Anda di halaman 1dari 12

SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p) ISSN:

VOLUME: 7 NOMOR: 2 HALAMAN: 1 - 79


JURNAL 2528-1577 (e)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


PADA REMAJA AKHIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE
REALTY THERAPY

Hetty Krisnani, Rachel Farakhiyah

hettykrisnani@yahoo.com, rachel.farakhiyah@yahoo.co.id

ABSTRAK
Usia remaja identik dengan kecerobohan dalam pengambilan keputusan. Seorang individu yang berada dalam masa
remaja ini cenderung memiliki emosi yang belum stabil yang akhirnya mudah dipengaruhi oleh hal-hal internal dan
eksternal dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang melibatkan
berbagai pertimbangan dan pertentangan yang terjadi sehingga terlihat dilematis di dalam diri individu untuk
mengambil keputusan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji secara lebih mendalam kefektifan penggunaan
metode Reality Therapy dalam meningkatkan kemampuan seorang individu dalam menentukan suatu pilihan
pemecahan masalah. Subjek penelitian adalah seorang remaja yang berusia 18 tahun dan merupakan anak asuh
dalam salah satu panti asuhan di daerah Jatinangor. Metode yang diggunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan sesi pendampingan selama beberapa minggu dan menggunakan pendekatan terapi realitas. Hasil
penelitian menunjukan bahwa penggunaan metode Reality Therapy sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan
penentuan pilihan pemecahan masalah pada seorang remaja. Dengan menggunakan metode Reality Therapy seorang
remaja terbukti mampu menghilangkan kebingungannya dalam penentuan pemecahan masalah dan akhirnya dia
dapat menentukan solusi yang tepat dalam mengatasi permasalahannya.
Kata Kunci : Pengambilan keputusan, Remaja, Reality therapy

ABSTRACK
Adolescene is identical with carelessnes in decision making. An individual who in adolescene tend to have unsatble
emotion that easily influenced by external and internal things in the process of decision making. Decision making is
a process that involves different considerations and conflicts that occurred so it looks like a dilemma within the
individual to make decision. The prupose of this study is to examine further the effectiveness of the use of reality
therapy method in improving the ability of an individual to determine a troubleshooting options. The subject is a
18year old foster child in one orphanage in Jatinangor. The method used in this research is by doing the mentoring
sessions for a few weeks and using the reality therapy approach. The results showed that the use of reality therapy
method is very effective in improving the capability of determining troubleshooting options on a teenager. By using
reality therapy method, it is proven that a teenager able to eliminate her confusion in the determination of problem
solving and eventually she can determine the rights solution to overcome the problems.
Keywords : Decision making, Adolescene, Reality Therapy psikis. Menurut Sigmund Freud(1856-
1939) dalam Sunaryo(2004:44)
mengatakan bahwa fase remaja yang
berlangsung dari usia 12-13 tahun
PENDAHULUAN hingga 20 tahun. Masa remaja
Masa remaja merupakan masa merupakan masa pencarian jati diri
transisi dari masa kanak-kanak menuju masa seseorang dalam rentang masa kanak-
dewasa. Dalam masa perkembangan ini kank sampai masa dewasa. Pada masa
banyak perubahan yang terjadi dalam diri ini, pola pikir dan tingkah laku remaja
seorang individu. Individu tersebut akan akan berbeda jika dibandingkan dengan
mengalami perubahan secara fisik maupun masa kanak-kanak. Hubungan dengan
kelompok ( teman sebaya ) lebih erat

28
SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p) ISSN:
VOLUME: 7 NOMOR: 2 HALAMAN: 1 - 79
JURNAL 2528-1577 (e)

dibandingkan hubungan dengan orang tua. Masa remaja indentik dengan masa
Saat remaja mengalami ketidaksiapan emosi yang tidak stabil dan mudah
dengan berbagai perubahan baik fisik , terpengaruh oleh hal-hal yang ada di dalam
kognitif, maupun sosial, masyarakat dirinya dan hal-hal yang ada di luar dirinya
menuntut mereka untuk membuat suatu maka akan mempengaruhi pada kemampuan
pilihan atau keputusan terhadap hal-hal yang seorang remaja dalam pengambilan
akan dilakukannya ketika ia dewasa nanti. keputusan. Sedangkan kemampuan dalam
Hal ini menyebabkann remaja mengalami pengambilan keputusan yang tepat sangat
dilema. Mereka mudah terpengaruh dengan diperlukan sekali dimasa ini seorang
budaya-budaya baru dari luar yang belum individu akan mulai dihadapi dengan
tentu budaya tersebut sesuai dengann berbagai macam pilihan-pilihan hidup dan
kondisi negara kita dan mereka melakukan mulai dihadapkan dengan berbagai masalah
berbagai perilaku menyimpang akibat yang memerlukan pemilihan solusi yang
ketidakmampuannya dalam membuat suatu tepat agar masalah dapat terselesaikan. Maka
pilihan yang tepat bagi kehidupannya. dari itu permasalahan mengenai
ketidakmampuan dalam pengambilan
Dalam menjalankan kehidupannya setiap
keputusan ini merupakan sutu masalah yang
individu akan selalu terlibat dengan proses
penting dan perlu untuk diintervensi karena
pengambilan keputusan, dimulai untuk hal yang
jika hal ini dibiarkkan individu tersebut akan
dianggap sepele sampai kepada sesuatu hal yang
mengalami berbagai masalah lain yang akan
dianggap kompleks. Pengambilan keputusan mengganggu kehidupan sehari-harinya.
merupakan bagian dari hidup manusia dalam Penyebab seorang remaja tidak
menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan mampu dalam mengambil keputusan,
berbagai kebutuhan hidupnya, sehingga setiap terutama remaja akhir dapat mengarah pada
individu membutuhkan pengambilan keputusan paternalisme di mana kaum dewasa
yang tepat. Pengambilan keputusan merupakan melindungi para remaja dari konsekuensi
suatu proses dan berlangsung dalam suatu penilaian mereka yang keliru. Sikap yang
sistem, meskipun merupakan suatu keputusan seperti ini cenderung membatasi hak-hak
yang sifatnya paling pribadi sekalipun. remaja dan menerapkan stigma pada remaja.
Pengambilan keputusan menjadi suatu hal yang Dalam pandangan paternalistik, remaja tidak
biasa diambil atau dilakukan karena individu boleh diberi hak untuk mengatur tindakan
menghadapi berbagai permasalahan untuk dapat mereka sendiri. remaja dipandang sebagai
mempertahankan hidupnya. masalah daripada sebagai sumber daya.
Dengan demikian pentingnya memiliki Untuk meningkatkan kemampuan
kemampuan dalam pengambilan keputusan . individu dalam pengambilan keputusan
Diduga pengambilan keputusan berhubungan dalam penelitian ini digunakan metode
dengan kematangan emosi. Sehingga secara garis reality therapy. Terapi realitas adalah suatu
besar, ada dua faktor yang dapat mempengaruhi bentuk terapi kognitif-behavioral yang
individu dalam mengambil keputusan yaitu dikembangkan oleh Dr. William Glasser,
faktor internal dan faktor eksternal. Menurut seorang psikiater, pada tahun 1965
Noorderhaven (1995:46), faktor-faktor dalam (Seligman
diri individu yang dapat mempengaruhi individu & Reichenberg, dalam Gladding,
dalam pengambilan keputusan antara lain adalah 2004).Reality therapy menyatakan bahwa
kematangan emosi, kepribadian, intuisi, dan pembelajaran manusia merupakan proses
umur. seumur hidup yang didasarkan pada pilihan.

29
SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p) ISSN:
VOLUME: 7 NOMOR: 2 HALAMAN: 1 - 79
JURNAL 2528-1577 (e)

Hal ini disebut teori pilhan (choice theory). salah satu panti asuhan di daerah Jatinangor.
Glasser menyatakan bahwa manusia bebas Remaja tersebut sedang mengalami
memilih untuk menentukan dua hal pada dirinya kebingungan dalam menentukan pilihan
sendiri, yaitu memilih bagaimana akan berpikir solusi yang tepat untuk menyelesaikan
dan memilih bagaimana akan bertindak. Reality permasalahan yang sedang ia alami.
therapy menggunakan sistem WDEP sebagai Permasalahan yang sedang ia alami yaitu dia
cara untuk membantu klien menggunakan teknik merasa tidak nyaman tinggal di panti asuhan
terapi dan melihat perkembangan terapi. W tersebut. Dia tinggal di panti asuhan
singkatan dari wants, artinya apa yang semenjak dia masuk kuliah. Setelah
diinginkan klien. D singkatan dari direction merasakan tinggal di panti selama setengah
(arah). Pada tahap ini, klien mengeksplorasi tahun dia merasa bahwa terlalu banyak
lebih jauh arah hidup mereka. E singkatan dari peraturan di panti yang terkadang
evaluation, inti reality therapy. Praktikan memberatkannya yaitu salah satunya adalah
membantu klien mengevaluasi perilaku klien peraturan di panti yang membatasi berbagai
selama ini dan seberapa jauh klien bertanggung macam kegiatan di luar panti. Hal tersebut
jawab atas perilaku tersebut. P singkatan dari menyebabkan klien tidak dapat mengikuti
plan (rencana). Pada tahap terakhir ini, klien kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler di kampus.
berkonsentrasi dalam merancang rencana untuk Selain itu dia sering merasa jengkel dengan
mengubah perilakunya sikap anak-anak panti karena susah untuk
diatur dan susah untuk dinasehati.
METODE A. Pendekatan Penelitian Faktorfaktor tersebut yang membuat klien
Dalam proses penelitian ini peneliti ingin pindah dari panti namun dia masih
melakukan proses pendampingan dengan mengalami kebingungan untuk menentukan
seorang klien selama beberapa minggu. solusi yang tepat dalam mengatasi
Praktikan mencoba untuk membantu dan permasalahan ini dan belum berani untuk
memantau keadaan klien dari tahap awal sampai menentukan keputusan.
pada tahap akhir sesi pendampingan dalam
mengatasi permasalahannya. Dalam proses C. Tahap-Tahapan Penelitian
pendampingan ini metode terapi yang digunakan Tahap-tahapan yang dilakukan dalam proses
adalah metode reality therapy. Reality Therapy penelitian yaitu sebagai berikut:
merupakan salah satu metode yang berguna 1. Proses Awal Penentuan Kasus
dalam memunculkan pilihan pemecahan masalah Penentuan kasus dilakukan dalam
bagi subjek penelitian. Membangun hubungan beberapa tahapan sebelum pada
dengan subjek penelitian; Mengeksplorasi akhirnya ditentukan secara bersama
masalah secara mendalam; Eksplorasi solusi mengenai kesepakatan tipe kasus dan
untuk memecahkan masalah; Menerapkan solusi penanganan apa yang kemudian akan
dengan komitmen; dan juga dalam Penerapan 14 ditindaklanjuti bersama-sama
prinsip Reality Therapy terhadap subjek diantara peneliti dengan klien . Pada
penelitian. awal pertemuan, praktikan
melakukan engagement dengan klien.
B. Subjek Penelitian Dalam engagement tersebut peneliti
Subjek penelitian (Klien) adalah seorang mulai membuka sesi dengan
mahasiswa semester 2 Jurusan Sastra Sunda dan mengobrol pada umumnya. Dimulai
berusia 18 tahun yang merupakan anak asuh dari dengan menanyakan kelebihan,

30
SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p) ISSN:
VOLUME: 7 NOMOR: 2 HALAMAN: 1 - 79
JURNAL 2528-1577 (e)

kekurangan, masalah yang sedang dan holistik tentang klien dan latar
dihadapi dan aspek-aspek yang ingin belakang masalahnya. Dalam tahapan
dikembangkan. Setelah melakukan ini dihasilkan ecomap dan genogram
proses tersebut dapat disimpulkan bahwa dari klien.
klien memiliki suatu masalah yaitu tidak Dari proses assement yang dilakukan
mampu menentukan pilihan solusi yang selama beberapa hari maka dihasilkan
tepat dalam mengatasi permasalahnnya. beragam informasi tentang klien yaitu:
Akhirnya praktikan dan klien membuat ABA ( klien) merupakan anak ke dua dari
keputusan tentang masalah yang akan dua bersaudara dan dia sudah tidak memiliki
menjadi fokus utama dalam penelitian ayah, karena ayahnya sudah meninggal dunia
tersebut. Tahapan ini dilakukan pada sejak ia kelas 6 SD. ABA merupakan
awal-awal sesi pendampingan. mahasiswa baru tahun angkatan 2015 salah
2. Tahap Assesmen Pada tahapan assesmen satu program studi/jurusan di Fakultas Ilmu
ini yang praktikan lakukan adalah Budaya Universitas Padjajaran. Menurut
menggali informasi sebanyak-banyaknya pengakuan teman dekatnya klien merupakan
tentang diri dan lingkungan klien, dengan orang yang baik, rajin dalam mengerjakan
tujuan agar praktikan dapat membuat tugas kuliah, kekanak-kanankan, egois,
pernyataan masalah dengan jelas, kurang percaya diri jika di depan umum,
sehingga setelah dianalisis dari data yang emosinya belum stabil, dan orang yang
telah didapat dari hasil assemen yang cukup humoris. Hubungan ABA dengan
dilakukan praktikan dengan klien, hal itu keluarganya baik-baik saja tidak pernah
akan memudahkan praktikan untuk terjadi masalah atau konflik yang besar.
menentukan langkah-langkah yang harus Hubungan ABA dengan ibu dan kakak
dilakukan selanjutnya. Praktikan perempuannya sangat dekat dan bahkan
melakukan assessmen ini dengan ABA sangat ketergantungan dengan kakak
memberikan beberapa pertanyaan kepada dan ibunya. Maka dalam segala apapun
klien, melakukan wawancara dengan selalu meminta persetujuan dan apabila tidak
orang-orang yang ada di sekitar klien memperoleh izin maka ABA tidak akan
seperti ibu panti,teman-teman di panti melakukan. ABA memiliki banyak teman
dan di kampus, juga dengan konseling dan sahabat. Namun, saat ini dia sedang
untuk lebih menggali potensi klien mengalami kebingungan dalam menentukan
dengan terus mendengarkan apa yang solusi yang tepat untuk menyelesaikan
dikatakan oleh klien. Tahapan assesmen permasalahannya di panti. Setelah setengah
ini dilakukan beberapa hari karena tidak tahun ABA tinggal di panti banyak
akan mendapatkan hasil yang cukup konflikkonflik kecil yang tidak dapat
apabila hanya dilakukan selama satu hari dihindarkan. Dimulai dari masalah ABA
saja dan tahapan ini harus dilakukan dengan temannya di Panti, sering terjadi
secara teliti karena apabila terjadi kesalahpahaman dengan ibu panti, dan ABA
kesalahan pada tahapan ini akan belum dapat beradaptasi dengan kondisi serta
mempengaruhi tahap-tahapan peraturan di panti. Faktor-faktor tersbut
selanjutnya. Pada tahap Assemen ini membuat dia merasa tidak nyaman tinggal di
diperoleh data secara lebih mendalam panti. Maka dari
itu, dia bingung untuk memilih solusi yang tepat agar
masalahnya dapat segera terselesaikan.

31
SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p) ISSN:
VOLUME: 7 NOMOR: 2 HALAMAN: 1 - 79
JURNAL 2528-1577 (e)

Gambar 1. Ecomap K lien

Gambar 2 . G enogram Klien

Tabel 1. Catatan Masalah/Kebutuhan Klien

32
SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p) ISSN:
VOLUME: 7 NOMOR: 2 HALAMAN: 1 - 79
JURNAL 2528-1577 (e)

permasalahan yang ditangani


adalah seorang remaja yang tidak
3. Tahap Plan of Treatment (POT) mampu menentukan pilihan solusi
pemecahan masalah. Untuk
Setelah melakukan tahapan mengatasi permasalahan tersebut
assemen berarti permasalahan dan rencana intervensi yang akan
latar belakang permasalahan suda dilakukan praktikan adalah dengan
diketahui dengan jelas maka menggunakan metode terapi
langkah selanjunya adalan rencana realitas (reality therapy). Maka dari
intervensi yang akan dilakukan itu pada praktiknya menggunakn
untuk mengatasi permasalahan prinsipprinsip reality therapy.
tersebut. Dalam penelitian ini Instrumen yang digunakan dalam

33
SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p) ISSN:
VOLUME: 7 NOMOR: 2 HALAMAN: 1 - 79
JURNAL 2528-1577 (e)

metode Reality Therapy yaitu mendampingi dan membingbing


dengan menggunakan from terapi tidak memiliki wewenang untuk
realitas. Selain menentukan metode memutuskan hanya klien yang
atau teknik yang akan digunakan memiliki wewenang untuk
dalam intervensi, ditentukan juga memutuskan dengan
jadwal pelaksanaan dan tempat memanfaatkan dari kekuatan-
dilaksanakanya intervensi. 4. kekuatan yang dimilikinya. Dalam
Treatment Setelah tahapan kolom alternatif pemecahan
POT( Plant of treatment) dilalui masalah ini klien memilih dua
maka tahapan yang akan dilakukan alternatif pemecahan masalah
selanjutnya adalah melakukan untuk menangani ketidaknyamanan
treatment. Treatment yang akan tinggal di panti yaitu dia pindah
diberikan ialah dengan atau kembali ke rumah dan dia
menggunakan metode reality akan tetap berada di panti. Setelah
terapy dengan from terapi realitas. klien memiliki dua alternatif
Praktikan mendampingi dan pemecahan masalah, praktikan
membingbing klien dalam mengisi mengarahkan klien untuk
from terapi realitas karena dalam memikirkan dan
hal ini praktikan tidak dapat mempertimbangkan kelebihan dan
membiarkan klien mengisi dari kekurangan dari ke dua opsi
setiap kolomnya begitu saja. tersebut. Dalam pengisian kolom
Praktikan melakukan tahapan kelebihan dan kekurangan peneliti
treatment ini selama dua hari yaitu: berusaha untuk menghindari sikap
Pada hari pertama, praktikan kliem yang beralasan dan
hanya menjelaskan tata cara pengisian menyalahkan orang lain. Jadi
from terapi realitasnya saja secara praktikan berusaha untuk
mendetail dimana klien harus mengkonfrontasi self-talk klien
memikirkan beberapa alternatif yang tidak efektif. Maka dari itu,
pemecahan masalahnya, dampak pengisian from ini bukan suatu hal
negatif dan dampak positif dari setiap yang dapat diselesaikan dengan
alternatif yang dipilihnya. Hal ini cepat karena membutuhkan proses
dilakukan dengan maksud agar klien dan pertimbangan secara matang
dapat mengerti maksud dan arah dengan memperhatikan 14 prinsip
tujuannya sehingga pada pertemuan reality therapy dalam setiap
berikutnya sudah dapat menyelesaikan mengisi kolomnya. Setelah klien
tahapan treatment dengan lancar dan dapat menentukan kelebihan dan
hasil yang memuaskan. kekurangan dari setiap alternatif
Pada Hari kedua, Praktikan yang nantinya akan dia pilih. Tahap
medampingi dan membingbing selanjutnya adalah tahap yang
klien pada setiap pengsian kolom- paling utama yaitu dimana klien
kolom yang terdapat dalam from harus dapat memutuskan solusi
terapi realitas. Di mulai dari kolom pemecahan masalahnya. Pada tahap
solusi pemecahan masalah, dalam ini klien perlu memikirkan dan
hal ini praktikan hanya bertugas mempertimbangkannya secara

34
SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p) ISSN:
VOLUME: 7 NOMOR: 2 HALAMAN: 1 - 79
JURNAL 2528-1577 (e)

matang dengan memperhatikan dirinya sendiri dan sikap dari


kembali kelebihan dan kekurangan praktikan selama proses
yang telah ia tuliskan dari kedua pendampingan dan praktikan juga
alternatif pemecahan masalahnya. mengevaluasi sikap dari klien.
Lalu, setelah klien merasa yakin Pratikan melihat apakah klien
dan sudah mengetahui keputusan benarbenar mengalami perubahan
yang akan dipilihnya klien atau tidak.
memberi tahukannya kepada
praktikan dan praktikan
menghargai apapun solusi yang
dipilih oleh klien untuk
memecahkan permasalahannya. 5.
Terminasi
Setelah melakukan treatment terhadap
klien, praktikan melakukan tahapan
selanjutnya yaitu terminasi. Terminasi
ini dilakukan karena telah berakhirnya
masa pendampingan antara praktikan
dengan klien serta target minimal pada
intervensi ini telah tercapai. Target
minimal pada intervensi ini adalah
dapat menghilangkan kebingungan
klien dalam menentukan keputusan
atau pilihan yang tepat untuknya dan
tidak merugikan orang lain.
Setelah melakukan proses
pendampingan dari awal sampai tahap
akhir dalam diri klien menunjukan
suatu perubahanperubahan ke arah
yang lebih baik dan akhirnya dapat
mencapai sesuatu yang telah
ditargetkan. Jika terminasi ini telah
dilakukan berarti menandakan bahwa
sudah berakhirlah masa pendampingan
dan praktikan memutuskan hubungan
secara baik-baik dengan klien.

6. Evaluasi
Tahapan ini merupakan tahapan
akhir, tahapan ini dilakukan
gunanya adalah untuk
mengevaluasi proses sesi
pendampingan yang telah
dilakukan, klien mengevaluasi

35
SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p) ISSN:
VOLUME: 7 NOMOR: 2 HALAMAN: 1 - 79
JURNAL 2528-1577 (e)

HASIL PENELITIAN DAN Setelah peneliti melakukan penelitian


PEMBAHASAN dengan klien dari mulai tahap awal sampai
dengan tahap akhir maka diperoleh suatu
hasil penelitian.
membingbing klien untuk menghindari sikap
Tabel 2 merupakan tabel from terapi yang tidak bertanggung jawab, selalu
realitas. Praktikan memberikan dan menyalahkan orang lain dan paling utama
menyuruh klien untuk mengisi from terapi fokus pada perilakunya bukan pada perasaan.
realitas tersebut pada saat tahap treatment. Setelah klien dapat menentukan kelebihan
Tabel 2 Hasil From Reality Therapy

Ketika mengisi from terapi realitas tersebut dan kekurang dari kedua pilihan solusi
tidak hanya asal mengisi perlu ada banyak pemecahan masalah tersebut. Klien dapat
pertimbangan dan tentunya memperhatikan melihat dengan jelas kelebihan dan
ke 14 prinsip reality therapy. Pada tahap kekurangan dari kedua pilihan solusi
awal praktikan memberikan kesempatan pemecahan masalah tersebut dan dapat
kepada klien untuk menentukan opsi-opsi mempertimbangkan solusi mana yang lebih
pemecahan masalah. Dalam hal ini klien tepat dan tidak merugikan diri sendiri serta
menentukan 2 pilihan solusi pemecahan orang lain.
masalah yang sedang ia hadapi. Setelah itu Akhirnya setelah melakukan proses
mulai mengisi kolom kelebihan dan ini klien dapat menentukan solusi yang tepat
kekurangan dari kedua pilihan solusi untuk memecahkan permasalahannya yaitu
tersebut. Dalam hal ini praktikan dia akan tetap tinggal di panti asuhan dan

36
SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p) ISSN:
VOLUME: 7 NOMOR: 2 HALAMAN: 1 - 79
JURNAL 2528-1577 (e)

akan menerima apapun konsekuensinya yaitu yang dikecewakan atas pilihan yang di
dia akan berusaha untuk lebih dapat ambilnya misalnya dia tidak mengecewakan
beradaptasi kembali dengan kondisi dan dosen yang menitipkannya di sana, tidak
segala aturan yang ditetapkan di panti mengecewakan ibu,kakak dan teman
asuhan. Setelah dapat memutuskan solusi dekatnya di panti. Karena apabila dia lebih
pemecahan masalahnya klien merasa lega memilih untuk keluar dari panti akan ada
dan tenang karena saat ini dia tidak banyak orang yang ia kecewakan atas
mengalami kebingungan lagi dan keputusannya. Meskipun dia tidak dapat
meningkatkan kemampuannya dalam mengikuti kegiatan organisasi di kampus
menentukan pilihan pemecahan masalah dengan bebas tetapi ia dapat membicarakan
yang tepat. tentang keinginannya berorganisasi tersebut
Decision making dapat dikatakan kepada ibu panti atau pihak panti supaya
berhasil jika individu tidak hanya mereka lebih memahami keinginannya dan
memutuskan suatu keputusan saja, namun dapat memberikan kelonggaran. Jangan
juga melibatkan kemampuannya untuk menjadikan keinginan untuk berorganisasi
melakukan dan mendapatkan kesempatan sebagai suatu alasan. Selain itu apabila dia
dari keputusan yang telah diambilnya (sitat sering merasa jengkel kepada anak-anak
dalam Russo & Schoemakker, 2002). Dalam panti cobalah untuk lebih beradaptasi,
hal ini, ABA mampu untuk memutuskan mengerti dan memahami sikap serta perilaku
keputusan untuk tetap di panti dan mencoba mereka karena perbuatan yang dilakukan
untuk lebih dewasa. Berbagai pertimbangan anak panti tersebut masih dalam batasan
dari lingkungan sosial pun menjadi bahan sewajarnya saja, jadi klien sebagai orang
pertimbangan dalam diri ABA untuk berhasil yang lebih dewasa daripada mereka mencoba
menyelesaikan permasalahannya dan untuk memahami dan memaklumi karena
memutuskan unntuk tetap tinggal di panti. pada dasarnya sikap anak kecil jahil dan
Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan oleh menjengkelkan. Russo dan Schoemaker
Russo dan Schoemaker (2002) mengenai (2002) menjelaskan bahwa tahapan decision
tindakan memutuskan akan berkenaan making tidak hanya berhenti sampai pada
dengan segala proses yang ada dalam hasil dan penerapan keputusan yang telah di
pengambilan keputusan. Adanya kontrol dari ambil diharapkan dapat memperbaiki
lingkungan eksternal dan internal subjek kemampuannya dalam membuat keputusan
penelitian mampu membuat dirinya dan menghadapi masalah yang telah
konsisten terhadap keputusannya. Hal ini dilakukan sebelumnya. Segala kegagalan dan
sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh kesuksesan baik yang berasal dari dirinya
Russo dan Schoemaker (2002) yang sendiri maupun orang lain diharapkan dapat
mengatakan bahwa tindakan melakukan akan menjadi bahan pelajaran bagi kehidupan
berkaitan pada aksi langsung yang dilakukan ABA di masa yang akan datang.
individu dalam kehidupan nyata. Jadi intinya penggunaan metode
Adanya kesempatan yang didapatkan reality therapy dengan menggunakan form
individu setelah melalui tahap memutuskan terapi realitas sangat efektif untuk membantu
dan melakukan keputusan dalam hidupnya, individu meningkatkan kemampuannya
seperti Akan menghindari terjadinya konflik dalam penentuan pilihan solusi yang tepat
dengan ibu panti karena klien memutuskan dalam permasalahnnya dan dapat membantu
untuk tetap tinggal di panti, tidak ada pihak klien untuk mengontrol dirinya dalam

37
SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p) ISSN:
VOLUME: 7 NOMOR: 2 HALAMAN: 1 - 79
JURNAL 2528-1577 (e)

pengambilan keputusan. Sehingga menentukan keputusan dan selalu bergantung


menghindari sikap terburu-buru dalam kepada orang lain menjadi lebih mampu
penentuan pilihan karena melalui proses dalam memetakan solusi pemecahan masalah
pertimbangan secara matang. sendiri.

SIMPULAN SARAN
Kemampuan dalam pengambilan Dalam proses treatment
keputusan merupakan suatu hal yang penting menggunakan metode terapi realitas
dimiliki oleh setiap individu. Karena dalam sebaiknya yang menjadi fokus perhatian
setiap harinya seorang individu akan praktikan adalah kepada rencana tindakan
dihadapi dengan berbagai macam pilihan yang akan dilakukan oleh klien, bukan pada
yang harus ia putuskan. Apabila dia tidak perilaku yang ingin dihilangkan. Selain itu
memiliki kemampuan dalam pengambilan dalam reality therapy lebih baik evalusi
keputusan yang tepat maka akan dilakukan oleh klien itu sendiri bukan
mempengaruhi konsep dirinya dan akan praktikan. Agar klien menyadari bahwa
mempengaruhi hidupnya karena dia selalu tindakannya yang dilakukannya benar atau
merasa gagal atau salah dalam mengambil salah jika klien mengetahuinya maka klien
keputusan atau mungkin merugikan orang akan termotivasi untuk melakukan
lain. Masalah ketidakmampuan dalam perubahan.
pengambilan keputusan yang tepat sering Dalam hal ini apabila setelah proses
dialami oleh para remaja terutama remaja pendampingan klien mengalami kekambuhan
akhir. Masa remaja identik dengan masa atau mengalami kebingungan kembali dalam
pencarian jati diri yang senangnya mencoba menentukan pilihan solusi yang tepat.
hal-hal baru dan memiliki rasa keakuan yang Karena klien sudah lebih mandiri maka
tinggi yang terkesan sulit untuk diatur. apabila terjadi kekambuhan yang dilakukan
Karena hal tersebut seringkali remaja oleh klien adalah menenangkan diri terlebih
bertindak egois dan tidak memikirkan dahulu jangan terburu-buru ketika akan
dampaknya dari setiap pilihan yang ia ambil. menentukan pilihan harus melalui
Praktikan menggunakan metode terapi pertimbangan yang sangat matang . Ketika
realitas untuk meningkatkan kemampuan sudah memikirkan dampak negatif dan
dalam pengambilan keputusan. Metode positif dari setiap pilihan alternatifnya maka
reality therapy ini merupakan suatu cara baru klien dapat mengambil keputusan.
untuk memunculkan solusi pemecahan Dengan melakukan hal seperti itu akan
masalah yang tepat dengan melalui beberapa membuat seorang individu lebih dapat
tahapan. Dari mulai membangun hubungan, bertanggungjawab kepada keputusan yang
mengeksplorasi masalah,mengeksplorasi telah diambilnya.
solusi dan sampai dengan menerapkan solusi
menggunakan 14 prinsip reality therapy.
Setelah mencoba menggunakan dan
menerapkan metode ini dalam penelitian UCAPAN TERIMAKASIH
peningkatkan kemampuan pengambilan Pujii syukur dan limpah terima kasih
keputusan dan ternyata metode ini sangat kehadirat Allah SWT karena hanya
efektif untuk penentuan pilihan yang tepat. berkat,anugerah,dan bimbinganNya sehingga
Karena klien yang awalnya bingung dalam penelitian guna penulisan artikel untuk

38
SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p) ISSN:
VOLUME: 7 NOMOR: 2 HALAMAN: 1 - 79
JURNAL 2528-1577 (e)

memenuhi tugas dalam praktikum mikro ini Jurnal Ilmiah mahasiswa


dapat diselesaikan. Selanjutnya, terselesaikan UNESA.10(3):1-7.
penelitian dan penulisan artikel ini berkat
bimbingan dan petunjuk dari tim pengajar
praktikum mikro, selaku dosen pengampu
mata kuliah praktikum mikro yang dengan
penuh perhatian dan kesabaran telah
memberikan dorongan,arahan dan koreksi
sehingga menambah luas wawasan kami
dalam menyempurnakan artikel ini, untuk itu
saya ucapkan terima kasih. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada Pihak Yayasan
Panti Sosial Asuhan Anak sebagai
laboratorium penulis beserta klien yang
mampu bekerja sama dengan sangat amat
baik. Akhirnya kepada semua pihak yang
telah membantu, secara langsung maupun
tidak langsung, yang namanya tidak saya
cantumkan dalam tulisan ini diucapkan
terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Glasser, Naomi (Editor). (1980). What Are
You Doing? How People Are Helped
through RealityTherapy. New York:
Harper & Row Publishers.
Gunarsa,S.D., & Gunarsa,Y.S.D. (2006).
Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja edisi ke 4 .Jakarta: Gunung
Mulia.
Ruso,J.E., & Schoemaker,P.J.H.
(2002). Winning decision: How to
make the right decision the frist
time.USA.
Santrock,John W. (2003).
Adolescene: Perkembangan Remaja
6 Editon. Jakarta: Erlangga
Sarwono,Sarlito Wirawan. (2010). Psikologi
Remaja Jakarta: Rajawali press
Widiyanti,P.R.R. (2012). Studi
Kasus mengenai Decision Making
untuk Keluar dari Abusive
Relationship pada Remaja Akhir.

39

Anda mungkin juga menyukai