Anda di halaman 1dari 17

Hukum Archimedes, Tegangan Permukaan,

Visikositas Fuida, dan Kapilaritas

Kompetensi Dasar:
3.3 Menerapkan hukum-hukum fluida statik dalam kehidupan sehari-hari

Tujuan Pelajaran:
Setelah mengikuti pembelajaran daring dengan aplikasi Google Classroom
1. Melaui studi pustaka dan penugasan siswa mampu menerapkan hukum
Archimedes dalam kehidupan sehari-hari
2. Melaui studi pustaka dan penugasan siswa mampu menerapkan hukum
Archimedes untuk menganalisis kondisi benda dalam fluida (mengapung,
melayang, dan tenggelam)
3. Melaui studi pustaka dan penugasan siswa mampu menerapkan tegangan
permukaan pada persoalan fisika
4. Melaui studi pustaka dan penugasan siswa mampu menerapkan visikositas
pada persoalan fisika
5. Melaui studi pustaka dan penugasan siswa mampu menerapkan kapilaritas
pada persoalan fisika

Materi Pokok
Baik anak-anak pada pertemuan sebelumnya kita telah belajar mengenai
massa jenis, tekanan, tekanan dan hukum utama hidrostatis dan hukum pascal.
Nah pada pertemuan kali ini kita akan belajar mengenai hukum Archimedes,
tekanan permukaan, visikositas fuida dan kapilaritas. Sebelum pembahasan pada
materi kita kali ini pernahkah kalian berpikir “Mengapa batu yang kita lemparkan
kedalam air bisa tenggelam?” mungkin kalian berpikir karena batu itu berat. Nah
bagiamana dengan kapal laut yang lebih berat “Mengapa kapal laut dapat
mengapung dan tidak tenggelam?”. Nah untuk menjawab pertanyaan ini akan kita
bahas pada pertemuan kita kali ini.
A. Hukum Archimedes
Barangkali kalian pernah mengamati bahwa sebuah benda yang
diletakkan di dalam air terasa lebih ringan dibandingkan dengan beratnya
ketika di udara. Gejala ini bisa dipahami berdasarkan persamaan tekanan
hidrostatis. Karena tekanan akan semakin bertambah dengan bertambahnya
kedalamaan, gaya pada bagian bawah benda yang berada yang berada di
dalam air lebih besar daripada gaya yang bekerja pada bagian atas benda.
Akibatnya, ada selisih gaya yang bekerja pada benda yang selanjutnya disebut
sebagai gaya apung (yang arahnya selalu keatas).
Ketika kita membenamkan sebuah benda yang memiliki volume V ke
dalam fluida, maka aka nada fluida yang dipindahkan tempatnya, sebanyak
volume benda yang dibenamkan. Dengan demikian, volume fluida yang
dipindahkan adalah V. Berapa massa fluida yang dipindahkan ini? Kita tahu
bahwa massa jenis  dikalikan volumenya. Dengan demikian, massa fluida

yang dipindahkan adalah m=ρV dapat kita tuliskan sebagai:


F apung=m g
Dimana mg adalah berat fluida yang dipindahkan. Ingat berat adalah
massa dikalikan percepatan gravitasi. Begitu pula dengn berat benda yang
dipindahkan merupakan massa benda dikalikan dengan percepatan gravitasi

( W b=mb⋅g ) . Kesimpulan yang dapat diambil dari persamaan diatas


dikenal sebagai Hukum Archimedes yang menyatakan bahwa “gaya apung
yang bekerja pada sebuah benda yang dibenamkan sama dengan berat fluida
yang dipindahkan”.
Sebuah benda yang decelupkan ke dalam zat cair baik sebagian atau
seluruhnya, akan mengalami gaya ke atas sebesar zat cair yang dipindahkan.
Hal tersebut ditemukan oleh Archimedes dan dirumuskan sebagai berikut:
F A =ρ f⋅g⋅V bf
Menurut prinsip hukum Archimedes, bahwa besarnya gaya apung
(gaya tekan ke atas) sama dengan berat benda yang dipindahkan. Secara
matematis dapat dirumuskan dengan:
F A =W b
ρf⋅g⋅V bf =ρ b⋅g⋅V b
ρ f⋅V bf =ρb⋅V b
Keterangan:
FA = gaya ke atas yang dialami benda (Newton)
ρf = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
V bf = volume benda yang tercelup dalam zat cair (m3)

Wb = berat benda (N)


V b = volume benda (m3)

ρb = massa jenis benda (kg/m3)


Apabila suatu benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka terdapat tiga
kemungkinan yang terjadi yakni terapung, melayang dan tenggelam.
a) Terapung

Gambar 2. Bola yang mengapung


Gambar diatas menunjukkan sebuah bola yang terapung pada suatu
fluida. Pada saat terapung, besarnya gaya apung FA sama dengan berat
benda Wb = mb . g. Pada peristiwa ini, hanya volume fluida yang
dipindahkan lebih kecil dari volume benda yang mengapung. Dapat
dituliskan secara matematis sebagai berikut:
F A =W b
ρf⋅g⋅V bf =ρ b⋅g⋅V b
ρb
V bf = Vb
ρf
Keterangan:
FA = gaya ke atas yang dialami benda (Newton)
ρf = massa jenis zat cair (kg/m3)
V bf = volume benda yang tercelup dalam zat cair (m3)

Vb = volume benda (m3)


ρb = massa jenis benda (kg/m3)
Karena Vbf (volume benda yang tercelup dalam zat cair) lebih kecil
dari pada Vb (volume benda), maka syarat benda dikatakan mengapung

adalah
ρbenda <ρ fluida . Jadi, sebuah benda akan terapung dalam suatu
zat cair apabila massa jenis benda tersebut lebih kecil daripada massa
jenis zat cair.
b) Melayang

Gambar 3. Bola yang melayang


Gambar diatas menunjukkan sebuah bola yang melayang pada
suatu fluida. Pada saat melayang, besarnya gaya apung FA sama dengan
berat benda Wb = mb . g. Pada peristiwa ini, hanya volume fluida yang
dipindahkan sama dengan volume total benda yang melayang. Dapat
dituliskan secara matematis sebagai berikut:
F A =W b
ρf⋅g⋅V bf =ρ b⋅g⋅V b
Keterangan:
FA = gaya ke atas yang dialami benda (Newton)
ρf = massa jenis zat cair (kg/m3)
V bf = volume benda yang tercelup dalam zat cair (m3)
Vb = volume benda (m3)
ρb = massa jenis benda (kg/m3)
Karena Vbf (volume benda yang tercelup dalam zat cair) sama
dengan Vb (volume benda), maka syarat benda dikatakan mengapung

adalah
ρbenda =ρfluida . Jadi, sebuah benda akan melayang dalam suatu
zat cair apabila massa jenis benda tersebut sama dengan massa jenis zat
cair.
c) Tenggelam

Gambar 4. Bola besi yang tenggelam


Gambar diatas menunjukkan sebuah bola yang tenggelam pada
suatu fluida. Pada saat tenggelam, besarnya gaya apung FA sama dengan
berat benda Wb = mb . g. Pada peristiwa ini, seluruh volume benda tercelup
dalam air, sehingga volume air yang dipindahkan sama dengan volume
benda total. Jadi, berat benda dalam zat cair sama dengan berat benda di
udara dikurangi gaya apung (gaya ke atas). Dapat dituliskan secara
matematis sebagai berikut:
W f =W u −F A
W f =ρb⋅g⋅V b −ρ f⋅g⋅V bf
Keterangan:
Wf = berat benda dalam zat cair (N)
Wu = berat benda di udara (N)
FA = gaya ke atas yang dialami benda (Newton)
ρf = massa jenis zat cair (kg/m3)
V bf = volume benda yang tercelup dalam zat cair (m3)

Vb = volume benda (m3)


ρb = massa jenis benda (kg/m3)
Karena Vbf (volume benda yang tercelup dalam zat cair) sama
dengan Vb (volume benda), maka syarat benda dikatakan tenggelam adalah

W b >F A atau
ρbenda >ρ fluida . Jadi, sebuah benda akan tenggelam
dalam suatu zat cair apabila massa jenis benda tersebut lebih besar
daripada massa jenis zat cair.

Contoh Soal:
Suatu balok memiliki massa 2 kg di udara. Jika volume balok 2.000 cm 3,
tentukanlah berat balok dalam air yang mempunyai massa jenis 1.000 kg/m3?
Penyelesaian:
Diketahui:
m = 2 kg
V = 2.000 cm3 = 0,002 m3
ρ = 1.000 kg/m3
Ditanyakan:
Wf = . . . ?
Jawab:
W f =W u −F A
=mb⋅g−ρ f⋅g⋅V bf
=( 2 kg⋅10 m/s 2 ) −( 1000 kg /m3⋅10 m/s 2⋅0 , 002 m3 )
=10 N
Jadi, berat balok tersebut didalam air adalah 10 N.
 Penerapan hukum Archimedes pada alat-alat teknik
Hukum Archimedes telah banyak diterapkan untuk kehidupan
manusia. Alat-alat yang berdasarkan hukum tersebut antara lain sebagai
berikut:
a. Balon Udara
Balon udara berisi gas bermassa jenis lebih kecil daripada jenis
udara, misalnya hidrogen. Balon udara juga bekerja atau dasar hukum
Archimedes, yaitu udara mempunyai gaya tekan keatas. Ketika balon
yang sangat besar itu di isi gas ringan, misalnya hidrogen, maka gaya
tekan keatas yang diberikan oleh udara sangat besar dan melebihi
seluruh berat balon (gaya keatas lebih besar daripada gaya berat
balon). Akibatnya, balon naik ke atas. Kegunaan balon udara adalah
membawa muatan ke angkasa dalam rangka penelitian, pengamatan,
maupun penjelajahan.

Gambar 5. Balon Udara


b. Kapal Laut
Mengapa Kapal laut yang terbuat dari baja dapat terapung?
Padahal kapal laut dari baja atau besi memiliki massa jenis lebih besar
dari pada massa jenis air laut. Mengapa bisa terapung? Karena gaya
angkat ke atas pada kapal sebanding dengan berat kapal. Kapal laut
memiliki bentuk yang berongga supaya volume air yang dapat
dipindahkan lebih besar sehingga gaya angkat ke atasnya lebih besar
pula, sehingga kapal tidak tenggelam..
Gambar 6. Kapal laut
c. Kapal Selam
Kapal selam didesain dengan memiliki tangki pemberat di
dalam lambungnya yang berfungsi mengatur kapal selam agar dapat
terapung, melayang, atau tenggelam. Ketika tangki diisi penuh dengan
air, maka berat keseluruhan kapal selam tidak dapat diimbangi oleh
gaya ke atas yang dialami oleh kapal selam, sehingga kapal selam
tenggelam. Tetapi jika sebagian air dalam tangki kapal selam
dikeluarkan, maka kapal selam akan mengalami gaya ke atas yang
lebih besar, sehingga kapal selam dapat melayang dalam air. Namun,
ketika tangki dikosongkan maka gaya ke atas yang dialami kapal selam
semakin besar, sehingga kapal selam dapat mengapung.

Gambar 7. Kapal Selam


d. Hidrometer
Hidrometer adalah alat untuk mengukur massa jenis zat cair.
Biasanya alat ini digunakan oleh usaha setrum accu. Untuk mengetahui
bahwa air accu itu sudah tidak bisa digunakan maka harus diukur
dengan hidrometer. Cara menggunakan alat ini adalah dengan
mencelupkannya pada zat cair yang akan diukur massa jenisnya.
Kemudian, dilihat skala permukaan zat cair dan nilai itulah yang
merupakan nilai massa jenis dari zat cair tersebut.
Gambar 8. Hidrometer
B. Tegangan Permukaan
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat hal-hal sebagai berikut:
 Serangga air yang bisa berjalan di permukaan air.
 Kenaikan batas air pada pipa kapiler atau terbentuknya buih dan
gelombang pada air sabun.
 Air yang keluar dari pipet berupa tetesan berbentuk bulat – bulat atau
pisau silet yang bisa mengapung diatas permukaan air (diletakkan
dipermukaan air secara hati – hati).
Kejadian diatas disebabkan pada permukaan saat cair terdapat lapisan tegang
yang disebut tegangan permukaan. Tegangan permukaan dinyatakan dengan
symbol  dan didefinisikan sebagai berikut:
Tegangan permukaan adalah gaya selaput permukaan tiap satuan panjang
yang arahnya tegak lurus pada salah satu sisi sebuah garis yang terletak
dipermukaan tersebut.
Dengan demikian tegangan permukaan dapat dirumuskan sebagai:
F
γ=
l
Keterangan:
γ = tegangan permukaan (N/m)
F = gaya (N)
l = panjang permukaan (m)
Tegangan permukaan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah suhu, zat yang terlarut, dan surfaktan. Tegangan
permukaan ini juga berhubungan dengan peristiwa kohesi dan adhesi.
Tegangan permukaan pada sebuah kawat geser, kita tinjau sebuah
kawat yang dibengkokkan membentuk huruf U. Sebuah kawat lain yang
berbentuk lurus dikaitkan pada kedua kaki kawat U, di mana kawat lurus
tersebut bisa digerakkan. Jika kawat ini dimasukan ke dalam larutan sabun,
maka setelah dikeluarkan akan terbentuk lapisan air sabun pada permukaan
kawat tersebut. Karena kawat lurus bisa digerakkan dan massanya tidak terlalu
besar, maka lapisan air sabun akan memberikan gaya tegangan permukaan
pada kawat lurus sehingga kawat lurus bergerak ke atas (perhatikan arah
panah). Untuk mempertahankan kawat lurus tidak bergerak (kawat berada
dalam kesetimbangan), maka diperlukan gaya total yang arahnya ke bawah, di
mana besarnya gaya total adalah F = W 1 + W2. Dalam kesetimbangan, F =
gaya tegangan permukaan yang dikerjakan oleh lapisan air sabun pada kawat
lurus.

Gambar 9. Kawat Geser


Misalkan panjang kawat lurus adalah l. Karena lapisan air sabun yang
menyentuh kawat lurus memiliki dua permukaan, maka gaya tegangan
permukaan yang ditimbulkan oleh lapisan air sabun bekerja sepanjang 2l.
Tegangan permukaan pada lapisan sabun merupakan perbandinganantara
Gaya Tegangan Permukaan (F) dengan panjang permukaan di mana gaya
bekerja (l). Untuk kasus ini, panjang permukaan adalah 2l. Secara matematis,
ditulis :
F
γ=
l
F W +W 2
γ= →γ = 1
2l 2l
Keterangan:
W1 = berat beban 1 (N)
W2 = berat beban 2 (N)
l = panjang kawat geser (m)
Karena tegangan permukaan merupakan perbandingan antara Gaya
tegangan permukaan dengan Satuan panjang, maka satuan tegangan
permukaan adalah Newton per meter (N/m) atau dyne per centimeter
(dyn/cm).
1 dyn/cm = 10-3 N/m = 1 mN/m.
Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat
pada antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka
selalu lebih kecil dari pada tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua
cairan tidak bercampur lebihbesar dari pada adhesi antara cairan dan udara.
Contoh Soal:
Sebatang kawat dibengkokkan seperti huruf U. Kemudian, kawat kecil PQ
yang bermassa 0,2 gram dipasang dalam kawat tersebut. Setelah itu, kawat
tersebut dicelupkan kedalam cairan sabun dan diangkat vertikal, jadi ada
lapisan tipis sabun diantara kawat tersebut. Saat ditarik keatas, kawat kecil
mengalami gaya tarik keatas oleh lapisan sabun. Agar terjadi keseimbangan,
maka kawat kecil PQ digantungkan benda dengan massa 0,1 gram. Jika
panjang kawat PQ = 10 cm dan nilai gravitasi 9,8 m/s². Maka berapakah
tegangan sabun tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui:
Massa kawat = 0,2 gram = 2 x 10-4 kg
Panjang kawat = 10 cm = 10⁻¹ m
Massa benda = 0,1 gram = 1 x 10-4 kg
Percepatan gravitasi (g) = 9,8 m/s²
Ditanya: Tegangan permukaan lapisan sabun=…?
Jawab:
F=m.g
F = 2 x 10⁻4 kg . 9,8 m/s²
F= 2,94 x 10⁻³ N
γ = F/2l
γ = 2,94 x 10⁻³ / 2 x 10⁻¹
γ = 1,47 x 10⁻² N/m
Jadi, besarnya tegangan permukaan adalah 1,47 x 10⁻² N/m

C. Visikositas Fluida
Secara umum terdapat dua macam fluida, yaitu fluida ideal dan fluida
sejati. Sifat dari fluida ideal adalah tidak kompresibel, artinya volumenya
tidak bisa dimampatkan. Ketika bergerak tidak mempunyai gesekan dan
alirannya stasioner, artinya pada garis aliran tertentu mempunyai kelajuan
yang sama atau atau disebut juga aliran laminer. Adapun sifat fluida sejati
adalah kompresibel atau dapat dimampatkan, mempunyai visikositas yang
artinya mengalami gesekan ketika mengalir dan alirannya tidak stasioner atau
disebut juga aliran turbulen.

Gambar 10. Aliran turbulen


Untuk menentukan besarnya gaya gesekan yang dialami oleh sebuah
benda yang bergerak di dalam fluida, tinjau sebuah bola logam yang bergerak
dalam fluida seperti gambar 10. Bola logam berjari-jari r bergerak dengan laju
tetap v dalam fluida yang mempunyai koefisien visikositas  akan mengalami
gaya gesekan sebesar:
F s=6⋅π⋅η⋅v⋅r
Keterangan:
F = gaya gesek fluida/gaya stoke (N)
η = koefisien visikositas (Ns/m2)
v = kelajuan bola (m/s)
r = jari-jari bola (m)
persamaan diatas disebut dengan hukum Stokes.
Perhatikan gambar bola yang jatuh dalam fluida berikut ini!
Gaya yang bekerja pada bola yaitu gaya berat (W), gaya apung (Fa),
dan gaya lambat akibat viskositas atau gaya stokes (Fs). Ketika dijatuhkan,
bola bergerak dipercepat. Tapi, saat kecepatannya bertambah, maka gaya
stokes juga bertambah. Akibatnya, saat bola mencapai keadaan seimbang
maka bola bergerak dengan kecepatan konstan yang disebut dengan kecepatan
terminal.
Untuk menentukan besarnya kecepatan akhir (terminal) yang dialami
oleh sebuah bola di dalam fluida, persamaannya dapat diturunkan sebagai
berikut:
F A + F s=W
ρf⋅g⋅V b +6⋅π⋅η⋅v⋅r =ρb⋅g⋅V b
6⋅π⋅η⋅v⋅r =ρb⋅g⋅V b− ρf⋅g⋅V b
6⋅π⋅η⋅v⋅r =( ρ b− ρf ) g⋅V b
Sehingga didapat kecepatan akhir/terminal (v), adalah:

( ρb −ρf ) g⋅V b
v=
6⋅π⋅η⋅r
Keterangan:
3 3
Vb πr
= volume bola (m ) = 4
3

ρf = massa jenis zat cair (kg/m3)


ρb = massa jenis bola (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
η = koefisien visikositas (Ns/m2)
r = jari-jari bola (m)
Perhatikan tabel viskositas beberapa fluida dibawah ini!
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa air, udara dan alkohil memiliki
koefisien yang sangat kecil dibandingkan dengan gliserin. Untuk itu, dalam
perhitungan sering diabaikan.

Berdasarkan eksperimen juga diperoleh bahwa koefisien viskositas


tergantung suhu. Pada kebanyakan fluida, semakin tinggi suhu maka semakin
rendah koefisien viskositasnya. Itulah penyebab oli mesin menjadi kental di
musim dingin sehingga kadang mesin sukar dihidupkan karena terjadi efek
viskositas pada oli mesin.

Contoh Soal:
Sebuah bola yang massa jenisnya 6,36 gram/cm³ dan berdiameter 20 mm jatuh
ke dalam cairan pelumas yang massa jenisnya 5,10 gram/cm³. Jika kecepatan
terminal bola mencapai 0,2 m/s, dan g = 10 m/s², tentukan koefisien viskositas
cairan pelumas tersebut.
Diketahui:
ρ bola = 6,36 gram/cm³ = 6360 kg/m³
ρ fluida = 5,10 gram/cm³ = 5100 kg/m³
d bola = 20 mm ⇒ R = 10 mm = 10⁻² m
vt bola = 0,2 m/s
Ditanya: η = …?
Penyelesaian:
Kecepatan terminal vt = [2R²g.(ρb - ρf)] / 9η
Koefisien viskositas η = [2R²g.(ρb - ρf)] / 9.vt
= [2.(10⁻²)².(10).(6360 - 5100)] / [9 x 0,2]
= 140 x 10⁻² Pa.s
∴ Koefisien viskositas sebesar 140 x 10⁻² Pa.s

D. Kapilaritas
Kapilaritas adalah peristiwa naik atau turunnya permukaan zat cair
pada pipa kapiler, seperti yang diperlihatkan pada gambar dibawah. Pada
gambar tersebut, diameter dalam pipa kapiler dari kiri ke kanan semakin kecil.
Semakin kecil diameter dalam pipa kapiler, kenaikan permukaan air di dalam
pipa kapiler akan semakin tinggi.

Kapilaritas adalah gejala zat cair melalui celah-celah sempit atau pipa
rambut. Celah-celah sempit atau pipa rambut ini sering disebut pipa kapiler.
Gejala kapilaritas disebabkan adanya gaya adhesi atau kohesi antara zat cair
dengan dinding celah itu. Akibatnya, bila pembuluh kaca dimasukkan dalam
zat cair, permukannya menjadi tidak sama. Kapilaritas merupakan peristiwa
naik atau turunnya zat cair pada bahan yang terdiri atas beberapa pembuluh
halus akibat gaya adhesi atau kohesi, misal naiknya minyak pada sumur.
Penyebab dari gejala kapiler adalah adanya adhesi dan kohesi. Kohesi
adalah gaya tarik menarik antar molekul yang sama jenisnya. Gaya ini
menyebabkan antara zat yang satu dengan yang lain tidak dapat menempel
karena molekulnya saling tolak menolak. sedangkan adhesi adalah gaya tarik
menarik antar molekul yang berbeda jenisnya. Gaya ini menyebabkan antara
zat yang satu dengan yang lain dapat menempel dengan baik karena
molekulnya saling tarik menarik atau merekat.
Pada gejala kapilaritas pada air, air dalam pipa kapiler naik karena
adhesi antara partikel air dengan kaca lebih besar daripada kohesi antar
partikel airnya. Sebaliknya, pada gejala kapilaritas air raksa, adhesi air raksa
dengan kaca lebih kecil daripada kohesi antar partikel air raksa. Oleh karena
itu, sudut kontak antara air raksa dengan dinding kaca akan lebih besar
daripada sudut kontak air dengan dinding kaca. Kenaikan atau penurunan zat
cair pada pipa kapiler disebabkan oleh adanya tegangan permukaan yang
bekerja pada keliling persentuhan zat cair dengan pipa.
Tinggi kenaikan/penurunan zat cair dalam pipa kapiler dirumuskan:
2 γ⋅cosθ
h=
ρ⋅g⋅r
Keterangan:
h = kenaikan atau penurunan zat cair dalam pipa (m)
γ = tegangan permukaan (N/m)
θ = sudut sentuh (derajat)
ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)
r = jari-jari pipa (m)
Kenaikan atau penurunan zat cair pada pipa kapiler adalah:
a. Berbanding terbalik dengan massa jenis zat cair (makin kecil massa
jenisnya semakin tinggi kenaikan zat cairnya)
b. Berbanding terbalik dengan jari-jari pipa kapiler (makin kecil luas
penampang kapiler semakin tinggi kenikan zat cairnya).

Contoh Soal:
Pada suatu pipa kapiler mempunyai diameter 0,6 mm lalu dimasukkan secara
tegak lurus ke dalam sebuah bejana yang berisi air raksa (ρ = 13.600 kg/m3).
Sudut kontak raksa dengan dinding pipa yaitu 140o. Apabila tegangan
permukaan raksanya yakni 0,06 N/m. Maka berapa penurunan raksa dalam
pipa kapiler tersebut? ( g = 9,8 m/s2) .
Pembahasan:
Diketahui:
d=0,6 mm = 6×10-4 m
r = 3 x 10-4 m
γ = 0,06 N/m
ρ (raksa) = 13.600 kg/m3
g = 9,8 m/s2
θ = 140o
ditanyakan penurunan permukaan raksa di pipa kapiler (h)
Jawab :
h=2γ.cosθ/ρ.g.r
h = 2. 0,06. cos 140o / (13.600).(9,8.3 x 10-4)
h = -0,092/ 39,384
h = -0,0023 mm

Anda mungkin juga menyukai