lalu bahu
belakang dengan menarik pelan-pelan ke arah simfisis (atas). Melahirkan badan, bokong, dan kaki
lebih mudah, yaitu dengan mengait kedua ketiak janin.Bayi baru lahir yang sehat dan normal akan
segera menangis, menggerakkan kaki dan tanganya. Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah, kira-
kira membuat sudut 30 derajat dengan bidang datar. Mulut dan hidung dibersihkan, dan lendir diisap
dengan pengisap lendir, tali pusat di klem pada 2 tempat: 5 dan 10 cm dari umbilikus, lalu digunting
diantaranya. Ujung tali pusat pada bayi diikat dengan pita atau benang atau klem plastik sehingga tidak
ada pendarahan. Lakukan pemeriksaan ulang pada ibu: kontraksi atau palpasi rahim, kandung kemih
penuh atau tidak. Kalau penuh, kandung kemih harus dikosongkan sebab dapat menghalangi kontraksi
rahim dan menyulitkan kelahiran uri (Maharani, 2017).

c. Kala III (pengeluaran plasenta )


Menurut Depkes RI (2002), tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua
hal dibawah ini: Perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan darah tiba-tiba.
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uterus setinggi
pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his
pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina
akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5 -30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai pe ngeluaran darah kira-kira
100-200 cc (Mochtar, 2002). Manajemen aktif kala III meliputi pemberian oksitosin dengan segera,
pengendalian tarikan pada tali pusat, dan pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir. Jika
menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum lahir juga dalam waktu 30 menit, periksa kandung
kemih dan lakukan kateterisasi, periksa adanya tanda pelepasan plasenta, berikan oksitosin 10 unit
(intramuskular) dosis ketiga, dan periksa si ibu dengan seksama dan jahit semua robekan pada serviks
dan vagina kemudian perbaiki episiotomi (Moh. Wildan dan A. Alimul H, 2008).

d. Kala IV
Menurut Depkes RI (2002), Kala pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam.
Periksa fundus uteri setiap 15 menit pad jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika
kontraksi tidak kuat massase uterus sampai menjadi keras. Periksa tekanan darah, nadi, kandung
kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.
Selain itu perawat juga menganjurkan untuk minum agar mencegah dehidrasi. Higene juga perlu
diperhatikan, istirahat dan biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi.
Sebagai permulaan dengan menyusui bayi karena menyusui dapat membantu uterus berkontraksi.
(Moh. Wildan dan A. Alimul H, 2008).

Teori persalinan kala IV


Kala IV. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (Mochtar, 2012)
Menurut Rohani dkk (2011, hlm. 234) secara umum asuhan kala IV persalinan adalah: 

 Pemeriksaan fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit jam ke 2. Jika
kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. 
 Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan tiap 15 menit pada jam pertama dan
30 menit pada jam ke 2. 
 Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi. 
 Bersihkan perineum dan kenakan pakaian yang bersih dan kering. 
 Biarkan ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan bayinya, bantu ibu posisi yang
nyaman. 
 Biarkan bayi didekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi. 
 Bayi sangat bersiap segera setelah melahirkan. Hal ini sangat tepat untuk memberikan ASI 
 Pastikan ibu sudah buang air kecil tiga jam pascapersalinan. 
 Anjurkan ibu dan keluarga mengenal bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
serta tanda-tanda bahaya ibu dan bayi (Mochtar, 2012).
(Tahap persalinan bisa ditonton di link berikut : https://youtu.be/xPSuhWeOmfc )

Perubahan Hormon saat persalinan


 progesteron
Penting untuk memelihara kehamilan, jika progerteron turu/ hilang maka kehamilan akan berakhir.
Selain itu, progesteron juga berperan dalam membentuk sumbatan lendir di saluran leher rahim yang
berguna untuk mencegah menjalarnya infeksi dari luar (post-labor infection) ke dalam kandungan
(Sukarni, 2013).
 Estrogen

9
Merupakan lawan progesteron untuk efek-efek ini dan mungkin memiliki peran independen dalam
pematangan serviks uteri dan membantu kontraktilitas uterus. Jadi rasio estrogen : progesteron
mungkin merupakan suatu parameter penting. Penurunan kadar estrogen dan progesteron
menimbulkan relaksasi otot otot rahim, sebaliknya hormon estrogen meninggikan kerentanan otot-otot
rahim.selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam
darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his (Sukarni, 2013).
 Kadar oksitosin ibu maupun janin
Keduanya meningkat spontan selama persalinan, peran oksitosin dalam mengawali persalinan
adalah akibat meningkatnya kepekaan uterus terhadap oksitosin. Teori oksitosin : Hormon oksitosin
mempengaruhi kontraksi otot-otot rahim. Pada akhir kehamilan, kadar oksitosin bertambah, sehingga
uterus menjadi lebih sering berkontraksi. Satu-satunya fungsi hormon prolaktin yang diketahui adalah
perannya dalam memproduksi air susu ibu. Produksi hormon ini akan ditekan oleh otak saat sedang
tidak hamil. Pada masa kehamilan, jumlah sel yang menghasilkan hormon prolaktin akan banyak
meningkat, sehingga berat kelenjar penghasil prolaktin menjadi 50% lebih berat dibanding saat tidak
hamil. Akibatnya, kadar hormon ini dapat mendapai sepuluh kali lipat lebih tinggi dari biasanya. Berkat
kehadiran hormon ini, persediaan ASI terus dijaga. Kerja prolaktin dipengaruhi oleh kadar hormon
estrogen (Sukarni, 2013).
 prostaglandin
Akan merangsang persalinan pada kebanyakan wanita hami trimester ketiga. sintetase
prostaglandin yang aktif terdapat pada amnion dan korion mengandung asam arakidonat dalam kadar
tinggi, dan desidua. Prostaglandin juga penting dalam memulai persalinan pada beberapa keadaan,
misalnya pada amnionitis atau bila selaput ketuban "dipecahkan" oleh dokter (Sukarni, 2013).

Proses persalinan dimulai saat stimulasi hormone dilepaskan yang merangsang pembentukan
uterotonin dan uterotropin. Hormon yang paling berkompeten terhadap uterotropin adalah prostaglandin,
oksitosin, angiotensin II, arginin vasopressin, dan bradikinin. Uterotonin ini di produksi dalam jaringan
intrauterin, desidua uterus dan membrane janin ekstraembrionik yang merupakan jaringan sangat potensial
enzimattik untuk pembentukan PGE2 dan PDF2𝛼́. Sejumlah agen bioaktif yang di produksi berkumpul
didalam cairan amnion selama proses persalinan. Pengaturan dan pembentukan gap junction yang
merupakan faktor yang cukup penting dalam proses persalinan. Hal ini terlihat dari penelitian in vitro dan in
vivo pada binatang percobaan, bahwa progesteron menghambat dan esterogen meningkatkan
pembentukan gap junction. http://repository.
Perubahan sistem reproduksi
 Vagina dan Vulva
Hormon estrogen mempengaruhi sistem reproduksi sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi
dan hiperemia pada vagina dan vulva. Peningkatan vaskularisasi menyebabkan warna kebiruan pada
vagina yang disebut dengan tanda Chadwick. Perubahan pada dinding vagina meliputi peningkatan
ketebalan mukosa, pelunakan jaringan penyambung, dan hipertrofi otot polos. Akibat peregangan otot
polos menyebabkan vagina menjadi lebih lunak. Perubahan yang lain adalah peningkatan sekret
vagina dan mukosa vagina memetabolisme glikogen. Metabolisme ini terjadi akibat pengaruh hormon
estrogen. Peningkatan laktobasilus menyebabkan metabolisme meningkat. Hasil metabolisme
(glikogen) menyebabkan pH menjadi lebih asam (5,2 – 6). Keasaman vagina berguna untuk
mengontrol pertumbuhan bakteri patogen (Fraser, 2019).
Perubahan pada vagina dan dasar panggul
 Pada kala I ketuban ikut meregang, bagian atas vagina yang sejak kehamilan mengalammi
perubahan sedemikian rupa akan bisa dilalui bayi.
 Setelah ketuban pecah segala perubahan terutama pada dasar panggul ditimbulkan oleh bagian
depan bayi. Oleh bagian depan yang maju tersebut dasar panggul diregang menjadi saluran
dengan dinding yang tipis.
 Waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap kedepan atas. Dari luar, peregangan oleh
bagian depan tampak pada perineum yang menonjol dan menjadi tipis, sedangkan anus semakin
terbuka.
 Regangan yang kuat ini dimungkinkan karena bertambahnya pembuluh darah pada bagian vagina
dan dasar panggul. Tetapi saat jaringan tersebut robek, akan menimbulkan perdarahan yang
banyak. (Nurasiah, Ai.,dkk. 2014). Pembentukan segmen atas Rahim dan segmen bawah Rahim :
 SAR dibentuk oleh corpus utri yang sifatnya aktis yaitu berkontraksi, dan dinding tambah tebal
dengan majunya persalinan serta mendorong bayi keluar
 SBR terbentang di uterus bagian bawah atas isthmus, dengan serviks serta sifat otot yag tipis
dan elastis, banyak otot melingkar dan memanjang. (Nurasiah, Ai.,dkk. 2014)
Servik (Fraser, 2019).
Perubahan servik merupakan akibat pengaruh hormon estrogen sehingga menyebabkan
massa dan  kandungan air meningkat. Peningkatan vaskularisasi dan edema, hiperplasia dan hipertrofi
kelenjar servik menyebabkan servik menjadi lunak (tanda Goodell) dan servik berwarna kebiruan tanda
Chadwick. Akibat pelunakan isthmus maka terjadi antefleksi uterus berlebihan pada  3 bulan pertama
kehamilan (Fraser, 2019).

11
 Uterus
Pertumbuhan uterus dimulai setelah implantasi dengan proses hiperplasia dan hipertrofi sel.
Hal ini terjadi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron. Penyebab pembesaran uterus antara
lain:
 Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah;
 Hiperplasia dan hipertrofi, dan
 Perkembangan desidua (Harianto 2012).
 Broxton hicks
Kondisi ini dipengaruhi adanya penekanan kepala janin di daerah lumbal dan thorakal pada
saat janin memasuki rongga panggul. Faktor lain yakni pengaruh hormon esterogen dan progesteron
yang berkurang di akhir kehamilan sehingga memicu sekresi oksitosin dari posterior hipofisis. Dengan
demikian kontaksi uterus akan muncul yang diawali dengan Braxton hicks. Sehingga Braxton hicks
sering disebut dengan gejala fase labor (Harianto 2012).

Mekanisme penurunan kepala


Mekanisme persalinan merupakan serangkaian gerakan yang dialami oleh kepala janin selama
melewati bagian panggul ibu sehingga diameter terkecil kepala janin melewati diameter panggul terbesar
pada bidang yang terletak. Mekanisme persalinan pada posisi occipito anterior yaitu Letaknya longitudinal,
sikapnya adalah fleksi, merupakan bagian posisi kepala bayi, yang bagiannya paling verteks atau paling
puncak, dinomanotornya merupakan oksiput yang terletak di kuadran anterior kiri panggul. Dan diameter
atau keterikatan janin adalah suboccipito bragmantic yaitu sebesar 9,5 cm. Dengan timbulnya persalinan
saat aterm, dengan adanya kontraksi uterus yang baik dan panggul yang adekuat, gerakan kardinal berikut
ini terjadi (Farika, 2012).

Mekanisme penurunan kepala janin, yaitu :

 Pertama ada penurunan kepala di rongga panggul. Ini adalah gerakan kardinal pertama dari persalinan
yang berlanjut di semua gerakan kardinal lainnya. Ketika kepala tertekuk sebagian menyentuh dasar
panggul, ia mengalami fleksi penuh yang merupakan gerakan kardinal berikutnya.
 Dengan fleksi penuh, oksiput sekarang bersentuhan dengan otot-otot dasar panggul dan karena arah
otot-otot dasar panggul yang turun, ke depan dan medial oksiput berputar ke arah simfisis pubis melalui
45 derajat ini disebut rotasi internal yang merupakan pergerakan kardinal oksi di bawah simfisis pubis
dan kepala dilahirkan dengan ekstensi bertahap yang merupakan pergerakan kardinal berikutnya
 dari persalinan begitu kepala bebas, pelepasan leher terjadi, ini terlihat di luar adalah rotasi kepala
dalam arah yang berlawanan dengan rotasi internal ini disebut restitusi yang merupakan gerakan
kardinal pada saat bahu mencapai dasar panggul karena dedikasi dan otot-otot lantai bahu anterior
berputar ke arah simfisis pubis ini terlihat di luar sebagai rotasi eksternal kepala yang berada dalam
arah yang sama dengan restitusi. Ini adalah gerakan kardinal berikutnya
 dari persalinan anterior. imping bahu di bawah simfisis pubis dan batang lahir oleh fleksi lateral adalah
gerakan kardinal terakhir (Farika, 2012).

Posisi janin pada trimester ke-3 kehamilan normalnya adalah janin mulai memasuki posisi jalan
lahir dimana letak kepala akan berada di bawah. Apabila telah terjadi pembukaan lengkap tetapi kepala
belum masuk jalan lahir maka ada kelainan seperti letak plasenta yang menutupi jalan lahir dan posisi janin
yang tidak normal seperti letak sungsang atau letak lintang. Penurunan kepala ke jalan lahir akan
memudahkan dan memperpendek proses persalinan, jalan lahir akan mempengaruhi proses penurunan
kepala janin. Pergerakan janin sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor seperti
ukuran kepala janin (Farika, 2012).

13
Gambar 1.2 Mekanisme penurunan kepala janin

a. Engagement (Turunnya kepala)


Engagement : Terjadi ketika diameter terbesar dari presentasi bagian janin (biasanya kepala) telah
memasuki rongga panggul. Engagement telah terjadi ketika bagian terendah janin telah memasuki station
nol atau lebih rendah. Pada nulipara, engagement sering terjadi sebelum awal persalinan. Namun, pada
multipara dan beberapa nulipara, engagement tidak terjadi sampai setelah persalinan dimulai. Sebetulnya
janin mengalami penurunan terus-menerus dalam jalan lahir sejak kehamilan trimester III, antara lain
masuknya bagian terbesar kepala janin ke dalam Pintu Atas Panggul (PAP) yang pada primigravida terjadi
pada usia kehamilan 36 minggu dan pada multigravida 38 minggu (Cunningham et. al, 2013; McKinney,
2013).

Masuknya kepala janin dalam PAP


 Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan
tetapi pada multipara biasanya terjadi pada permulaan persalinan.
 Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang menyesuaikan dengan
letak punggung (Contoh: apabila dalam palpasi didapatkan punggung kiri maka sutura sagitalis akan
teraba melintang kekiri/posisi jam 3 atau sebaliknya apabila punggung kanan maka sutura sagitalis
melintang ke kanan/posisi jam 9) dan pada saat itu kepala dalam posisi fleksi ringan.
 Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari PAP maka masuknya kepala akan menjadi
sulit karena menempati ukuran yang terkecil dari PAP
 Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu tepat di antara symphysis dan
promontorium, maka dikatakan dalam posisi ”synclitismus” pada posisi synclitismus os parietale depan
dan belakang sama tingginya.
 Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau agak ke belakang mendekati
promontorium, maka yang kita hadapi adalah posisi ”asynclitismus”
 Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati symphisis dan os parietale belakang
lebih rendah dari os parietale depan.
 Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietale
depan lebih rendah dari os parietale belakang
 Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi asynclitismus posterior ringan. Pada saat kepala
janin masuk PAP akan terfiksasi yang disebut dengan engagement (Cunningham et. al, 2013;
McKinney, 2013).

b. Descent (penurunan)
Penurunan yang meliputi engagement pada diameter obliqua kanan panggul, berlangsung terus
selama persalinan normal pada waktu janin melalui jalan lahir. Gerakan-gerakan lainnya menyertai
penurunan ini. Pada primigravida sebelum persalinan mulai sudah harus terjadi penurunan kepala yang
jelas dalam proses engagement, asal tidak ada disproporsi dan segmen bawah rahim sudah terbentuk
dengan baik. Pada multipara mungkin engagement tidak akan terjadi sampi persalinan betul-betul berjalan
dengan baik. Penurunan disebabkan oleh tekanan kontraksi uterus ke bawah, dan pada kala II dibantu oleh
daya mengejan dari pasien dan sedikit oleh gaya berat (Harry, 2010 : 86).

Desensus
Gerakan ini merupakan persyaratan utama dalam persalinan neonatus. Pada nulipara,
engagement dapat berlangsung sebelum awitan persalinan, dan proses desesus selanjutnya dapat tidak
terjadi hingga awitan kala dua. Pada perempuan multipara, desensus biasanya dimulai dengan proses
engagement. Desensus ditimbulkan oleh satu atau beberapa dari empat kekuatan :
1. Tekanan cairan amnion
2. tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi
3. tekanan ke bawah otot-otot abdomen maternal

15
4. ekstensi dan pelurusan lahir (Cunningham. 2012).

c. Fleksi

Gambar 1.3 Fleksi


Segera setelah bagian terbawah janin yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau
dasar panggul, dalam keadaan normal, fleksi akan terjadi dan selanjutnya dagu didekatkan ke arah dada
janin , posisi kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-
bregmatikus (belakang kepala) (Cunningham et. al, 2013; McKinney, 2013).
.
Fleksi ini dapat Terjadi karena disebabkan oleh:
 Persendian leher, dapat berputar ke segala arah termasuk mengarah ke dada.
 Letak leher bukan di garis tengah, tetapi ke arah tulang belakang sehingga kekuatan his dapat
menimbulkan fleksi kepala.
 Terjadi perubahan posisi tulang belakang janin yang lurus sehingga dagu lebih menempel pada tulang
dada janin .
 Kepala janin yang mencapai dasar panggul akan menerima tahanan sehingga memaksa kepala janin
mengubah kedudukannya menjadi fleksi untuk mencari lingkaran kecil yang akan melalui jalan lahir
(Cunningham dkk, 2013; McKinney, 2013).

 Gerakan fleksi ini di sebabkan karena janin terus didorong maju tetapi kepala janin terhambat oleh
serviks, dinding panggul atau dasar panggul
 kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil yaitu dengan diameter
subbocipito bregmatikus (9,5 cm) menggantikan subbocipito frontalis (11 cm ).
 Sampai didasar panggul Kepala janin berada didalam posisi fleksi maksimal, kepala turun menemui
diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas kebawah depan.
 Posisi dagu bergeser kearah dada janin
 Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba daripada ubun-ubun besar.
(Yulizawati,2019).

d. Rotasi Interna (Putaran paksi dalam)


 Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah
dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis
 Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah ubun-ubun kecil dan bagian ini akan
 memutar ke depan ke bawah symphisis
 Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran paksi merupakan suatu
usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah
dan pintu bawah panggul
 Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala
sampai di Hodge III, kadang-kadang baru terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul
 Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam:
 Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah dari kepala
 Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah depan atas
dimana terdapat hiatus genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan
 Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior (Kurniarum A. 2016).

e. Extensi pada dasarnya disebabkan oleh dua kekuatan :


 Kontraksi uterus yang menimbulkan tekanan kebawah.
 Dasar panggul yang memberikan tahanan.Perlu diperhatikan bahwa dinding depan panggul (pubis)
panjangnya hanya 4-5 cm sedangkan dinding belakang (sacrum) 10-15 cm. Dengan demikian sinciput
harus menempuh jarak yang lebih panjang daripada oociput. Dengan semakin turunnya kepala
terjadilah penonjolan perineum diikuti dengan kepala membuka pintu (Crowning). Oociput lewat
melalui PAP perlahan- lahan dan tengkuk menjadi titik pusat diangulus subpubicus. Kemudian dengan
proses extensi yang cepat sinciput menelurus sepanjang sacrum dan berturun-turut lahirlah bregma,
dahi, hidung, mulut dan dagu melalui perineum (manuaba dkk, 2010).

17
Gambar 1.4 Bagian-bagian kepala

Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah simfisis,
maka terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir pada
pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk
melewatinya. Dalam rotasi ubun ubun kecil akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul ubun
ubun kecil berada di bawah simfisis, dengan suboksiput sebagai hipomoklion kepala mengadakan gerakan
defleksi untuk dapat dilahirkan.Jika kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul dab tidak
melakukan ekstensi, maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menebusnya. Suboksiput yang
tertahan pada pinggir bawah simfisis akan menjadi pusat pemutaran (hypomochlion), Pada saat ada his
vulva akan lebih membuka dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus
membuka dinding rektum. maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi,
hidung, mulut, dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan
rotasi, yang disebut putaran paksi luar (Kurniarum A 2016).
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul, terjadilah extensi atau defleksi
dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah kedepan dan
atas, sehingga kepala harus mengadakan extensi untuk melaluinya. Pada kepala terjadi dua kekuatan,
yang satu mendesaknya kebawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya
keatas. Resultannya ialah kekuatan kearah depan atas. Setelah subociput tertahan pada pinggir bawah
symfisis maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut diatas bagian yang berhadapan dengan
subociput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubn besar, dahi hidung, mulut dan
akhirnya dagu dengan gerakan extensi. Subociput yang menjadi pusat pemutaran disebut hypomochilion
(Kurniarum A 2016).

f. Putaran paksi luar (external rotation)

Gambar. 1.5 Putaran paksi luar


Putaran paksi luar terjadi ketika kepala lahir dengan oksiput anterior, bahu harus memutar secara
internal sehingga sejajar dengan diameter anteroposterior panggul. Rotasi eksternal kepala menyertai rotasi
internal bahu bayi. (Cunningham dkk, 2013; McKinney, 2013)
Setelah kepala sudah keluar , selanjutnya kepala akan melakukan putaran restitus , putaran
restitusi ini merupakan gerakan kepala janin berputar kembali menyesuaikan dengan posisi bahu janin,

19
kemudian ubun-ubun kecil memutar ke arah punggung janin, bagian belakang kepala berhadapan dengan
tuber iskhiadikum kanan atau kiri,sedangkan muka janin menghadap salah satu paha ibu. Bila ubun-ubun
kecil pada mulanyadisebelah kiri maka ubun-ubun kecil akan berputar ke arah kiri, bila pada mulanya ubun-
ubun kecil disebelah kanan maka ubun-ubun kecil berputar ke kanan. Kemudian diikuti putar paksi luar
yang menjadikan diameter biakromial janinsearah dengan diameter anteroposterior pintu bawah panggul,
dimana satu bahu di anteriordi belakang simpisis dan bahu yang satunya di bagian posterior di belakang
perineum,sutura sagitalis kembali melintang (Helena sunarjo, 2014).

g. Ekspulsi

Gambar 1.6 Ekspulsi


Gambar 1.7 Shoulder Dystocia

Gambar 1.8 Shoulder Dystocia


Setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah. Setelah bahu
keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan
fleksi lateral ke arah simfisis pubis. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul /
trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki. Letak kepala disertai kontraksi/His adekuat, fleksi kepala
yang tepat, dan janin dengan berat badan rata-rata. Terdapat beberapa kasus contoh terjadi kontraksi yang

21
buruk atau fleksi kepala yang salah atau terjadi keduanya, rotasi yang terjadi mungkin tidak sempurna atau
sama sekali tidak terjadi (Kurniarum A 2016).

(Mekanisme penurunan kepala janin bisa ditonton di link berikut : https://youtu.be/Xath6kOf0NE dan
https://youtu.be/dYu-0rOnLpA )

PERUBAHAN PSIKOLOGI DAN KECEMASAN


Psikologis adalah bagian yang sangat krusial saat kelahiran anak,ditandai dengan adanya cemas dan
menurunnya kemampuan ibu karena ketakutan untuk mengatasi nyeri persalinan. Respon fisik terhadap
kecemasan atau ketakutan ibu dengan dikeluarkan hormon katekolamin. Hormon katekolamin menghambat
kontraksi uterus dan aliran darah placenta. Masalah psikologis ibu dapat terganggu akibat praktek budaya
yang dianut oleh klien. Psikologis yang mempengaruhi intensitas dan durasi pengalaman nyeri. Intensitas
dan kualitas nyeri yang tinggi seperti perih, kram, dan melelahkan (Indiarti, 2008)

Ibu yang depresi dan cemas memperkirakan rasa sakit akibat cedera dan prosedur medis menjadi lebih
kuat. Rasa sakit harus dikurangi dengan bantuan anestesi karena adanya rasa sakit yang parah selama
persalinan dapat memiliki efek negatif pada ibu dan bayi. ibu yang mengalami nyeri persalinan yang lebih
kuat untuk periode waktu yang lebih lama memiliki peluang lebih besar untuk mengalami depresi
pascapersalinan. Cara mengatasi rasa sakit saat melahirkan berhubungan dengan faktor budaya, sosial
dan lingkungan, serta harapan dan dukungan anggota keluarga. Emosi yang terjadi pada wanita selama
persalinan memiliki hubungan yang erat dengan asuhan dan budaya di mana mereka tumbuh serta dengan
pengalaman intensitas rasa sakit (Keman, 2018).

Keadaan emosional kecemasan dan ketakutan secara signifikan berkorelasi dengan perkiraan yang
lebih tinggi dari pengalaman nyeri selama persalinan. Penelitian Gagon dan Sandall menunjukkan bahwa
individu yang lebih siap untuk prosedur (pengiriman) selalu menunjukkan mengalami rasa sakit yang kurang
intens pada skala nyeri yang dilaporkan sendiri dibandingkan dengan individu yang tidak siap dan tidak
berpendidikan tentang prosedur. penghilangan rasa sakit juga dipengaruhi oleh staf profesional rumah sakit
serta penciptaan suasana yang nyaman dan kehadiran pasangan selama persalinan serta dukungannya
selama seluruh periode kehamilan juga ditekankan (Keman, 2018).

gangguan kecemasan umum daripada depresi, beberapa jenis gangguan kecemasan seperti
panik, fobia, akut gangguan penyesuaian, atau gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Faktor-faktor lain,
seperti nyeri di pertama tahap persalinan, dan tingkat yang lebih tinggi dari intervensi medis telah dikaitkan
dengan penilaian lahir sebagai traumatis, meskipun tidak dengan perkembangan gejala. ekstensif
menggunakan intervensi, seperti monitor janin elektronik, episiotomy, mencukur perineal dan enema, telah
ditemukan berkorelasi negatif dengan kepuasan ibu dengan kelahiran (Keman, 2018).

Dukungan selama kelahiran telah ditemukan memiliki efek positif pada hasil fisik lahir. Ulasan ini
menemukan bahwa variabel, seperti harapan pribadi, jumlah dukungan dari pengasuh seperti staf rumah
sakit, kualitas hubungan pengasuh-pasien, dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan, lebih penting
daripada lingkungan kelahiran, nyeri, imobilitas, medis intervensi, dan kontinuitas perawatan dalam
menentukan evaluasi perempuan pengalaman kelahiran mereka ( Hodnett 2002). Mengalami emosi negatif
selama persalinan telah dihipotesiskan untuk meningkatkan rasa sakit ( Dick-Read, 1933 ) Dan
menghambat proses kelahiran melalui sejumlah jalur fisiologis. Faktor thatmay di fl reaksi uencewomen
untuk kelahiran adalah bahwa kontrol pribadi selama persalinan dan melahirkan. Rendahnya tingkat kontrol
telah dikaitkan dengan gejala stres pasca-trauma dan perasaan ketidakberdayaan telah dikaitkan dengan
mengamati kelahiran sebagai traumatis ( Soet et al., 2003 ).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN


a. Power
His atau kontraksi adalah keadaan otot polos yang berada di dinding rahim mengembang dan
menguncup, keadaan ini terjadi diluar kemauan.His merupakan faktor yang utama dalam kehamilan
dan persalinan karena berguna untuk :
 Membantu peregangan uterus menyesuaikan diri dengan kebutuhan tempat isi uterus, yaitu
anak, air ketuban dan placenta.
 Mengadakan pembukaan jalan lahir.
 Mendesak dan mendorong anak agar turun ke dasar panggul dan selanjutnya dikeluarkan
dengan jalan kelahiran (Dewi, 2011).

His dibagi beberapa macam fase dalam persalinan, yaitu:

 Fase Increment
Adalah his mulai timbul perlahan-lahan menjadi kuat dan mencapai puncak kekuatannya.
 Fase Acme
Adalah sampai pada puncak kekuatannya.
 Fase Decrement

23
Adalah kekuatan menurun perlahan-lahan kembali kepada keadaan seperti waktu kontraksi
belum timbul (Dewi, 2011).

Power/ kekuatan his dan mengejan His :


 Intertia uteri
His yang sifatnya lemah, pendek, dan jarang dari his yang normal
 Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan reaksi otot Rahim
 His yang tidak terkoordnasi
Keadaan inkoordinasi kontraksi otot Rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot Rahim
dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot Rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan
atau pengeluaran janin dari dalam Rahim.
 Kelelahan ibu yang sedang mengejan
 Salah pimpinan kala II
Sifat his normal:
 Kontraksi otot Rahim mulai dari salah satu tanduk Rahim
 Fundal dominan, menjalar keseluruhan otot Rahim
 Kekuatannya seperti meremas isi Rahim
 Otot Rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi
dan pembentukan segmen bawah Rahim (Rohima press, 2011;26)

b. Passage
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul,
serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka
jalan lahir tersebut harus normal (Dewi, 2011).
Passage terdiri dari :
 Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul) :
 Os. Coxae
 Os illium
 Os. Ischium
 Os. Pubis
 Os. Sacrum = promotorium
 Os. Coccygis
 Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen
Pintu Panggul
 Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh promontorium, linea inominata dan
pinggir atas symphisis.
 Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut midlet.
 Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut outlet.
 Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet dan outlet.
 Sumbu Panggul
Sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang panggul yang
melengkung ke depan (sumbu Carus)
 Bidang-bidang panggul :
 Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan
promontorium.
 Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis.
 Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.
 Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis
 Otot - otot Dasar Panggul
Ligamen - Ligamen Penyangga Uterus
 Ligamentum Kardinale sinistrum dan dekstrum (Mackendrot) : Ligamen terpenting untuk
mencegah uterus tidak turun. Jaringan ikat tebal serviks dan puncak vagina kearah lateral
dinding pelvis.
 Ligamentum Sacro - uterina sinistrum dan dekstrum : Menahan uterus tidak banyak bergerak
Melengkung dari bagian belakang serviks kiri dan kananmelalui dinding rektum kearah os
sacrum kiri dan kanan.
 Ligamentum Rotundum sinistrum dan dekstrum (Round Ligament) : Ligamen yang menahan
uterus dalam posisi antefleksi. Sudut fundus uterus kiri dan kanan ke inguinal kiri dan kanan.
 Ligamentum Latum sinistrum dan dekstrum (Broad Ligament) : Dari uterus kearah lateral.
Ligamentum infundibulo pelvikum : Menahan tubafallopi. Dari infundibulum ke dinding pelvis
(Dewi, 2011).

Kelainan presentasi
 Presentasi muka

25
Presentasi muka merupakan merupakan salah satu kelainan presentasi dimana kepala
dengan defleksi maksimal hingga oksiput mengenai punggungdan muka terarah kebawah
(kaudal) terhadap ibu. Punggung terdapat dalam lordosis dan biasanya terdapat di
belakang.
 Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah presentasi dimana kedudukan kepala janin berada diantara fleksi
maksimal, sehingga dahi janin merupakan bagian terendah. Pada umumnya, presentasi
dahi ini merupakan kedudukan janin yang bersifat sementara, sebagian besar presentasi
tersebut akan berubah menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala.
 Presentasi puncak kepala
Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir, kepala janin berada dalam keadaan
fleksi. Pada umumnya, presentasi puncak kepala merupakan kedudukan sementara,
yang nantinya akan berubah menjadi presentasi belakang kepala. (Dewi, 2011).

Kelainan letak
 Dahi
Letak dahi merupakan salah satu kelainan letak janin dimana letak kepala janin berada
dalam defleksi yang sedang, sehingga dahi menjadi bagian yang terendah. Pada
umumnya, kelainan letak ini bersifat sementara dan seiring dengan majunya persalinan,
akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
 Letak sungsang
Letak sungsang merupakan letak janin yang memanjang dengan bokong sebagai bagian
yanf terendah (presentasi bokong). Angka kejadiannya adalah ± 3% dari kehamilan.Letak
sungsang dapat dibagi menjadi :
 Letak bokong murni (presentasi bokong murni = frank breech). Bokong saja yang
menjadi bagian depan, sedangkan kedua tungkai lurus keatas.
 Letak bokong kaki (preesntasi bokong kaki = complete breech). Letak bokong kaki
sempurna atau tidak sempurna jika disamping bokong teraba kedua kaki atau kaki
saja.
 Letak lutut (presentasi lutut). Bisa sempurna atau tidak sempurna.
 Letak kaki (presentasi kaki = incomplete breech prensentation). Bisa sempurna atau
tidak sempurna (Dewi, 2011).

Letak lintang
Kelainan letak ini adalah dimana sumbu panjang janin tegak lurus atau hampir
tegak lurus pada sumbu panjang ibu. Pada letak lintang, bahu janin akan menjadi bagian
terenda, yang disebut presentasi bahu atau presentasi akromion. Jiak punggung janin
terdapat didepan disebut dorsoanterior dan jika dibelakang disebut dorsoposterior (Astuti,
2012).

Letak majemuk
Letak majemuk adalah letak dimana samping bagian terendah teraba anggota
badan. Letak yang tidak termasuk letak majemuk adalah tangan yang menumbung pada
letak bahu atau adanya kaki disamping bokong pada letak sungsang. Pada letak kepala
dapat terjadi tangan, lengan atau kai yang menumbung (Dewi, 2011).

c. Passanger
 Janin
 Selama janin dan placenta berada dalam rahim belum tentu pertumbuhannya normal,
adanya kelainan genetik dan kebiasaan ibu yang buruk dapat menjadikan
pertumbuhannya tidak normal antara lain :
 Kelainan bentuk dan besar janin : anensefalus, hidrosefalus, janin makrosomia.
 Kelainan pada letak kepala : presentasi puncak, presentasi muka, presentasi dahi
dan kelainan oksiput.
 Kelainan letak janin : letak sungsang, letak lintang, letak mengolak, presentasi
rangkap ( kepala tangan, kepala kaki, kepala tali pusat ).
 Janin dapat mempengaruhi cara persalinan oleh karena besar, letak, presentasi, sikap,
dan posisinya.
 Faktor lain janin yg mempengaruhi cara persalinan adalah :
 Frek. DJJ : fetal distress.
 Lokasi insersi plasenta : SBR
 Tali pusat – prolapsus funikuli. Dll.
 Daerah daerah Kepala janin yaitu :
 Oksiput : daerah di belakang u2k.
 Verteks : daerah antara u2k dan u2b dan os. Parietal.
 Bregma : daerah u2b.
 Sinsiput : daerah didepan u2b, terbagi 2 :

27
 Dahi : antara u2b
 Placenta.
Placenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang atau
pasenger yang menyertai janin namun placenta jarang menghambat pada persalinan
normal.
 Air Ketuban.
Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membran yang kuat dan ulet tetapi
lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan regang
membran janin dengan demikian pembentukan komponen amnion yang mencegah
ruptura atau robekan sangatlah penting bagi keberhasilan kehamilan (Dewi, 2011).

(Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan bisa ditonton di link berikut : https://youtu.be/dYu-


0rOnLpA )

TERAPI :

1. Pijatan/Masage
 Teknik ini bertujuan untuk mengurangi nyeri dengan masage
 penerapan teknik ini hampir tanpa ada resiko/rendah
 murah dan mudah melakukannya
 dapat dilakukan oleh siapa saja
 memperpendek waktu persalinan
 pasien mempunyai pengalaman melahirkan yang menyenangkan (Kamariyah, 2014).
2. Hydrobirthing dan Waterbirth
 menciptakan relaksasi agar tidak stress
 intervensi yang digunakan untuk mengurangi nyeri dengan menggunakan air
 Resiko terhadap pasien rendah
 Dapat dilakukan dengan menggunakan shower atau berendam air hangat dalam bak
 membantu membuat pelvis rileks (Kamariyah, 2014).

3. Merubah Posisi
 tidur miring
 jalan-jalan (Kamariyah, 2014).
4. Hypnobirthing
 Suasana relaks, hal ini bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan stress
 Resiko terhadap pasien rendah
 Mengurangi rasa nyeri dalam persalinan
 Memperpendek lama persalinan (Kamariyah, 2014).
5. Terapi Fisik
Terapi fisik merupakan proses pemijatan dengan mengompres air hangat, air dingin panas, serta
memberikan tekanan balik pada bagian yang nyeri dapat meredakan sebagian nyeri, Moms. Pemijatan ini
harus dilakukan oleh pendamping persalinan yang terlatih atau tenaga kesehatan yang terampil agar dapat
membantu mengurangi rasa nyeri (Kamariyah, 2014).
6. Refleksologi
Ahli refleksologi percaya bahwa organ dalam dapat diakses melalui titik-titik tertentu di telapak
kaki. Dengan memijat telapak kaki selama proses persalinan, maka dapat mengurangi ketegangan pada
rahim dan merangsang kelenjar pituitary (Kamariyah, 2014).
7. Akunpuntur dan Akupresur
Akunpuntur dan Akupresur merupakan teknik yang efektif untuk meredakan rasa nyeri. Para
ilmuwan telah menemukan bahwa jarum yang ditusukkan pada titik-titik tertentu dalam terapi akupuntur
memicu pelepasan beberapa senyawa kimia otak, di antaranya endorin yang menghambat sinyal nyeri
sehingga dapat meredak nyeri bahkan mempercapat persalinan (Sukarni, 2013).

8. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulations


Teknik ini menggunakan elektroda yang dapat mengirimkan gelombang bertegangan rendah untuk
merangsang jalur saraf ke rahim dan mulut rahim guna menghambat munculnya rasa nyeri. (Wiknjosastro,
H. 2006).

Asuhan persalinan :

 Asuhan Persalinan Kala I


 Sebaiknya dibiarkan spontan tanpa struktur, lakukan sesuai dengan instink ibu
 Sebaiknya tidak ada pembatasan waktu bila kesejahteraan ibu dan janin baik
 Rutin Valsava atau meneran dengan cara menahan napas dapat membahayakan ibu dan janin
 Ibu seharusnya didukung dan dianjurkan untuk meneran spontan kadang sering diikuti dengan
suara
 Pendekatan fleksibel terhadap keinginan meneran lebih awal, tergantung pada pembukaan serviks
dan tanda lain
 Perempuan sebaiknya dianjurkan untuk memilih posisi tegak pada kala II persalinan.
 Pada Persalinan Kala II

29
 Posisi Ibu dapat Berdiri, Jongkok, Duduk, Dalam Air, Supine – Lateral, sesuai kenyamanan
 Ibu meneran sesuai dengan keinginannya
 Bidan mendampingi ibu selama proses kelahiran dan menolong kelahiran bayi
 Asuhan Persalinan Kala III
 Dalam kondisi normal Uterus akan segera berkontraksi segera (dalam 2 menit) setelah bayi lahir
Plasenta akan lahir spontan
 Rutin Manajemen Kala III wajib dilakukan pada ibu yang berisiko Perdarahan postpartum
(Makrosomia, Gemelli, Riwayat Perdarahan, partus di fasilitas yang jauh dari fasilitas rujukan)
 Rutin Manajemen Aktif Kala III membuat ketidaknyaman.
 Asuhan Partus Kala IV
 Observasi perdarahan, kontraksi uterus, TTV setiap 15 menit dalam 1 jam pertama, tiap 30 menit
dalam 1 jam kedua
 Dalam 2 jam pertama postpartum masih merupakan masa kritis terjadi perdarahan postpartum
 Lanjutkan asuhan masa nifas (Sukarni, 2013).
PATHWAY PERSALINAN NORMAL

Aktif pada
↑Asam Mulai
Prostaglandin amnion &
arakidonat persalinan
korion

Oksitosi Otot-otot Kadar


↑Oksitosin Kontraksi
n rahim oksitosin +

Otot-otot
Estrogen ↓Estrogen His
rahim

Otot-otot
Progesteron ↓Progesteron His
rahim

Kehamilan 37-42 mg

Tanda-tanda inpartu

PROSES PERSALINAN
NORMAL

Kala 1 Kala 2 Kala 3 Kala 4

↑tekanan Kontraksi Post


Laten rektum/vagina istirahat setelah
bayi lahir
Resiko
Kontraksi ↑keluar lendir Perdarahan &
darah Uterus keras & infeksi
fundus uterus
Pembukaan setinggi pusat
3-4 cm Tekanan otot-
(lambat) otot panggul
His
31
7-8 jam vulva membuka,
perineum Pengeluaran
Aktif meregang
Pengeluaran plasenta
janin
Pembukaan
komplit (10
cm)

6 jam

PROSES PERSALINAN
NORMAL

Engagemen Fleksi Ekstensi Ekspulsi

Descent Rotasi internal Rotasi eksternal


Kepala masuk
rongga panggul Crowning
Dagu deket ke dada Kepala berputar
janin menyesuaikan
bahu
Bagian terbawah janin Pemutaran bagian
ditahan oleh serviks, depan sehingga
U2K berputar kearah
dinding panggul/dasar bagian terendah
punggung
panggul memutar kedepan
kebawah symphisis
Kepala belakang
Sinciput berhadapan tuber
sepanjang iskhiadikum & muka
Posisi kepala berubah
sacrum menghadap paha
dari diameter
Lahir bregma, Diameter
oksipito-frontalis
dahi, hidung, biakromial searah
menjadi diameter
mulut, & dagu diameter
auboksipito
anteroposterior
begmatikus
PBP

Bahu anterior
dibelakang
symphisis & bahu
posterior dibelakang
perineum

Sutura sagitalis
kembali
melintang

Kepala & bahu


diangkat keatas
tulang pubis ibu &
bayi keluar dg
gerakan fleksi lateral
kearah symphisis
pubis

→ lahir badan
(toraks, abdomen) &
lengan,
pinggul/trokanter
depan & belakang,
tungkai & kaki
PERSALINAN
PERSALINAN NORMAL

Power Passage Passangger

33
 His  Jalan lahir keras  Janin
 Tenaga (tulang panggul)
Nyeri  Plasenta
mengedan  Jalan lahir lunak
persalinan  Tali pusat
(terutama  Air ketuban
dibentuk oleh Rasa sakit  Kantong ketuban
jaringan otot) (selaput amnion)

Terhambat kontraksi
Ketakutan uterus & aliran darah
plasenta

Cemas & ↓ kemampuan


ibu Hormon katekolamin

Psikologi Kecemasan

PERSALINAN
PERSALINAN NORMAL

Kala 1 Kala 2 Kala 3 Kala 4

 Pemeriksaan  Rutin manajemen


 dukungan kala 3 pada ibu
pharmakologikal berisiko perdarhan
 Pendampingan postpartum
terus-menerus
pada fase aktif
 Observasi perdarahan ,
kontraksi uterus, TTV
 Biarkan spontan sesuai instink
setiap 15 menit dalam 1
ibu
jam pertama & 30 menit
 Tidak ada batasan waktu bila
dalam 1 jam kedua
kesejathteraan ibu & janin baik
 Rutin valsava
 Beri dukungan & anjurkan ibu
meneran spontan
 ibu dianjurkan posisi tegak
pada kala 2 persalinan
Ket :
: Perubahan hormon
saat persalinan
: Tahapan persalinan
normal
: Mekanisme penurunan
kepala janin
: Faktor yang mempengaruhi
proses persalinan
: Penatalaksanaan bidan dalam
persalinan normal
: Aspek umum persalinan
: Perubahan psikologi &
kecemasan

35
Referensi :

Ai Yeyeh, R. 2019. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: Trans Info Media.

Ari Kurniarum, S.SiT., M.Kes. 2016 . Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Kemenkes
RI.
Astuti, Puji Hutari. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta: Rohima Press.
Dewi, dkk. 2011. Asuhan kehamilan untuk kebidanan. Jakarta: Salemba medika.
Diana, S., Kes, M., MAIL, E., Kes, M., & RUFAIDA, Z. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Persalinan, dan
Bayi Baru Lahir. CV Oase Group. Gerakan Menulis Buku Indonesia.
Farika, Maulida. 2018. Asuhan Kebidanan Continuity Of Care Pada Ny M Masa Hamil Sampai Dengan
Keluarga Berencana Di Klinik Pangestu Siti Saudah S.St. Tugas Akhir (D3) Thesis. Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.
Fraser, M.,Cooper, A. 2019. Buku Ajar Bidan Myles (ed 14). Jakarta. EGC.
Harianto, Minarni. 2012 .Aplikasi Hypnosis (Hypnobirthing) dalam Asuhan Kebidanan Kehamilan &
Persalinan. Yogyakata: Gosyen Publising.
Indiarti, M.T. 2008. Panduan lengkap kehamilan, persalinan dan perawatan bayi. Yogyakarta : Diglossia
Media.
JNPK-KR. 2018. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: Jhplego.
JNPK-KR., 2013. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini, Buku Acuan dan Panduan . Jakarta:
JHPIGO.
Kamariyah, N., Anggasari, Y., dan Muflihah, S. 2014. Buku Ajar Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.
Keman, Kusnarman. 2018. Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal. Jakata: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: BPPSDMK Kementerian
Kesehatan
MAHARANI, E. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. S GII PI A0 Umur 26 Tahun Usia
Kehamilan 39 Minggu Dengan Presentasi Bokong Murni Di Puskesmas Wirosari I Kabupaten
Grobogan i . Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang.
Mirza , maulana. 2008. Panduan lengkap kehamilan. Jogjakarta: Kata Hati.
Mochtar R. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Nurasiah, Ai.,dkk.2014.Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung : PT.Refika Aditama
Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Sarwono.2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Prawirohardjo.
Stoppard, M . 2008. Buku pintar kehamilan dan persalinan modern. Yogyakarta : Quills Book Publishers.
Sukarni, I dan Margareth, Z.H.2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika
Sulisetyawati, A. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Ed. 4. Jakarta: EGC
Vidio Childbirth Stations of Presentation 1m 55dtk, Fetal Descent, Birth, Station, Progress,
Vidio Female Pelvis
Yulizawati dkk. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. Sidoarjo: Indomedia Pustaka

37

Anda mungkin juga menyukai