Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

UJI ANTIVIRUS, VITAMIN DAN ASAM AMINO

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS


MATA KULIAH
MIKROBIOLOGI TERAPAN

OLEH :
KELOMPOK VI

9. Anditha Putri 1. Sardani Hataul


10. Eunike S. R. Waas 2. Sarip Tuasikal
11. Fanesha Sahetapy 3. Sinta Marinda
12. Indra 4. Siska S. Awad
13. Ipa Nadra 5. Syintia R. Soulisa
14. Kalinda Tuamain 6. Tiara P. Yamin
15. Nonong Rumbia 7. Wa Ode J. Kaimuddin

16. Rokia 8. Wa Sarpia


Latuamury

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
AMBON
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan limpahan karunia-Nya

kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan tepat waktu. Kami juga mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyusun Makalah yang berisi pembahasan tentang ”Uji Antivirus, Uji Vitamin &

Asam Amino” ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah

Mikrobiologi Terapan.

Kami mencoba menyusun Makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini memang masih

belum sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikannya dalam hal

pembuatan makalah selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Ambon, 13 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….....i

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................2

A. Pengertian Antivirus, Vitamin & Asam Amino................................................2


B. Proses Pengujian Aktifitas Antivirus, Vitamin & Asam Amino.....................9
BAB III PENUTUP......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Virus adalah agen infeksi berukuran kecil yang berproduksi di dalam sel inang yang hidup.

Ketika terinfeksi, sel inang dipaksa untuk menghasilkan ribuan salinan identic virus asli dengan

cepat. Virus sendiri tidak memiliki sel: pembentukan virus-virus baru berlangsung dalam sel inang

yang terinfeksi,. Walaupun demikian, virus memiliki materi genetic yang memungkinkannya untuk

bermutasi dan berevolusi.

Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik

berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak

dapat dihasilkan oleh tubuh.

Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional

karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia sering kali pengertiannya

dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α).

Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk

larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi

basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam

amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu fungsinya

sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Di Maksud Dengan Antivirus, Vitamin & Asam Amino?

2. Bagaimana Proses Uji Aktifitas Antivirus, Vitamin & Asam Amino?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian

1. Antivirus
Antivirus merupakan salah satu penggolongan obat yang secara spesifik digunakan

untuk mengobati infeksi virus. Sama seperti antibiotic dan antibiotic spectrum luas dan bakteri,

kebanyakan antivirus digunakan untuk infeksi virus yang spesifik, sementara antivirus spectrum

luas dapat efektif melawan berbagai macam virus. Tetapi tidak seperti sebagian besar antibiotic,

antivirus tidak dapat membunuh virus dan hanya menghambat virus untuk masuk ke dalam sel

atau bereplikasi.

Obat antivirus, antibiotic, antijamur, dan antiparasit termasuk golongan antimikroba,

termasuk antivirus yang berupa antibody monoclonal. Sebagian besar antivirus relative tidak

berbahaya bagi pasien, karena itu dapat digunakan untuk mengobati infeksi.

Antivirus berbeda dengan virisida, yang merupakan suatu molekul yang dapat

menghancurkan virus. Beberapa tumbuhan menghasilkan senyawa antivirus alami seperti pada

eukaliptus. Sebagian besar obat antivirus ditunjukan untuk mengobati HIV, Virus herpes, virus

hepatitis B, dan C , dan virus influenza A dan B. peneliti tengah mengembangkan antivirus

untuk patogen lainnya.

Merancang obat antivirus yang aman dan efektif sangatlah sulit, karena virus

menggunakan sel inang untuk bereplikasi. Hal ini yang membuat sulit untuk obat dapat

menghambat tanpa perlu membahayakan pasien. Selain itu, kendala utama dalam

mengembangkan vaksin dan obat antivirus adalah materi genetic virus yang mudah bermutasi

sehingga tercipta banyak variasi dari materi genetic virus.

Munculnya antivirus dikarenakan pengetahuan tentang gentik dan fungsi molekuler dari

organisme berkembang, sehingga peneliti dapat memahami struktur dan fungsi dari virus,

kemajuan metode untuk menemukan obat baru, meningkatnya tekanan yang diberikan pada

tenaga medis untk menyembuhkan penyebab dari AIDS.

Virus terdiri dari genom dan terkadang terdapat beberapa enzim yang berada dalam

sebuah membrane terbuat dari protein (kapsid), dan terkadang dilapisi dengan lapisan lipid
(sering disebut selubung). Virus tidak dapat berproduksi sendiri, dan justru memanfaatkan sel

inang untuk mereplikasikan virus berikutnya.

Virus selalu berdampingan dengan organisme, dan mungkin telah ada sejak sel hidup

pertama kali berevolusi. Virus tidak meninggalkan fosil, sehingga asal muasal virus hanya bisa

dihipotesiskan dengan cara-cara seperti teknik-teknik biologi molekuler. Teknik-teknik ini

mengandalkan keberadaan DNA atau RNA virus yang terdahulu. Akan tetapi, sebagian besar

virus yang diawetkan dan disimpan di laboratorium berusia kurang dari 90 tahun.

Metode-metode biologi molekuler hanya berhasil melacak nenek moyang virus yang

berevolusi pada abad ke-20. Golongan virus baru berkali-kali muncul dalam berbagai tahap

evolusi makhluk hidup.

Ada tiga teori utama tentang asal-usul virus :

a. Teori regresi

Menurut teori ini, virus bisa jadi dulunya adalah sel-sel kecil yang menjadi parasit

dalam sel yang lebih besar. Kemudian, parasit-parasit ini kehilangan gen-gen yang tidak lagi

dibutuhkan setelah hidup sebagai parasit. Dengan demikian, sel-sel tersebut mengalami

regresi menjadi virus. Teori ini didukung oleh keberadaan bakteri seperti Rickettsia dan

Chlamydia yang hanya mampu bereproduksi di dalam sel inang (seperti halnya virus).

Menurut teori regresi, jika sel-sel seperti ini bisa mengandalkan hidup sebagai parasit, gen-

gen lain yang hanya diperlukan untuk hidup mandiri dapat hilang.

b. Teori keluar dari sel

Menurut teori ini, virus berevolusi dari potongan DNA atau RNA yang keluar dari

gen-gen organisme yang lebih besar. DNA yang keluar ini dapat berasal dari plasmid

(potongan-potongan DNA yang dapat berpindah dari satu sel ke sel lain) dan juga dari

bakteri.

c. Teori koevolusi

Menurut teori ini, virus tidak berasal dari sel dan berevolusi dari molekul-molekul

kompleks protein dan DNA pada saat yang sama dengan munculnya sel di bumi, dan selama
bertahun-tahun selalu bergantung kepada sel hidup Viroid adalah molekul RNA yang tidak

digolongkan sebagai virus karena mereka tidak memiliki lapisan protein. Viroid sering

disebut agen subviral. Sementara itu, virofag bergantung pada virus raksasa dalam

menginfeksi sel inang, misalnya virofag Sputnik bergantung pada Mimivirus yang

menginfeksi protozoa Acanthamoeba castellanii. Virus-virus yang bergantung pada

keberadaan spesies virus lain di dalam sel inang disebut "satelit" dan dapat menjadi

perantara evolusi antara viroid dan virus.

Ketiga teori ini memiliki kelemahan. Teori regresi tidak dapat menjelaskan

mengapa sel-sel parasit terkecil yang ditemukan pun tidak memiliki kemiripan sama sekali

dengan virus. Teori keluar dari sel tidak dapat menjelaskan struktur-strukur yang hanya ada

pada virus dan tidak pada sel. Teori koevolusi tidak dapat menjelaskan bagaimana virus

yang terbentuk pertama kali dapat bertahan dan memperbanyakdiri tanpa keberadaan sel.

2. Vitamin

Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik

berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang

tidak dapat dihasilkan oleh tubuh.

Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya "hidup" dan amina

(amine) yang mengacu pada suatu gugus fungsi yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada

awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali

tidak memiliki atom N.

Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam

reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh

untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.

Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan

berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin,
riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat). Walau memiliki

peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi vitamin D dan vitamin K dalam

bentuk provitamin yang tidak aktif. Sumber berbagai vitamin ini dapat berasal dari makanan,

seperti buah-buahan, sayuran, dan suplemen makanan.

3. Asam amino

Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional

karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia sering kali pengertiannya

dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau

α). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam

bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan

menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi

zwitter-ion. Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena

salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein.

Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus:

gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari

residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino

dengan asam amino lainnya.

Asam-asam amino yang secara alami menyusun protein mempunyai gugus fungsi amino

(-NH2) dan karboksil ( -COOH) yang terikat pada atom karbon yang sama yaitu pada atom

karbon alfa. Oleh karena itu, asam-asam amino ini disebut α-amino

Atom C pusat tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa

bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh

karena gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan asam α-amino.

Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut

menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah,

basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar.


Protein tersusun dari berbagai asam amino yang masing-masing dihubungkan dengan

ikatan peptida. Meskipun demikian, pada awal pembentukannya protein hanya tersusun dari 20

asam amino yang dikenal sebagai asam amino dasar atau asam amino baku atau asam amino

penyusun protein (proteinogenik). Asam-asam amino inilah yang disandi oleh DNA/RNA

sebagai kode genetik.

Berdasarkan struturnya, asam amino diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok.

Klasifikasi ini didasarkan pada sifat kimia dari gugus R-nya sehingga akan memudahkan dalam

mengingat sifat-sifat umum dari setiap asam amino. Dengan klasifikasi ini, metode untuk

analisa suatu asam amino tertentu.

Tabel Klasifikasi Asam Amino Berdasarkan struktur Kimianya.

Sifat Gugus R Contoh Asam Amino


Alifatik Gly, Ala, Val, Leu, Ile
Aromatik Phe, Tyr, Trp
Hidrosiklik Ser, Thr
Karbosiklik Asp, Glu
Mengandung sulfur Cys, Met
Imino Pro, Hyp
Amino Lys, Arg
Amida Asn, Gln

B. Proses Pengujian Aktifitas Antivirus, Vitamin & Asam Amino

1. Uji aktivitas antivirus

a. Contoh 1

Uji aktivitas antivirus menggunakan kultur jaringan maupun inokulasi telur

berembrio. Campuran antara suspensi virus dan larutan agen antimikroba uji dibuat

dalam seri pengenceran. Seri pengenceran ini dibuat pada serum yang telah diinaktivasi,

misalnya serum kuda, dan diinokulasikan pada kultur sel atau telur berembrio. Sebagai

kontrol digunakan larutan tanpa virus. Karena obat juga dapat tosik pada kultur jaringan

atau telur, maka toksisitasnya harus diuji. Seri pengenceran Obat dicampurkan dengan
serum yang dinaktivasi dan dinokulasi ke dalam sel jaringan atau telur berembrio.

Pengamatan dilakukan setiap hari terhadap ada atau tidaknya kerusakan sel atau

jaringan.

Selain menggunakan kultur sel atau telur, uji aktivitas antivirus juga dapat

dilakukan pada hewan percobaan, contohnya pada pengujian virus hepatitis B (HBV)

yang tidak dapat ditumbuhkan pada kultur sel ataupun telur berembrio.

b. Contoh 2

Penelitian eksperimental ini dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi Fakultas

Kedokteran UGM pada bulan Januari-September 2013. Bahan uji adalah bubuk

kurkumin (C1386 Sigma), dengan sinonim: -1,7-bis (4-hydroxy-3metoksifenil) -1,6-

heptadiene-3,5-dion, diferuloylmethane dan Pentagamavunon (PGV)-0 dengan sinonim

2,5-bis (4-hydroxy-3metoksibenzilidin) cyclopentanone yang diperoleh dari Fakultas

Farmasi UGM. Konsentrasi kurkumin yang digunakan adalah 6,25 ppm, sedangkan

PGV-0 adalah 1,5625 ppm sesuai uji sitotoksik yang telah dilakukan sebelumnya.

- Propagasi virus pada sel C636

Virus Dengue dipropagasi pada sel C636 (cell line dari klon Aedes albopictus)

yang ditumbuhkan pada Minimum Essential Medium (MEM) dengan 10% Fetal

Bovine Serum ( FBS ) (Gibco, NY, USA) dan diinkubasi pada suhu 28°C tanpa CO 2.

Propagasi virus Dengue dilakukan sesuai dengan referensi Kuno 1990 dalam

Nurminha 2011. Virus Dengue-2 diperbanyak pada sel C636 dan dipanen setelah

efesitopatik (Cytophatic effects) terlihat.

Infeksi virus Dengue pada sel vero Sel vero (African green monkey kidney)

bisa digunakan untuk mengevaluasi aktivitas anti Dengue senyawa dan untuk

pengembangan vaksin Dengue. Sel ini digunakan untuk uji anti virus dalam penelitian

karena berasal dari sel mamalia yang hubungannya lebih dekat dengan manusia.

Sel vero ditumbuhkan pada media M-199, kemudian ditambah 10 % FBS dan
diinkubasi pada suhu 37°C dengan 5 % CO2. Sel vero dengan kepadatan 5 x 105 sel

per well (sumuran) ditumbuhkan dalam well plate yang diberi deck glass yang

dilapisi poly elysin sebagai tempat menempelnya sel. Plate yang digunakan masing-

masing untuk kelompok inkubasi 1 hari dan 3 hari.

Uji coba dilakukan pada 1) kelompok yang diinfeksi virus Dengue-2 yang

diberi senyawa kurkumin dan diinkubasi 1 hari; 2) kelompok diinfeksi virus Dengue-

2 yang diberi senyawa PGV-0 dan diinkubasi 1 hari; 3) kontrol positif (sel diinfeksi

Dengue 2 dan diinkubasi 1 hari) dan kontrol negatif (sel tidak diinfeksi dan diinkubasi

1 hari). Pembagian kelompok pada sel yang diinfeksi virus Dengue-2 yang diinkubasi

selama tiga (3) hari juga sama dengan kelompok yang diinfeksi virus Dengu e-2 yang

diinkubasi 1 hari.

Masing-masing uji dibuat 3 ulangan. Di akhir perlakuan cairan/supernatan dari

masing-masing sumur digunakan untuk pemeriksaan RT-PCR. Masa inkubasi infeksi

virus Dengue-2 pada sel vero adalah 1 dan 3 hari. Pemilihan 1 dan 3 hari inkubasi

infeksi dimaksudkan untuk mengetahui efek kurkumin dan PGV-0 jika diberikan pada

awal infeksi dan fase lebih lanjut dari infeksi.

Konsentrasi kurkumin dan PGV-0 yang diberikan sesuai dengan hasil uji

sitotoksik yang sudah dilakukan sebelumnya. Kedua senyawa tersebut diketahui

mampu menurunkan nilai infection rate akibat infeksi Dengue-2 pada sel vero melalui

pemeriksaan imunositokimia.

Deteksi antigen Dengue dengan RT-PCR16 Pemeriksaan RT-PCR dimulai

dengan isolasi RNA virus Dengue menggunakan kit manual High Pure Viral Nucleic

Acid Kit (Roche Diagnostic GmbH, Mannheim Germany, cat no.11 858 874 001).

Kemudian dilanjutkan dengan proses RT-PCR (Kit Superscript™, III One Step RT-

PCR System with Platinum, Invitrogen cat no 125 74-026).


Primer spesifik serotipe yang digunakan adalah seperti pada tabel berikut.

Langkah kerja pemeriksaan RT-PCR adalah PCR mix yang dibuat dalam tabung 1,5 ml

bebas nuklease dan dikerjakan di dalam es dengan komposisi: 2x reaction mix sebanyak 12,5 µl,

SuperscriptTM III RT/Platinum®Taq Mix sebanyak 0,5 µl, MgSO4 sebanyak 2 µl, primer Dcon

(forward) sebanyak 1 µl, primer D2 (reverse) sebanyak 1 µl, RNAse free water sebanyak 3 µl dan

RNA sebanyak 5 µl, total volume berkisar 25 µl. Komponen-komponen tersebut dipastikan berada

di dasar tabung dengan cara disentrifus.

PCR mix dimasukkan ke dalam thermal cycler, kemudian alat dijalankan sesuai

program sebagai berikut: (i) sintesis cDNA 1 siklus: 600C selama 45 menit; (ii)

predenaturasi 1 siklus: 940C selama 2 menit; (iii) amplifikasi 3035 siklus: 940C

selama 30 detik (denaturasi), 600C selama 30 detik (annealing), 680C selama 1 menit

(ekstensi); (iv) ekstensi akhir 1 siklus: 680C selama 5 menit.

Serotipe Virus Primer Sekuens Primer Posisi Primer


Ukuran pita
Dcon 5’- AGT TGTTAGTCTACGTGGACCGACA-3’ 1 – 25
DEN 2 D2 5’- CGCCACAAGGGCCATGAACAG-3’ 231 – 251
251

Produk RT-PCR yang dihasilkan dielektroforesis pada gel agarose 1,5 % dan

100 bp ladder digunakan sebagai marker untuk menganalisis besar produk PCR.

- Analisis Data Analisis

Data berupa analisis deskriptif, dilakukan dengan melihat hasil elektroforesis.

Ukuran pita positif yang diharapkan adalah 251 bp (Dengue-2). Propagasi virus

Dengue dilakukan pada sel C636 yaitu sel turunan dari Aedes albopictus (klon

terseleksi dari Ae. albopictus).

Pemeriksaan RT-PCR dapat mendeteksi virus Dengue-2 pada sel vero yang

diinfeksi pada masa inkubasi 3 hari (kontrol positif virus) dan sampel perlakuan

infeksi virus tiga hari yang diberi perlakuan kurkumin. Pada infeksi 1 hari (Lane 1
dan 4), baik pada kontrol virus maupun perlakuan dengan kurkumin dan PGV-0

belum terlihat adanya positif antigen Dengue-2 dengan pemeriksaan RT-PCR. Hal ini

disebabkan titer virus yang belum mencukupi untuk terlihat positif pada pembacaan

elektroforesis. Pada infeksi 3 hari (Lane 6, 7 dan 8) terlihat band/pita positif hanya

pada Lane 6 (kontrol positif virus Dengue-2 inkubasi 3 hari) dan Lane 7 (infeksi

Dengue-2 tiga (3) hari dengan perlakuan kurkumin), yang mengindikasikan kurkumin

tidak berhasil bekerja sebagai anti viral Dengue-2.

Kurkumin diketahui dapat menurunkan infeksi beberapa virus seperti virus

hepatitis B, virus hepatitis C, virus herpessimplex, human immunodeficiency virus,

dan virus Japanese ensefalitis. Mekanisme penghambatan untuk masing-masing virus

bisa berbeda-beda misal melalui sistem ubiquitin-proteasome, transkripsi, ekspresi

gen dan replikasi virus.

Proses infeksi virus pada sel dimulai dengan menempelnya virus infektif pada

reseptor yang ada di permukaan sel. Aktivitas virus pada hari pertama infeksi masih

sangat sedikit bahkan cenderung tidak ada.

Aktivitas virus yang belum terlihat ini dapat disebabkan virus belum matang,

sehingga tidak mampu menginfeksi sel. Virus yang belum matang tersusun atas

protein E dan prM, membran lipid dan nukleokapsid. Seiring bertambahnya waktu

inkubasi, aktivitas virus meningkat. Virus mulai memasuki fase eksponensial, yaitu

fase dimana virus mengalami aktivitas yang signifikan yaitu mulai dari hari ke-2

sampai hari ke-5.

Pada RT-PCR penelitian ini, kontrol positif virus infeksi hari ketiga

menunjukkan positif Dengue-2. Seiring bertambahnya waktu inkubasi, maka virus

yang matang semakin banyak, sehingga sel yang terinfeksi juga bertambah. Hari ke-6

dan ke-7 seluruh sel telah terinfeksi virus, dan virus mengalami fase stasioner dimana

kecepatan virus yang menginfeksi sel menurun dan sel yang mati bertambah. Jika
dilakukan inkubasi lebih lama, virus akan mengalami penurunan aktivitas dan

mengalami kematian. Penambahan kurkumin dan PGV-0 pada sel vero yang diinfeksi

virus Dengue dapat menurunkan infeksi virus Dengue melalui pemeriksaan

imunositokimia.

Reaktivitas kurkumin termasuk senyawa turunannya mampu berinteraksi

dengan komponen seluler seperti DNA, membran lipid dan protein selular lainnya

yang akan mempengaruhi proses biologi di dalam sel seperti siklus sel, metabolisme

dan apoptosis.

Dihubungkan dengan sifat lipofiliknya, kurkumin mudah berhubungan dengan

sel dan memodulasi faktor transkripsi nuklear ataupun protein kinase, yang

menyebabkan caspase-activated DNAse memasuki nukleus dan mendegradasi DNA.

Efek antivirus kurkumin melalui mekanisme yang berbeda-beda yaitu

penghambatan langsung proses replikasi virus atau penekanan suatu sinyal seluler

untuk replikasi virus, menekan replikasi virus dalam sel dengan melibatkan

proteasome inhibitor. Dalam siklus replikasi virus, endositosis memegang peranan

penting dalam proses penetrasi virus ke dalam sel. Proses endositosis tersebut

diregulasi oleh sistem ubiquitinproteasome.

2. Uji vitamin dan asam amino

a. Contoh 1.

Uji ini merupakan kebalikan dari uji antimikroba ( uji antibiotik ) yang

didasarkan pada penghambatan pertumbuhan mikroorganisme. Assay vitamin dan asm

amino justru didasarkan pada peningkatan pertumbuhan mikroorganisme.

Pada uji ini diperlukan media kultur bernutrisi yang sesuai untuk mikroba uji,

yaitu memiliki semua faktor pertumbuhan kecuali faktor yang akan diujikan. Kurva

kalibrasi dari konsentrasi substansi uji terhadap beberapa parameter pertumbuhan


mikroorganisme seperti berat sel kering ( BSK ) dapat diplotkan sehingga konsentrasi

faktor pertumbuhan dapat ditentukan.

Contoh uji ini yaitu:

 Assay biotin, asam folat dan riboflavin oleh lactobasillus casei

 Assay kalsium patotenat, dan asam nikotinat oleh lactobasillus arabinosus

 Assay sianokobalamin oleh lactobasillus leichmanii

 Assay inositol oleh saccharomyces uvarum

 Assay tiamin oleh lactobasillus viridans

b. Contoh 2

Tabel Beberapa Reaksi untuk Mendeteksi Asam Amino berdasarkan Gugus R

Reaksi Uji Reaksi/reagen Asam Amino yang dideteksi Warna


Reaksi Millon HgNO3 dalam asam nitrat Tirosin Merah

dengan sedikit asam nitrit


Reaksi Pendidihan dalam asam Tirosin, triptofan, fenilalanin Kuning

Nanthoprotei nitrat

n
Reaksi Asam glioksilat dalam Tryptopan Ungu

Hopkins-Cole H2SO4 pekat


Reaksi α-naftol dan natrium Arginin Merah

Sakaguc hipoklorit
Reaksi Natrium nitroprusida Sistein Merah

Nitroprusida dalam NH3 encer


Reaksi Pauli Asam sulfanilat Histidin dan tirosin Merah

terdiazotasi dalam larutan

basa
Reaksi Folin- Asam fosfomolibdat Tirosin Biru

Ciocalteu
- Pada uji Millon, uji positif ditunjukkan oleh asam amino tirosin. Hal ini ditandai

dengan terbentuknya endapan yang berwarna merah


- Untuk uji Hopkins-Cole, uji positif ditunjukkan oleh asam amino triptofan yang

ditandai oleh terbentuknya cincin ungu

- Pada uji dengan Ninhidrin semua sampel asam amino menunjukkan uji positif yang

ditandai oleh terbentuknya larutan berwarna biru

- Uji PbS dan reaksi Nitroprusida menunjukkan uji positif terhadap sistein. Ini ditandai

dengan terbentuknya larutan hitam pada uji PbS dan larutan merah pada reaksi

nitroprusida.

BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1. antivirus yang dilakukan pada hewan percobaan, contohnya pada pengujian virus
hepatitis B (HBV) yang tidak dapat ditumbuhkan pada kultur sel ataupun telur
berembrio.
2. Reverse Transcriptase PCR tidak mampu mendeteksi adanya infeksi virus Dengue-2
pada sel vero pada infeksi hari pertama, baik pada kontrol maupun dengan penambahan
senyawa kurkumin dan PGV-0. Hasil positif antigen Dengue-2 hanya terdeteksi pada
kontrol infeksi tiga hari, dan perlakuan penambahan kurkumin infeksi Dengue-2 tiga
hari. Penelitian ini mengindikasikan PGV-0 memiliki kemampuan antivirus lebih baik
terhadap Dengue-2 dibanding kurkumin.
3. Contoh uji Vitamin dan asam amino:
a. Assay biotin, asam folat dan riboflavin oleh lactobasillus casei
b. Assay kalsium patotenat, dan asam nikotinat oleh lactobasillus arabinosus
c. Assay sianokobalamin oleh lactobasillus leichmanii
d. Assay inositol oleh saccharomyces uvarum
e. Assay tiamin oleh lactobasillus viridans

DAFTAR PUSTAKA

Carabali M, Hernandez LM, Arauz MJ, Villar LA, Ridde V. Why are people with dengue dying? A
scoping review of determinants for dengue mortality. BMC Infectious Diseases.
2015;15:301.
Fox A, Minh Hoa LN, Simmons CP, Wolbers M, Wertheim HFL, Khuong PT, ect. Immunological
and viral determinants of dengue severity in hospitalized adults in Ha Noi. Vietnam. Plos
neglected tropical Diseases. 2011;5:3.
Yong YK, Thayan R, Chong HT and Sekaran SD. Rapid detection and serotyping of Dengue virus
by muiltiplex RT-PCR and real time SYBR green RT-PCR. Singapore Med J. 1997;
(48):662-68.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pengantar_tentang_virus

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Vitamin

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Asam_amino

Anda mungkin juga menyukai