Anda di halaman 1dari 23

Mata Kuliah : Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing : Ns. Zakariyati. S.Kep

MAKALAH
SISTEM PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA

Di Susun Oleh :

NAMA : ISMA AZIZAH


NIM : 218019
KELAS : AKPER II A

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN PELAMONIA
KESDAM XIV/HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualakum Warahmatullahi Wabarakatuh

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran Tuhan Yang


Maha Pemurah karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami
selesaikan sesuai yang diharapkan.

Saya menyadari, bahwa proses penulisan makalah ini masih jauh


dari kata sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, saya telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya, saya dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan susulan guna penyempurnaan makalah ini
di kemudian hari.

Untuk itu dalam kesempatan ini saya menghanturkan rasa hormat


dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah.

Makassar, 18 Maret 2020

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................3
1. Tujuan Umum...................................................................3
2. Tujuan Khusus..................................................................3
C. Manfaat Penulisan..................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi....................................................................................5
B. Hak-Hak Anak.........................................................................6
C. Jenis Perlindungan Anak Khusus.........................................12
D. Sistem Perlindungan Anak...................................................14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.............................................................................18
B. Saran.......................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak mempunyai hak yang bersifat asasi, sebagaimana yang
dimiliki orang dewasa. Pemberitaan yang menyangkut hak anak tidak
segencar sebagaimana hak-hak orang dewasa atau isu gender, yang
menyangkut hak perempuan. Perlindungan hak anak tidak banyak
pihak yang turut memikirkan dan melakukan langkah-langkah kongkrit.
Demikian juga upaya untuk melindungi hak-hak anak yang dilanggar
yang dilakukan negara, orang dewasa atau bahkan orang tuanya
sendiri, tidak begitu menaruh perhatian akan kepentingan masa depan
anak. Padahal anak merupakan belahan jiwa, gambaran dan cermin
masa depan, aset  keluarga, agama, bangsa dan negara. Di berbagai
negara dan berbagai tempat di neger ini , anak-anak justru mengalami
perlakuan yang tidak semestinya, seperti eksploitasi anak, kekerasan
terhadap anak, dijadikan alat pemuas seks, pekerja anak,
diterlantarkan, menjadi anak jalanan dan korban perang/konflik
bersenjata. Anak adalah suatu potensi tumbuh kembang suatu
Bangsa di masa depan, yang memiliki sifat dan ciri khusus.
Kekhususan ini terletak pada sikap dan perilakunya di dalam
memahami dunia, yang mesti dihadapinya. Oleh karenanya Anak
patut diberi perlindungan secara khusus oleh negara dengan Undang-
Undang. Perlindungan anak adalah segala daya upaya bersama yang
dilakukan secara sadar oleh perorangan, keluarga, masyarakat,
badan-badan pemerintah dan swasta untuk pengamanan, pengadaan,
dan pemenuhan kesejahteraan rohaniah dan jasmaniah anak berusia
0-21 tahun, tidak dan belum pernah menikah, sesuai dengan hak
asasi dan kepentingannya agar dapat mengembangkan dirinya
seoptimal mungkin. Upaya perlindungan hukum bagi anak dapat di
artikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai
kebebasan dan hak asasi anak ( fundamental rights and freedoms of

1
children ) serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan
kesejahteraan anak. Jadi masalah perlindungan hukum bagi anak
mencakup ruang lingkup yang sangat luas Hukum anak sebenarnya
memiliki makna yang tidak sebatas pada persoalan peradilan anak,
namun lebih luas dari itu. Undang-undang No. 23/2002 tentang
perlindungan anak telah membantu memberikan tafsir, apa saja yang
menjadi bagian hukum anak di Indonesia yang dimulai dari hak
keperdataan anak di bidang pengasuhan, perwalian dan
pengangkatan anak; juga mengatur masalah eksploitasi anak di
bidang ekonomi, sosial dan seksual. Persoalan lain yang diatur dalam
hukum perlindungan anak adalah bagaimana penghukuman bagi
orang dewasa yang melakukan kejahatan pada anak-anak dan juga
tanggung jawab orang tua, masyarakat dan negara dalam melindungi
anak-anak. Dengan demikian cakupan hukum anak sangat luas dan
tidak bisa disederhanakan hanya pada bidang pelanggaran hukum
yang dilakukan oleh anak-anakPerlindungan anak merupakan suatu
bidang pembangunan nasional, karena melindungi anak berarti
melindungi manusia dan membangun manusia seutuh mungkin.
Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia
seutuhnya, oleh karena itu mengabaikan perlindungan terhadap anak
berarti tidak akan memantapkan pembangunan nasional.
Upaya-upaya perlindungan anak harus telah dimulai sedini
mungkin, agar kelak dapat berpartisipasi secara optimal bagi
pembangunan bangsa dan negara. Dalam Pasal 2 ayat (3) dan ayat
(4) Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak,
ditentukan bahwa: "Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan,
baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan. Anak
berhak atas perlindungan-perlindungan dari lingkungan hidup yang
dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan
perkembangan dengan wajar".

2
Kedua ayat di atas dengan jelas menyatakan dan mendorong
tentang perlunya perlindungan anak dalam rangka mengusahakan
kesejahteraan anak dan perlakuan yang adil terhadap anak.
Perlindungan terhadap anak pada suatu masyarakat bangsa
merupakan tolak ukur peradaban bangsa tersebut, karenanya wajib
diusahakan sesuai dengan kemampuan demi kepentingan nusa dan
bangsa.Kegiatan perlindungan anak merupakan suatu tindakan
hukum yang membawa akibat hukum.Oleh karena itu, perlu adanya
jaminan hukum bagi kegiatan perlindungan anak. Kepastian hukum
perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan perlindungan anak dan
mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif yang tidak
diinginkan dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan anak.Untuk itu
kegiatan perlindungananak setidaknya memiliki dua aspek. Aspek
pertama berkaitan dengan kebijakan dan peraturan perundangan
yang mengatur mengenai perlindungan hak-hak anak. Aspek
keduamenyangkut pelaksanaan kebijakan dan peraturan
perundangan tersebut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan wawasan dalam memperoleh ilmu
pengetahuan tentang Sistem Perlindungan Anak Di Indonesia
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui Definisi
b. Untuk mengetahui Hak-Hak Anak
c. Untuk mengetahui Jenis Perlindungan Anak Khusus
d. Untuk mengetahui Sistem perlindungan Anak
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Untuk memperoleh ilmu pengetahuan serta tambahan ilmu
dalam penulisan.

3
2. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan untuk perkembangan kualitas ilmu
keperawatan anak, serta menjadi bahan bagi mereka yang akan
mengadakan penulisan lebih lanjut.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, “anak adalah keturunan
yang kedua atau manusia yang masih kecil”. Pengertian anak ini
bersifat secara umum. Untuk lebih mengkhususkan definisi anak,
maka definisi anak dapat di tinjau dari beberapa segi, yaitu segi
agama, negara, dan psikologis.
Secara umum yang dimaksud dengan anak adalah keturunan atau
generasi sebagai suatu hasil dari hubungan kelamin atau
persetubuhan (sexual intercoss) antara seorang laki-laki dengan
seorang perempuan baik dalam ikatan perkawinan maupun diluar
perkawinan.
Kemudian di dalam hukum adat sebagaimana yang dinyatakan
oleh Soerojo Wignjodipoero yang dikutip oleh Tholib Setiadi,
dinyatakan bahwa:
” kecuali dilihat oleh orang tuanya sebagai penerus generasi juga
anak itu dipandang pula sebagai wadah di mana semua harapan
orang tuanya kelak kemudian hari wajib ditumpahkan, pula dipandang
sebagai pelindung orang tuanya kelak bila orang tua itu sudah tidak
mampu lagi secara fisik untuk mencari nafkah (Tholib Setiady, 2010:
173).
Pandangan menurut para ahli mengenai definisi dari anak, yaitu:
1. Augustinus (1987), yang dipandang sebagai peletak dasar
permulaan psikologi anak, mengatakan bahwa anak tidaklah
sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan
untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan
oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita
kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh
yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa.

5
2. Sobur (1988), mengartikan anak sebagai orang yang
mempunyai pikiran, perasaan, sikap dan minat berbeda dengan
orang dewasa dengan segala keterbatasan.
3. Haditono (1992), berpendapat bahwa anak merupakan mahluk
yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat
bagi perkembangannya. Selain itu anak merupakan bagian dari
keluarga, dan keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk
belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang
cukup baik dalam kehidupan bersama.
B. Hak – Hak Anak
Berikut ini merupakan hak-hak anak menurut beberapa peraturan
perundang-undangan yang berlaku Di Indonesia antara lain:
Keberadaan hak-hak anak di masyarakat belum seluruhnya diketahui.
Kurangnya sosialisasi mengenai hak-hak tersebut membuat
masyarakat tanpa disadari sesungguhnya juga melakukan
pelanggaran hak-hak anak. Maka dari itu, artikel ini akan memaparkan
secara umum poin-poin yang terdapat dalam 10 hak-hak anak,
sebagai berikut:

1. Hak atas persamaan


Setiap anak berhak mendapatkan kesempatan yang sama
untuk tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
2. Hak untuk memiliki nama
Setiap anak berhak untuk mempunyai nama dan tercatat
dalam dokumen negara. Hak ini erat kaitannya dengan hak
berikutnya, yaitu hak untuk memiliki kewarganegaraan.

6
3. Hak untuk memiliki kewarganegaraan
Setiap anak berhak untuk diakui kewarganegaraannya oleh
suatu bangsa secara resmi melalui penerbitan dokumen
kewarganegaraan, meliputi akta kelahiran dan kartu tanda
penduduk. Dokumen-dokumen tersebut penting untuk menjamin
hak-haknya mendapatkan pendidikan, pekerjaan yang layak,
pelayanan kesehatan yang memadai, dan hak sosial politik saat
pemilihan umum.
4. Hak atas perlindungan
Setiap anak berhak dilindungi baik secara fisik, psikis,
spiritual, dan moral. Anak perempuan dan anak laki-laki harus
dilindungi dari segala bentuk kekerasan, diskriminasi, eksploitasi,
dan perlakuan yang merugikan diri anak dan berdampak negatif
bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Termasuk
pemberdayaan anak untuk produktif secara ekonomi sebagai
pekerja anak.
5. Hak atas makanan
Anak adalah cikal bakal masa depan suatu bangsa. Maka, ia
harus terpenuhi kebutuhan utamanya, yang dalam hal ini adalah
nutrisi. Setiap anak berhak dan harus mendapat asupan nutrisi
yang cukup melalui makanan yang layak.
6. Hak atas pendidikan
Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
Pendidikan yang layak tidak hanya mencakup keikutsertaan anak
dalam lembaga pendidikan, melainkan kebutuhan pendukung untuk
mengikuti pendidikan; seperti buku, alat tulis, seragam, lingkungan
belajar yang kondusif.
7. Hak atas kesehatan
Setiap anak berhak mendapatkan jaminan kesehatan yang
memadai. Jaminan kesehatan mencakup imunisasi dasar saat bayi,
makanan dengan gizi seimbang, akses ke Pos Layanan Terpadu

7
(Posyandu) setiap bulannya, imunisasi dasar di sekolah,
pemeriksaan gigi setiap enam bulan, termasuk juga pelayanan
kesehatan reproduksi yang ramah remaja.
8. Hak rekreasi
Salah satu hak yang juga merupakan kebutuhan dasar
manusia adalah kebutuhan akan hiburan. Rekreasi bersama
keluarga atau teman harus menjadi hal yang wajib dimiliki anak.
Rekreasi tidak harus kegiatan yang menghabiskan banyak biaya.
Kegiatan yang menyenangkan anak seperti membacakan buku
cerita dan menonton kartun bersama juga bisa jadi hiburan berarti
bagi anak.
9. Hak bermain
Masa kanak-kanak identik dengan masa asyiknya bermain.
Bermain bagi anak merupakan bentuk pembelajaran juga. Pastikan
anak memiliki waktu bermain setiap harinya.
10. Hak atas peran dan keterlibatan dalam pembangunan
Masa depan suatu bangsa ditentukan oleh anak-anak. Sejak
usia dini, anak-anak sudah harus diperkenalkan dengan hak-hak
dan kewajibannya sebagai warga negara. Mereka harus
diperkenalkan perannya dalam proses pembangunan bangsa.
Salah satu caranya adalah dengan memberikan mendapatkan
informasi yang sesuai dengan usianya, didengarkan dan dilibatkan
dalam pengambilan keputusan yang menyangkut diri mereka.
Pemenuhan hak anak seharusnya memberi kesempatan pada anak
untuk berperan aktif mencapai cita-citanya dan berperan
memajukan bangsanya.
Adapun Undang-Undang yang mengatur tentang hak-hak
anak, yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

8
Dalam Bab II Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak, mengatur tentang hak-hak anak atas
kesejahteraan, yaitu:
a. Hak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan.
b. Hak atas pelayanan.
c. Hak atas pemeliharaan dan perlindungan.
d. Hak atas perlindungan lingkungan hidup.
e. Hak mendapatkan pertolongan pertama.
f. Hak untuk memperoleh asuhan.
g. Hak untuk memperoleh bantuan.
h. Hak diberi pelayanan dan asuhan.
i. Hak untuk memeperoleh pelayanan khusus.
j. Hak untuk mendapatkan bantuan dan pelayanan.
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia
Hak anak dalam Undang-Undang ini diatur dalam Bab III
bagian kesepuluh, pasal 52-66, yang meliputi:
a. Hak atas perlindungan
b. Hak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan
taraf kehidupannya.
c. Hak atas suatu nama dan status kewarganegaraan.
d. Bagi anak yang cacat fisik dan atau mental hak:
1) Memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan
bantuan khusus.
2) Untuk menjamin kehidupannya sesuai dengan martabat
kemanusiaan.
3) Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
e. Hak untuk beribadah menurut agamanya.
f. Hak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan,
dan dibimbing.

9
g. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.
h. Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
i. Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial.
j. Hak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan
hukum.
Selain itu, secara khusus dalam Pasal 66 Undang-Undang 39
Tahun 1999 tentang hak anak-anak yang dirampas
kebebasannya, yakni meliputi:
a. Hak untuk tidak dijatuhi hukuman mati atau hukuman seumur
hidup.
b. Hak untuk mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan
dengan memperhatikan kebutuhan pengembangan pribadi
sesuai dengan usianya dan harus dipisahkan dari orang
dewasa, kecuali demi kepentingannya.
c. Hak untuk memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya
secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang
berlaku.
d. Hak untuk membela diri dan memperoleh keadilan di depan
Pengadilan Anak yang objektif dan tidak memihak dalam
sidang yang tertutup untuk umum.
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak
Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak ini, hak-hak anak
diatur dalam Pasal 4 - Pasal 18, yang meliputi:
a. Hak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
b. Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status
kewarganegaraan.
c. Hak untuk beribadah menurut agamanya.
d. Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial.
e. Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran.

10
f. Bagi anak yang menyandang cacat juga hak memperoleh
pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki
keunggulan juga hak mendapatkan pendidikan khusus.
g. Hak menyatakan dan didengar pendapatnya.
h. Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang.
i. Bagi anak penyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi,
bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
j. Bagi anak yang berada dalam pengasuhan orang tua/ wali,
berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:
1) Diskriminasi
2) Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual
3) Penelantaran
4) Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan
5) Ketidakadilan
6) Perlakuan salah lainnya.
k. Hak untuk memperoleh perlindungan dari :
1) Penyalahgunaan dalam kegiatan politik
2) Pelibatan dalam sengketa bersenjata
3) Pelibatan dalam kerusuhan sosial
4) Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur
kekerasan
5) Pelibatan dalam peperangan.
l. Hak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.
m. Setiap anak yang dirampas kebebasannya hak untuk :
1) Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan
penempatannya dipisahkan dari orang dewasa
2) Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara
efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku
3) Membela diri dan memperoleh keadilan di depan
pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam
sidang tertutup untuk umum.

11
n. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan
seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak
dirahasiakan.
o. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana
berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya
C. Jenis Perlindungan Anak khusus
1. Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi
pengungsidilaksanakan sesuai dengan ketentuan hukum
humaniter.
2. Perlindungan khusus bagi anak korban kerusuhan,
korbanbencana, dan anak dalam situasi konflik bersenjata,
meliputi:
a. Pemenuhan kebutuhan dasar, yaitu: pangan,
sandang,pemukiman, pendidikan, kesehatan, belajar dan
berekreasi,jaminan keamanan, dan persamaan perlakuan;
dan
b. Pemenuhan kebutuhan khusus bagi anak yang menyandang
cacat dan anak yang mengalami gangguan psikososial.
3. Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum,
anak yang berkonflik dengan hukum dan anak korbantindak
pidana, meliputi:
a. Perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan
martabat dan hak-hak anak
b. Penyediaan petugas pendamping khusus anak sejak dini
c. Penyediaan sarana dan prasarana khusus
d. Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik
bagi anak
e. Pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap
perkembangan anak yang berhadapan dengan hokum
f. Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan
orang tua atau keluarga

12
g. Perlindungan dari pemberitaan identitas melalui mediamassa
dan untuk menghindari labelisasi.
4. Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban tindak
pidana meliputi:
a. Upaya rehabilitasi, baik dalam lembaga maupun di luar
lembaga
b. Upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media
massa dan untuk menghindari labelisasi
c. Pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi
ahli, baik fisik, mental, maupun sosial
d. Pemberian aksesibilitas untuk mendapatkan informasi
mengenai perkembangan perkara.
5. Perlindungan khusus bagi anak dari kelompok minoritas dan
terisolasi dilakukan melalui penyediaan prasarana dan sarana
untuk dapat menikmati budayanya sendiri, mengakui dan
melaksanakan ajaran agamanya sendiri, dan menggunakan
bahasanya sendiri.
6. Perlindungan khusus bagi anak yang dieksploitasi secara ekonomi
dan/atau seksual, meliputi:
a. Penyebarluasan dan/atau sosialisasi ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan
anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual
b. Pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi
c. Pelibatan berbagai instansi pemerintah, perusahaan, serikat
pekerja, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat
dalam penghapusan eksploitasi terhadap anak secara
ekonomi dan/atau seksual.
7. Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban
penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya (napza), dan terlibat dalam produksi dan distribusinya,

13
dilakukan melalui upaya pengawasan, pencegahan, perawatan,
dan rehabilitasi oleh pemerintah dan masyarakat.
8. Perlindungan khusus bagi anak korban penculikan, penjualan, dan
perdagangan anak dilakukan melalui upaya pengawasan,
perlindungan, pencegahan, perawatan, dan rehabilitasi oleh
pemerintah dan masyarakat.
9. Perlindungan khusus bagi anak korban kekerasan
meliputikekerasan fisik, psikis, dan seksual dilakukan melalui
upaya :
a. Penyebarluasan dan sosialisasi ketentuan peraturan
perundang-undangan yang melindungi anak korban
tindakkekerasan; dan pemantauan, pelaporan, dan pemberian
sanksi.
10. Perlindungan khusus bagi anak yang menyandang cacat
dilakukan melalui upaya :
a. perlakuan anak secara manusiawi sesuai dengan martabat
dan hak anak
b. pemenuhan kebutuhan-kebutuhan khusus
c. memperoleh perlakuan yang sama dengan anak lainnya untuk
mencapai integrasi sosial sepenuh mungkin dan
pengembangan individu.
11. Perlindungan khusus bagi anak korban perlakuan salah dan
penelantaran dilakukan melalui pengawasan, pencegahan,
perawatan, dan rehabilitasi oleh pemerintah dan masyarakat.
D. Sistem Perlindungan Anak
Indonesia menghadapi masalah serius terkait dengan hak dan
kesejahteraananak-anak. Hampir setengah dari anak-anak Indonesia
berusia antara 13 dan 18 tahun putus sekolah hampir tiga juta anak
terlibat dalam perburuhan anak berpotensi berbahaya, dan sekitar 2,5
juta anak Indonesia menjadi korbankekerasan setiap tahun. Lebih dari
80% anak-anak sedang menjalani proses peradilan berakhir di

14
belakang bar dan jumlah yang lebih besar adalah tanpa bantuan
hukum. Statistik ini menggarisbawahi kebutuhan untuk
mengintensifkan dan memperkuat upaya saat ini untuk meningkatkan
perlindungan anak di Indonesia 2008 review dari Pemerintah Program
Negara Indonesia dan Unicef kerjasama menyoroti hubungan antara
kebutuhanuntuk meningkatkan perlindungan anak dan
pengembangan ekonomi nasionalyang adil dan berkelanjutan.
Kesenjangan yang signifikan tetap dalam ketersediaan informasi
pembangunankerangka kebijakan di Indonesia dan aktual, on-the-
tanah program di bidanghak-hak anak dan perlindungan anak.Ada
kebutuhan mendesak untuk berpindah dari penyediaan ad-hoc,
responsif, dan donor-driven upaya perlindungan anak ke sistem anak
strategis dan komprehensif perlindungan.
Sistem seperti menggunakan proses standar untuk mengumpulkan
data, menggunakan data tersebut untuk program-program desain, dan
alamatkeprihatinan perlindungan anak dalam yang lebih luas sosial,
ekonomi, konteks politik dan hukum.
Dalam konteks ini bahwa columbia University dan Universitas
Indonesia, bekerja sama dengan UNICEF dan Departemen
Perencanaan Bahasa Indonesia (BAPPENAS) mendirikan Universitas
berbasis “Center of Excellence”, pusat tentang Perlindungan yang
akan berfungsi sebagai model dari akademisi, pemerintah dan
keterlibatan masyarakat sipil yang memberikan kontribusiuntuk
sistematisasi dan profesionalisasi perlindungan anak di Indonesia
melalui penelitian, analisis dan evaluasi.
Pusat ini difokuskan pada membangun kapasitas praktisi
pemerintah, profesional muncul, para pemimpin masyarakat sipil dan
akademisi.Hal ini bertujuan untuk mempromosikan seragam, solusi
berkelanjutan untuk masalahkompleks yang mempengaruhi anak-
anak, keluarga, dan masyarakat. Selain itu,ia mendorong kolaborasi
dan pertukaran pengetahuan di kawasan Asia/Pasifik.

15
Negara Indonesia, saat ini sedang mengembangkan
kesejahteraan anak dan keluarga yang fokus pada sistem untuk
pencegahan dan merespon semua bentuk-bentuk kekerasan pada
anak.Hal ini merupakan refleksi pada pendekatan baru pada upaya
perlindungan anak secara internasional.
Kendati negara Indonesia telah mengembangkan sebuah
kerangka kerja progresif untuk hak-hak anak, hanya saja dalam
pelaksanaannya kurangmampu berkembang untuk perlindungan
anak. Disisi lain, belum ada mandate secara jelas bagi sebuah
lembaga untuk mengelola pelayanan pen/egahan danmerespon
masalah-masalah anak terkait dengan kesenangan dan akuntabilitas
untuk melindungi secara legal dan efektif.
Pendekatan dalam penyediaan layanan perlindungan anak
berbasis sistemmulai dikembangkan berbeda dengan pendekatan
tradisional yang dijalankan saat ini. Dimana, dalam pendekatan
tradisional dilakukan berdasarkan responyang berbasis
kesejahteraan, lebih dipimpin oleh NGOs, berorientasi
padakedaruratan, berbasis pada issu (seperti perdagangan anak;
peradilan anak), bekerja berdasarkan jaringan dan bukan sistem; dan
hanya terfokus padakelompok anak yang termarjinalkan dan rentan,
serta layanan perlindungananak lebih mengedepankan pada respon
atau gejala saja.
Upaya untuk mengadopsi pendekatan “membangun sistem” ini
merupakanupaya untuk mengkerangkakan kembali sebuah
pendekatan pada anak yangmembutuhkan atau beresiko, memikirkan
kembali bagaimana membangunstrategi untuk perlindungan anak,
mendifinisikan apa itu persekutuan/kemitraan, bagaimana peran,
tanggung jawab, serta memprogramkan kembali intervensi dari
masing masing stakeholder diperlindungan anak.
Kerja-kerja yang dilakukan dalam membangun sistem merupakan
kerja-kerja yang komprehensif yang saling terkait satu dengan lainnya

16
atau saling berinteraksi dalam kondisi yang harmonis dan
teratur.Komponen yang salingterkait antara lain adalah kerangka
hukum dan kebijakan yang kuat untuk PA,tersedianya anggaran yang
memadai, koordinasi multi sektoral, sistem layanan pencegahan yang
ramah anak dan responsif, tenaga kerja PA yang profesional,
pengawasan dan regulasi, serta data dan informasi yang kuat tentang
isu isu PA.
Dalam sistem perlindungan anak, meliputi:
1. Pencegahan terhadap kekerasan, penelantaran, perlakukan salah
dan eksploitasi yang direspon secara efektif ketika hal tersebut
muncul sertamenyediakan layanan yang dibutuhkan, rehabilitasi
dan kompensasi terhadap para korban.
2. Memperoleh pengetahuan tentang akar penyebab kegagalan
pada perlindungan anak dan sejauhmana mengetahui tentang
kekerasan , penelantaran, eksploitasi dan perlakukan salah
terhadap anak disemua kondisi
3. Mengembangkan kebijakan dan regulasi, yang mempengaruhi
untuk tindakan pencegahan dan penanganan, dan bagiamana
memastikan perkembangannya.
4. Mendorong partisipasi anak baik laki dan perempuan, orang tua,
wali danmasyarakat, international dan nasional NGO serta
masyarakat sipil.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, “anak adalah keturunan
yang kedua atau manusia yang masih kecil”. Pengertian anak ini
bersifat secara umum. Untuk lebih mengkhususkan definisi anak,
maka definisi anak dapat di tinjau dari beberapa segi, yaitu segi
agama, negara, dan psikologis.
Adapun hak-hak anak yaitu : Hak atas kesejahteraan, perawatan,
asuhan dan bimbingan, Hak atas pelayana, Hak atas pemeliharaan
dan perlindungan, Hak atas perlindungan lingkungan hidup, Hak
mendapatkan pertolongan pertama, Hak untuk memperoleh asuhan,
Hak untuk memperoleh bantuan, Hak diberi pelayanan dan asuhan,
Hak untuk memeperoleh pelayanan khusus, Hak untuk mendapatkan
bantuan dan pelayanan.
Dalam sistem perlindungan anak meliputi, Pencegahan terhadap
kekerasan, penelantaran, perlakukan salah dan eksploitasi yang
direspon secara efektif ketika hal tersebut muncul serta menyediakan
layanan yang dibutuhkan, rehabilitasi dan kompensasi terhadap para
korban, Memperoleh pengetahuan tentang akar penyebab kegagalan
pada perlindungan anak dan sejauhmana mengetahui tentang
kekerasan , penelantaran, eksploitasi dan perlakukan salah terhadap
anak disemua kondisi, Mengembangkan kebijakan dan regulasi, yang
mempengaruhi untuk tindakan pencegahan dan penanganan, dan
bagiamana memastikan perkembangannya, Mendorong partisipasi
anak baik laki dan perempuan, orang tua, wali dan masyarakat,
international dan nasional NGO serta masyarakat sipil.

18
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca atau mahasiswa dapat memahami
lebih luas tentang materi ini karena banyak sekali manfaat yang
didapatkan dalam materi ini serta saran dan kritik yang baik demi
membangun keberhasilan dan kelengkapan makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abintoro Prakoso, Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak,.PT


Laksbang Grafika.Yogyakarta .2013.

Angger Sigit Pramukti & Faudy Primaharsyah.Sistem Peradilan Pidana


Anak. Pustaka Yustisia.Yogyakarta. 2015.

Maidin Gultom. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem


Peradilan Pidana Anak Di Indonesia. Jakarta : PT Refika Aditama.
2014.

H. R. Abdussalam dan Adri Desasfuryanto.Hukum Perlindungan Anak.


PTIK. Jakarta. 2016.

Irwanto, Anak Yang Membutuhkan Perlindungan Khusus di


Indonesia :Analisis Situasi, Jakarta : KPM Unika Atma Jaya.

Muhammad Joni dan Zulchaina, Aspek Hukum Perlindungan Anak Dalam


Perspektif Konvensi Hak Anak,Bandung : PT Citra Aditya Bakti.

Rika Saraswati. Hukum Perlindungan Anak di Indonesia. Pt Cita Aditya


Bakti. Bandung. 2015.

20

Anda mungkin juga menyukai