OLEH :
KELOMPOK VI
kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan tepat waktu. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyusun Makalah yang berisi pembahasan tentang ”Uji Antivirus, Uji Vitamin &
Asam Amino” ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah
Mikrobiologi Terapan.
Kami mencoba menyusun Makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini memang masih
belum sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikannya dalam hal
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….....i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Virus adalah agen infeksi berukuran kecil yang berproduksi di dalam sel inang yang hidup.
Ketika terinfeksi, sel inang dipaksa untuk menghasilkan ribuan salinan identic virus asli dengan
cepat. Virus sendiri tidak memiliki sel: pembentukan virus-virus baru berlangsung dalam sel inang
yang terinfeksi,. Walaupun demikian, virus memiliki materi genetic yang memungkinkannya untuk
Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik
berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak
Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional
karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia sering kali pengertiannya
dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α).
Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk
larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi
basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam
amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu fungsinya
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Di Maksud Dengan Antivirus, Vitamin & Asam Amino?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Antivirus
Antivirus merupakan salah satu penggolongan obat yang secara spesifik digunakan
untuk mengobati infeksi virus. Sama seperti antibiotic dan antibiotic spectrum luas dan bakteri,
kebanyakan antivirus digunakan untuk infeksi virus yang spesifik, sementara antivirus spectrum
luas dapat efektif melawan berbagai macam virus. Tetapi tidak seperti sebagian besar antibiotic,
antivirus tidak dapat membunuh virus dan hanya menghambat virus untuk masuk ke dalam sel
atau bereplikasi.
termasuk antivirus yang berupa antibody monoclonal. Sebagian besar antivirus relative tidak
berbahaya bagi pasien, karena itu dapat digunakan untuk mengobati infeksi.
Antivirus berbeda dengan virisida, yang merupakan suatu molekul yang dapat
menghancurkan virus. Beberapa tumbuhan menghasilkan senyawa antivirus alami seperti pada
eukaliptus. Sebagian besar obat antivirus ditunjukan untuk mengobati HIV, Virus herpes, virus
hepatitis B, dan C , dan virus influenza A dan B. peneliti tengah mengembangkan antivirus
Merancang obat antivirus yang aman dan efektif sangatlah sulit, karena virus
menggunakan sel inang untuk bereplikasi. Hal ini yang membuat sulit untuk obat dapat
menghambat tanpa perlu membahayakan pasien. Selain itu, kendala utama dalam
mengembangkan vaksin dan obat antivirus adalah materi genetic virus yang mudah bermutasi
Munculnya antivirus dikarenakan pengetahuan tentang gentik dan fungsi molekuler dari
organisme berkembang, sehingga peneliti dapat memahami struktur dan fungsi dari virus,
kemajuan metode untuk menemukan obat baru, meningkatnya tekanan yang diberikan pada
Virus terdiri dari genom dan terkadang terdapat beberapa enzim yang berada dalam
sebuah membrane terbuat dari protein (kapsid), dan terkadang dilapisi dengan lapisan lipid
(sering disebut selubung). Virus tidak dapat berproduksi sendiri, dan justru memanfaatkan sel
Virus selalu berdampingan dengan organisme, dan mungkin telah ada sejak sel hidup
pertama kali berevolusi. Virus tidak meninggalkan fosil, sehingga asal muasal virus hanya bisa
mengandalkan keberadaan DNA atau RNA virus yang terdahulu. Akan tetapi, sebagian besar
virus yang diawetkan dan disimpan di laboratorium berusia kurang dari 90 tahun.
Metode-metode biologi molekuler hanya berhasil melacak nenek moyang virus yang
berevolusi pada abad ke-20. Golongan virus baru berkali-kali muncul dalam berbagai tahap
a. Teori regresi
Menurut teori ini, virus bisa jadi dulunya adalah sel-sel kecil yang menjadi parasit
dalam sel yang lebih besar. Kemudian, parasit-parasit ini kehilangan gen-gen yang tidak lagi
dibutuhkan setelah hidup sebagai parasit. Dengan demikian, sel-sel tersebut mengalami
regresi menjadi virus. Teori ini didukung oleh keberadaan bakteri seperti Rickettsia dan
Chlamydia yang hanya mampu bereproduksi di dalam sel inang (seperti halnya virus).
Menurut teori regresi, jika sel-sel seperti ini bisa mengandalkan hidup sebagai parasit, gen-
gen lain yang hanya diperlukan untuk hidup mandiri dapat hilang.
Menurut teori ini, virus berevolusi dari potongan DNA atau RNA yang keluar dari
gen-gen organisme yang lebih besar. DNA yang keluar ini dapat berasal dari plasmid
(potongan-potongan DNA yang dapat berpindah dari satu sel ke sel lain) dan juga dari
bakteri.
c. Teori koevolusi
Menurut teori ini, virus tidak berasal dari sel dan berevolusi dari molekul-molekul
kompleks protein dan DNA pada saat yang sama dengan munculnya sel di bumi, dan selama
bertahun-tahun selalu bergantung kepada sel hidup Viroid adalah molekul RNA yang tidak
digolongkan sebagai virus karena mereka tidak memiliki lapisan protein. Viroid sering
disebut agen subviral. Sementara itu, virofag bergantung pada virus raksasa dalam
menginfeksi sel inang, misalnya virofag Sputnik bergantung pada Mimivirus yang
keberadaan spesies virus lain di dalam sel inang disebut "satelit" dan dapat menjadi
Ketiga teori ini memiliki kelemahan. Teori regresi tidak dapat menjelaskan
mengapa sel-sel parasit terkecil yang ditemukan pun tidak memiliki kemiripan sama sekali
dengan virus. Teori keluar dari sel tidak dapat menjelaskan struktur-strukur yang hanya ada
pada virus dan tidak pada sel. Teori koevolusi tidak dapat menjelaskan bagaimana virus
yang terbentuk pertama kali dapat bertahan dan memperbanyakdiri tanpa keberadaan sel.
2. Vitamin
Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik
berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang
Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya "hidup" dan amina
(amine) yang mengacu pada suatu gugus fungsi yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada
awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali
Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam
reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh
Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan
berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin,
riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat). Walau memiliki
peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi vitamin D dan vitamin K dalam
bentuk provitamin yang tidak aktif. Sumber berbagai vitamin ini dapat berasal dari makanan,
3. Asam amino
Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional
karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia sering kali pengertiannya
dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau
α). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam
bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan
menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi
zwitter-ion. Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena
salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein.
Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus:
gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari
residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino
Asam-asam amino yang secara alami menyusun protein mempunyai gugus fungsi amino
(-NH2) dan karboksil ( -COOH) yang terikat pada atom karbon yang sama yaitu pada atom
karbon alfa. Oleh karena itu, asam-asam amino ini disebut α-amino
Atom C pusat tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa
bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh
karena gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan asam α-amino.
Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut
menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah,
ikatan peptida. Meskipun demikian, pada awal pembentukannya protein hanya tersusun dari 20
asam amino yang dikenal sebagai asam amino dasar atau asam amino baku atau asam amino
penyusun protein (proteinogenik). Asam-asam amino inilah yang disandi oleh DNA/RNA
Klasifikasi ini didasarkan pada sifat kimia dari gugus R-nya sehingga akan memudahkan dalam
mengingat sifat-sifat umum dari setiap asam amino. Dengan klasifikasi ini, metode untuk
a. Contoh 1
berembrio. Campuran antara suspensi virus dan larutan agen antimikroba uji dibuat
dalam seri pengenceran. Seri pengenceran ini dibuat pada serum yang telah diinaktivasi,
misalnya serum kuda, dan diinokulasikan pada kultur sel atau telur berembrio. Sebagai
kontrol digunakan larutan tanpa virus. Karena obat juga dapat tosik pada kultur jaringan
atau telur, maka toksisitasnya harus diuji. Seri pengenceran Obat dicampurkan dengan
serum yang dinaktivasi dan dinokulasi ke dalam sel jaringan atau telur berembrio.
Pengamatan dilakukan setiap hari terhadap ada atau tidaknya kerusakan sel atau
jaringan.
Selain menggunakan kultur sel atau telur, uji aktivitas antivirus juga dapat
dilakukan pada hewan percobaan, contohnya pada pengujian virus hepatitis B (HBV)
yang tidak dapat ditumbuhkan pada kultur sel ataupun telur berembrio.
b. Contoh 2
Kedokteran UGM pada bulan Januari-September 2013. Bahan uji adalah bubuk
Farmasi UGM. Konsentrasi kurkumin yang digunakan adalah 6,25 ppm, sedangkan
PGV-0 adalah 1,5625 ppm sesuai uji sitotoksik yang telah dilakukan sebelumnya.
Virus Dengue dipropagasi pada sel C636 (cell line dari klon Aedes albopictus)
yang ditumbuhkan pada Minimum Essential Medium (MEM) dengan 10% Fetal
Bovine Serum ( FBS ) (Gibco, NY, USA) dan diinkubasi pada suhu 28°C tanpa CO 2.
Propagasi virus Dengue dilakukan sesuai dengan referensi Kuno 1990 dalam
Nurminha 2011. Virus Dengue-2 diperbanyak pada sel C636 dan dipanen setelah
Infeksi virus Dengue pada sel vero Sel vero (African green monkey kidney)
bisa digunakan untuk mengevaluasi aktivitas anti Dengue senyawa dan untuk
pengembangan vaksin Dengue. Sel ini digunakan untuk uji anti virus dalam penelitian
karena berasal dari sel mamalia yang hubungannya lebih dekat dengan manusia.
Sel vero ditumbuhkan pada media M-199, kemudian ditambah 10 % FBS dan
diinkubasi pada suhu 37°C dengan 5 % CO2. Sel vero dengan kepadatan 5 x 105 sel
per well (sumuran) ditumbuhkan dalam well plate yang diberi deck glass yang
dilapisi poly elysin sebagai tempat menempelnya sel. Plate yang digunakan masing-
Uji coba dilakukan pada 1) kelompok yang diinfeksi virus Dengue-2 yang
diberi senyawa kurkumin dan diinkubasi 1 hari; 2) kelompok diinfeksi virus Dengue-
2 yang diberi senyawa PGV-0 dan diinkubasi 1 hari; 3) kontrol positif (sel diinfeksi
Dengue 2 dan diinkubasi 1 hari) dan kontrol negatif (sel tidak diinfeksi dan diinkubasi
1 hari). Pembagian kelompok pada sel yang diinfeksi virus Dengue-2 yang diinkubasi
selama tiga (3) hari juga sama dengan kelompok yang diinfeksi virus Dengu e-2 yang
diinkubasi 1 hari.
virus Dengue-2 pada sel vero adalah 1 dan 3 hari. Pemilihan 1 dan 3 hari inkubasi
infeksi dimaksudkan untuk mengetahui efek kurkumin dan PGV-0 jika diberikan pada
Konsentrasi kurkumin dan PGV-0 yang diberikan sesuai dengan hasil uji
mampu menurunkan nilai infection rate akibat infeksi Dengue-2 pada sel vero melalui
pemeriksaan imunositokimia.
dengan isolasi RNA virus Dengue menggunakan kit manual High Pure Viral Nucleic
Acid Kit (Roche Diagnostic GmbH, Mannheim Germany, cat no.11 858 874 001).
Kemudian dilanjutkan dengan proses RT-PCR (Kit Superscript™, III One Step RT-
Langkah kerja pemeriksaan RT-PCR adalah PCR mix yang dibuat dalam tabung 1,5 ml
bebas nuklease dan dikerjakan di dalam es dengan komposisi: 2x reaction mix sebanyak 12,5 µl,
SuperscriptTM III RT/Platinum®Taq Mix sebanyak 0,5 µl, MgSO4 sebanyak 2 µl, primer Dcon
(forward) sebanyak 1 µl, primer D2 (reverse) sebanyak 1 µl, RNAse free water sebanyak 3 µl dan
RNA sebanyak 5 µl, total volume berkisar 25 µl. Komponen-komponen tersebut dipastikan berada
PCR mix dimasukkan ke dalam thermal cycler, kemudian alat dijalankan sesuai
program sebagai berikut: (i) sintesis cDNA 1 siklus: 600C selama 45 menit; (ii)
predenaturasi 1 siklus: 940C selama 2 menit; (iii) amplifikasi 3035 siklus: 940C
selama 30 detik (denaturasi), 600C selama 30 detik (annealing), 680C selama 1 menit
Produk RT-PCR yang dihasilkan dielektroforesis pada gel agarose 1,5 % dan
100 bp ladder digunakan sebagai marker untuk menganalisis besar produk PCR.
Ukuran pita positif yang diharapkan adalah 251 bp (Dengue-2). Propagasi virus
Dengue dilakukan pada sel C636 yaitu sel turunan dari Aedes albopictus (klon
Pemeriksaan RT-PCR dapat mendeteksi virus Dengue-2 pada sel vero yang
diinfeksi pada masa inkubasi 3 hari (kontrol positif virus) dan sampel perlakuan
infeksi virus tiga hari yang diberi perlakuan kurkumin. Pada infeksi 1 hari (Lane 1
dan 4), baik pada kontrol virus maupun perlakuan dengan kurkumin dan PGV-0
belum terlihat adanya positif antigen Dengue-2 dengan pemeriksaan RT-PCR. Hal ini
disebabkan titer virus yang belum mencukupi untuk terlihat positif pada pembacaan
elektroforesis. Pada infeksi 3 hari (Lane 6, 7 dan 8) terlihat band/pita positif hanya
pada Lane 6 (kontrol positif virus Dengue-2 inkubasi 3 hari) dan Lane 7 (infeksi
Dengue-2 tiga (3) hari dengan perlakuan kurkumin), yang mengindikasikan kurkumin
Proses infeksi virus pada sel dimulai dengan menempelnya virus infektif pada
reseptor yang ada di permukaan sel. Aktivitas virus pada hari pertama infeksi masih
Aktivitas virus yang belum terlihat ini dapat disebabkan virus belum matang,
sehingga tidak mampu menginfeksi sel. Virus yang belum matang tersusun atas
protein E dan prM, membran lipid dan nukleokapsid. Seiring bertambahnya waktu
inkubasi, aktivitas virus meningkat. Virus mulai memasuki fase eksponensial, yaitu
fase dimana virus mengalami aktivitas yang signifikan yaitu mulai dari hari ke-2
Pada RT-PCR penelitian ini, kontrol positif virus infeksi hari ketiga
yang matang semakin banyak, sehingga sel yang terinfeksi juga bertambah. Hari ke-6
dan ke-7 seluruh sel telah terinfeksi virus, dan virus mengalami fase stasioner dimana
kecepatan virus yang menginfeksi sel menurun dan sel yang mati bertambah. Jika
dilakukan inkubasi lebih lama, virus akan mengalami penurunan aktivitas dan
mengalami kematian. Penambahan kurkumin dan PGV-0 pada sel vero yang diinfeksi
imunositokimia.
dengan komponen seluler seperti DNA, membran lipid dan protein selular lainnya
yang akan mempengaruhi proses biologi di dalam sel seperti siklus sel, metabolisme
dan apoptosis.
sel dan memodulasi faktor transkripsi nuklear ataupun protein kinase, yang
penghambatan langsung proses replikasi virus atau penekanan suatu sinyal seluler
untuk replikasi virus, menekan replikasi virus dalam sel dengan melibatkan
penting dalam proses penetrasi virus ke dalam sel. Proses endositosis tersebut
a. Contoh 1.
Uji ini merupakan kebalikan dari uji antimikroba ( uji antibiotik ) yang
Pada uji ini diperlukan media kultur bernutrisi yang sesuai untuk mikroba uji,
yaitu memiliki semua faktor pertumbuhan kecuali faktor yang akan diujikan. Kurva
b. Contoh 2
Nanthoprotei nitrat
n
Reaksi Asam glioksilat dalam Tryptopan Ungu
Sakaguc hipoklorit
Reaksi Natrium nitroprusida Sistein Merah
basa
Reaksi Folin- Asam fosfomolibdat Tirosin Biru
Ciocalteu
- Pada uji Millon, uji positif ditunjukkan oleh asam amino tirosin. Hal ini ditandai
- Pada uji dengan Ninhidrin semua sampel asam amino menunjukkan uji positif yang
- Uji PbS dan reaksi Nitroprusida menunjukkan uji positif terhadap sistein. Ini ditandai
dengan terbentuknya larutan hitam pada uji PbS dan larutan merah pada reaksi
nitroprusida.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. antivirus yang dilakukan pada hewan percobaan, contohnya pada pengujian virus
hepatitis B (HBV) yang tidak dapat ditumbuhkan pada kultur sel ataupun telur
berembrio.
2. Reverse Transcriptase PCR tidak mampu mendeteksi adanya infeksi virus Dengue-2
pada sel vero pada infeksi hari pertama, baik pada kontrol maupun dengan penambahan
senyawa kurkumin dan PGV-0. Hasil positif antigen Dengue-2 hanya terdeteksi pada
kontrol infeksi tiga hari, dan perlakuan penambahan kurkumin infeksi Dengue-2 tiga
hari. Penelitian ini mengindikasikan PGV-0 memiliki kemampuan antivirus lebih baik
terhadap Dengue-2 dibanding kurkumin.
3. Contoh uji Vitamin dan asam amino:
a. Assay biotin, asam folat dan riboflavin oleh lactobasillus casei
b. Assay kalsium patotenat, dan asam nikotinat oleh lactobasillus arabinosus
c. Assay sianokobalamin oleh lactobasillus leichmanii
d. Assay inositol oleh saccharomyces uvarum
e. Assay tiamin oleh lactobasillus viridans
DAFTAR PUSTAKA
Carabali M, Hernandez LM, Arauz MJ, Villar LA, Ridde V. Why are people with dengue dying? A
scoping review of determinants for dengue mortality. BMC Infectious Diseases.
2015;15:301.
Fox A, Minh Hoa LN, Simmons CP, Wolbers M, Wertheim HFL, Khuong PT, ect. Immunological
and viral determinants of dengue severity in hospitalized adults in Ha Noi. Vietnam. Plos
neglected tropical Diseases. 2011;5:3.
Yong YK, Thayan R, Chong HT and Sekaran SD. Rapid detection and serotyping of Dengue virus
by muiltiplex RT-PCR and real time SYBR green RT-PCR. Singapore Med J. 1997;
(48):662-68.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pengantar_tentang_virus
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Vitamin
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Asam_amino