Anda di halaman 1dari 12

Makalah Farmakoterapi

Gagal Ginjal Kronik

KELOMPOK 2

ANGGOTA :.

1. ROSNIA
2. NURMALA WAISALE
3. LINDA ANGKOTASAN
4. FANESA SAHETAPY
5. ARUMDANI.S.TUAHUNSS
6. RATI PRAMUDITA
7. KALINDA TUAMAIN
8. TIARA.P.YAMIN
9. SINTA MARINDA
10. RESTI.HANDAYANI
11. ILHAM WENNO
12. NURUL TUASAMU
13. JAHRA PALEMBANG
14. UTARI SIAR
15. HAJAR NUKUHEHE
16. ANDINI HEHAITU
17. SALAMA NURLETE
18. IBU HERLINDA
19. AYU TUAHUNSS
20. ANDITA PUTRI
21. NURLIANA

STIKes MALUKU HUSADA

2019
Kata Pengantar............................................................................................................................................. 4

BAB I............................................................................................................................................................ 5

PENDAHULUAN............................................................................................................................................ 5

1. Latar Belakang............................................................................................................................................5

2.Tujuan...............................................................................................................................................................5

A. agar mengetahui tentang Penyakit ginjal......................................................................................................5

B. mengetahui studi kasus penyakit ginjal..........................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN.............................................................................................................................................. 6

1. Definisi........................................................................................................................................................6

2. Etiologi........................................................................................................................................................6

3.Manifestasi Klinis..............................................................................................................................................6

4.Patofisiologi......................................................................................................................................................7

5.Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................................................................8

6.Pencegahan......................................................................................................................................................8

7.Pengobatan......................................................................................................................................................8

8. Penggolongan obat.......................................................................................................................................10

BAB III......................................................................................................................................................... 16

PENUTUP.................................................................................................................................................... 16

a) Simpulan...................................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................... 17
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah Swt., Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah- Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai Konsep Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronis.
Makalah ini ditulis sebagai salah satu bahan materi yang akan disampaikan pada mata kuliah tehno
sediaan semi padat .
Makalah ini berisi penjelasan tentang definisi mengenai Gagal Ginjal Kronis. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu penulis
membuka diri menerima berbagai saran dan kritik demi perbaikan masa mendatang.

Ambon ,26 oktober 2019


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting
dalammempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangancairan
tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melaluiginjal, reabsorbsi
selektif air, elektrolit dan non-elektrolit, serta mengekskresikelebihannyasebagai kemih. Fungsi
primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairanekstra sel dalam batas-batas
normal.Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi gomerulus,reabsorbsi ginjal
dan sekresi tubulus. Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit,suatu volume yang sama
dengan 20 sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit).Lebih 90% darah yang masuk ke
ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkankemedulla.

Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronicnon-communicablediseases) terutama


penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakitginjal kronik, sudah
menggantikan penyakit menular (communicablediseases) sebagaimasalah kesehatan masyarakat
utama. Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehinggadapat
membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalamikomplikasi yang lebih
parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer.
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukanterapi pengganti yang
membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik biasanyadesertai berbagai komplikasi seperti
penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit saluran cerna, kelainan di tulang dan otot
serta anemia.

Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan pengobatan
terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjalkronik serta dialisis atau
transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa komplikasi
penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada etiologi,dapat dicegah atau dihambat jika dilakukan
penanganan secara dini.Oleh karena itu, upaya yang harus dilaksanakan adalah diagnosis dini,
pencegahan, dan pengobatan yang efektif terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal inidimungkinkan
karena berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik dapatdikendalikan.

2.Tujuan

A. agar mengetahui tentang Penyakit ginjal

B. mengetahui studi kasus penyakit ginjal

BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi

Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal yang
menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (KMB, Vol 2hal 1448).

Penyakit gagal ginjal kronis bersifat progresif dan irreversible dimana terjadi uremia karena
kegagalan tubuh untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangancairan serta elektrolit
(SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448).
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara
bertahap (Doenges, 1999; 626)

2. Etiologi

 Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :


 Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
 Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
 Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
 Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritisnodusa, sklerosis sitemik)
 Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosistubulusginjal)
 Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
 Nefropatitoksik
 Nefropatiobstruktif (batu saluran kemih)
(Price& Wilson, 1994)

Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat dibagi dalam 2
kelompok :

a) Penyakit parenkim ginjali.


 Penyakit ginjal primer : Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal polikistik, Tbcginjalii.
 Penyakit ginjal sekunder : Nefritis lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal,Poliarteritisnodasa,
Sclerosis sistemik progresif, Gout, DM 

b)  Penyakit ginjal obstruktif : Pembesaran prostat, batu saluran kemih, refluksureter. Secara
garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan infeksi yang berulang dan nefron yang
memburuk, obstruksi saluran kemih, destruksi pembuluhdarah akibat diabetes dan hipertensi yang
lama, scar pada jaringan dan trauma langsung pada ginjal.

3.Manifestasi Klinis

 Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369) :

a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah
tersinggung, depresi
b.  Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesaknafas
baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritismungkin tidak ada
tapi mungkin juga sangat parah.Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449)
antara lain : Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin -
angiotensin –  aldosteron), gagal jantung kongestif dan udempulmoner (akibat cairan
berlebihan)dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anor
eksia, mual,muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi).

  Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:


a.Kardiovaskuler : Hipertensi, gagal jantung kongestif, udemapulmoner,
perikarditis pittingedema (kaki, tangan, sacrum), edemaperiorbitalfrictionrubpericardial,
pembesaran vena leher 

b.Integumen : Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus,ekimosis, kuku
tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar

c.Pulmoner : Krekels, sputum kental dan liat, nafas dangkal, pernafasan kussmaul

d. Gastrointestinal : Nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan mulut, anoreksia,mual,


muntah, konstipasi dan diare, perdarahan saluran cerna

e. Neurologi : Kelemahan dan keletihan, konfusi/ perubahan tingkat kesadaran,disorientasi,


kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas padatelapak kaki, perubahan perilaku

f.Muskuloskeletal : Kram otot, kekuatan otot hilang,kelemahan pada tungkai Frakturtulang,


Footdrop

g. Reproduktif : Amenore, Atrofi testekuler

4.Patofisiologi

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)
diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi
dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai seabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾
dari nefron  – nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa
direabsorpsi berakibat diuresi sosmotik disertai poliuri dan haus.

 Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai


retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul
gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
(Barbara C Long, 1996, 368).

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke
dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis. (Brunner&Suddarth, 2001 : 1448.

Klasifikasi gagal ginjal kronik dibagi menjadi 5 stadium :

a. Stadium 1, bila kadar gula tidak terkontrol, maka glukosa akan dikeluarkan lewatginjal
secara berlebihan. Keadaan ini membuat ginjal hipertrofi dan hiperfiltrasi.Pasien akan
mengalami poliuria. Perubahan ini diyakini dapat menyebabkanglomerulusklerosisfokal,
terdiri dari penebalan difus matriks mesangeal dengan bahan eosinofilik disertai
penebalan membran basalin kapiler.
b. Stadium 2, insufisiensi ginjal, dimana lebi hb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea
Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
c. Stadium 3, glomerulus dan tubulus sudah mengalami beberapa kerusakan. Tanda
khasstadium ini adalah mikroalbuminuria yang menetap, dan terjadi hipertensi.
d. Stadium 4, ditandai dengan proteinuria dan penurunan GFR. Retinopati dan
hipertensihampir selalu ditemui
e. Stadium 5, adalah stadium akhir, ditandai dengan peningkatan BUN dan kreatinin
plasma disebabkan oleh penurunan GFR yang cepat.

5.Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium: urinalisa, urem, creatinin, darah lengkap, elektrolit, protein
(albumin),CCT,analisa gas darah, gula darah
b. Radiology: foto polos abdomen, USG ginjal, IVP, RPG, foto thoraks dan tulang
c. Biopsyginjald.ECG untuk mengetahui adanya perubahan irama jantung.

6.Pencegahan
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali
tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal.Penurunan kejadian yang
sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan kesehatan.
Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis.Pemeriksaan kesehatan
umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan
ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi
status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001).

7.Pengobatan
Jika telah mencocokkan ciri-ciri atau gejala tersebut dengan kondisi diri pribadi, harap segera dibawa
ke rumah sakit untuk diagnosis lanjutan. Sampaikan kondisi-kondisi yang telah ada, biasanya
dianjurkan test laboratorium menyeluruh. Langkah-langkah medis ditempuh tergantung hasil tes
laboratorium. Indikator penting:

 Darah lengkap, termasuk hemoglobin.


 Ureum dan kreatinin
Setelah dilakukan perawatan (biasanya rawat inap) karena kondisi psikis pasien juga bermasalah.
Ureum dan kreatinin yang tinggi dapat menyebabkan kondisi psikis dan otak tidak terkendali, suka
marah-marah tanpa sebab, dan emosi tidak terkontrol. Keluarga harus mentoleransi perilaku pasien
yang seperti itu, dan terus sabar sebelum cuci darah pertama. Biasanya setelah cuci darah kedua,
perilaku pasien mulai tenang dan bisa diajak berbicara / ngobrol. Dan biasanya pasien tidak ingat
akan kondisi sebelum Hemodialisis tersebut. Karena pada umumnya, jika angka Ureum dan kreatinin
telah sangat jauh tinggi melewati ambang batas, maka kondisi emosional biasanya terjadi.
Pengobatan gagal ginjal kronis berupa pengganti ginjal. Ada 2 jenis pengobatan yang diterapkan
pada pasien:

 Hemodialisis menggunakan mesin, keunggulannya, tidak perlu repot. Harap dicatat setiap


pasien yang sudah terkena Gagal ginjal kronis harus mengontrol asupan / masuk nya cairan / air
minum per hari, maksimal 600 milliliter atau 0.6 Liter (setara 1 botol). Ingat per hari. Jika tidak
terkontrol, pada saat proses rutin Hemodialisis, biasanya mesin akan menarik sampai kepada
berat kering terpenuhi sehingga akhirnya pasien mengalami keram pada kaki, atau tekanan
darah tidak stabil (biasanya menjadi turun drastis). Berat kering adalah berat normal karena air
sudah dibuang dari tubuh (karena pasien Gagal ginjal kronis tidak dapat buang air kecil lagi).
 CAPD mandiri
 Selain Hemodialisis atau CAPD, poin ke tiga adalah pengobatan alternatif. Akan tetapi,
jangan mencoba sedikitpun meninggalkan Hemodialisis atau CAPD selagi menjalani pengobatan
alternatif. Karena kenyataan di lapangan, memang ada yang berhasil dalam
mengimplementasikan pengobatan alternatif, namun tidak sedikit pula yang sia-sia bahkan
berakhir lebih parah lagi seperti dialami almarhum penyanyi dan MC terkenal Krisbiantoro.
Jika pasien tetap bersikukuh meninggalkan Hemodialisis atau CAPD (yang memang faktanya berbiaya
mahal), keputusan ada di tangan Anda.
Tujuan terapi adalah untuk memperlambat atau menghentikan perkembangan CKD ke tahap
5. Pengendalian tekanan darah dan pengobatan penyakit asli, kapanpun layak,adalah prinsip-prinsip
yang luas dari manajemen. Umumnya, angiotensinconvertinginhibitor enzim(ACEIs) atau angiotensin
II reseptor antagonis(ARB) yang digunakan,karena mereka telah ditemukan untuk memperlambat
perkembangan CKD ke tahap5.Meskipun penggunaan penghambat ACE dan ARB merupakan standar
saat ini perawatan untuk pasien dengan CKD, pasien semakin kehilangan fungsi ginjal sedangkan
pada obat-obat ini, seperti yang terlihat dalam RENAAL studi, yang melaporkan penurunan
dariwaktu ke waktu diperkirakan laju filtrasi glomerulus pada pasien yang diobati oleh
metodekonvensional.Saat ini, beberapa senyawa dalam pembangunan untuk CKD. Ini termasuk,
tetapi tidak terbatas pada, bardoxolone metil, olmesartanmedoxomil, sulodexide, dan
avosentan.Pengganti aneritropoietin dan calcitriol, dua hormon diproses oleh ginjal,
seringdiperlukan pada pasien dengan CKD maju. Fosfat binder juga digunakan untuk
mengontrolserumfosfattingkat, yang biasanya meningkat pada penyakit ginjal kronis lanjut.Ketika
seseorang mencapai tahap 5 CKD, terapi penggantian ginjal diperlukan,dalam bentuk baik dialisis
atau cangkok. Normalisasi hemoglobin belum ditemukan menjadi manfaat apapun.Orang dengan
CKD berada pada risiko nyata terhadap penyakit kardiovaskular, dansering memiliki faktor risiko lain
untuk penyakit jantung, seperti hiperlipidemia. Penyebab paling umum kematian pada orang dengan
CKD karena penyakit kardiovaskular dari pada kegagalan ginjal. Pengobatan agresif hiperlipidemia
dibenarkan.

8. Penggolongan obat

Penyakit ginjal tidak dapat disembuhkan. Perawatan difokuskan untuk meredakan gejala,
mencegah kemungkinan komplikasi, serta menghambat perkembangan penyakit gagal ginjal
kronis menjadi lebih parah. Langkah penanganan yang bisa dilakukan dokter adalah dengan
pemberian obat. Tujuan tindakan ini adalah untuk mengendalikan penyakit yang menyertai
kondisi ginjal, sehingga penurunan fungsi ginjal tidak bertambah buruk. Obat yang diberikan
antara lain:

 Golongan Obat Anti hipertensi. Tekanan darah tinggi dapat menurunkan fungsi


ginjal dan mengubah komposisi elektrolit dalam tubuh. Bagi penderita GGK yang
juga disertai hipertensi, dokter dapat memberikan :
1. ACE (angiotensin-converting enzyme inhibitors) inhibitor
ACE inhibitor akan menjaga pembuluh darah terbuka lebar sehingga aliran darah
masuk dengan lancar. ACE inhibitor bekerja dengan cara menghambat
terbentuknya hormon angiotensin yaitu hormon yang memicu pembuluh darah
untuk menyempit. Cth : Candesartan

2. Alpha-2 receptor agonist

Contoh obat alpha-2 receptor agonist adalah metildopa dan clonidine. Obat ini


bekerja dengan menekan aktvitas jaringan yang memproduksi hormon
adrenalin, sehingga tekanan darah turun.

3. Angiotensin II receptor blockers (ARB)

ARB bekerja dengan cara menghambat kerja angiotensin atau senyawa yang


membuat pembuluh darah menyempit. Hambatan pada kerja angiotensin
menyebabkan pembuluh darah tetap terbuka lebar dan tekanan darah mampu
diturunkan cth : Losartan

4. Antagonis kalsium (calcium channel blockers)


Antagonis kalsium digunakan untuk menangani hipertensi, gangguan jantung,
dan gangguan pembuluh darah. Obat ini bekerja dengan menghambat jalan
masuk kalsium ke dalam otot jantung dan dinding pembuluh darah, sehingga
menyebabkan denyut jantung melambat dan pembuluh darah melebar cth
: Amlodipine

5. Diuretik
Diuretik merupakan obat yang cukup sering digunakan untuk
menangani hipertensi. Obat ini bekerja dengan membuang kelebihan garam
(natrium) dan cairan di dalam tubuh untuk menormalkan tekanan darah. Cth :
Furosemid.

 Suplemen untuk anemia. Untuk mengatasi anemia pada penderita GGK adalah


suntikan hormon eritropoietin yang terkadang ditambah suplemen besi

BAB III
PENUTUP

a) Simpulan

 Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting
dalammempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh.
 Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguanfungsi ginjal yang
menahun bersifat progresif dan irreversibel.

DAFTAR PUSTAKA

Mubin, Halim. 2007. Panduan  Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi Edisi  2.
EGC.Jakarta.Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2006.

  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam  Jilid 1 Edisi 4. Balai Penerbitan Dep. IPP. FKUI. JakartaSukandar,
Enday. 2006.

Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. Pusat Informasi IlmiahBagian Ilmu Penyakit Dalam
FK.UNPAD. Bandung.
Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC

Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI

Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai