Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Asuhan Keperawatan Glukoma

DISUSUN OLEH :

Dewi shinta

Lukman Hakim

Titin Sri Wahyuni

PRODI SARJANA KEPERAWATAN (TRANSFER)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI

2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GLAUKOMA

BAB I
PENDAHULUAN

Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Terlebih lagi  dengan majunya teknologi, indra penglihatan
yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan
sempitnya lapangan kerja, hanya orang-orang yang sempurna dengan segala
indranya saja yang mendapat kesempatan kerja termasuk matanya. Mata
merupakan anggota badan yang sangat peka. Trauma seperti debu sekecil apapun
yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkan gangguan yang
hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat
gawat.
Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma. Di seluruh dunia glaukoma
dianggap sebagai penyebab kebutaan yang tinggi, 2 % penduduk berusia lebih
dari 40 tahun menderita glaukoma. Glaukoma dapat juga didapatkan pada usia 20
tahun, meskipun jarang. Pria lebih sering terserang dari pada wanita.
Makalah ini akan membahas asuhan keperawatan pada klien dengan
penyakit glaukoma.
BAB II
PEMBAHASAN

LANDASAN TEORITIS PENYAKIT GLAUKOMA


A. DEFINISI

Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa


peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang
pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)
Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh
tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang
membentuk bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik
menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak
yang memproses informasi pengelihatan

B.     ETIOLOGI
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh
:
- Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah
pupil

Secara umum, penyebab glaucoma terdiri dari :


1. Primer
a. Akut : Dapat disebabkan karena trauma.
b. Kronik : Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga (Diabetes
mellitus, Arterisklerosis, Pemakaian kortikosteroid jangka
panjang, . Miopia tinggi dan progresif)
2. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain seperti : Katarak, Perubahan lensa, Kelainan uvea,
Pembedahan).

C. MANIFESTASI KLINIK
1.  Keluhan:
a.    penglihatan kabur  mendadak
b.    nyeri hebat
c.    mual
d.    muntah
e.    melihat halo (pelangi disekitar objek)
2.  Pemeriksaan Fisik:
a.    Visus sangat menurun
b.    Mata merah
c.    Kornea suram
d.    Rincian iris tidak tampak
e.    Pupil sedikit melebar, tidak bereaksi terhadap sinar
f.     Diskus optikus terlihat merah dan bengkak

Yang mengkhawatirkan, glaukoma seringkali timbul tanpa gejala sampai pada


fase terakhir, kecuali glaukoma jenis akut (tekanan bola mata tiba-tiba meninggi
sehingga mata terasa sakit sekali). Karena itu deteksi dini glaukoma sangat
penting, konsultasikan ke dokter spesialis mata anda mengenai glaukoma untuk
pendeteksian dini.
Table Manifestasi Klinis Glaukoma :

Glaukoma primer
Glaukoma Glaukoma sudut tertutup Glaukoma Glaukoma
sudut terbuka sekunder congenital
1. Kerusakan 1. Nyeri hebat didalam         Pembesaran          Gangguan
visus yang dan sekitar mata bola mata penglihatan
serius 2. Timbulnya halo          Gangguan
2. Lapang disekitar lapang pandang
pandang cahaya                       
         Nyeri
mengecil       didalam mata
dengan 3. Pandangan kabur    
macam – a. Sakit kepala
macam b. Mual
skotoma c. muntah
yang khas ·  Kedinginan
3. Perjalanan ·      5. Demam, bahkan
penyakit ·      Perasaan takut mati mirip
progresif serangan angina
lambat

D.    KLASIFIKASI
Glaukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder dan kongenital. Tipe primer
terbagi menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
1.      Glaukoma Primer
Glaukoma jenis ini merupakan bentuk yang paling sering terjadi, struktur yang
terlibat dalam sirkulasi  dan atau reabsorbsi akuos humor mengalami perubahan
langsung.
a.    Glaukoma Sudut Terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua
mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut
terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran
schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi.
Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan
sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan
nyeri mata yang timbul.
b.     Glaukoma Sudut Tertutup
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit
sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan
menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke
depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang
posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari
penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang
berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan
dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang
hebat.
Tanda dan gejala meliputi nyeri hebat di dalam dan sekitar mata., timbulnya
halo di sekitar cahaya, pndangan kabur. Klien kadang mengeluhkan keluhan
umum seperti sakit kepala, mual, muntah, kedinginan, demam. Peningkatan TIO
menyebabkan nyeri yang melalui saraf kornea menjalar ke pelipis, oksiput dan
rahang melaui cabang-cabang nervus trigeminus. Iritasi

2.      Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaucoma yang terjadi akibat penyakit mata lain
yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam
mata. Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang
terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi
akibat:
a. Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada
katarak
b. Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan
uvea
c. Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris.
d. Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan
trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung
pada penyebab
 Perubahan lensa
 Kelainan uvea
   Trauma
 Bedah

3.      Glaukoma Congenital
Glaukoma ini terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal  memfungsikan
trabekular. Kondisi ini disebabkan oleh ciri autosom resesif dan biasanya bilateral.
            Primer atau infantil
         Menyertai kelainan kongenital lainnya

4.      Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi
kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada
glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan
eksvasi  glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata
dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga
menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan
rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada
badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena
mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

Berdasarkan  lamanya :
1.  GLAUKOMA AKUT
a.       Definisi
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler
yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b.      Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa
sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder
sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk
primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
c.       Faktor Predisposisi
Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan
midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk
sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen
atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe,
atau pasca pembedahan intraokuler.
d.      Manifestasi klinik
1) Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan
daerah       belakang kepala .
2) Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan
muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
3) Tajam penglihatan sangat menurun.
4) Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5)   Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6)   Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7)    Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat
timbulnya reaksi radang uvea
8)  Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9)  Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media
penglihatan.
10)  Tekanan bola mata sangat tinggi.
11) Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e.    Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan.
Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea
menghilang.
f.    Penatalaksanaan
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler
(TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera.
Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi,
iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi
setelah pengobatan medikamentosa.
2.      GLAUKOMA KRONIK
a.       Definisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola
mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
b.      Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian
kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c.       Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang
secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian
tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya
berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang
pandang sempit, hingga kebutaan permanen.
d.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan
peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik
diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam,
dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil.
Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi
bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.
e.       Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang
pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran
tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan
berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.

E.     PATOFISIOLOGI
            Tekanan Intra Okuler ditentukan oleh kecepatan produksi akues humor
dan aliran keluar akues humor dari mata. TIO normal 10 – 21 mmHg dan
dipertahankan selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran akueos
humor. Akueos humor di produksi didalam badan silier dan mengalir ke luar
melalui kanal schlemm ke dalam sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi
akibat produksi berlebih badan silier atau oleh peningkatan hambatan abnormal
terhadap aliran keluar akueos melalui camera oculi anterior (COA). Peningkatan
tekanan intraokuler > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama. Iskemia
menyebabkan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap. Kerusakan
jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis.
Kerusakan visus dan kerusakan saraf optik dan retina adalah ireversibel dan hal
ini bersifat permanen tanpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan.
Hilangnya penglihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang.
F.     PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
(1)   Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau
vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina
atau jalan optik.
(2)   Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
(3)   Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal
atau hanya meningkat ringan.
(4)   Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
(5)    EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK
(6)   Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
(7)   Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus
optikus macula dan pembuluh darah retina.
(8)   Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai mencurigakan
apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25
mmhg. (normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan menjadi dua antara
lain (Sidharta Ilyas, 2004) : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glaukoma.
(9)   Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik
yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan
pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
(10)                       Perimetri  : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang
pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat
diperiksa dengan tes konfrontasi.
(11)                       Pemeriksaan Ultrasonografi..: Ultrasonografi dalai gelombang suara yang
dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.

G.    PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


1.    Terapi medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama dengan
mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh
a. Obat Sistemik
 Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase yang
akan mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata
sebanyak 60%, menurunkan tekanan bola mata. Pada permulaan
pemberian akan terjadi hipokalemia sementara. Dapat memberikan efek
samping hilangnya kalium tubuh parastesi, anoreksia, diarea,
hipokalemia, batu ginjal dan myopia sementara.
  Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat
minum adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk
intravena adalah manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau
ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi.

b.    Obat Tetes Mata Lokal


 Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,
levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari,
berguna untuk menurunkan TIO.
 Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai
dekongestan mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi
sistemik.

2.    Terapi Bedah


a.    Iridektomi perifer.
Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan depan karena
telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini hanya dapat
dilakukan jika sudut yang tertutup  sebanyak 50%.
b. Trabekulotomi (Bedah drainase).
Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan
iridektomi.
PATHWAY GLAUKOMA

Usia >  40 th
DM
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia
Trauma mata
 

                                 Obstruksi jaringan                                  peningkatan tekanan


                                  Trabekuler                                                               Vitreus
 

                              Hambatan pengaliran                    pergerakan iris kedepan

                              Cairan humor aqueous Perubahan pengeliatan


perifer
 

meningkat Glukoma TIO meningkat gangguan saraf optik

Tindakan kebutaan

Operas
LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       Identitas klien, meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.
b.      Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS.
Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola mata.
c.       Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami klien
saat ini sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.
d.      Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami
klien sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit yang dideritanya
ataupun tidak.
e.       Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami
anggota keluarga.
f.       Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus
menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera
anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar
dari iris.
2.  Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.
3.  Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi
mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal
bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa
mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata
yang lain.
4.  Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open
angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle
closure ≥  30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat
sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul
goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut
dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA
akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit
2.      Pengkajian Pola FungsionaL Gordon
A. POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
1. Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien
menjaga kesehatannya. Bagaimana klien memandang
penyakit glaukoma, bagaimana kepatuhannya terhadap pengobatan.
2.  Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat
keluarga dengan penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem
vaskuler, serta riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor, dan pernah
terpancar radiasi

B. POLA NUTRISI/METABOLISME
1. Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
2. Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
3. Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )
4. Bagaimana nafsu makan klien
5. Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi
makan dan nafsu makan
6. Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir
7. Biasanya pada klien yang mengalami glaukoma klien akan
mengeluhkan mual muntah

C. POLA ELIMINASI
1. Kaji kebiasaan defekasi
2. Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan
karekteristik BAB
3. Kaji kebiasaan miksi
4. Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada
kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu
untuk miksi
5. Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada pola
eliminasi, kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit glukoma tipe
sekunder (DM, hipertensi).

D. POLA AKTIVITAS/LATIHAN
1. Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan
sirkulasi
2. Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan table
gorden)
3. Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang
4. Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk,
nyeri dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien langsung
atau keluarganya ( perhatikan respon verbal dan non verbal klien )
5. Kaji kekuatan tonus otot
6.  Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien sehari-
hari. Karena, klien mengalami mata kabur dan sakit ketika terkena
cahaya matahari.

E. POLA ISTIRAHAT TIDUR


1. Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif
2. Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur
3.  Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan istirahat
klien sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat
sehingga pola tidur klien tidak normal.

F. POLA KOGNITIF-PERSEPSI
1. Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap,
penciuman. Persepsi nyeri, bahasa dan memori
2. Status mental
a. Bicara : apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak jelas/gugup
b. Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta
keterampilan interaksi
3.  Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
4. Pendengaran : DBN / tidak
5. Peglihatan :DBN / tidak
6. Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas
nyeri
7. Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk
mengurangi nyeri saat nyeri terjadi
8. Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri
9. Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera
penglihatan. Pola pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap
yang biasa.

G. POLA PERSEPSI DIRI-KONSEP DIRI


1.  Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap
kemampuan, harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri
sendiri
2. Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal
yang membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri
3. Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah
klien sering merasa marah, cemas, depresi, takut,  suruh klien
menggambarkannya.
4. Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep
diri karena mata klien mengalami gangguan sehingga kemungkinan
klien tidak PD dalam kesehariannya. Tapi, pada kasus klien tidak
mengalami gangguan pada persepsi dan konsep diri.
H. POLA PERAN HUBUNGAN
1. Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga
lainnya.
2. Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
3. Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun
cucu dll
4. Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
5.  Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
6. Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
7. Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam
berhubungan dengan orang lain ketika ada gangguan pada matanya
yang mengakibatkan klien malu berhubungan de ngan orang lain.
8. Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan
dalam melakukan perannya

I. POLA KOPING-TOLERANSI STRESS


1.  Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan
menggunakan system pendukung
2. Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam
beberapa bulan terakhir
3. Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang
dihadapi, apakah efektif?
4. Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada keluarga / orang lain
5. Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik
6. Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi
stress
7. Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit
yang dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep dirinya dimana
klien mengalami penyakit yang mengganggu organ penglihatannya.

J. POLA  REPRODUKSI/ SEKSUALITAS
1. Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif
2. Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
3.  Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim
berhubungan penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau
batuk hebat saat melakukan hubungan intim
4. Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola
reproduksi seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam
keluarga akan terganggu ketika anggota keluarga tidak menerima salah
seorang dari mereka yang mengalami penyakit mata.

K. POLA KEYAKINAN-NILAI
1. Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan
dalam hidup
2.  Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.
3.  Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal
penting dalam hidup
4. Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah
sehari-hari karena klien mengalami sakit mata dan sakit kepala yang
akan mengganggu ibadahnya.
3.      Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data

Tgl/Har Data Etiologi Problem


i
pengalaman emosional dan Peningkatan Nyeri
sensori yang tidak Tekanan intra
menyenangkan yang muncul okuler
dari kerusakan jaringan secara
secara aktual dan potensial atau
menunjukkan adanya
kerusakan :serangan mendadak
atau perlahan dari intensitas
ringan sampai berat yang
diantisipasi atau diprediksi
durasi nyeri kurang dari 6
bulan.
DO:
1. gerakan untuk
melindungi
2. tingkah laku berhati
hati
3. Muka topeng
4. respon
otonom(diaphoresis,
perubahan tekanan
darah ,perubahan napas
nadi,dilatasi pupil)
5. Tingkah laku
ekspresif(gelisah
merintih,menangis,was
pada iritabel,napas
panjang mengeluh.
DS :
1. Melaporkan nyeri
secara  verbal dan non
verbal
2. Posisi untuk
mengurangi nyeri
3. Perubahan nafsu makan
b. Diagnose Keperawatan

Tgl Dx Keperawatan NOC NIC


/Hari
Nyeri b/d Kriteria Hasil : Manajemen Nyeri
Peningkatan          Status a. Melakukan
Tekanan intra Kenyamanan : Fisik tindakan yang
okuler Indikator : komprehensif  
Kontrol Gejala mulai dari lokasi
Posisi yang nyaman nyeri,
Kesehatan fisik karakteristik,
Sakit kepala durasi, frequensi,
   Kontrol Nyeri kualitas,
Indikator : intensitas, atau
Melaporkan serangan keratnya nyeri
nyeri dan factor yang
Mendeskripsikan faktor berhubungan.
penyebab b. Observasi isyarat
Gunakan catatan untuk ketidaknyamanan
monitor gejala setiap khususnya pada
waktu ketidak
Gunakan langkah mamapuan
pencegahan mengkomunikasi
Gunakan analgesik jika kan secara
direkomendasikan efektif.
c. Memberi
perhatian
perawatan
analgesic pada
pasien.
d. Menggunakan
strategi
komunikasi
terapeutik untuk
menyampaikan
rasa sakit dan
menyampaikan
penerimaan dari
respon pasien
terhadap nyeri.
e. Mengeksplorasi
pengetahuan
pasien dan
keyakinan
tentang rasa
sakit.
 Mempertimbangka
n pengaruh budaya
pada respon nyeri.
 Menentukan
dampak dari
pengalaman rasa
sakit dari
pengalaman nyeri
pada kualitas hidup
(tidur, nafsu makan,
aktivitas, kognisi,
mood, hubungan,
kinerja kerja, dan
tanggung jawab
peran).

Anda mungkin juga menyukai