Kep
“TUGAS INDIVIDU”
Di susun oleh:
Rita Amelia
(A1C219143)
Jawab: Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan fisiologis
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ
atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada
kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Oksigen
memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen
akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat
menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling
utama dan sangat vital bagi tubuh.
Jawab:
o Saraf otonom
o Hormonal dan obat, semua hormon termasuk derivat katekolamin yang dapat melebarkan
saluran pernafasan
o Alergi pada saluran nafas seperti debu, bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk,
makanan
o Faktor perkembangan, tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi
o Faktor lingkungan, seperti faktor alergi, ketinggian dan suhu dimana kondisi tersebut
mempengaruhi kemampuan adaptasi
o Faktor perilaku, seperti perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi)
Jawab: ventilasi respirasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka
tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara
semakin tinggi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Adanyakonsentrasi oksigen di atmosfer
b. Adanya kondisi jalan napas yang baik.
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi
atau kembang kempis.
4. Hitung jumlah tetesan infus pada anak ?
Jawab:
Berikut adalah cepat kehilangan hasil formula dari rumus dasar (dalam jam) untuk pasien
anak:
berjaga-jaga
Lalu bagaimana mencari jumlah tetesan/ detik ? kita hanya tinggal merubah rumus
dan menggunakan angka angka ya
Jika timbul reaksi karena transfusi, pertama periksa label kemasan darah dan identitas pasien.
Jika terdapat perbedaan, hentikan transfusi segera dan hubungi bank darah.
Tatalaksana:
Lambatkan transfusi
Beri klorfenamin 0.1 mg/kgBB IM, jika tersedia
Teruskan transfusi dengan kecepatan normal jika tidak terjadi perburukan gejala setelah
30 menit
Jika gejala menetap, tangani sebagai reaksi hipersensitivitas sedang (lihat bawah).
Reaksi sedang-berat (karena hipersensitivitas yang sedang, reaksi non-hemolitik, pirogen atau
kontaminasi bakteri)
Urtikaria berat
Kulit kemerahan (flushing)
Demam > 38°C (demam mungkin sudah timbul sebelum transfusi diberikan)
Menggigil
Gelisah
Peningkatan detak jantung.
Tatalaksana:
Stop transfusi, tetapi biarkan jalur infus dengan memberikan garam normal
Beri hidrokortison 200 mg IV, atau klorfenamin 0.25 mg/kgBB IM, jika tersedia
Beri bronkodilator, jika terdapat wheezing (lihat halaman 100-102)
Kirim ke bank darah: perlengkapan bekas transfusi darah, sampel darah dari
tempat tusukan lain dan sampel urin yang terkumpul dalam waktu 24 jam
Jika terjadi perbaikan, mulai kembali transfusi secara perlahan dengan
darah baru dan amati dengan seksama
Jika tidak terjadi perbaikan dalam waktu 15 menit, tangani sebagai reaksi
yang mengancam jiwa (lihat bagian bawah) dan laporkan ke dokter jaga
dan bank darah.
Reaksi yang mengancam jiwa (karena hemolisis, kontaminasi bakteri dan syok septik, kelebihan
cairan atau anafilaksis)
demam > 380 C (demam mungkin sudah timbul sebelum transfusi diberikan)
menggigil
gelisah
peningkatan detak jantung
napas cepat
urin yang berwarna hitam/gelap (hemoglobinuria)
perdarahan yang tidak jelas penyebabnya
bingung
gangguan kesadaran.
Catatan: pada anak yang tidak sadar, perdarahan yang tidak terkontrol atau syok mungkin
merupakan tanda satu-satunya reaksi yang mengancan jiwa.
Tatalaksana
stop transfusi, tetapi biarkan jalur infus dengan memberikan garam normal
jaga jalan napas anak dan beri oksigen
beri epinefrin 0.01 mg/kgBB (setara dengan 0.1 ml dari 1 dalam larutan 10 000)
tangani syok
beri hidrokortison 200 mg IV, atau klorfeniramin 0.25 mg/kgBB IM, jika tersedia
beri bronkodilator jika terjadi wheezing
lapor kepada dokter jaga dan laboratorium sesegera mungkin
jaga aliran darah ke ginjal dengan memberikan furosemid 1 mg/kgBB IV
beri antibiotik untuk septisemia
6. Buatlah 1 contoh Proposal terapi bermain pada anak yg sedang menjalani
hospitalisasi
Jawab:
A.Topik
B. Tujuan Umum :
Merangsang pertumbuhan dan perkembangan sensoris motorik
Tujuan Khusus :
1. Merangsang perkembangan intelektual
2. Merangsang perkembangan sosial
3. Merangsang perkembangan kreatifitas
4. Merangsang perkembangan kesadaran diri
5. Merangsang perkembangan moral dan
6. Permainan sebagai terapi
C. Kriteria Evaluasi :
Anak telah belajar memecahkan masalah melalui eksplorasi alat mainannya
Anak dapat mengembangkan hubungan social dan belajar memecakan masalah dari hubungan tersebut
Anak dapat belajar dan mencoba untuk merealiasikan ide idenya
Anak mampu mengatur dalam tingkah lakunya, misalkan jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis anak akan
belajar mengembangkan diri bahwa prilakunya menyakiti teman
Anak dapat mmpelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya terutama dari orang tua dan guru
Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama hospitalisasi, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya(distruksi
dan relaksasi)
Anak dapat berintraksi dengan anak lain dan perawat
Anak dapat mengekspresikan pikiran perasaan melalui permainan yang telah dilakukan
E. Landasan teori
Bermain sama juga bekerja pada orang dewasa dan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu
cara yang paling efekif untuk menurunkan stress pada anak dan penting unuk kesejahteraan mental dan emosional(champbell dan glasser
1995).
Bermain bukan sekedar mengisi waktu tapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan dan cinta kasih. Dengan
bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri minatnya, cara menyelesaikan tugas tugasnya dalam bermain
(Soetjiningsing 1995).
G. Antisipasi Masalah
Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
Jika anak tidak kooperatif anak akan diajak bermain secara perlahan-lahan
H. Alat Bantu
Balok warna-warni
Buku gambar
Pensil warna warni
Bola
I. Proses Seleksi
Proses seleksi untuk menentukan jenis permainan berdasarkan umur pasien yaitu pada usia 3-5 tahun.
L. Rencana Pelaksanaan :
No Terapis Waktu Subjek terapi
1 Persiapan 10 menit Ruangan,alat,anak dan keluarga siap
a. Menyiapkan ruangan.
b. Menyiapkan alat-alat.
c. Menyiapkan anak dan keluarga
2 Proses :
Membuka proses terapi bermain dengan mengucapkan 2 menit Menjawab salam, Memperkenalkan diri,
salam, memperkenalkan diri.
Menjelaskan pada anak dan keluarga tentang tujuan Memperhatikan
dan manfaat bermain, menjelaskan cara permainan. 5 menit
Mengajak anak bermain .
3 menit
3 Penutup 5 menit Memperhatikan dan menawab salam
Menyimpulkan, mengucapkan salam
M. Proses Evaluasi
Anak terlibat dan aktif dalam terapi bermain
Anak mengikuti terapi bermain sampai selesai
Anak mau berinteraksi dengan anak lain dan perawat
Anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan melalui permainan yang telah dilakukan
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bermain merupakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya dan dilakukan secara suka rela dan
tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban serta tidak tergantung kepada usia tetapi tergantung kepada
kesehatan dan kesenangan yang diperoleh (Hurlock, 1998). Menurut Hughes (1999), bermain merupakan hal yang berbeda
dengan belajar dan bekerja. Selain itu bermain juga dapat bermakna sebagai kegiatan anak yang menyenangkan dan dinikmati.
Dengan demikian, pada dasarnya setiap aktivitas bermain selalu didasarkan pada perolehan kesenangan dan kepuasan, sebab
fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan menyegarkan kembali kondisi fisik dan mental yang berada pada ambang
ketegangan (Andang, 2009).
Hospitalisasi adalah suatu proses oleh karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di
rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Anak yang sakit dan harus dirawat
dirumah sakit akan mengalami masa sulit karena tidak dapat melakukan kebiasaan seperti biasanya. Lingkungan dan orang-
orang asing, perawatan dan berbagai prosedur yang dijalani oleh anak merupakan sumber utama stres, kecewa dan cemas,
terutama untuk anak yang pertama kali dirawat dirumah sakit (Nelson, 1988). Hospitalisasi selama kanak-kanak adalah
pengalaman yang memiliki efek yang lama kira-kira satu dari tiga anak pernah mengalami hospitalisasi (Fortinas and Warrel,
1995).
Anak yang dikategorikan anak usia prasekolah adalah anak usia 3-5 tahun, seorang ahli psikologi Hurlock mengatakan bahwa
masa usia prasekolah adalah masa emas (the golden age). Di usia ini anak mengalami perubahan baik fisik dan mental dengan
berkembangnya konsep diri, munculnya egosentris, rasa ingin tahu yang tinggi, imajinasi yang tinggi, belajar menimbang rasa,
dan mengatur lingkungannya. Namun, anak juga dapat berperilaku buruk dengan berbohong, mencuri, bermain curang, gagap,
tidak mau pergi ke sekolah dan takut akan monster atau hantu. Hal inilah yang membuat anak sulit berpisah dengan orangtua
sehingga saat anak dirawat di rumah sakit ia akan merasa cemas akan prosedur rumah sakit yang tidak dipahaminya (Elfira,
2011).
Terapi bermain adalah salah satu terapi yang menggunakan segala kemampuan bermain dan alat permainan, anak bebas
memilih permainan yang ia sukai dan perawat ikut serta dalam permainan tersebut. Dan berusaha agar anak bebas
mengungkapkan perasaannya sehingga ia merasa aman, puas dan dihargai (Fortinash and Warrel, 1995). Terapis yang cakap
menggunakan teknik ini sebagai metode untuk mengenal gangguan emosional pada anak (Wong and Whaley, 1996). Terapi
bermaian ini bertujun untuk mempraktekkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan
merupakan suatu aktifitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan kognitif dan afektif (Anonim, 2010).
Bercerita juga adalah salah satu terapi bermain yang merupakan aktivitas yang sangat sesuai dengan perkembangan emosi
anak-anak. Kebanyakan anak kecil lebih menyukai cerita tentang orang dan hewan yang dikenalnya. Mereka menyukai karakter
ini karena kualitas pribadi atau humornya. Karena mereka mampu mengidentifikasi diri dengan hewan, mereka memperoleh
kegembiraan yang besar dari mendengar hal-hal yang dilakukan karakter itu (Hurlock, 2005).
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan pada pemberian terapi bermain dengan tehnik bercerita terhadap
kecemasan akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah di ruang perawatan anak RSUD Kota Yogyakarta.
Berdasarkan hal-hal yang dijabarkan diatas, maka saya tertarik untuk melakukan terapi bermain dengan teknik bercerita pada
anak prasekolah untuk mengurangi dampak hospitalisasi yang timbul di Ruang Anggrek RS ELIM di kota Makassar.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Sasaran
BAB II
DESKRIPSI KASUS
Karakteristik Sasaran
Anak usia prasekolah berkembang dari perilaku sensorimotor sebagai alat pembelajaran dan berinteraksi dengn lingkungan
menjadi pembentuk pikiran simbolik. Anak juga belajar untuk berpartisipasi dalam percakapan sosial. Dalam aktifitas bermain,
anak memiliki kehidupan fantasi aktif, menunjukkan eksperimentasi dengan ketrampilan baru dan permainan, peningkatan
aktifitas bermain, anak dapat menggunakan dan mengendalikan dirinya sendiri. Menurut Marjorie mengatakan bahwa anak
prasekolah merupakan masa antusiasme, bertenaga, aktivitas, kreativitas, otonomi, sosial tinggi dan independen.
Analisa Kasus
Berdasarkan hasil pengamatan selama praktek klinik beberapa anak merasa takut jika didekati oleh perawat. Dampak
hospitalisasi pada masa prasekolah yaitu sering menolak makan, sering bertanya, menangis perlahan, tidak kooperatif
terhadap petugas kesehatan, anak sering merasa cemas, ketakutan, tidak yakin, kurang percaya diri, atau merasa tidak cukup
terlindungi dan merasa tidak aman.
Prinsip Bermain
1. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan pada
anak.
2. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana.
3. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak.
4. Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama.
5. Melibatkan orang tua
Karakteristik Permainan Menurut Teori
BAB III
METODOLOGI BERMAIN
Judul Permainan
Keterampilan yang Diperlukan
1. Mendengar aktif
2. Pengendalian emosi
3. Intelegensi
4. Konsentrasi
Jenis Permainan
Kegiatan yang akan dilakukan oleh anak adalah mendengar aktif dan
menanggapi isi cerita.
Alat yang Diperlukan
Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi structural