Anda di halaman 1dari 3

Tugas Psikologi gizi dan kesehatan pertemuan ke- 7

Dhiya Ulhaq Inaayah (20190302086)

1. Studi kasus kaitan antara proses psikologi yang dihasilkan dari penggunaan media dengan
gizi

Masa remaja itu adalah masa peralihan, yang dimana masa dari anak-anak menuju
dewasa yaitu adanya perubahan fisik, fisiologis, dan psikologi. Media sosial merupakan
salah satu hal yang dapat membawa perubahan perilaku pada remaja yang diakibatkan
oleh perkembangan internet yaitu media sosial.

Gizi pada remaja merupakan hal yang sangat penting dan perlu di perhatikan. Gizi
yang tidak seimbang baik kekurangan maupun kelebihan akan menurunkan kualitas
sumber daya manusia. Permasalahan remaja pada saat ini yang menjadi perhatian utama
di bidang kesehatan salah satunya adalah masalah gizi yaitu obesitas, yang dimana
merupakan hal yang rentan yang dihadapi remaja. Usia remaja adalah usia yang sangat
mudah terpengaruh terhadap lingkungan sekitar dan media sosial adalah salah satu yang
dapat membawa pengaruh tersebut. Permasalahan obesitas berpengaruh juga terhadap
psikologi remaja. Mengapa? Dalam hal ini, remaja adalah masa-masa yang ingin
mengetahui segalanya termasuk media sosial. Remaja masa kini adalah pengguna aktif
media sosial, siapa remaja apalagi remaja milenial yang tidak tahu facebook, instagram,
twitter ataupun sosmed lainnya? Penelitian mengungkapkan sekitar 90% remaja tau dan
memilkinya. Tak jarang diantara mereka menggunakan media sosial hanya untuk eksis
dan mengikuti trend masa kini, kedua hal ini juga tidak salah, karena mungkin kembali
lagi ke fase remaja, fase yang dimana sedang mencari jati diri, dan penggunaan media
sosial, adalah suatu batu loncatan untuk mereka dikenal oleh orang sekitarnya.

Berinteraksi dengan teman sebayanya ataupun yang dikenalnya lewat chat,


mengunggah foto-foto mereka, mengutarakan apa yang tidak ia sukai lewat status- status,
mengungkapkan ujaran-ujaran kebencian bahkan sampai mengumbar-mengumbar aib itu
semua adalah yang tak lain dan tak bukan, awal mereka ingin menggunakan media sosial
untuk eksis tetapi kenyataan lebih dari itu. Banyak remaja yang rasa percaya diri nya
besar, remaja yang mengalami obesitas kadang tidak ingin mengumbar foto-foto nya,
tetapi yang mempunyai rasa percaya diri yang besar ia tak malu dan berani mengekspos
dirinya di media sosial, karena ia ingin seperti teman-temanya memfoto dirinya, berpose
sana sini dan mengekspos ke media sosial. Tetapi ekspetasi tidak sesuai dengan realita,
kenyataannya tidak seperti apa yang dia inginkan, ada remaja yang baik dan ada remaja
yang kurang baik, remaja yang mengalami obesitas rata-rata tidak diperlakukan seperti
remaja yang lainnya. Pada saat dia mengupload fotonya, banyak dari mereka bahkan
teman sebayanya, mengungkapkan kalimat yang membuatnya menjadi kepikiran. Kalimat
yang membuatnya tertekan. “ehh gemuk amat sih ?” “emang gak malu masang foto
gemuk gitu, gak enak diliat tau“ “masang foto Cuma buat panjat sosial ya, sayangnya
gak ada yang ngelirik tuh hahaha” Dan inilah yang sering kita kenal dengan cyber
bullying. Dan dari sinilah psikologis mereka terganggu. Remaja yang mengalami hal ini
akan merasa tertekan, kepikiran terus, susah tidur, tidak mood makan hanya memikirkan
ucapan teman-temanya dalam mengomentari dirinya yang tidak mengenakan. Karena itu,
kadang orang obesitas sering diperlakukan tidak baik, body shaming, hal inilah yang
menurunkan kepercayaan diri remaja yang besar menjadi sangat tidak percaya diri bukan
lagi kurang percaya diri. Dan akhirnya menyebabkan masalah mental, yang membuat
remaja depresi sehingga tidak ada nafsu makan demi untuk diet bahkan tak jarang
diantara mereka yang sebaliknya, nafsu makan mereka bertambah karena mood mereka
tidak bagus dan malah melampiaskan ke makanan. Dan berpengaruh terhadap gizi
kesehatan mereka.

2. Apakah media bisa menjadi alat edukasi untuk merubah perilaku manusia?

Media, pada saat ini adalah hal yang menjadi figure utama, the main character dalam
masyarakat sekarang. Tak ada yang tidak mengenal media, 80% pasti tahu, dan 20 %
orang-orang yang jauh dari hiruk pikuk masyarakat milenial dan masih kental akan
budayanya. Tetapi memang kenyataanya banyak hal yang tidak bagus, negatif yang lahir
dari media sosial, tidak menutup kemungkinan tidak adanya hal positif. Titik utama
dalam media saat ini adalah pemakai-nya, bagaimana pemakai-nya dalam
menggunakannya. Jika dia adalah pemakai media yang baik maka akan melahirkan suatu
hal yang baik, begitupun sebaliknya. Dalam hal ini, apakah media bisa untuk merubah
perilaku manusia? Dikatakan bisa, balik lagi kepada para pemakai media yang tidak
sembrono, dalam artian dia mengerti bagaimana yang seharusnya media itu digunakan,
dan dikatakan tidak kepada yang sebaliknya.
Merubah perilaku manusia itu tidak gampang, orang yang tidak kendel, orang yang
tidak susah akan mudah untuk mengubah perilakunya hanya lewat media. Tetapi orang
yang punya sifat keras, batu akan sedikit sulit untuk mengubah perilakunya hanya lewat
media, tetapi hal ini tidak dikatakan selalu benar. Banyak diantara mereka yang bisa
mengubah perilakunya hanya karena termotivasi kepada seseorang yang dilihatnya dari
media sosial. Mungkin seorang motivator yang memberikan pesan-pesannya lewat media
sosial dan dilihat oleh banyak orang, apalagi dengan kata-kata yang mendalam, bisa
menjadi salah satu alat untuk mengubah perilaku manusia. Tetapi balik lagi kepada
manusia itu sendiri, jika dia selalu melihat motivasi-motivasi atau suatu pesan yang
mendalam, tetapi orang itu merasa bodo amat, hasilnya pun sia-sia, tapi tidak menutup
kemungkinan untuk dia luluh pada akhirnya dan perilakunya pun berubah, karena batu
jikat terus ditetesi akah berlubang dan pecah.

Anda mungkin juga menyukai