Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci, baik

pakaian, perabotan, badan, dan lain-lain yang terbuat dari campuran

alkali, dan trigliserida dari lemak. Sabun dibuat secara kimia melalui

reaksi saponifikasi atau disebut juga reaksi penyabunan. Dalam

proses ini asam lemak akan terhidrolisa oleh basa membentuk gliserin

dan sabun mentah. Sabun tersebut kemudian akan di olah lagi untuk

menyempurnakannya hingga kemudian sampai ke pemakai. Salah

satu jenis sabun yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari

adalah sabun cuci piring. Sabun cuci piring berfungsi untuk

membersihkan peralatan makan seperti piring, sendok, garpu, gelas

dan peralatan dapur lainnya dari kotoran dan lemak-lemak sisa

makanan. Dulu, untuk mencuci piring masyarakat tradisioanal

menggunakan sabut kelapa dan juga abu gosok. Namun seiring

perkembangan zaman, masyarakat masa kini sudah menggunakan

spons dan sabun cuci siap pakai dengan berbagai bentuk dan

keunggulan masing-masing (Pasir, 2014).

Awalnya sabun dibuat dalam bentuk padat atau batangan,

namun pada tahun 1987 sabun cair mulai dikenal walaupun hanya

digunakan sebagai sabun cuci tangan. Hal ini menjadikan

perkembangan bagi produksi sabun sehingga menjadi lebih lembut

1
dan dapat digunakan untuk mandi. Semakin berkembangnya teknologi

dan pengetahuan, sehingga sabun cair menjadi banyak macam

jenisnya. Sabun cair diproduksi untuk berbagai keperluan seperti

untuk mandi, pencuci tangan, pencuci piring ataupun alat-alat rumah

tangga dan sebagainya. Karakteristik sabun cair tersebut berbeda-

beda untuk setiap keperluannya, tergantung pada komposisi bahan

dan proses pembuatannya. Keunggulan sabun cair antara lain mudah

dibawa berpergian dan lebih higenis karena biasanya disimpan dalam

wadah yang tertutup rapat (Pasir, 2014)

Penyediaan sabun cuci tangan dengan memanfaatkan bahan

alam sebagai bahan aktif yang memiliki aktivitas baik sebagai

bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) maupun bakterisid

(membunuh bakteri) masih belum banyak dikembangkan. Salah satu

bahan alam yang terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri

yaitu jeruk nipis. Pada air perasan jeruk nipis terdapat senyawa asam

organik yaitu asam sitrat 61,5 g/L, asam malat 5,18 g/L, dan asam

laktat 0,92 g/L. Selain asam organik, air perasan jeruk nipis juga

mengandung saponin dan flavonoid berupa hesperidin, naringin,

tangeretin, eriocotrin, dan eriocitrocid yang memiliki aktivitas

hambatan terhadap pertumbuhan bakteri. menyimpulkan bahwa

semakin besar konsentrasi air perasan jeruk nipis yang diberikan,

maka daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus semakin

besar pula. menguji efek antimikroba air perasan jeruk nipis pada

2
beberapa spesies bakteri yang berbeda dengan metode difusi agar.

Zona hambat terbentuk pada bakteri Vibrio cholera, Enterobacter sp,

Citrobacter, dan Esherichia coli (Jayani, 2017).

B. Tujuan Umum

1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui kandungan yang terdapat pada sabun

cuci piring

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui alat dan bahan yang dibutuhkan dalam

pembuatan sabun cuci piring

b. Untuk mengetahui cara pembuatan sabun cuci piring

C. Manfaat

1. Dapat mengetahui kandungan yang terdapat pada sabun cuci

piring

2. Dapat mengetahui alat dan bahan yang dibutuhkan dalam

pembuatan sabun cuci piring

3. Dapat mengetahui mengetahui cara pembuatan sabun cuci piring

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sabun

Sabun adalah garam natrium atau kalium dari asam lemak,

seperti asam stearat, asam palmitat, dan asam oleat, yang berasal

dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun tersebut dapat berwujud

padat (keras), lunak, berbusa, dan digunakan sebagai pembersih.

Dewan Standarisasi Nasional (DSN) menyatakan bahwa sabun

adalah bahan yang digunakan untuk tujuan mencuci dan mengemulsi,

terdiri dari dari asam lemak dengan rantai karbon C12-C18 dan

natruim atau kalium. Bila asam lemak dimasak dengan basa alkali,

maka akan terbentuk garam dari asam lemak yang disebut sabun dan

gliserol. Sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak

(soft soap) sedangkan sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal

dengan sabun keras (hard soap). Beberapa penelitian pembuatan

sabun lunak antara lain: (Jayani, 2017)

1. Pembuatan sabun cair dari minyak jarak dan soda kue sebagai

upaya peningkatan pangsa pasar soda kue

2. Pemanfaatan minyak goreng jelantah pada pembuatan sabun cuci

piring cair

3. Produksi surfaktan alkil poliglikosida (apg) dan aplikasinya pada

sabun cuci tangan cair

4
4. Pembuatan sabun krim dari limbah PFAD (Palm Fatty Acid

Distillate)

Pembuatan sabun padat antara lain: (Jayani, 2017)

1. Formula sabun transparan antijamur dengan bahan aktif ekstra

lengkuas

2. Pemanfaatan minyak jarak pagar sebagai bahan dasar pembuatan

sabun mandi

3. Penggunaan NaOH dengan dalam pembuatan sabun transparan

madu

Macam-macam jenis sabun dapat dijelaskan sebagai berikut:

(Jayani, 2017)

1. Shaving Cream

Shaving Cream disebut juga dengan sabun kalium. Bahan

dasarnya adalah

campuran minyak kelapa dan asam stearat dengan perbandingan

2:1.

2. Sabun Cair

Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan

menggunakan minyak jarak serta menggunakan alkali (KOH).

Untuk meningkatkan kejernihan sabun, dapat ditambahkan gliserin

atau alkohol.

3. Sabun Kesehatan

5
Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi

dengan kadar parfum

yang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptik. Bahan-

bahan yang digunakan dalam sabun ini adalah trisalisil anilida,

trichloro carbanilyda dan sulfur.

4. Sabun Chip

Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen

didalam menggunakan sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun

mandi dengan beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun chip

dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu melalui pengeringan,

menggiling atau menghancurkan sabun yang berbentuk batangan.

5. Sabun Bubuk untuk Mencuci

Sabun bubuk dapat diproduksi melalui proses dry mixing.

Sabun bubuk mengandung bermacam-macam komponen seperti

sabun, soda ash, natrium karbonat, natrium sulfat, dan lain-lain.

Selain macam-macam jenis sabun diatas, Prawira (2008)

menyatakan bahwa pada perkembangan selanjutnya bentuk sabun

dikelompokkan menjadi bermacam-macam, yaitu:

a) Sabun cair

1) Dibuat dari minyak kelapa

2) Alkali yang digunakan KOH

3) Bentuk cair dan tidak mengental dalam suhu kamar

b) Sabun lunak

6
1) Dibuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau minyak

tumbuhan yang tidak jernih

2) Alkali yang dipakai KOH

3) Bentuk pasta dan mudah larut dalam air

c) Sabun keras

1) Dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak yang

dikeraskan

2) dengan proses hidrogenasi

3) Alkali yang dipakai NaOH

4) Sukar larut dalam air

Perkembangan yang cukup pesat dalam dunia industri

dimungkinkan adanya penambahan bahan-bahan lain ke dalam sabun

sehingga menghasilkan sabun dengan sifat dan kegunaan baru.

Bahan-bahan yang ditambahkan misalnya:

a) Sabun Kesehatan

1) Trichloro Carbanilide (TCC)

2) Hypoallergenic blend, untuk membersihkan lemak dan jerawat

3) Asam salisilat sebagai fungisida

4) Sulfur, untuk mencegah dan mengobati penyakit kulit.

b) Sabun Kecantikan

1) Parfum, sebagai pewangi dan aroma terapi

2) Vitamin E untuk mencegah penuaan dini

3) Pelembab

7
4) Hidroquinon untuk memutihkan dan mencerahkan kulit

c) Shampoo

1) Diethanolamine untuk mempertahankan pH

2) Lanolin sebagai conditioner

3) Protein untuk memberi nutrisi pada rambut

Selain jenis sabun diatas masih banyak jenis-jenis sabun yang

lain, misalnya sabun toilet yang mengandung disinfektan dan

pewangi. Textile soaps yang digunakan dalam industri tekstil sebagai

pengangkat kotoran pada wool dan cotton. Dry-cleaning soap yang

tidak memerlukan air untuk larut dan tidak berbusa, biasanya

digunakan sebagai antiseptik pencuci tangan yang dikemas dalam

kemasan sekali pakai. Metallic soaps yang merupakan garam dari

asam lemak yang direaksikan dengan alkali tanah dan logam berat,

biasanya digunakan untuk pendispersi warna pada cat, varnishes, dan

lacquer, serta saltwater soap yang dibuat dari minyak palem Afrika

(Elaise guineensis) yang dapat digunakan untuk mencuci dalam air

asin. Hasil pencucian yang terbaik memerlukan interaksi antara bahan

kimiawi yang dihasilkan oleh bahan pencuci (sabun dan detergen),

panas yang dihasilkan oleh air pencuci yang hangat, serta gerakan

mekanik yang dihasilkan oleh mesin atau tangan pada saat mencuci.

Kotoran berupa minyak dan lemak tidak dapat dibersihkan hanya

dengan air karena molekul-molekul yang terdapat pada minyak dan

lemak tidak dapat berikatan dengan molekul air. Penambahan sabun

8
akan menyebabkan komponen hidrofobik menarik molekul minyak dan

pada saat yang sama, komponen hidrofilik akan menarik molekul air

(Jayani, 2017).

Sifat-sifat sabun sebagai berikut: (Jayani, 2017).

1. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga

akan dihidrolisis parsial oleh air, karena itu larutan sabun dalam air

bersifat basa.

CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + OH..............(1)

2. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih,

peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun

dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam

air mengendap.

CH3(CH2)16COONa + CaSO4 Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2

3. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses

kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan

untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun nonpolar karena

sabun mempunyai gugus polar dan nonpolar. Molekul sabun

mempunyai rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang bersifat hidrofobik

(tidak suka air) sedangkan COONa+ bersifat hidrofilik (suka air) dan

larut dalam air. Nonpolar, CH 3(CH2)16 (larut dalam minyak,

hidrofobik dan juga memisahkan kotoran nonpolar). Polar: COONa +

(larut dalam air, hidrofilik dan juga memisahkan kotoran polar.

9
4. Proses penghilangan kotoran.

a. Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan

tegangan permukaan sehingga kain menjadi bersih dan air

meresap lebih cepat ke permukaan kain.

b. Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dan mengikat molekul

kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekul

kotoran dan molekul sabun membentuk suatu emulsi.

c. Sedangkan molekul sabun di dalam air pada saat pembilasan

menarik molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi

bersih.

Kelebihan-kekurangan sabun cair dan sabun padat, yaitu:

(Jayani, 2017)

1. Sabun cair

a. Praktis, karena sabun cair tersedia dalam bentuk kemasan botol

(wadah tertutup), sehingga mudah dibawa dan tidak mudah

terkontaminasi kuman seperti halnya sabun padat.

b. Sabun cair lebih mudah dan efisien untuk digunakan sehingga

menghemat waktu penggunaannya.

c. Kelembaban sabun cair lebih tinggi dibadingkan dengan sabun

padat.

2. Sabun padat

a. Sabun padat cenderung terbuka, hal tersebut memungkinkan

bakteri yang lebih mudah untuk berkembang.

10
b. Sabun padat biasanya tergenang di dalam wadah penyimpanan

sehingga memudahkan sabun terkontaminasi bakteri

c. Sabun batang cenderung mebuat kulit lebih kering, meskipun

ada produk sabun batang yang tidak membuat kulit menjadi

kering, namun harganya menjadi cukup mahal.

Fungsi sabun dalam kehidupan, yaitu: (Jayani, 2017)

1. Pembasmi serangga

Selama berabad-abad, sabun juga telah digunakan sebagai

pestisida, zat pembunuh hama pada tanaman. Namun, jangan

menggunakan lebih dari 2 sendok makan sabun ke dalam 3,8 liter

air karena terlalu banyak sabun bisa mematikan tumbuhan. Zat

yang terdapat pada sabun bisa merusak sel membran serangga,

mematikannya dengan membuat mereka dehidrasi.

2. Pembersih lantai kayu

Sabun juga bisa Anda gunakan untuk membersihkan lantai

yang terbuat dari kayu. Namun, sabun harus berbahan alami dan

mengandung banyak emolien. Sabun dengan kandungan emolien

sangat baik untuk membersihkan lantai kayu rumah sehingga

membuatnya mengkilap.

3. Pelicin karat

Gosokkan sabut pada mur atau baut yang berkarat untuk

membuatnya kembali berfungsi dengan baik, bisa juga

11
menggunakan untuk engsel pintu yang engselnya berderit. Sabun

bisa digunakan untuk melicinkan engsel dan meredam bunyinya.

4. Pembersih bahan kulit

Sabun kuda atau pelana merupakan bahan zaman dulu

yang bisa digunakan untuk membersihkan bahan-bahan kulit,

dibuat dengan cara mencampurkan bahan-bahan, seperti 56 gram

minyak jojoba, 56 gram minyak zaitun, 28 gram parutan atau irisan

sabun, 84 gram air, dan 28 gram alkohol. Panaskan minyak jojoba,

zaitun, dan sabun dengan suhu medium. Setelah semuanya

mencair, angkat dari kompor dan tambahkan air serta alkohol.

Setelah itu, aduk hingga semua bahan tercampur rata. Olahan ini

bisa bertahan hingga 6 bulan jika diletakkan di dalam toples dengan

tutup yang rapat.

5. Pencuci pakaian

Sabun digunakan sebagai pencuci pada pakaian biasanya

berupa detergen.

6. Pembersih kaca

Sabun juga bias digunakan untuk membersihkan kaca yang

baru. Setelah itu, Anda bisa membersihkannya dengan cuka. Saat

kaca dibersihkan dengan sabun, hasilnya nampak bersih dan tidak

kusam.

12
7. Anti kutu pada hewan peliharaan

Sabun dan air bisa Anda gunakan untuk membasmi kutu

pada hewan peliharaan di mana kutu akan luruh bersama air

setelah bulu hewan disabuni. Namun, jangan lupa juga untuk

menyisir bagian kepala hewan saat disabuni. Tujuannya adalah

agar kutu tidak berpindah ke bagian yang tidak terkena sabun. 

Pembersih serba guna Sabun adalah alkalin dan dikombinasikan

dengan beberapa mineral, seperti baking soda, borak, atau

washing soda yang bisa dipergunakan untuk beragam pekerjaan

bersih-bersih.

B. Surfaktan

Surfaktan merupakan senyawa aktif penurun tegangan

permukaan (surface active agent) yang digunakan sebagai bahan

penggumpal, pembasah, pembusaan, emulsifier, dan komponen

bahan adhesif yang telah diaplikasikan secara luas pada bidang

industri. Kehadiran gugus hidrofobik dan hidrofilik yang berada dalam

satu molekul menyebabkan surfaktan cenderung berada pada

antarmuka antara fasa yang berbeda derajat polaritas dan kandungan

hidrogennya seperti minyak dan air. Pembentukan film pada

antarmuka ini menurunkan energi antarmuka dan menyebabkan sifat-

sifat khas molekul surfaktan. Surfaktan menjadi empat kelompok

sebagai berikut: (Pratama, 2012)

13
1. Surfaktan kationik, merupakan surfaktan yang bagian pangkal nya

berupa gugus hidrofilik dengan ion bermuatan positif (kation).

Umumnya merupakan garamgaram amonium kuarterner atau

amina.

2. Surfaktan anionik, merupakan surfaktan yang gugus hidrofiliknya

dengan ion bermuatan negatif (anion). Umumnya berupa garam

natrium, akan terionisasi menghasilkan Na+ dan ion surfaktan yang

bermuatan negatif.

3. Surfaktan nonionik, merupakan surfaktan yang tidak berdisosiasi

dalam air, kelarutannya diperoleh dari sisi polarnya. Surfaktan jenis

ini tidak membawa muatan elektron, tetapi mengandung hetero

atom yang menyebabkan terjadinya momen dipol.

4. Surfaktan amfoterik, mengandung gugus yang bersifat anionik dan

kationik seperti pada asam amino. Sifat surfaktan ini tergantung

pada kondisi media dan nilai pH. Sifat hidrofilik surfaktan nonionik

terjadi karena adanya gugus yang dapat larut dalam air yang tidak

berionisasi. Biasanya gugus tersebut adalah gugus hidroksil (R–

OH) dan gugus eter (R–O–R’). Daya kelarutan dalam air gugus

hidroksil dan eter lebih rendah dibandingkan dengan kelarutan

gugus sulfat atau sulfonat. Kelarutan gugus hidroksil atau eter

dalam air dapat ditingkatkan dengan penggunaan gugus

multihidroksil atau multieter (Pratama, 2012).

14
Beberapa contoh produk multihidroksil (hasil reaksi antara

gugus hidrofobik dengan produk multihidroksil) antara lain: glikosida,

gliserida, glikol ester, gliserol ester, poligliserol ester dan poligliserida,

poliglikosida, sorbitol ester dan sukrosa ester. Surfaktan digunakan

secara luas di berbagai bidang. Sejauh ini, surfaktan paling banyak

diaplikasikan dalam bidang pencucian dan pembersihan sebaik yang

digunakan untuk perawatan tekstil dan kosmetik, penggunaan ini lebih

dari 50% dari total keseluruhan surfaktan. Surfaktan juga digunakan

dalam bidang makanan, proteksi tanaman, pertambangan, produksi

cat, dan kertas. Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) merupakan

surfaktan anionik yang paling banyak digunakan untuk kosmetika atau

produk-produk perawatan diri. SLES memiliki pH 7-9, mudah

mengental dengan garam dan menunjukkan kelarutan dalam air yang

baik (Pratama, 2012).

Kesesuaian SLES terhadap kulit dan mata dapat diterima

pada kebanyakan aplikasi dan bisa ditingkatkan melalui kombinasi

dengan surfaktan sekunder yang tidak terlalu kuat. Sodium Lauril Eter

Sulfat (SLES) umumnya bentuknya adalah R-(OCH 2CH2)nOSO3‾Na+

dimana R adalah rantai alkil dengan berbagai panjang utamanya

adalah C12 (lauril) dan rata-rata derajat etoksilat n yang sama dengan

2 atau 3. Lauril Sulfat dan Lauril Eter Sulfat terdapat dalam larutan

pada konsentrasi berkisar antara 25-30% atau disebut sebagai

konsentrasi high-active‖, biasanya dalam rentang 6-70% bahan aktif.

15
Surfaktan ini berbentuk gel sehingga konsentrasi yang tinggi

dapat menyebabkannya sulitnya surfaktan ini larut dalam air. Di

Eropa, Lauril Eter Sulfat (apalagi bentuk garam sodium) paling biasa

digunakan sebagai surfaktan primer, dan Lauril Sulfat menduduki

peringkat kedua. Sodium Lauril Sulfat (SLS) lebih mudah

menyebabkan iritasi daripada Lauril Eter Sulfat (SLES). SLS lebih baik

sifat deterjensinya daripada SLES sedangkan untuk kelarutan dan

pembentukan busa, SLES lebih baik daripada SLS. Pencampuran

surfaktan ini dengan surfaktan lain dapat mengoptimalkan sifatnya

dan unsur lain dapat digunakan untuk memodifikasi sifatnya.

Contohnya adalah pengunaan coconut fatty acid diethnolamide untuk

menstabilkan busa dan meningkatkan tekstur kasar dari busa yang

dihasilkan dengan Eter Sulfat (Pratama, 2012).

C. Jeruk Nipis

Secara taksonomi, tanaman jeruk nipis termasuk dalam

klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rutales

Famili : Rutaceae

Genus : Citrus

16
Spesies : Citrus aurantifolia (Cristm) Swingle

Jeruk nipis (citrus aurantifolia) merupakan pohon berukuran

kecil dan merupakan salah satu jenis citrus (jeruk ). Jeruk nipis (Citrus

aurantifolia) ini dapat dijadikan obat tradisional yang berkhasiat

mengurangi demam, batuk, infeksi saluran kemih, ketombe,

mengurangi jerawat serta sebagai anti-inflamasi dan antimikroba.

Buah jeruk nipis memiliki rasa pahit, asam, dan bersifat sedikit dingin.

Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam jeruk nipis di

antaranya adalah asam sitrat sebnyak 7-7,6%, damar lemak, mineral,

vitamin B1, sitral limonene, fellandren, lemon kamfer, geranil asetat,

cadinen, linalin asetat. Selain itu, jeruk nipis juga mengandung vitamin

C sebanyak 27 mg/100 g jeruk, Ca sebanyak 40 mg/100 g jeruk, dan

P sebanyak 22 mg/100 g jeruk.

Tanaman genus Citrus merupakan salah satu tanaman

penghasil minyak atsiri yang merupakan suatu substansi alami yang

telah dikenal memiliki efek sebagai antibakteri. Minyak atsiri yang

dihasilkan oleh tanaman yang berasal dari genus Citrus sebagian

besar mengandung terpen, siskuiterpen alifatik, turunan hidrokarbon

teroksigenasi, dan hidrokarbon aromatik. Komposisi senyawa minyak

atsiri dalam jeruk nipis (Citrus aurantifolia) adalah limonen (33,33%),

β-pinen (15,85%), sitral (10,54%), neral (7,94%), γ-terpinen (6,80%),

α-farnesen (4,14%), α-bergamoten (3,38%), β-bisabolen (3,05%), α-

terpineol (2,98%), linalol (2,45%), sabinen (1,81%), β-elemen(1,74%),

17
nerol (1,52%), α-pinen (1,25%), geranil asetat (1,23%), 4-terpineol

(1,17%), neril asetat (0,56%) dan trans-β-osimen (0,26%). (Astarini et

al, 2010) ). Pemanfaatan jeruk nipis dalam formulasi sabun transparan

diperkirakan mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan mikroba,

karena kandungan bahan aktif didalamnya sehingga sabun transparan

merupakan salah satu media yang difungsikan sebagai penghantar

antibakteri dan anti mikroba pada kulit (Dimpudus, 2017).

D. Sodium klorida (NaCl)

Sodium klorida merupakan komponen kunci dalam proses

pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil

karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat

memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya

berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan

untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak

mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang

tinggi, sedangkan sabun akan mengendap (Dimpudus, 2017).

E. Air

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O. Satu

molekul air tersusun atas dua atomhidrogen yang terikat secara

kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak

berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100

kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan

suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk

18
melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula,

asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. Dalam

pembuatan sabun, air yang baik digunakan sebagai pelarut yang baik

adalah air sulingan atau air (Dimpudus, 2017).

F. Pewangi

Pewangi atau pengaroma adalah suatu zat tambahan yang

ditujukan untuk memberikan aroma wangi padasabun agar konsumen

lebih tertarik.Jumlah pewangi yang ditambahkan tergantung selera

tetapi biasanya 0,05-2 % untuk campuran sabun (Dimpudus, 2017).

G. Daun Pandan

Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka tanaman

yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Masyarakat

Indonesia sejak jaman dahulu telah mengenal dan memanfaatkan

tanaman yang mempunyai khasiat obat atau menyembuhkan

penyakit. Tanaman tersebut dikenal dengan sebutan tanaman obat

tradisional atau obat herbal. Salah satu tanaman tersebut adalah daun

pandan wangi (Dimpudus, 2017).

Klasifikasi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb)

adalah sebagai berikut: (Dewanti, 2017).

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Classis : Monocotyledonae

Ordo : Pandanales

19
Familia : Pandanaceae

Genus : Pandanus

Species : Pandanus amaryllifolius, Roxb.

Saponin merupakan senyawa antibakteri dan antivirus.

Senyawa ini meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengurangi

kadar gula darah, dan mengurangi penggumpalan darah. Saponin

adalah suatu glikosida alamiah yang terikat dengan steroid atau

triterpena. Saponin mempunyai aktifitas farmakologi yang cukup luas

diantaranya immunomodulator, antitumor, antiinflamasi, antivirus,

antijamur, dapat membunuh kerang-kerangan, hipoglikemik, dan efek

hipokolesterol. Saponin mempunyai sifat bermacam-macam, yaitu

memiliki rasa manis atau pahit, dapat membentuk buih, dapat

menstabilkan emulsi, dan dapat menyebabkan hemolisis. Saponin

dapat digunakan antara lain untuk membuat minuman beralkohol,

dalam industri pakaian dan kosmetik, dalam membuat obatobatan,

serta sebagai obat tradisional. Saponin ditemukan terutama dalam

tumbuhtumbuhan. Namanya diambil dari genus suatu tumbuhan yaitu

saponaria, akar dari famili Caryophyllaceae yang dapat dibuat sabun.

Saponin juga dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan famili lain

(Dewanti, 2017).

20
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat Dan Bahan

1. Alat

a. Blender

b. Saringan

c. Pengaduk

d. Baskom

e. Botol

2. Bahan

a. Daun pandan secukupnya

b. Texapon 20 ml

c. Air 500 ml

d. Perasan jeruk nipis

e. Garam

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Proses pembuatan pestisida dari daun papaya dan uji coba di

laksanakan di rumah. Waktu pelaksanaannya dilakukan pada bulan

April 2018.

C. Cara Pembuatan

1.Daun pandan dipotong-potong lalu diblender dengan sedikit air

hingga hancur lalu disaring dan diambil airnya saja.

21
BAB IV

PEMBAHASAN

2. Tambahkan larutan texapon yang nanti dapat mengeluarkan busa

yang akan mengikat kotoran.

22
3. Campurkan air, garam dan perasan jeruk nipis lalu aduk-aduk

hingga mengeluarkan busa sebanyak mungkin. Diamkan sekitar 2

hari sampai busa menghilang dan cairan menjadi lebih kental.

Tinggal dikemas dalam botol tertutup.

4. Dalam kemasan

23
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Uji performa dilakukan dengan menguji mencuci piring

dengan menggunakan bahan pencuci alami. Ternyata setelah

menggunakan lbahan pencuci alami tersbut alat perlatan makan

menjadi wangi, kotoran-kotorannya pun terangkat menjadi bersih dan

menghasilkan busa.

B. Pembahasan

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk

mencuci dan membersihkan. Kini keberadaan sabun colek mulai

tergeser dengan adanya cairan sabun cuci piring, walaupun

keberadaan sabun colek sudah banyak digunakan jauh sebelum

munculnya sabun cair pencuci piring. Sejak kemunculan cairan

pencuci piring, masyarakat pun banyak yang beralih ke cairan pencuci

piring dengan alasan kepraktisan, kecepatan, dan karena bentuknya

yang cair maka lebih mudah larut dalam air dan menghasilkan Busa

berlimpah sehingga dapat membersihkan dengan sempurna (Pasir,

2014).

Sabun cuci piring ini juga bisa dibuat sendiri. Salah satunya

Sabun yang berbentuk cair yang khusus untuk membersihkan

peralatan makan dan peralatan dapur lainnya. Bahan-bahan yang

dipakai juga merupakan bahan-bahan yang ramah lingkungan, namun

24
kualitas yang dihasilkan juga baik sehingga dapat membersihkan

dengan sempurna. Selain itu cara membuatnya pun tidak rumit

sehingga dapat dibuat oleh siapapun (Pasir, 2014).

Dalam pembuatan sabun peran zat pembantu dan pengisi

sangat besar karena akan sangat menentukan mutu dan penampakan

sabun yang akan dijual. Zat-zat yang biasa digunakan adalah: (Pasir,

2014).

1. Garam, berfungsi sebagai pengental. Semakin banyak jumlah

garam yang digunakan dalam sabun maka sabun yang dihasilkan

akan semakin kental.

2. Zat pemberi busa, untuk meningkatkan pencucian yang bersih,

sebab tanpa busa kemungkinan besar sabun telah mengendap

sebagai sabun kalsium atau sabun tidak larut lainnya.

3. Pewangi, untuk memberikan aroma tertentu sesuai selera dan

meningkatkan dayatarik serta daya jual sabun.

4. Zat warna, memberi warna pada sabun agar mempunyai

penampilan menarik.

25
BAB V

PENUTUP

C. Kesimpulan

1. Alat yang digunakan yaitu, blender, saringan, pengaduk, baskom,

dan botol, sedangkan bahan yang digunakan yaitu, daun pandan

secukupnya, texapon 20 ml, air 500 ml, perasan jeruk nipis, garam.

2. Daun pandan dipotong-potong lalu diblender dengan sedikit air

hingga hancur lalu disaring dan diambil airnya saja, Tambahkan

larutan texapon yang nanti dapat mengeluarkan busa yang akan

mengikat kotoran, Campurkan air, garam dan perasan jeruk nipis

lalu aduk-aduk hingga mengeluarkan busa sebanyak mungkin.

Diamkan sekitar 2 hari sampai busa menghilang dan cairan

menjadi lebih kental. Tinggal dikemas dalam botol tertutup.

D. Saran

1. Sebaiknya menggunakan sabun cuci piring alami sebagai

pengganti yang digunakan agar terhindar dari bahan-bahan kimia

yang terdapat pada sabun cuci piring.

2. Sabun tersebut dapat membersihkan noda-noda membandel yang

terdapat pada peralatan makan dengan bantuan ekstrak jeruk

nipis.

26

Anda mungkin juga menyukai