Anda di halaman 1dari 35

VISI

Pada tahun 2025 menghasilkan Ners yang unggul dalam


Asuhan Keperawatan lanjut usia dengan menerapkan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

LP dan SP Kasus Fiktif

Program Studi : Profesi Ners Tk. 2

Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa I

Beban Studi : 3 sks (2 sks T, 1 sks P)

Pembimbing
Syafdewiyani, SKp, MKep.

Disusun oleh:

Achmad Tasrif Dwi K P3.73.20.2.18.001

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

ANSIETAS/KECEMASAN

A. Gangguan Psikososial
Ansietas/kecemasan
B. Pengertian

Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
otonom (sumber tidak diketahui oleh individu) sehingga individu akan meningkatkan
kewaspadaan untuk mengantisipasi (NANDA, 2015). Ansietas dapat diartikan sebagai suatu
keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah disertai respon otonomis individu,
perasaan khawatir yang disebabkan oleh perasaan antisipasi terhadap bahaya (Wilkinson,
2007).
Gangguan ansietas dapat membuat individu mengalami gangguan pikiran atau
konsentrasi. Mereka menjauhi situasi yang dapat membuat individu tersebut khawatir
(American Psychological Assosiation, 2017).
Menurut Videbeck (2011) individu yang mempunyai gangguan kecemasan
menunjukkan perilaku yang tidak biasanya seperti panik tanpa alasan, takut pada objek
tanpa alasan, tindakan tanpa bisa dikontrol sering terulang, atau kekhawatiran luar biasa
yang tidak bisa dijelaskan.Ansietas juga berdampak pada kehidupan sehari-hari mereka,
kehidupan sosial, dan pekerjaan mereka.
C. Penyebab
Penyebab ansietas dipengaruhi oleh beberapa faktor, Antara lain :
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini
membantu mengatur ansietas. Penghambat aminobutirik-gamma neroregulator
(GABA) juga berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan
ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi
stressor.
b. Psikologis
Konflik emosional antara 2 elemen yaitu: id (dorongan insting atau impuls
primitif) dan superego (hati nurani). Ego berfungsi menengahi tuntutan dari 2
elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas mengingatkan ego bahwa ada
bahaya yang mengancam.
c. Sosiokultural
Merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Faktor ekonomi, latar
belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
2. Faktor Presipitasi
a. Ancaman terhadap integritas biologi
Merupakan ancaman terhadap kebutuhan dasar manusia, seperti kebutuhan
akan makanan, minuman, dan perumahan. Hal ini merupakan faktor umum
penyebab ansietas.
b. Ancaman terhadap rasa aman
Hal ini sulit digolongkan karena manusia unik. Ancaman keamanan diri
meliputi; tidak tercapainya harapan, tidak terpenuhinya kebutuhan akan status,
rasa bersalah atau pertentangan antara keyakinan diri dan prilaku, tidak mampu
untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain.
D. Tanda dan Gejala
Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas (Hawari,
2008), antara lain sebagai berikut:
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan sebagainya. 
E. Rentan Respon

F. Pohon Masalah

Deficit perawatan diri Resiko perilaku Perubahan


sehari -hari kekerasan penampilan diri

Perubahan sensori Ansietas Defisit


persepsi halusinasi (core problem) perawatan diri

Gangguan konsep diri: Koping keluarga tidak


harga diri rendah efektif

G. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
b. Faktor presipitasi
c. Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih
dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor
ekonomi dan latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya
ansietas.
d. Sumber Koping
Individu mengatasi ansietas dengan menggerakkan sumber koping di
lingkungan.
e. Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping
yaitu sebagai berikut :
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi
stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan. Menarik diri untuk memindahkan dari
sumber stres. Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan
kebutuhan personal.
2) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi
realitas, dan bersifat maladaptif
2. Diagnosis
Ansietas/ Kecemasan
3. Rencana intervensi
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan
1) Pasien mampu mengenal ansietas.
2) Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi.
3) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas.
b. Tindakan keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya.
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus
dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah sebagai
berikut:
a) Mengucapkan salam terapeutik.
b) Berjabat tangan.
c) Menjelaskan tujuan interaksi.
d) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
2) Bantu pasien mengenal ansietas.
a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan
perasaannya.
b) Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas.
c) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas.
d) Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas.
3) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri.
a) Pengalihan situasi.
b) Latihan relaksasi dengan tarik napas dalam, mengerutkan, dan
mengendurkan otot-otot.
c) Hipnosis diri sendiri (latihan lima jari).
4) Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul.

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga


1. Tujuan :
a. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya.
b. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas.
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas.
d. Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien dengan ansietas.
e. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas.
2. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
b. Diskusikan tentang proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala.
c. Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari ansietas.
d. Diskusikan cara merawat pasien dengan ansietas dengan cara mengajarkan
teknik relaksasi.
1) Mengalihkan situasi.
2) Latihan relaksasi dengan napas dalam, mengerutkan, dan mengendurkan
otot.

3) Menghipnotis diri sendiri (latihan lima jari).


e. Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk dan
bagaimana merujuk pasien.
4. Evaluasi
a. Menyebutkan penyebab ansietas.
b. Menyebutkan situasi yang menyertai ansietas.
c. Menyebutkan perilaku terkait ansietas.
d. Melakukan teknik pengalihan situasi, yaitu tarik napas dalam, relaksasi otot, dan
teknik lima jari.
e. Keluarga menyebutkan pengertian ansietas.
f. Keluarga menyebutkan tanda dan gejala ansietas.
g. Keluarga mengajarkan ke pasien teknik pengalihan situasi, tarik napas dalam,
relaksasi otot, dan teknik lima jari.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ANSIETAS / KECEMASAN

SP I
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan mual, sakit kepala, tidak nafsu makan, tidur sering terbangun,
keluar keringat dingin, sulit untuk konsentrasi. Pasien mengeluh, selama dirawat sering
memikirkan kuliahnya dan takut ketinggalan pembelajaran.
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas b.d perubahan perilaku d.d tidak nafsu makan, tidur sering terbangun,
sulit konsentrasi.
3. Tujuan
b. Klien mampu membina hubungan saling percaya
c. Klien mampu mengenal ansietas
d. Klien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi napas dalam
untuk mengatasi ansietas yang dirasakannya
4. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya dengan teknik komunikasi terapeutik.
b. Membantu klien mengungkapkan perasaanya terkait kecemasannya.
c. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati dengan ungkapan klien.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik.
”Selamat pagi adik, perkenalkan nama saya perawat Achmad, saya yang bertugas
untuk dinas di pagi hari ini. Adik namanya siapa? Nn. A ya? Nama panggilannya
siapa? Baiklah kalau begitu”
b. Evaluasi / validasi
”Bagaimana adik keadaannya pagi ini? Masih merasa mual dan pusing ga?
Bagaimana tidurnya semalam? Makanannya dihabiskan tidak? ”
c. Kontrak
“Sepertinya adik terlihat cemas dan keringat dingin tangannya. Ada apa? Apa yang
adik rasakan? Bagaimana kalau sekarang cerita apa yang kamu rasakan? Kurang
lebih 10 menit saja, supaya adik bisa merasa lebih tenang perasaanya tidak cemas
lagi.”
2. Fase Kerja
“Nah, sekarang coba adik cerita apa yang bikin adik merasa cemas? Saya dengarkan.”
“Ohhh jadi begitu. Sebelumnya pernah mengalami cemas yang seperti ini tidak yang
pernah adik rasakan?”
“Bagaimana adik cara adik mengatasi cemas itu?”
“Ohhh, saya merasakan apa yang kamu rasakan. Mungkin takut untuk ketinggalan
pelajaran di sekolah karena harus dirawat di Rumah Sakit selama 3 hari ini. Tapi, kamu
bisa mengejar semua ketinggalan itu. Kamu bisa meminta catetan teman kamu selama
kamu tidak masuk, meminta tugas kepada guru kamu untuk menyusul nilai yang
kurang. Buat sekarang kamu harus fokus dulu sama kesehatan kamu supaya bisa cepet
sembuh, trus bisa cepet-cepet sekolah. Kalau cemasnya tidak diatasi, bisa mengganggu
kondisi kamu. Jadi makin lama deh sembuhnya. Bagaimana kalau sekarang kita coba
mengatasi kecemasan kamu dengan latihan relaksasi dengan cara tarik nafas dalam, ini
merupakan salah satu cara  untuk bisa mengurangi kecemasan yang kamu rasakan.”
“Sekarang kita mulai ya, biar saya peragakan dulu, kamu memperhatikan dulu baru
mengikuti. Kita mulai yaaa, coba duduk dengan posisi seperti saya. Pertama-tama, adik
tarik nafas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan nafas dalam hitungan tiga setelah itu
adik hembuskan di udara melalui mulut dengan meniup udara perlahan-lahan. Sekarang
coba adik lakukan ya.”
“Nahh, iya bagus… seperti itu ya caranya. Adik bisa melakukan latihan tarik nafas
dalam ini selama 3, 5 sampai 10 kali sampai adik merasa relaks atau lebih nyaman.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Bagaimana perasaan adik setelah cerita ke saya tentang masalah yang membuat
adik cemas?”
“Sekarang coba adik ulangi ya teknik relaksasi napas dalam yang sudah diajarkan
tadi, supaya ingat hehe...”
b. Tindak Lanjut
“Kalau adik merasa cemas lagi tentang suatu hal, teknik tarik nafas dalam bisa
dipraktikan yaaa, supaya merasa lebih releks dan nyaman. Atau bisa panggil
perawat yang sedang dinas di waktu itu ya…”
c. Kontrak yang akan datang.
“Besok kita cerita lagi ya dik. Saya akan menjelaskan tentang teknik lain untuk
mengurangi kecemasan. Baiklah kalau begitu saya pamit dulu yaa, selamat pagi.”

SP II

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Saat ini keadaan pasien sudah mulai membaik. Tetapi pasien masih mengeluh
tentang ketakutannya yang berlebihan sehingga membuat nafsu makannya belum stabil.
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas b.d perubahan perilaku d.d tidak nafsu makan, tidur sering terbangun,
sulit konsentrasi.
3. Tujuan
a. Klien mampu mengetahui penyebab ansietasnya
b. Klien mampu mampu melakukan teknik relaksasi dengan mengerutkan dan
mengendurkan otot-otot
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati dengan ungkapan pasien.
c. Menjelaskan teknik relaksasi dengan mengerutkan dan mengendurkan otot-otot.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat siang adik A”
b. Evaluasi / validasi
“ Bagaimana perasaan adik siang ini? Apakah masih gelisah dan bagaimana tidurnya?
Mengapa makan siangnya tidak dihabiskan? Kok masih murung? Apakah yang
kemarin teknik nafas dalam yang diajarkan sudah di coba? Nah kalau sudah coba di
praktikkan dulu. Oke masih ingat yaa kalau begitu”
c. Kontrak
“Seperti yang saya janjikan kemarin, saya mau ngasih tau tentang teknik relaksasi
lainnya yaitu mengerutkan dan mengendurkan otot-otot. Kurang lebih waktunya 15
menit ya. Enaknya dimana nih saya menjelaskannya? Oke kita ke taman ya.”
2. Fase Kerja
“Bagaimana perasaan kamu siang ini?”
“Mengapa masih terlihat murung? Apa yang kamu fikirkan?”
“Ooohh begitu, saya paham apa yang kamu rasakan, sekarang saya mau ngasih tau kamu
tentang teknik-teknik untuk mengurangi kecemasan selain tarik nafas dalam supaya bikin
kamu relaks, yaitu Teknik mengerutkan dan mengendurkan otot. Kita mulai yaa...”
GERAKAN 1: Ditujukan untuk melatih otot tangan.
1. Genggam tangan kiri kamu sambil membuat kepalan.
2. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.
3. Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaks selama 10 detik.
4. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali
5. Sekarang gentian untuk tangan kanan serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
GERAKAN 2: Ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot di tangan bagian
belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit.
GERAKAN 3: Ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas pangkal
lengan).
1. Genggam kedua tangan kamu sehingga menjadi kepalan.
2. Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot biseps akan menjadi
tegang.
GERAKAN 4 : Ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.
1. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyantuh kedua
telinga.
2. Fokuskan atas, dan leher.
GERAKAN 5 DAN 6 : Ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti otot dahi,
mata, rahang, dan mulut).
1. Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa dan
kulitnya keriput.
2. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan disekitar mata dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata.
GERAKAN 7: Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot
rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan
disekitar otot rahang.
GERAKAN 8: Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir
dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.
GERAKAN 9 : Ditujukan untuk merileksikan otot leher bagian depan maupun belakang.
1. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher
bagian depan.
2. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
3. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat
merasakan ketegangan dibagian belakang leher dan punggung atas.
GERAKAN 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher begian depan.
1. Gerakan membawa kepala ke muka.
2. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher
bagian muka.
GERAKAN 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung
1. Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2. Punggung dilengkungkan.
3. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.
4. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadi
lemas.
GERAKAN 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.
1. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya.
2. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada sampai
turun ke perut, kemudian dilepas.
3. Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
4. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan
relaks.
GERAKAN 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut.
1. Tarik dengan kuat perut kedalam.
2. Tahan sampai menjadi kencang dank eras selama 10 detik, lalu dilepaskan bebas.
3. Ulangi kembali seperti gerakan awal perut ini.
GERAKAN 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis).
1. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
2. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan pindah ke
otot betis.
3. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
4. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.
“Nahh, gimana perasaanyaa sekarang?”
“Wah bagus sekali, mari kita masukkan dalam jadwal harian kamu yaa. Jadi, setiap kamu
merasa cemas, kamu bisa langsung praktikkan cara ini yang kedua ini, dan bisa
melakukannya lagi sesuai jadwal yang telah kita buat.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Adik A setelah kita berdiskusi tentang teknik relaksasi mengerutkan otot-otot
bagaimana perasaan adik apa adik merasa cemasnya berkurang ?”
“Adik A coba tolong sebutkan cara apalagi yang dapat kamu lakukan untuk
mengatasi rasa cemas?”
b. Tindak lanjut klien
“Saya harap apa yang tadi diajarkan kepada kamu, kamu dapat mempraktekkan
kembali dan jangan lupa untuk memasukannya dalam jadwal kegiatan harian yaitu
sekitar 2 kali dalam sehari yaa untuk mengurangi stres”
b. Kontrak yang akan datang
“Adik A, Besok saya akan kesini lagi ya buat melihat perkembangan kondisi
kesehatan kamu dan mengajarkan teknik relaksasi lainnya. Saya permisi dulu ya.
Selamat siang.”
SP III

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Saat ini keadaan pasien sudah mulai membaik. Sesekali pasien masih mengeluh tentang
ketakutannya yang berlebihan sehingga membuat nafsu makannya belum stabil.
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas b.d perubahan perilaku d.d tidak nafsu makan, tidur sering terbangun, sulit
konsentrasi.
3. Tujuan
a. Klien mampu mengetahui penyebab ansietasnya
b. Klien mampu mengetahui berbagai teknik untuk mengurangi kecemasan dengan
hypnosis 5 jari.
1. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati dengan ungkapan pasien.
c. Menjelaskan berbagai teknik untuk mengurangi kecemasan.
d. Membiasakan kepada pasien untuk menggunakan teknik mengurangi kecemasan ke
rutinitasnya setiap hari.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat siang adik A”
b. Evaluasi / validasi
“ Bagaimana perasaan adik siang ini? Apakah masih gelisah dan bagaimana tidurnya?
Mengapa makanannya tidak dihabiskan? Kok masih murung? Apakah yang kemarin
saya ajarkan sudah di coba? Nah kalau sudah coba di praktikkan dulu. Oke masih
ingat yaa kalau begitu”
c. Kontrak
“Seperti janji saya kemarin, saya mau ngasih tau tentang berbagai macam teknik
mengurangi kecemasan selain nafas dalam kurang lebih waktunya 15 menit ya.”
2. Fase Kerja
“sekarang coba cerita bagaimana perasaan kamu siang ini?”
“Mengapa masih terlihat murung? Apa yang kamu fikirkan?”
“Ooohh begitu, saya paham kok apa yang kamu rasakan, sekarang saya ajarkan tentang
teknik-teknik untuk mengurangi kecemasan selain tarik nafas dalam, diantaranya.
Hypnosis 5 jari. Kita mulai yaa...”
“Adik pejamkan mata yaa, nah sekarang sentuh jari telunjuk adik dengan jempol.
Bayangkan pada saat mbah sedang bahagia, misal jalan-jalan di taman yang indah tanpa
merasakan sakit.”
“Sekarang sentuh jari tengah kamu, bayangkan saat kamu bersama orang yang kamu
sayangi/ cintai.”
“Selanjutnya, sentuh jari manis kamu, bayangkan ketika kamu sedang di puji oleh
seseorang.”
“Yang terakhir sentuh jari kelingking kamu, bayangkan tempat yang paling indah yang
pernah kamu kunjungi.”
“Nahh, gimana perasaanyaa sekarang?”
“Wah bagus sekali, mari kita masukkan dalam jadwal harian kamu yaa. Jadi, setiap kamu
merasa cemas, kamu bisa langsung praktikkan cara ini, dan bisa melakukannya lagi
sesuai jadwal yang telah kita buat.”
3. Fase Termminasi
a. Evaluasi
“Adik setelah kita berbincang-bincang mengenai hypnosis 5 jari bagaimana perasaan
adik apa adik merasa cemasnya berkurang ?”
“Adik coba tolong sebutkan cara apalagi yang dapat kamu lakukan untuk mengatasi
rasa cemas?”
b. Tindak lanjut klien
“Saya harap apa yang tadi diajarkan kepada kamu, kamu dapat mempraktekkan
kembali dan jangan lupa untuk memasukannya dalam jadwal kegiatan harian yaitu
sekitar 2 kali dalam sehari yaa untuk mengurangi stres”
c. Kontrak yang akan datang
“Adik, Besok saya akan kesini lagi ya buat melihat perkembangan kondisi kesehatan
kamu dan mengajarkan tentang pendekatan spiritual. Saya permisi dulu ya. Selamat
siang.”
SP IV
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Saat ini keadaan pasien sudah membaik. Sudah tidak terlihat cemas dan murung.
Nafsu makannya kembali membaik, tidurnya cukup.
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas b.d perubahan perilaku d.d tidak nafsu makan, tidur sering terbangun,
sulit konsentrasi.
3. Tujuan
a. Klien mampu mengetahui penyebab ansietasnya
b. Klien mampu melakukan pendekatan spiritual
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati dengan ungkapan pasien.
c. Melakukan pendekatan spiritual.
d. Memotivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi adik A”
b. Evaluasi / validasi
“ Bagaimana perasaan adik pagi ini? Apakah masih gelisah dan bagaimana tidurnya?
Makannya sudah dihabiskan kan?”
c. Kontrak
“Seperti yang saya beri tahu kemarin, saya ingin mengajarkan tentang pendekatan
spiritual untuk mengurangi kecemasan selain nafas dalam dll. kurang lebih waktunya
15 menit ya. Enaknya dimana ya diskusinya? Oke ditaman saja ya.”
2. Fase Keja
“sekarang kita coba belajar tentang pendekatan spiritual ya.”
“Jadi, salah satu upaya untuk mencegah kecemasan adalah dengan terapi spiritual. Terapi
spiritual merupakan suatu pengobatan alternatif dengan cara pendekatan keagamaan
melalui doa dan dzikir yang merupakan unsur penyembuhan penyakit atau sebagai
psikoterapeutik yang mendalam, bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan
optimisme yang paling penting selain obat dan tindakan medik dari rumah sakit.”
“Banyak diantara pasien yang memperoleh kesembuhan dengan jalan berdoa. Doa adalah
suatu kegiatan keagamaan yang paling agung bagi manusia karena pada saat itu jiwa
manusia terbang menuju Tuhannya. Kalaupun apa yang dimohonkan tidak sepenuhnya
terpenuhi, namun dengan doa tersebut seseorang telah hidup dalam suasana optimisme,
harapan dan ketenangan batin.”
“Jadi, selain kamu harus mengontrol diri kamu dengan banyak latihan teknik relaksasi,
kamu juga jangan lupa buat ibadahnya ya, berdoa meminta pertolongan kepada tuhan
supaya segera diberi kesembuhan dari penyakit kamu.”
“Dengan ibadah juga bisa menguatkan iman kamu loh.” “Iya benar!”
“Selalu memikirkan hal-hal positif juga bisa.”
“Jangan lupa untuk melakukan semua teknik yang sudah diajarkan dengan rutin ya untuk
mengurangi kecemasan kamu. Jangan lupa juga dengan ibadahnya.”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Adik A setelah kita berdiskusi tentang pendekatan spAchmadtual bagaimana
perasaan adik A sekarang? Sudah paham? Ada yang ingin ditanyakan?”
“Adik A coba jelaskan lagi tentang pendekatan spiritual yang kamu masih ingat.
Wahh hebat sekali! Jangan sampai lupa ya.”
b. Tindak lanjut klien
“Saya harap apa yang diajarkan hari lalu sampai hari ini kepada kamu, kamu dapat
mempraktekkan kembali dan jangan lupa untuk selalu mengingatnya. Dipraktikan
selalu ya sekitar 2 kali dalam sehari yaa untuk mengurangi stres”
d. Kontrak yang akan datang
“Adik, Besok saya akan kesini lagi ya buat melihat perkembangan kondisi kesehatan
kamu. Saya permisi dulu ya. Selamat pagi.”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA PASIEN DENGAN
ANSIETAS/KECEMASAN

SP I
A. Proses Keperawatan
1. Tujuan
a. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada pasien.
b. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas
c. Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami ansietas.
2. Tindakan Keperawatan
a. Membina Hubungan Saling Percaya
b. Mendiskusikan kondisi pasien: ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan
gejala, akibat
c. Melatih keluarga merawat ansietas pasien
d. Melatih keluarga melakukan follow up
e. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati dengan ungkapan klien.
B. Strategi Komunikasi
1. FASE ORIENTASI
a. Salam Terapeutik.
”Selamat pagi bapak ibu, perkenalkan nama saya Achmad. Saya yang bertugas dinas
di pagi hari ini. Nama bapak siapa pak? Oohh biasa dipanggil apa pak? Kalau ibu
namanya siapa? Biasanya dipanggil apa bu?”
b. Evaluasi / validasi
”Bagaimana bapak ibu keadaannya pagi ini? Bapak dan ibu orang tuanya Nn. A ya?
Bagaimana pak, bu kondisi Nn.A semalam? apakah sudah mulai membaik?”
c. Kontrak
“Oke kalua begitu, saya mau berdiskusi dengan bapak dan ibu mengenai
penjelaskan kecemasan pasien dan cara merawat agar proses penyembuhan lebih
cepat. Kurang lebih waktunya 30 menit ya pak, bu? Mau diskusi dimana ya pak, bu
enaknya? Oke kita ke taman ya.”
2. FASE KERJA
a. “Apa yang bapak dan ibu rasakan menjadi masalah dalam pemulihan Nn. N?”
b. ”Ibu sendiri bagaimana perasaannya melihat keadaan anak ibu?”
c. ”Iya benar, saat ini anak ibu sering sekali mengalami ansietas/kecemasan terhadap
sesuatu yang dianggap berlebihan.”
d. “Jadi, ansietas itu adalah…penyebab… proses terjadi… tanda dan gejala… ,
akibat… seperti itu pak,bu.”
e. “Untuk saat ini peran keluarga sangat dibutuhkan sekali untuk anak bapak dan ibu
untuk bisa mempercepat proses penyembuhan. Cara yang bisa dilakukan keluarga
harus selalu berada disampingnya selain itu keluarga tidak boleh menambah
masalah (stres) dengan selalu bersikap positif, memotivasi cara relaksasi yg telah
dilatih perawat pada pasien ketika Nn.A mulai cemas. Bapak dan ibu juga bisa ikut
melakukan teknik relaksasi yang usdah saya ajarkan ke Nn.A loh!”
f. “Apakah bapak dan ibu bisa melakukan apa yang sudah saya jelaskan? Wahh
bagus kalua begitu!”
3. FASE TERMINASI
”Sekarang bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berdiskusi? Dari diskusi kita
tadi apakah membuat bapak dan ibu menjadi lebih tau tentang kondisi Nn.A saat ini?
Sudah paham pak, bu tentang cara pemulihan Nn. A saat ini? Coba tolong sebutkan?
Bagus sekali !”
”Coba ibu buat jadual bergantian dengan bapak atau saudara dekat lain ya untuk
menjaga dan memperhatikan Nn.A agar ia tidak merasa kesepian.”
”Baiklah, dua hari lagi saya datang ya, kita akan evaluasi hal-hal yang telah bapak dan
ibu lakukan serta mencoba melakukan teknik relaksasi bersama. Kalau begitu, saya
pamit ya pak, bu. Selamat pagi.
SP II
A. Proses Keperawatan
1. Tujuan
a. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada pasien.
b. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas
c. Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami ansietas.
2. Tindakan Keperawatan
a. Melatih keluarga merawat ansietas pasien
b. Melatih keluarga melakukan follow up
c. Mengajarkan keluarga terkait teknik relaksasi
d. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati dengan ungkapan klien.
B. Strategi Komunikasi
1. FASE ORIENTASI
b. Salam Terapeutik.
”Selamat pagi bapak ibu”
d. Evaluasi / validasi
”Bagaimana bapak ibu keadaannya pagi ini? Bagaimana keadaan Nn.A pak, bu?
Apakah sudah mulai membaik? Sudah bapak dan ibu coba cara yang kita diskusikan
dua hari yang lalu? Bagaimana hasilnya?”
e. Kontrak
“Oke kalau begitu, sekarang kita akan coba langsung ke Nn.A ya saya mau
berdiskusi dengan bapak dan ibu sekaligus Nn. A mengenai latihan lanjutan cara
merawat dan follow up kecemasan serta mengajak bapak dan ibu untuk melakukan
teknik mengurangi kecemasan Kurang lebih waktunya 30 menit ya pak, bu?”
2. FASE KERJA
“Selamat pagi Nn.A. Nn.A lagi ngapain? Bagaimana kalau kita ngobrol sebentar?. Apa
saja kegiatan yang sudah dilakukan? (Nn. A mengatakan beberapa). Bagus sekali! wah
Nn.A hebat.”
“Sekarang kita coba latihan teknik relaksasi nafas dalam bareng-bareng yuk sama bapak
dan ibu juga. Wahh Nn.A hebat yaa! Bagaimana perasaannya?”
“Sekarang kita coba latihan hypnosis 5 jari ya bersama-sama. Kita mulai ya. Iya bagus!”
“Bapak dan ibu bagaimana perasaannya setelah mencoba teknik relaksasinya?”
“Sekarang kita coba latihan mengerutkan otot-otot. Kita mulai ya. Iya bagus!
Bagaimana rasanya sekarang?”
“Selanjutnya saya mau menyampaikan kepada bapak dan ibu terkait cara perawatan di
rumah, follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (lapang persepsi menyempit,
tidak mampu menerima informasi, gelisah, tidak dapat tidur) dan cara merujuk pasien.”
(perawat menjelaskan)
“Bagaimana pak bu, apakah mudah untuk dimengerti?”
“Untuk Nn.A dicoba terus yaa teknik relaksasinyaa kalua cemasnya datang.”
3. FASE TERMINASI
”Sekarang bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berdiskusi? Dari diskusi kita
tadi apakah membuat bapak dan ibu menjadi lebih mengerti? Sudah paham pak, bu
tentang cara pemulihan Nn. A saat ini? Coba tolong sebutkan? Bagus sekali ! apakah
ada yang ingin ditanyakan?”
”Jangan lupa latihan teknik relaksasinya dilakukan terus ya pak, bu apalagi kalau Nn.A
tiba-tiba merasa cemas.”
”Baiklah kalau tidak ada yang ingin ditanyakan. Kalau begitu, saya pamit ya pak, bu
dan Nn.A semoga cepat sembuh. Selamat pagi.”
LAPORAN PENDAHULUAN
KETIDAKBERDAYAAN

A. Masalah Psikososial
Ketidakberdayaan
B. Pengertian
Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan di mana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (NANDA, 2014).
Ketidakberdayaan merupakan kondisi ketika individu atau kelompok merasakan
kurangnya kontrol personal terhadap sejumlah kejadian atau situasi tertentu yang
mempengaruhi pandangan, tujuan, dan gaya hidup (Carpenito, 2009). Ketidakberdayaan
adalah perasaan yang dialami semua orang dalam derajat yang berbeda pada situasi yang
berlainan. Stephenson (1979) dalam Carpenito (2009) menggambarkan 2 jenis
ketidakberdayaan, yaitu:
1. Ketidakberdayaan situasional
Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan mungkin
berlangsung singkat.
2. Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness)
Ketidakberdayaan yang bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan, tujuan, gaya
hidup, dan hubungan.

Faktor yang berhubungan :

1. Patofisiologis
Setiap proses penyakit, baik akut maupun kronis, dapat menyebabkan ketidakberdayaan
atau berperan menyebabkan ketidakberdayaan.
Beberapa sumber umum antara lain:
a. Berhubungan dengan ketidakmampuan berkomunikasi, sekunder akibat CVA,
trauma servikal, infark miokard, nyeri.
b. Berhubungan dengan ketidakmampuan menjalani tanggung jawab peran, sekunder
akibat pembedahan, trauma, atritis
c. Berhubungan dengan proses penyakit yang melemahkan, sekunder akibat sklerosis
multipel, kanker terminal.
d. Berhubungan dengan penyalahgunaan zat.
e. Berhubungan dengan distorsi kognitif, sekunder akibat depresi.
2. Situasional (Personal, Lingkungan)
a. Berhubungan dengan perubahan status kuratif menjadi paliatif.
b. Berhubungan dengan perasaan kehilangan kontrol dan pembatasan gaya hidup,
sekunder akibat (sebutkan)
c. Berhubungan dengan pola makan yang berlebihan.
d. Berhubungan dengan karakteristik personal yang sangat mengontrol nilai (mis.,
lokus kontrol internal).
e. Berhubungan dengan pengaruh pembatasan rumah sakit atau lembaga.
f. Berhubungan dengan gaya hidup berupa ketidakmampuan (helplessness).
g. Berhubungan dengan rasa takut akiat penolakan (ketidaksetujuan).
h. Berhubungan dengan kebutuhan dependen yang tidak terpenuhi.
i. Berhubungan dengan umpan balik negatif yang terus-menerus.
j. Berhubungan dengan hubungan abusive jangka panjang.
k. Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
l. Berhubungan dengan mekanisme koping yang tidak adekuat.
3. Maturasional:
a. Anak remaja: berhubungan dengan masalah pengasuhan anak.
b. Dewasa: berhubungan dengan peristiwa kehilangan lebih dari satu kali, sekunder
akibat penuaan (mis., pensiun, defisit sensori, defisit motorik, uang, orang terdekat.
C. Pohon Masalah
D. Rencana Tindakan
1. Tujuan
a. Tujuan umum :
Pasien mampu menyelesaikan masalah-masalah dengan cara-cara yang efektif
untuk mengontrol situasi kehidupannya, dengan demikian menurunkan perasaan
ketidakberdayaan.
b. Tujuan khusus:
Klien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan
perawatannya sendiri dalam 5 hari.
2. Tindakan :
a. Biarkan pasien mengambil sebanyak mungkin tanggung jawab untuk praktik-
praktik perawatan dirinya sendiri.
Rasional: memberikan pasien pilihan-pilihan akan meningkatkan perasaan mampu
mengontrol pada pasien.
Contoh:
1) Libatkan pasien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatan dirinya yang
ingin dicapai.
2) Biarkan pasien menetapkan sendiri jadwal aktivitas perawatan dirinya.
3) Berikan pasien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan.
4) Berikan umpan balik positif untuk keputusan yang dibuat. Hargai hak pasien
dalam membuat keputusan-keputusan tersebut secara mandiri, dan menahan
diri dari usaha-usaha untuk mempengaruhinya terhadap hal-hal yang
kelihatannya lebih logis.
b. Lakukan pendekatan yang hangat,menerima pasien apa adanya dan bersifat
empati.
c. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri
(misalnya: rasa marah, frustasi dan simpati).
d. Dukung aktivitas secara bartahap, tingkatkan sejalan dengan mobilisasi energi
pasien.
e. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya supportif.
f. Beri waktu untuk pasien berespons.
g. Tunjukkan respons emosional dan menerima pasien
h. Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi, klarifikasi.
i. Berikan program yang nyata dan terstruktur.
j. Tetapkan tujuan yang realistik, relevan dengan kebutuhan dan minat pasien,
fokuskan pada aktivitas positif.
k. Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada
dalam kemampuannya untuk mengontrol.
l. Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan-perasaannya yang berhubungan
dengan ketidakmampuan.
m. Kaji keterampilan sosial dukungan dan minat pasien.
n. Tinjau sumber-sumber sosial potensial yang ada.
o. Diskusikan tentang masalah yang dihadapi pasien tanpa memintanya untuk
menyimpulkan.
p. Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkannya melalui
interupsi atau substitusi.
q. Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif.
r. Bantu pasien untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan
perubahan yang terjadi.
s. Evaluasi ketepatan persepsi,logika dan kesimpulan yang dibuatpasien.
t. Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu pasien menurunkan
perasaan tidak berdaya.
u. Libatkan keluarga untuk mendukung respons emosional adaptif pasien.
v. Dukung dan libatkan keluarga dalam terapi kelompok yang sesuai.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KETIDAKBERDAYAAN

SP I

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
sudah 2 minggu pasien dirawat di ruang penyakit dalam. Pada tubuh pasien
terpasang selang infus, selang oksigen dan selang WSD. Pasien hanya bisa tiduran di
tempat tidur Pasien mengatakan dirinya tidak berguna dan menyusuhkan orang lain
karena dirinya dibantu sepenuhnya oleh orang lain. Pasien mengeluh napasnya terasa
sesak dan paru-parunya terasa sangat sempit.
2. Diagnosa Keperawatan
Ketidakberdayaan
3. Tujuan
a. Klien mampu membina hubungan saling percaya
b. Pasien mampu mengenali dan mengekspresikan emosinya.
c. Pasien mampu memodifikasi pola kognitif yang negatif
d. Pasien mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan
perawatannya sendiri.
e. Pasien mampu termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis.
4. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya dengan teknik komunikasi terapeutik.
b. Mendiskusi tentang ketidakberdayaan
c. Melakukan latihan berfikir positif
d. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati dengan ungkapan klien.
B. Strategi Komunikasi
1. FASE ORIENTASI
a. Salam Terapeutik.
”Selamat pagi ibu, perkenalkan nama Achmad, saya yang bertugas untuk dinas di
pagi hari ini. Ibu namanya siapa? Ooh ibu Y? Nama panggilannya siapa bu? Baiklah
kalau begitu”
b. Evaluasi / validasi
”Bagaimana ibu keadaannya pagi ini? Masih suka sesak tidak bu? Bagaimana
dengan nyeri di dadanya? Bagaimana tidurnya semalam? Untuk pemasangan WSD
nya bagaimana bu? Mengapa ibu terlihat murung?”
c. Kontrak
“Ibu terlihat murung sekali. Ada apa? Seperti ada yang difikirkan. Bagaimana kalua
kita berdiskusi dengan saya terkait apa yang ibu alami sekarang? Kurang lebih
waktunya 30 menit, supaya bapak bisa merasa lebih tenang perasaanya. Mau dimana
bu diskusinya? Oke kalau begitu kita ke taman ya.”
2. Fase Kerja
“Nah, sekarang coba ibu cerita sama saya apa yang membuat ibu terlihat murung? Saya
dengarkan.”
“Ohhh jadi begitu. Sebelumnya apa yang membuat ibu sampai merasa tidak berdaya
seperti ini?”
“Ohhh baik ibu, saya paham apa yang ibu rasakan. Tetapi ibu tidak boleh beranggapan
seperti itu. Saat ini ibu emang tidak bisa beraktivitas terlebih dahulu sampai kondisi
kesehatan ibu membaik. Ibu membutuhkan bantuan orang lain bukan karena ibu tidak
berdaya atau tidak bisa melakukan apapun sendiri.”
“Beberapa faktor yang membuat ibu berfikir seperti itu diantaranya berhubungan
dengan proses penyakit yang melemahkan akibat paru-paru ibu menyempit, kemudian
bisa berhubungan dengan ketidakmampuan menjalani tanggung jawab peran, sekunder
akibat pemasangan WSD, trus rasa cemas dan gelisah ibu yang bisa membuat ibu
berfikir bahwa ibu tidak berdaya lagi.”
“Bagaimana perasaan ibu ketika ketika sakit dan harus dirawat di rumah sakit? Apa
masalah yang sedang dihadapi?”
“Sekarang untuk penyembuhan ibu, ibu tidak boleh ya berfikiran yang negatif. Ibu harus
coba buat berfikir positif tentang kehidupan. Ibu sakit seperti ini pasti ada hikmahnya
bu. Dan ketika ibu sembuh ibu bisa melakukan aktivitas seperti biasanya bu.”
”Apa kira-kira alasan Ibu merasa tidak puas?”
”Apa harapan terbesar Ibu dalam hidup ini?”
”Lalu menurut Ibu apakah mengalami sakit seperti ini sehingga Ibu terus-menerus merasa tidak
berdaya dalam hidup Ibu?”
”Saya lihat Ibu masih sangat mampu untuk dapat lepas dari perasaan Ibu itu, coba Ibu lebih
berpikir positif tentang diri Ibu sendiri”
“untuk mengembangkan suatu harapan positif langkahnya ibu harus yakin sama
kesembuhan ibu, melakukan suatu hal yang masih ibu mampu, jangan menyalahkan
suatu keadaan, dan yang paling penting harus selalu besyukur.”
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana sekarang perasaan ibu setelah berdiskusi dengan saya terkait
masalah ibu?”
2) Evaluasi Objektif :
“Sekarang coba ibu ulangi ya tentang latihan memenuhi harapan positif yang
tadi saya sudah jelaskan tadi, supaya ibu bisa selalu ingat. Bagus ibu! Benar
sekali.”
b. Tindak Lanjut
“Ibu tidak boleh ya bu memikiran hal-hal negatif lagi. Ibu tidak boleh murung
lagi. Kalau ibu merasa cemas atau putus asa lagi tentang suatu hal, latihan berfikir
positifnya bisa dipraktikan ya, dan ibu juga harus ingat cara untuk menggapai
harapan-harapan ibu.”
c. Kontrak yang akan datang.
“Besok 2 hari yang akan datang kita berdiskusi lagi ya bu. Saya akan
mengevaluasi kondisi kesehatan ibu dan memberi tahu cara latihan mengontrol
ketidakberdayaan. Baiklah kalau begitu saya pamit dulu ya pak, selamat pagi.”
SP II

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Saat ini keadaan pasien sudah mulai membaik. Dadanya sudah tidak sesak, daerah
pemasangan WSD sudah tidak terlalu nyeri. Tetapi pasien masih mengeluh tentang
ketakutannya dirinya yang tidakberdaya.
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas b.d perubahan perilaku d.d tidak nafsu makan, tidur sering terbangun,
sulit konsentrasi.
3. Tujuan
a. Klien mampu mengetahui tentang ketidakberdayaannya.
b. Klien mampu mampu melakukan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati dengan ungkapan pasien.
c. Menjelaskan mafaat mengembangkan harapan positif
d. Melakukan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan
B. Strategi Komunikasi
1. FASE ORIENTASI
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu Y, masih ingat saya kan?”
b. Evaluasi / validasi
“ Bagaimana perasaan ibu Y hari ini? Apakah masih gelisah? bagaimana tidurnya?
Apakah cara-cara yang saya ajarkan kemarin masih ingat? Nah kalau sudah coba
disebutkan dulu. Oke masih ingat yaa bu kalau begitu.”
c. Kontrak
“Seperti yang sudah saya informasika kemarin, saya ingin berdiskusi dengan ibu
tentang manfaat mengembangkan pikiran dan harapan positif dan latihan afirmasi
mengontrol perasaan ketidakberdayaan serta latih kegiatan yang masih dapat
dilakukan walaupun sedang sakit ya buk.” Kurang lebih waktunya 30 menit ya.
Enaknya dimana nih saya menjelaskannya? Oke. Di depan kamar saja ya bu.”
2. FASE KERJA
“Bagaimana kondisi ibu sekarang? Sudah mulai bisa berfikir positif?”
“Sudahkah ibu melakukan aktifitas sederhana semenjak penjelasan saya kemarin bu?
Wahhh hebat sekali ibu!”
“Untuk hari ini saya akan membantu ibu untuk mengidentifikasi hal-hal yang ibu sukai.
Sekarang sebutkan hal apa saja yang disukai dalam diri ibu?”
“Coba ingat-ingat kembali ya bu kemampuan apa saja yang dapat ibu lakukan?”
“Bagaimana kalau saya membantu ibu untuk membuat daftar hal-hal positif dan
kemampuan apa saja yang ibu miliki. Iya bagus sekali bu!”
“sekarang saya akan membantu ibu untuk melatih gerak tangan dan area perut yang
kurang bisa untuk digerakkan. Caranya ibu angkat tangan perlahan lahan keatas, samping
kanan, samping kiri, depan dan atas kemudian gerakan sedikit kekanan dan kekiri badan
ibu ya. Coba ulangi ya bu perlahan-lahan.”
“Wah bagus sekali!, mari kita masukkan dalam jadwal harian ibu ya. Supaya menjadi
terbiasa.”
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu Y setelah berdiskusi dengan saya bu? Bisa dipahami? Ada
yang ingin ditanyakan?”
“Ibu Y coba tolong sebutkan cara apalagi yang dapat kamu lakukan untuk mengatasi
perasaan ibu terkait ketidakberdayaan?”
b. Tindak lanjut klien
“Saya harap apa yang tadi saya ajarkan kepada ibu, ibu mempraktekkan kembali cara
latih kondisi tubuh yang dapat dikontrol dan kegiatan yang masih dapat dilakukan
walaupun sedang sakit ya bu?”
c. Kontrak yang akan datang
“Bu, Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk membahas kepada keluarga ibu
kondisi ibu dan cara merawatnya? Dua hari lagi saya bail lagi ya bu sekalian
memantau kondisi kesehatan ibu. Kalau begitu saya pamit ya bu. Terima kasih.
Selamat pagi.”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA PASIEN DENGAN
KETIDAKBERDAYAAN

SP I
A. Proses Keperawatan
1. Tujuan
a.Bina hubungan saling percaya
b.Keluarga mampu mengenal masalah ketidakberdayaan pada anggota keluarganya
c.Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ketidakberdayaan
d.Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami
ketidakberdayaan
2. Tindakan Keperawatan
a. Membina Hubungan Saling Percaya dengan komunikasi terapeutik.
b. Mendiskusikan kondisi pasien: ketidakberdayaan, penyebab, proses terjadi, tanda
dan gejala, akibat
c. Melatih keluarga merawat ketidakberdayaan pasien
d. Melatih keluarga melakukan follow up
e. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati dengan ungkapan klien.
B. Strategi Komunikasi
1. FASE ORIENTASI
a. Salam Terapeutik.
”Selamat pagi bapak ibu, perkenalkan nama saya Achmad. Saya yang bertugas dinas
di pagi hari ini. Nama bapak siapa pak? Oohh biasa dipanggil apa pak? Kalau ibu
namanya siapa? Biasanya dipanggil apa bu?”
b. Evaluasi / validasi
”Bagaimana bapak ibu keadaannya pagi ini? Bapak dan ibu merupakan adik dari ibu
Y? Bagaimana pak, bu kondisi Ibu Y semalam? apakah sudah mulai membaik?”
c. Kontrak
“Oke kalau begitu, saya mau berdiskusi dengan bapak dan ibu mengenai
penjelaskan ketidakberdayaan pasien dan cara merawat agar proses penyembuhan
lebih cepat. Kurang lebih waktunya 30 menit ya pak, bu? Mau diskusi dimana ya
pak, bu enaknya? Oke kita ke taman ya.”
2. FASE KERJA
“Apa yang bapak dan ibu rasakan menjadi masalah dalam pemulihan Ibu Y?”
”Iya benar, saat ini anak ibu sering sekali mengalami masalah psikologis yaitu timbul
suatu pikiran ketidakberdayaan dari ibu Y.”
“Jadi, ketidakberdayaan itu adalah…penyebab… proses terjadi… tanda dan gejala… ,
akibat… seperti itu pak,bu.”
“Untuk saat ini peran keluarga sangat dibutuhkan sekali untuk kesembuhan Ibu Y dan
penting sekali untuk menghilangkan rasa ketidakberdayan dalam diri Ibu Y. Dengan
cara menumbuhkan harapan positif kepada ibu melalui perubahan mindset negatif dan
membangun mindset positif pikiran melalui penemuan harapan dalam diri ibu Y yang
belum tercapai serta makna hidup dan yang terakhir melatih kemampuan positif dalam
diri Ibu Y.”
“Jadi bapak dan ibu harus bisa melakukan itu semua dan memberikan semangat kepada
ibu Y ya untuk membantu proses penyembuhannya.”
“Apakah bapak dan ibu bisa melakukan apa yang sudah saya jelaskan? Wahh bagus
kalau begitu!”
3. FASE TERMINASI
1. Evaluasi
”Sekarang bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berdiskusi? Dari diskusi
kita tadi apakah membuat bapak dan ibu menjadi lebih tau tentang kondisi Ibu Y
saat ini? Sudah paham pak, bu tentang cara pemulihan dan merawat Ibu Y saat ini?”
”Coba tolong sebutkan? Bagus sekali !”
2. Tindak Lanjut
”Coba bapak dan ibu buat jadual bergantian atau saudara dekat lain ya untuk
menjaga dan memperhatikan Ibu Y agar ia tidak merasa kesepian.”
3. Kontrak yang akan datang
”Baiklah, dua hari lagi saya datang ya, kita akan evaluasi hal-hal yang telah bapak
dan ibu lakukan serta latihan lanjutan cara merawat dan follow up. Kalau begitu,
saya pamit ya pak, bu. Selamat pagi.”
SP II
A. Proses Keperawatan
1. Tujuan
a. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ketidakberdayaan.
b. Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami
ketidakberdayaan.
2. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi peran keluarga merawat pasien
b. cara latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan
c. Melatih keluarga melakukan follow up
d. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati dengan ungkapan keluarga
pasien.
B. Strategi Komunikasi
1. FASE ORIENTASI
d. Salam Terapeutik.
”Selamat pagi bapak ibu, masih ingat dengan saya kan?”
b. Evaluasi / validasi
”Bagaimana bapak ibu keadaannya pagi ini? Bagaimana keadaan Ibu Y pak, bu?
Apakah sudah mulai membaik? Sudah bapak dan ibu coba cara yang kita diskusikan
dua hari yang lalu? Bagaimana hasilnya?”
c. Kontrak
“Oke kalau begitu, seperti yang sudah saya sampaikan kemarin sekarang kita akan
berdiskusi mengenai latihan lanjutan cara merawat dan follow up ketidakberdayaan
ya pak, bu. Kurang lebih waktunya 30 menit ya ? Enaknya kita berdiskusi dimana
ya bu? Oke kita di depan kamar saja ya.”
3. FASE KERJA
“Bagaimana pak, bu apakah cara-cara yang sudah saya sampaikan kemarin sudah
dicoba dengan keluarga ibu?”
“Oke kalau begitu sekarang kita diskusi tentang latihan lanjutan ya bu… jadi disetiap
tahapan yang kemarin sudah saya jelaskan, harus menyertakan keluarga saat melatih
pasien dalam melatih kemampuan positif.”
“Selain itu dari keluarga juga bisa menguatkan Ibu Y untuk bisa sembuh dari
penyakitnya, memberikan masukan-masukan yang bersifat positif supaya Ibu Y tergerak
untuk melakukannya demi keluarga. Ambil hikmah dari semua kejadian ini ya pak bu,
pasti ada nilai positifnya. Beri tahu ke beliau bahwa semua penyakit bisa disembuhkan
dan tidak boleh melakukan kembali hal untuk mengakhiri hidup karena itu tidak baik.”
“Jangan lupa untuk libatkan keluarga ya pak, bu dalam mengambil keputusan untuk
bapak karena kaeluarga membawa pengaruh penting dalam kesembuhan Ibu Y.”
“Untuk kondisi yang perlu rujukan selanjutnya apabila Ibu Y tidak mau terlibat dalam
perawatan diri dengan cara memberi tahu dokter atau perawat yang menangani Ibu Y di
rumah sakit.”
4. FASE TERMINASI
A. Evaluasi
”Sekarang bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berdiskusi? Dari
diskusi kita tadi apakah membuat ibu menjadi lebih mengerti cara merawat dan
merujuk pasien? Sudah paham pak, bu tentang cara-cara yang sudah saya
jelaskan? Wahh bagus bu!”
”Coba tolong sebutkan lagi? Wahh benarr sekali pak, ibu! apakah ada yang ingin
ditanyakan?”
B. Tindak Lanjut
”Jangan lupa latihan cara-cara yang tadi sudah saya jelaskan di praktikan ya pak,
bu kepada ibu Y. Jangan lupa ikut sertakan keluarga yang lain.”
C. Kontrak yang akan datang
”Baiklah kalau tidak ada yang ingin ditanyakan. Kalau begitu, saya pamit ya bu
dan Terima kasih atas waktunya. Selamat pagi.”

Anda mungkin juga menyukai