Anda di halaman 1dari 9

LATIHAN INTERAKSI KECEMASAN DENGAN STRATEGI

PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


ANSIETAS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Jiwa Program
Profesi Ners XXXVI Universitas Padjadjaran

Disusun Oleh:

ZAMZAM GINANJAR
FANI KURNIA SAFITRI
TITA MULYANI
INTAN AGUSTI FERNANDES
WARISYA MIFTAH AMANDA
TIARA SAGITA DEWI
KARTIANI DEWI

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
BAB I

TINJAUAN TEORI

1.1 Pengertian Ansietas


Ansietas merupakan perasaan was-was, kuatir, atau tidak nyaman seakan-
akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman (Universitas Indonesia,
2012). Sedangkan menurut Videbeck (2008), ansietas (kecemasan) adalah
perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Tidak ada objek
yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka ansietas dapat dikatakan sebuat perasaan takut, kuatir, dan was-was
terhadap suatu objek yang tidak jelas.

1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ansietas


Menurut Stuart dan Sundden (2006), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi timbulnya kecemasan, diantaranya :

a. Pengalaman negatif pada masa lalu


Sebab utama dari timbulnya rasa cemas dapat berasal dari pengalaman masa
lampau yang pernah dilaluinya, yaitu timbulnya rasa tidak menyenangkan
mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa mendatang. Apabila
individu menghadapi situasi yang sama yang pernah menimbulkan
ketidaknyamanan, individu tersebut akan mengalami kecemasan, seperti
pengalaman pernah gagal dalam mengikuti tes, sehingga merasa cemas saat
akan mengikuti sebuah tes lagi.
b. Pikiran yang tidak rasional
 Kegagalan ketastropik, yaitu adanya asumsi dari individu bahwa sesuatu
yang buruk akan terjadi pada dirinya. Individu mengalami kecemasan
serta perasaan ketidakmampuan dan ketidaksanggupan dalam mengatasi
permasalahannya.
 Kesempurnaan, individu mengharapkan kepada dirinya untuk berperilaku
sempurna dan tidak memiliki cacat. Individu menjadikan ukuran
kesempurnaan sebagai sebuah target dan sumber yang dapat memberikan
inspirasi.
 Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang berlebihan, ini
terjadi pada orang yang memiliki sedikit pengalaman.
c. Faktor Presipitasi
 Ancaman terhadp integritas biologi seperti penyakit, trauma fisik, dan
menurunkan kemampuan fisiologis untuk melakukan aktifitas sehari-hari
 Ancaman terhadp konsep diri dan harga diri seperti proses kehilangan,
perubahan peran, perubahan lingkungan, dan status ekonomi.

1.3 Tanda dan Gejala Anxietas


Berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan Diagnosa Psikososial
Universitas Indonesia (2012), terdapat tiga respon yang muncul saat seseorang
mengalami kecemasan, yaitu :

a. Respon fisik
Sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulutkering, anoreksia,
diare atau konstipasi, gelisah, berkeringat, tremor, sakit kepala, dan sulit tidur.
b. Respon kognitif
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima informasi dari luar, dan
berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
c. Respon perilaku dan emosi
Gerakan meremas tangan, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman,
dan menangis.

1.4 Tingkat Kecemasan


Kecemasan (Anxiety) memiliki tingkatan, Stuart dan Sundden (2006)
mengemukakan tingkat ansietas, diantaranya:
a. Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, ansietas ini
menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang
persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan serta kreativitas.
b. Ansietas sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi
individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif
namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya. Pada tingkat ini individu masih bisa diarahkan.
c. Ansietas berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus
pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut
memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
d. Tingkat panik
Berhubungan dengan ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari
proporsinya karena mengalami kehilangan kendali (loss of control), individu
yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang
rasional.
BAB II

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS

2.1 Standar Asuhan Keperawatan Ansietas Pada Pasien


Diagnosa : Ansietas
Tujuan Tindakan Strategi Kegiatan
Keperawatan Pelaksanaan
Tindakan
Keperawatan
1. Pasien 1. Mendiskusikan SP 1 : 1) Bina hubungan saling
mampu ansietas Asesmen percaya
mengenal (penyebab, ansietas dan a) Mengucapkan salam
ansietas proses latihan terapeutik,
2. Pasien terjadinya relaksasi
mampu ansietas, tanda memperkenalkan diri,
mengatasi dan gejala, panggil pasien sesuai
ansietas akibat ansietas). nama panggilan yang
melalui 2. Melatih teknik disukai
teknik relaksasi fisik, b) Menjelaskan tujuan
relaksasi pengendalian interaksi: melatih
3. Pasien pikiran &
pengendalian ansietas
mampu emosi.
memperaga agar proses
kan dan penyembuhan lebih
menggunaka cepat
n tehnik 2) Membuat kontrak
relaksasi (inform consent) dua kali
untuk pertemuan latihan
mengatasi
pengendalian ansietas
ansietas.
3) Bantu pasien mengenal
ansietas:
a) Bantu pasien untuk
mengidentifikasi dan
menguraikan
perasaannya.
b) Bantu pasien
mengenal penyebab
ansietas
c) Bantu klien
menyadari perilaku
akibat ansietas
4) Latih teknik relaksasi:
a) Tarik napas dalam
b) Distraksi
SP 2 : 1) Pertahankan rasa
Evaluasi percaya pasien
ansietas, a) Mengucapkan salam
manfaat teknik dan memberi
relaksasi dan motivasi
latihan b) Asesmen ulang
hipnotis diri ansietas dan
sendiri (latihan kemampuan
5 jari) dan melakukan teknik
kegiatan relaksasi
spiritual 2) Membuat kontrak
ulang: latihan
pengendalian ansietas
3) Latihan hipnotis diri
sendiri (lima jari) dan
kegiatan spiritual.

2.2 Standar Asuhan Keperawatan Ansietas Pada Keluarga


Diagnosa : Ansietas
Tujuan Tindakan Strategi Kegiatan
Keperawatan Pelaksanaan
Tindakan
Keperawatan
1. Keluarga 1) Mendiskusikan SP 1 : 1) Bina hubungan saling
mampu kondisi pasien: Penjelasan percaya
mengenal ansietas, kondisi pasien a) Mengucapkan
masalah penyebab, dan cara salam terapeutik,
ansietas proses terjadi, merawat memperkenalkan
pada tanda dan diri
anggota gejala, akibat b) Menjelaskan tujuan
keluarganya 2) Melatih interaksi:
2. Keluarga keluarga menjelaskan
mampu merawat ansietas pasien dan
merawat ansietas pasien cara merawat agar
anggota 3) Melatih proses
keluarga keluarga penyembuhan lebih
yang melakukan cepat
mengalami follow up 2) Membuat kontrak
ansietas (inform consent) dua
3. Keluarga kali pertemuan latihan
mampu cara merawat ansietas
memfollow pasien
up anggota 3) Bantu keluarga
keluarga mengenal ansietas:
yang a) Menjelaskan
mengalami ansietas, penyebab,
ansietas. proses terjadi,
tanda dan gejala,
serta akibatnya
b) Menjelaskan cara
merawat ansietas
pasien: tidak
menambah masalah
(stres) dengan
sikap positif,
memotivasi cara
relaksasi yg telah
dilatih perawat
pada pasien
c) Sertakan keluarga
saat melatih teknik
relaksasi pada
pasien dan minta
untuk memotivasi
pasien
melakukannya
SP 2 : 1) Pertahankan rasa percaya
Evaluasi peran keluarga dengan
keluarga mengucapkan salam,
merawat menanyakan peran
pasien, cara keluarga merawat pasien
merawat dan & kondisi pasien
follow up 2) Membuat kontrak ulang:
latihan lanjutan cara
merawat dan follow up
3) Menyertakan keluarga
saat melatih pasien
hipnotis diri sendiri (lima
jari) dan kegiatan
spiritual
4) Diskusikan dengan
keluarga cara perawatan
di rumah, follow up dan
kondisi pasien yang perlu
dirujuk (lapang persepsi
menyempit, tidak mampu
menerima informasi,
gelisah, tidak dapat tidur)
dan cara merujuk pasien.
BAB III
SKENARIO ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS
3.1 narasi kasus
3.2 skenario
3.3 SPTK
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W., & Sundden, S. J. (2006). Keperawatan psikitrik: Buku Saku


Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Universitas Indonesia. (2012). Standar Asuhan Keperawatan Diagnosa


Psikososial. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai