Anda di halaman 1dari 2

SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN

Harta berdasarkan sifatnya bersedia dan dapat dimiliki oleh manusia, sehingga manusia dapat memiliki
benda. Faktor-faktor yang menyebabkan harta dapat dimiliki antara lain:

1. Ikraj al Mubahat , untuk harta yang mubah (belum dimiliki oleh seseorang) atau:

ٍ ‫اَ ْل َما ُل الَّ ِذىْ لَوْ يَ ْد ُخ ُل فِى ِم ْل‬


‫ك ُمحْ تَ َر ٍم َوالَ يُوْ َج ُد َمانِ ٌع شَرْ ِع ٌّي ِم ْن تَ َملُّ ِك ِه‬

“harta yang tidak termasuk dalam harta yang dihormati (milik yang sah) dan tak ada penghalang syara’
untuk dimmiliki.”

Untuk memiliki benda-benda mubahat tersebut diperlukan dua syarat yaitu:

ü Benda mubahat belum diikhrazkan oleh orang lain. Seseorang mengumpulkan air dalam suatu wadah,
kemudian air tersebut dibiarkan, maka orang lain tidak berhak mengambil air tersebut, sebab telah di-
ikhraj-kan orang lain.

ü Adanya niat (maksud) memiliki. Maka seseorang memperoleh harta mubahat tanpa adanya niat, tidak
termasuk ikhraz,umpamanya seorang pemburu meletakkan jaringnya di sawah, kemudia terjeratlah
burung-burung, bila pemburu meletakkan jaringnnya sekedar untuk mengeringkan jaringnya, ia tidak
berhak memiliki burung-burung tersebut.[16]

2. Khalafiyah, yang dimaksud dengan khalafiyah ialah:

ِ ْ‫ص أَوْ َشي ٍْئ َج ِد ْي ٍد َم َح َّل قَ ِدي ٍْم َزائِ ٍل فِى ْال ُحقُو‬
‫ق‬ ٍ ‫ُحلُوْ ُل ش َْخ‬

“Bertempatnya seseorang atau sesuatu yang baru bertempat ditempat yang lama, yang telah hilang
berbagai macam haknya. ”

Khalafiyah ada dua macam, yaitu:

Ø Khalafiyah syajhsy’an syakhsy, yaitu si waris menempati tempat si muwaris dalam memiliki harta-
harta yang ditinggalkan oleh muwaris, harta yang ditinggalkan oleh muwaris disebut tirkah.

Ø Khalafiyah syai’in syai’in, yaitu apabila seseorang merugikan milik orang lain atau menyerobot barang
orang lain, kemudian rusak ditangannya atau hilang, maka wajiblah dibayar harganya dan diganti
kerugian-kerugian pemilik harta. Maka khalafiyah syai’in syai’in itu disebut tadlim atau ta’widl
(menjamin kerugian).

3. Tawallud min Mamluk, yaitu segala yang terjadi dari benda yang telah dimiliki, menjadi hak bagi yang
memiliki benda tersebut.

sebab pemilikan Tawallud min Mamluk,dibagi kepada dua pandangan (i’tibar) yaitu:

§ Mengingat ada dan tidak adanya ikhtiar terhadap hasil-hasil yang dimiliki (i’tibar wujud al ikhtiyar
wa’adamihi fiha )
§ Pandangan tehadap bekasnya (i’tibar atsariha)[1]

Dari segi ikhtiar, sebab maliyah (memiliki) dibagi dua macam, yaitu ikhtiyariyah dan jabariyah , sebab
ikhtiyariyah adalah:

‫َما َكانَ آْل ِ ْن َسانُ ُم ْختَا ًر افِى إِ ْي َجا ِدهَا‬

“sesuatu yang manusia mempunyai hak dan ikhtiar dalam mewujudkan”

Sebab-sebab ihtiyariyah ada dua, yaitu ikhraj al-mubahat dan ‘uqud[2]

Sedangakan yang dimaksud dengan jabariyah adalah:.

‫ْس لِاْل ِ ْن َسا ِن فِى إِ ْي َجا ِدهَااِ ْختِيَا ٌر‬


َ ‫َما لَي‬

“sesuatu yang senantiasa tidak mempunyai ikhtiar dalam mewujudkan”

Sebab-sebab jabariyah ada dua macam, yaitu irts dan tawallud min al-mamluk.

4. Karena penguasaan terhadap milik negara atas pribadi yang sudah lebih dari tiga tahun, Umar r.a.
ketika menjabat sebagai khalifah ia berkata; sebidang tanah akan menjadi milik seseorang yang tidak
memanfaatkannya dari seseorang yang tidak memanfaatkannya selama tiga tahun”. Hanafiyah
berpendapat bahwa tanah yang belum ada pemiliknya kemudian dimanfaatkan oleh seseorang maka
orang itu berhak memiliki tanah itu.[3]

[1]Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqih Muamalat) ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004) hlm, 21.

[2]Ibid.,21

[3] Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah ( Jakarta: Raja Grafindo,2002)hlm, 39.

Anda mungkin juga menyukai