Anda di halaman 1dari 16

PEMBAHASAN SOAL FISIKA KUANTUM

1. a. Muncul Teori Kuantum :

Adanya ketidak cocokan dari hukum-hukum atau teori-teori dari fisika klasik jika
diterapkan pada sistem mikroskopik memunculkan teori kuantum. Seperti pada radiasi
benda hitam yang tidak dapat dijelaskan dengan teori fisika klasik, dan untuk mendapatkan
teori yang cocok, orang harus merombak pemikirannya tentang konsep energi, khususnya
energi radiasi.

Para ilmuwan zaman klasik seperti Stefan Boltzman, Wien, Rayleigh dan Jeans menyatakan
energi itu bernilai malar (kontinu). Hal ini sangat kontroversial dengan pernyataan Planck
yang menyatakan sifat cahaya adalah terkuantisasi atau diskret, artinya energi radiasi hanya
dapat ada dalam bentuk-bentuk paket energi tertentu dimana jumlah energi dalam setiap
paket berbanding lurus dengan frekuensi energi radiasi itu.

Hipotesa Planck merupakan hasil dari usahanya untuk menerapkan spektrum cahaya yang
dipancarkan oleh suatu benda hitam sempurna yang memiliki suhu T, di mana pancaran
benda hitam sempurna belum dapat diterangkan secara memuaskan pada abad itu. Ada dua
hukum empirik yang mengkaji radiasi spektral benda hitam sempurna, yaitu:

1. Hukum Stefan yang menyatakan bahwa besarnya radiasi spektral benda hitam sempurna
adalah sebanding dengan pangkat empat suhu mutlaknya. Dimana rumusannya adalah
RT  T 4 dengan  adalah tetapan Stefan-Boltzman = 5,67 x 10-8 watt/m2 K.
2. Hukum pergeseran Wien menyatakan bahwa puncak lengkung radiasi spektral benda
hitam sempurna tergantung pada suhu mutlak T benda tersebut dan puncak itu terjadi
pada pankang gelombang maksimum(  maks ) yang letaknya ditentukan oleh persamaan:
 maks T =2,90 x 10-3 mK.

Dalam perkembangannya, tetapan Stefan-Boltzman dan Wien tidak lagi bergantung pada
jenis bahan yang digunakan, tetapi bergantung pada tetapan fisika yang universal yang
digunakan oleh Rayleigh-Jeans untuk menentukan energi thermal yang dipancarkan oleh
benda hitam sempurna atau besarnya harga E.

1
Menurut Rayleigh Jeans, teori klasik tentang ekipartisi dapat digunakan untuk
menentuukan harga E. Teori ekipartisi menyatakan bahwa secara rata-rata setiap derajat
kebebasan memiliki energi sebesar ½ KBt dalam hal ini KB adalah tetapan Boltzman = 1,381
x 10-23 J/K dan T adalah suhu mutlaknya. Benda hitam sempurna digambarkan oleh lubang
berongga atau yang disebut osilator. Karena osilator linier bergerak dalam satu dimensi
maka memiliki dua derajat kebebasan sehingga hukum ekipartisi energi menjadi

E = 2 x ½ KBt = KBt dan besarnya rapat energi

 T( )∆v = (8   2)/c3 KBT .

Ternyata perumusan ini berbeda dengan eksperimennya, artinya untuk radiasi benda
hitam sempurna, rumusan ini hanya cocok pada frekuensi rendah dan tidak cocok untuk
frekuensi tinggi, karena saat frekuensi tinggi dihasilkan energi per satuan volume selang
frekuensi yang besarnya tak hingga (bencana ultra Violet).

Untuk menyelesaikan masalah Rayleigh-Jeans dan menanggulangi bencana ultra violet,


Max Planck mencoba melakukan penelitian pada radiasi benda hitam sempurna. Dan dalam
usaha tersebut Planck membuat hipotesa sebagai berikut:

a. Osilator-osilator harmonik pada permukaan benda hitam sempurna dapat memiliki energi
tertentu yang harganya deskrit yang memenuhi hubungan ∆E= nh dengan  adalah
frekuensi osilasi dan h adalah suatu tetapan universal dan n adalah bilangan sejati (n =
1,2,3……).
b. Penyebaran energi dari osilator meliputi seluruh osilator yang ada menganut distribusi
Boltzman sebagai berikut:
P(E)dE = (1/KBT.exp.(E/KBT) dE.

Dalam ungkapan di atas P(E)dE menggambarkan keboleh jadian bahwa suatu osilator
memiliki energi antara E dan E  E .

c. Apabila suatu osilator pada awalnya berada pada tingkat energi E 1 dan kemudian pergi ke
tingkat energi E2 yang lebih rendah maka dalam proses itu, osilator akan kehilangan
energi sebesar:

2
E  E1  E 2  hv .

Kehilangan energi itu dipancarkan sebagai radiasi thermal pada benda hitam sempurna.

Jika dikaji lebih rinci mengenai hipotesa Planck tersebut dapat dijelasan bahwa:

a. Menurut teori klasik, energi yang dapat dimiliki osilator adalah kontinu artinya dia dapat
memilki semua harga antara E = 0 dan E =  . Jadi tidak terbatas pada harga-haraga
energi tertentu saja. Sedangkan Max Planck, untuk dapat menerangkan bentuk lengkung
rapat energi menghipotesakan bahwa energi osilator adalah diskrit. Planck meninggalkan
teori klasik tentang radiasi.
b. Kebolehjadian P  E  E menyatakan beberapa persen dari osilator itu bearada pada
selang energi tertentu E sampai  E  E  . Tentunya:
 E 
 
exp  1

PTotal   P( E ) dE    K BT  E   exp  E 
  1
K BT K T
0 0  B 0

Apabila E = 0 maka P(E) = 0. Artinya keboleh jadian bahwa ada osilator dengan enaergi
tak berhingga adalah nol. Jadi tidak menyalahi konsep termodinamika.

c. Energi yang dipancarkan osilator berasal dari transisisi osilator itu dari tingkat energi
yang tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah. Energi yang dipancarkan senantiasa
E  hv . Meskipun Planck menghipotesakan bahwa energi osilator itu terkuantisasi, Dia
tidak menganggap bahwa radiasi thermal juga terkuantisasi dalam paket-paket energi.
Dianggapnya bahwa energi itu tetap merambat sebagai gelombang di ruang
bebas.Dengan hipotesanya itu Planck menurunkan rumus untuk pemancaran oleh benda

8 2 h
 T ( )  d
hitam sempurna, yaitu :  h  .
c exp
3
 1
 K BT 
Bentuk matematik ini ternyata berimpit dengan lengkungan yang di dapat secara
eksperimental. Disamping itu, rumus rapat energi di atas dapat menyelesaikan
permasalahan bencana ultraviolet dari Rayleigh-Jeans dan menerangkan hukum Stefan-
Boltzman dan Hukum pergeseran Wien memeberikan indikasi bahwa teori fisika klasik
3
mempunyai batas-batas keberlakuannya. Postulat Planck mengenai kuantisasinya tentang
energi benda hitamm sempurna (osilator) merupakan suatu awal baru bagi penyusunan
konsep-konsep fisika kuantum yang menyangkut atom dan inti dan proses-proses yang
menyangkut zarah-zarah fundamental (electron, foton, neutron, dll).

b. Yang pertama mengemukakan teori radiasi benda hitam adalah Rayleigh-Jeans. Teori ini
menjelaskan dinding rongga berupa konduktor, yang jika dipanaskan elektron-elektron
pada dinding rongga akan tereksitasi secara thermal sehingga berosilasi. Berdasarkan
teori Maxwell, osilasi elektron ini menghasilkan radiasi elektromagnet. Radiasi ini akan
terkungkung di dalam rongga dalam bentuk gelombang-gelombang tegak., maka di
dinding rongga terjadi simpul-simpul gelombang, karena dinding rongga berupa
konduktor

Terdapat tak berhingga banyak ragam gelombang yang ditandai dengan frekuensi atau
panjang gelombangnya di dalam rongga. Tetapi, cacah gelombang yang memiliki
frekuensi dalam rentang dv tentu jumlahnya terbatas. Adapun hasil cacah ragam
gelombang tegak yang memiliki frekuensi v sampai v + dv adalah:

8V 2
N (v) dv  v dv
c3 ……………………(1)

Di mana V menyatakan volume rongga. Langkah selanjutnya adalah menentukan energi


rata-rata ragam ( ) , yaitu energi termal rata-rata bagi sekumpulan gelombang tegak yang
seragam untuk mendapatkan rapat energi spektral yang merupakan perkalian energi rata-
rata tiap ragam dengan cacah ragam yang berfrekuensi dalam rentang dv dibagi volume
rongga, yaitu:

N (v )
T (v )dv  ( )dv
V
……………………(2)

Perhitungan yang dilakukan Rayleigh-Jeans menghasilkan nilai     k BT , dengan kB


adalah tetapan Boltzmann, yang nilainya 1,38 x 10-23 J/K. Dengan mensubstitusikan
persamaan (1) dan     k BT ke dalam persamaan (2) maka diperoleh:

4
8K B T 2
…
T (v ) dv  v dv ……………..(3)
c3
Jadi, menurut Rayleigh dan Jeans energi spectral radiasi benda hitam  T (v ) bernilai tak
berhingga besar, sebagaimana yang ditunjukkan oleh grafik berikut.

Teori Rayleigh-Jeans

Gambar Grafik yang dihasilkan dari teori

Rayleigh-Jeans

Kedua teori tersebut ada perpadanannya karena Dalam penentuan/penurunan energi rata-
rata getaran komponen-komponen partikel, dalam teori intensitas radiasi Plack
menganalisis gelombang sebagai partikel atau kuanta energi gelombang elektromagnet
disebut foton yang memiliki energi terkuantisasi sebesar hv, dan mengikuti statistik Bose-
Enstein.
1
f (v ) 
e hv kT
1

dan dalam teori panas jenis, Plack menganalisis gelombang mekanik sebagai partikel atau
kuanta energi getaran yang disebut foton yang memiliki energi terkuantisasi sebesar hv
dan juga mengikuti statistik Bose-Einstein:

1
f (v ) 
e hv kT
1

Rayleigh-Jeans menyatakan energi itu bernilai malar (kontinu), Debye juga


mengasumsikan bahwa kisi kristal itu adalah suatu kontinum elastik dengan volume V
yang mana suatu kontinum elastik akan memiliki distribusi frekuensi yang kontinu.
5
Asas perpadanan panas jenis zat padat :
Debye mengembangkan suatu model dengan mengasumsikan bahwa kisi kristal itu
adalah suatu kontinum elastik dengan volume V. Suatu kontinum elastik akan memiliki
distribusi frekuensi yang kontinu. Oleh kaena itu, jumlah yang memiliki frekuensi dalam
rentang antara v sampai v + dv didapat seperti halnya radiasi elektromagnetik dalam
rongga. Pemikiran Debye ini didasarkan atas adanya kenyataan bahwa ragam frekuensi
didalam kristal sesuai dengan rambatan gelombang bunyi yang merupakan gelombang
elastic berfrekuensi rendah. Dalam hal ini, panjang gelombang bunyi sangatlah besar
dibandingkan dengan jarak antar atom (λ >> a) sehingga dapat diabaikan kediskretan
struktur atom kristal dan menggantikannya menjadi medium elastik homogen.

Berdasarkan pemikiran Debye tentang terjadinya energi termal, diperoleh rumus


kapasitas panas ( C v ) menurut model Debye:

3x
 U  T  D
x 4 e x dx
Cv = 
 T
  9 Nk B 
 D


 e
0
x
 1
2 ……………………………(4.1)

Dalam hal N  N 0 bilangan Avogadro, sehingga persamaan (4.1) menjadi:

 3 xD x 4 e x dx 
C v = 3R  3  2  ……………………………………….(4.2)
 x D 0 (e  1) 
x

Kapasitas panas ini dapat ditinjau pada keadaan batas temperatur tinggi dan temperatur
rendah.

Untuk temperatur tinggi, T>>  D atau x D <<1, maka fungsi integral dari persamaan (4.2)
menjadi
x 4e x x4

e x
1  2
 
e x  1 1  e x 
x4
 ..........................................................................( 4.3)
 x2 x4 
2
 2!   .... 

 4! 

6
Untuk daerah integrasi 0  x  x D , dimana x D  1 maka persamaan (4.3) akan
mendekati x2, sehingga persamaan (4.2) menjadi:

 3 xD x 2 
CV  3R  3  dx   3R ……………………………………….(4.4)
 xD 0 1 

Menurut Debye pada temperature tinggi kapasitas panas zat padat ( C v ) cenderung
bersifat konstan

Hal ini sesuai dengan Hukum Dulong dan Petit

Untuk temperatur rendah, T <<  D dimana x D >> 1, dalam keadaan ini fungsi integral
dari persamaan (4.2) menjadi

x 4 e x dx 4 4
 e
0
x
 1
2

15
………………………………………………….(4.5)

Sehingga rumus kapasitas panas mempunyai bentuk:

12 4 R  T  3
Cv    ………………………………………………(4.6)
5  D 

Pada temperatur rendah kapasitas panas zat padat ( C v ) sebanding dengan T3.

Jadi, menurut Debye pada temperature tinggi kapasitas panas zat padat ( C v ) cenderung
bersifat konstan dan pada temperatur rendah kapasitas panas zat padat ( C v ) sebanding
dengan T3 dan dapat dilukiskan dalam bentuk grafik :

3R

2R

Cv

Cv sebanding T3
R
7
0 0,5 1,0 1,5 2,0 T/θ

Panas jenis Cv sebagai fungsi suhu. Kurve garis tebal menunjukkan funsi Debye

c. Pandangan Einstein tentang teori radiasi gelombang elektromagnetik adalah Einstein


menggambarkan bahwa osilator akan memancarkan suatu gumpalan energi
elektomagnetik dengan energi hv jika suatu osilator dengan energi  nhv  pindah ke
suatu keadaan dengan energi   n  1 hv  .

Percobaan yang membuktikan teori Einstein ini adalah gumpalan energy yang dinamakan
foton. Dengan anggapan bahwa:

 Pada saat meninggalkan permukaan dinding rongga tidak meluas dalam ruang seperti
gelombang, melainkan tetap berpusat (terkonsentrasi, terbatas) dalam suatu bagian
ruang yang sangat kecil.
 Dalam perambatan dengan kecepatan c, energi gumpalan tetap terbatas dalam volume
yang sangat kecil.
 Bahwa energi gumpalan itu,  , berkait dengan frekwensinya  , sesuai dengan
hubungan:
  h

 Bahwa dalam proses foto-listrik, sebuah gumpalan secara sepenuhnya sebagai suatu
keseluruhan diserap oleh elektron yang ada dipermukaan logam.
Percobaan yang membuktikan bahwa foton berperilaku sebagai partikel adalah percobaan
de Broglie. Analisisnya adalah karena berdasarkan penemuan yang ditemukan pada tahun
1923 oleh de Broglie dimana penemuan ini memostulatkan ide dualism gelombang
partikel dan ide ini menyatakan bahwa gelombang dapat berperilaku sebagai partikel dan
partikel pun dapat berperilaku sebagai gelombang. Semua sifat gelombang dimiliki
partikel dan begitu juga sebaliknya.

8
d. Berdasarkan hipotesis de Broglie dapat diketahui bahwa hanya partikel yang bergerak
yang memiliki sifat gelombang. Selain itu, dari hubungan matematis tersebut, dapat
diketahui bahwa panjang gelombang (  ) berbanding terbalik dengan momentum. Yang
membuktikan hipotesa tersebut adalah Louis De Broglie. Cara membuktikan hipotesa
tersebut yaitu dengan mengetahui apakah partikel yang diam dapat berwatak sebagai
gelombang?

2. a. Teori kuantum harus dinyatakan dengan fungsi gelombang karena posisi partikel yang
miskroskopis tidak dapat diketahui secara pasti (indeterministik). Yang bisa dinyatakan hanya
kebolehjadian fungsi gelombang untuk menyatakan kebolehjadian terbesar dimana partikel

 r,t
2
tersebut berada yang dapat dinyatakan dengan amplitudo terbesar, yaitu .

b. Persyaratan yang harus dipenuhi :

1. Persamaan Schrödinger merupakan persamaan difrensial linear.


Persamaan Schrödinger tergolong persamaan diferensial linear. akibatnya jika fungsi
gelombang  1 dan  2 merupakan penyelesaian persamaan Schrödinger untuk suatu
sistem tertentu, maka sembarang kombinasi linear dari kedua kombinasi linear dari
kedua fungsi gelombang itu, yaitu  3 =  1   2 dengan  dan  merupakan

tetapan. Karena  1 dan  2 telah diasumsikan merupakan penyelesaian persamaan


Schrödinger maka diperoleh persamaan :

 2  2 3   1    2 
  V  x, t  3    i     i 
2m x 2
 t   t 

   1   2 
 i
t

 3
 i
t

9
3 pada persamaan diatas benar-benar merupakan penyelesaian persamaan
Schrödinger.

2. Persamaan Schrodinger merupakan persamaan diferensial orde satu terhadap


waktu (variabel t) . Kenyataan ini menunjukkan bahwa perubahan wujud gelombang
terhadap waktu bersifat deterministik. Artinya jika kita mengetahui fungsi gelombang
tertentu, misalnya t = to maka fungsi gelombang pada t berikutnya diketahui secara
pasti.
3. Penyelesaian Schrodinger haruslah bernilai tunggal yang artinya tidak boleh ada
dua probabilitas atau kebolehjadian untuk menemukan partikel di satu titik yang sama.
Kebolehjadian untuk menjelaskan partikel yaitu
dP  c   r , t 
 2
dV


 r,t adalah rapat kebolehjadian atau amplitudo dan dV  dxdydz
2
dimana

P adalah kebolehjadian temuan partikel dalam ruang bervolume V

c adalah konstanta normalisasi.

c. Solusi stasioner persamaan schrodinger adalah :



Jika fungsi gelombang   r , t  dinyatakan sebagai perkalian fungsi posisi, misalnya
  r , t  dan  (t),maka   r , t     r    t  sehingga persamaan Schrödinger menjadi,
  

2    d  t 
   t   2  r   V  r , t    t   r   i  r  pers.i
2m dt


Jika kedua ruas dibagi   r , t    t  diperoleh,

2 1   1 d  t 
     r   V  r , t   i
2
pers.ii
2m   r    t  dt

Pada ruas kanan pers.ii merupakan fungsi t, sedangkan ruas kiri merupakan fungsi x dan
t. Satu-satunya suku yang memuat x dan t adalah V(r,t). Ini berarti bahwa pemisahan
variabel hanya akan berhasil jika V hanya bergantung pada x saja atau hanya bergantung
pada t saja.

10
Jika V hanya bergantung pada x maka pers.ii dapat dinyatakan sebagai,

2 1   1 d  t 
     r   V  r   i
2
pers.iii
2m   r    t  dt

Jika ruas kanan diselesaikan untuk E maka

 i   t 
E
  t  t
1
  Edt   i   t  d  t 
 Et  i ln   t 
 Et
t  e i

Jika keadaan sistem secara eksplisit tidak bergantung pada waktu, maka bagian ruang dan
waktu penyelesaian persamaan Schrödinger memiliki bentuk,
 
 n  r,t  n  r t

   iE t
 n  r , t    n  r e n 

Fungsi gelombang tersebut menghasilkan fungsi rapat peluang posisi :

  
( r , t ) |  n (r , t ) | 2 |  n (r ) | 2

Yang ternyata tidak tergantung pada waktu. Oleh karena itu, fungsi gelombang seperti

 
yang dinyatakan  n  r , t    n  r  e
 iEn t
 disebut sebagai fungsi gelombang stasioner atau

penyelesaian stasioner persamaan Schrödinger, dan sistem yang bersangkutan dikatakan


dalam keadaan stasioner. Keadaan stasioner juga merupakan keadaan dengan energi
pasti. Perhatikan bahwa fungsi gelombang tersebut hanya memuat satu nilai E. Karena
hanya ada satu macam nilai E maka pengukuran berulang terhadap energi sistem selalu
menghasilkan nilai ukur yang sama, yaitu sebesar E. Ini berarti bahwa keadaan stasioner
merupakan keadaan dimana energi sistem bernilai pasti (tertentu).

d. Persamaan Schrödinger bebas waktu

11
Berdasarkan metode pemisahan variabel didapatkan,

2 1   1 d  t 
     r   V  r   i
2

2m   r    t  dt

maka untuk mendapatkan persamaan Schrodinger bebas waktu maka ruas kiri dari
persamaan tersebut diselesaikan.

Ruas kiri persamaan ini merupakan fungsi x saja sedangkan ruas kanannya merupakan
fungsi t saja. Sehingga persamaan tersebut menyatakan kesamaan antara suatu fungsi
yang hanya bergantung pada x dengan fungsi lain yang hanya bergantung pada t.

Suku kedua diruas kiri adalah energi potensial maka suku-suku lainnya baik diruas kiri
maupun diruas kanan harus berdimensikan energi. Karena ruas kiri tersebut menyatakan
jumlah energi kinetik ditambah energi potensial maka tetapan yang digunakan memiliki
arti fisik sebagai energi total atau hamiltonan sistem yang dilambangkan dengan E.

2 1
    r   V  r   E pers.iv
 
 2

2m   r 


Jika pers.iv dikalikan dengan   r  didapatkan,

2 2   
    r   V  r   r   E  r 
2m

Persamaan ini identik dengan persamaan Schrodinger, bedanya hanya persamaan itu
tidak tergantung pada t. Oleh karena itu, persamaan tersebut sering disebut sebagai
persamaan Schrödinger bebas waktu.

3. Mencari x :

12

x   * xdx

0 L 
x   * xdx   * xdx   * xdx
 0 L

 n  2  n 
L
2
x  0 sin  x x sin  x  dx  0
0
L  L  L  L 
 n 
L
2
x  0
L0 x sin 2  x dx
 L 
2 L2
x 
L 4
L
x 
2

Mencari x2 :

 0 L 
x 2
  x dx   x dx   x dx   * x 2dx
* 2 * 2 * 2

  0 L

 n  2  n 
L
2 2
x2  0   sin x x sin x dx  0
0
L  L  L  L 
 n 
L
2
x2  Lx
2
sin 2  x dx
0  L 
2 L3  1 1 
x2    
L 2  3 2n 2  2 

Mencari p :

13

p   * pdx


 d 
p   *   i dx dx

0 L 
 d   d   d 
p    dx 
 *  i   dx  0  dx 
 *  i   dx  L *   i dx dx
L
 d 
p  0   *   i dx  0
0  dx 
 n   n 
L
2 d  2
p  
0
L
sin  x   i
 L 

dx  L
sin  x dx
 L 
 n 
L
2 d 
p 
L0 sin 2  x   i
 L 
dx
dx 
2  n
L
2  d  
p     i  sin  x dx
L 0 dx   L 
2  in  n 
L
p   sin
2
 x dx
L L 0  L 
2  in
p   0
L L
p 0

Mencari p2 :

14

p 2
  * p 2dx


 d2 
p 2   *    2 dx
  dx 2 

0
 d2 
L
 2 d
2
  2 d
2

p 2   *    2  dx  0 
 *    
 dx  L 
 *    dx
  dx 2  dx 2  dx 2 
L
 d2 
p 2  0   *    2 dx  0
0  dx 2 
 n  d2  2  n 
L
2
p2   sin x    2 
2 
sin x dx
0
L  L  dx  L  L 
2  2 n 2 2  n 
L
 
2
p sin 2  x dx
L L2 0  L 
2  2 n 2 2 L
p2 
L L2 2
 n 
2 2 2
p2 
L2

Jika kita cari terlebih dahulu harga x, dan, p

Maka akan diperoleh x sebesar:

2
x  x2  x
2
2 L3  1 1  L
x     
L 2  3 2n 2  2  2

1 1  L2
x  L2   2 

 3 2n  
2
4

L2 L2 L2
x   
3 2n 2  2 4
1 1 1
x  L  
3 2n 
2 2
4
1 1
x  L 
12 2n 2 2

Dan juga p sebesar :

15
2
p  p2  p

 2 n 2 2 2
p   0
L2
n
p 
L

Jadi dapat diperoleh harga xp sebesar :

 1 1  n 
xp   L  2 2 
 
 12 2 n   L 
 1 1  n 
xp   L   
 12 2n 2 2  L 
  2 n 2 2  2 n 2 2 
xp    
 12 2 n 2 2 

 
  2 n 2 2  2 
xp    
 12 2 
 
 n 2 2 1 
xp     
 12 2 

16

Anda mungkin juga menyukai