PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas WHO
mempengaruhi Allender, Rector dan Warmer (2014). Lansia sebagai populasi berisiko
memiliki risiko kesehatan yaitu, risiko biologi, sosial, perilaku dan lingkungan. Risiko
biologi termasuk risiko terkait usia pada lanjut usia yaitu terjadinya berbagai fungsi
biologi akibat proses menua. Risiko sosial dan lingkungan pada lanjut usia yaitu adanya
lingkungan yang memicu stress, risiko perilaku dan gaya hidup seperti pola kebiasaan
kurangnya aktifitas fisik dan konsumsi makanan yang tidak sehat dan memicu terjadinya
penyakit dan kematian (Standhope & Lancaster, 2012). Terdapat empat tahapan usia
menurut WHO pada lansia yaitu usia pertengangan (middle age) usia 45-59 tahun, lanjut
usia (erderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun dan usia sangat tua
Prevalensi lansia di Indonesia pada tahun 2017 terdapat 23.66 juta jiwa penduduk
lansia di Indonesia (9.03%) prediksi jumlah penduduk lansia pada tahun 2020 (27.08
juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40.95 juta) dan tahun 2035 (48.19 juta) lansia
(Kemenkes RI, 2017). Badan Pusat Statistik (2017) memproyeksikan jumlah penduduk
lansia di Jawa Barat berada dipresentase 8.67 % dari total lansia di Indonesia. Jumlah
lansia mengalami pengingkatan setiap tahunnya dan dapat mengalami masalah kesehatan
fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor resiko terhadap penyakit meningkat.
Masalah yang sering muncul dan dialami oleh lansia adalah malnutrisi, gangguan
Menurut Tamher & Noorkasiani (2011), meningkatnya populasi lansia ini membuat
pemerintah perlu merumuskan kebijakan dan program yang ditujukan kepada lansia
sehingga dapat berperan dalam pembangunan dan tidak menjadi beban bagi masyarakat.
Salah satu usaha sosial dari pemerintah untuk tetap melakukan pembinaan terhadap
kesejahteraan lansia adalah dengan mendirikan panti sosial tresna werdha. Panti sosial
tresna werdha merupakan suatu institusi hunian bersama dari para lansia yang secara fisik
dan kesehatan masih mandiri dimana kebutuhan harian dari para penghuni biasanya
disediakan oleh pengurus panti, serta sebuah rumah atau tempat penampungan untuk
manusia lanjut usia. Sebuah sarana dimana manula diberikan fasilitas, layanan 24 jam,
jadwal aktifitas, dan hiburan yang dibutuhkan sesuai kebutuhan manula. Dalam
memberikan bimbingan dan pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara
wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu panti sosial yang berada di Bandung
Hurlock & Elizabeth (2006) menyebutkan bahwa lansia yang pindah ke tempat tinggal
yang baru seperti panti werdha, memungkinkan muncul adanya kesulitan beradaptasi
sehingga mereka merasa stres, kehilangan kontrol atas hidupnya, dan kehilangan identitas
diri yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap quality of life (QoL),
sehingga perawat gerontik yang merupakan spesialis keperawatan lanjut usia yang
menjalankan peran dan tanggung jawabnya terhadap tatanan pelayanan kesehatan dengan
menggunakan ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian dan teknologi dan seni dalam
meningkatkan kualitas hidup lansia di panti werdha yang didukung oleh standar umum
panti sosial yang telah ditetapkan oleh dinas sosial, baik dari sumber daya manusia,
kelembagaan sarana prasarana, pelayanan sosial dasar, pembiayaan serta monitoring dan
evaluasi.
meliputi kajian situasional, melalui telaah visi dan misi, sifat kekaryaan di satuan
berkesinambungan.
.2 Tujuan Penulisan
1. Mengkaji situasi pelayanan keperawatan dan telaah situasi yang terjadi di Panti
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan unit di Panti Sosial Tresna Werdha
Senjarawi
.3 Ruang Lingkup
Pelaksanaan praktik keperawatan gerontik dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Senjarawi
Bandung memberikan pelayanan kepada masyarakat lanjut usia yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan secara mandiri sebagai wujud peningkatan usaha kesejahteraan lanjut usia. Begitu
pula dengan pemberian perawatan, perlindungan, dan pemberdayaan lanjut usia yang dilakukan
dengan praktik pada tanggal 15 Mei 2019 - 29 Mei 2019 serta melibatkan seluruh lansia, petugas
pelaksana dan manajemen PSTW Senjarawi serta pembimbing akademik dari Fakultas
.4 Metode Penulisan
Metode penulisan dalam laporan ini menggunakan metode observasi, wawancara, data screening
dan studi literatur. Wawancara dilakukan untuk mencari data mengenai sistem serta aspek lain
yang belum tercukupi. Sementara observasi dilakukan tidak hanya berkomunikasi dengan
perorangan, namun berhubungan dengan objek di sekitar (Sugiyono, 2009). Metode dengan
wawancara dan observasi ditujukan kepada pihak panti dan lansia di PSTW Senjarawi Bandung.
.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Penulisan
3. Ruang Lingkup
4. Metode Penulisan
5. Sistematika Penulisan
BAB V PEMBAHASAN
1. Simpulan
2. Saran
REFERENSI
LAMPIRAN