Anda di halaman 1dari 35

BUKU

PANDUAN

KECERDASAN EMOSI
MENCEGAH KENAKALAN
REMAJA
D
i
s
u
s
u
n
O
l
e
h
:
Maryati
TombokanUNIT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
Rahman JURUSAN KEPERAWATAN
2019
Hafni Van 0
Gobel
BUKU PAND UAN

KECERDASAN EMOSI MENCEGAH


KENAKALAN REMAJA

DISUSUN OLEH :
Maryati Tombokan
Rahman
Hafni Van Gobel

UNIT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2019

0
KECERDASAN EMOSI MENCEGAH KENAKALAN REMAJA

Penulis : Maryati Tombokan


Rahman
Hafni Van Gobel

ISBN :

Editor : Maryati Tombokan


Penyunting : Maryati Tombokan
Desain Sampul dan Tata Letak : M. Muslih Husaeni

Penerbit :
Unit Penelitian Poltekkes Kemenkes Makassar
Jln. Wijaya Kusuma Raya No. 46
Makassar 90222
Telp (0411) 869826, fax (0411) 869742
Email : info@poltekkes-mks.ac.id

Redaksi
Jln. Wijaya Kusuma Raya No. 46
Makassar 90222
Telp (0411) 869826, fax (0411) 869742

Distributor Tunggal :
Unit Penelitian dan Pengembangan Politeknik Kesehatan Makassar

Cetakan Pertama, Maret 2020

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak karya tulisan dalam bentuk dan apapun tanpa ijin tertulis
dari Penerbit

0
“ KATA PENGANTAR

uji dan syukur senantiasa kami panjatkan Puji kehadiran


Allah SWT atas Rahmat dan hidayah Nya sehingga kami
dapat menyusun buku panduan ini dengan judul
“Kecerdasan Emosi Mencegah Kenakalan Remaja”.

enyusun menyadari bahwa buku panduan ini masih jauh


dari kata sempurna, oleh karena itu penyusun dengan
senang hati menerima saran dan kritikan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan buku panduan ini.

ada kesempatan ini penyusun mengucapkan rasa terima


kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan buku panduan ini. Akhirnya padanya jugalah
kita berserah diri semoga buku panduan ini bermanfaat bagi kita
semua khususnya bagi penyusun.

Amin….

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................. 2
A. Tujuan Buku Panduan............................................................... 3
B. Manfaat Buku Panduan............................................................ 3
C. Pendahuluan............................................................................... 4
D. Tinjauan Pustaka...................................................................... 5
1. Pengertian Kecerdasan Emosi
................................................................................................
6
2. Pentingnya Kecerdasan Emosi
................................................................................................
6
3. Dampak Kecerdasan Emosi
................................................................................................
7
4. Cara Mengidentifikasi/Mengenal Kemampuan
Mengelola emosi
................................................................................................
8
5. Pengertian Kenakalan Remaja
................................................................................................
18
6. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja
................................................................................................
18
7. Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja
................................................................................................
20
8. Dampak Kenakalan Remaja

2
................................................................................................
21
9. Cara Mengatasi dan Tidak Terjerumus dalam
Kenakalan Remaja
................................................................................................
23

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

A.TUJUAN BUKU PANDUAN


1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan/edukasi diharapkan siswa/i
mendapatkan gambaran pemahaman tentang konsep dasar
kecerdasan emosi dalam upaya mencegah kenakalan remaja
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah selesai mengikuti penyuluhan/edukasi, siswa/i diharapkan
mengetahui, antara lain :
a. Pengertian kecerdasan emosi
b. Pentingnya kecerdasan emosi dan komponen-komponennya
c. Apa saja kecerdasan emosi ?
d. Apa dampak kecerdasan emosi ?
e. Bagaimana mengidentifikasi/mengenal kemampuan mengelola
emosi ?
f. Apa saja teknik untuk meningkatkan kecerdasan emosi ?
g. Apa itu kenakalan remaja ?

3
h. Apa saja bentuk-bentuk kenakalan remaja ?
i. Apa saja faktor-faktor penyebab kenakalan remaja ?
j. Apa dampak kenakalan remaja ?
k. Bagaimana cara remaja tidak terjerumus dengan kenakalan
remaja ?

B. MANFAAT BUKU PANDUAN


1. Manfaat Praktis
Pedoman/panduan ini dapat digunakan dikalangan sekolah untuk
pemberian edukasi tentang kecerdasan emosi terhadap
pencegahan kenakalan remaja.
2. Manfaat tioritis
Panduan ini agar siswa/i dapat memiliki pengetahuan tentang
kecerdasan emosi terhadap pencegahan kenakalan remaja

4
C. PENDAHULUAN
Masa remaja (Adoloscence) merupakan masa dimana terjadi transisi dari
masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya berkisar antara 13-20 tahun
(Potter & Perry, 2010). Masalah kenakalan remaja sendiri merupakan masalah
yang kompleks terjadi di berbagai tempat di Indonesia (KPAI: RPTRA Tekan
Angka Kenakalan, 2017). Kerumitan ini diperparah oleh arus globalisasi yang kian
deras. Selain itu, arus informasi yang semakin mudah diakses serta gaya hidup
modernisasi juga memberikan pengaruh terhadap kenakalan remaja. Masa remaja
merupakan masa yang dipenuhi oleh emosi, dimana emosinya sering sekali
meledak-ledak disebabkan adanya pertentangan nilai-nilai (Sarwono, 2013)
banyak remaja yang tidak dapat mengelola emosi secara efektif, para remaja
kurang mampu meregulasi emosinya dapat memicu adanya masalah seperti
perilaku kenakalan remaja. Kondisi emosional yang kurang stabil dan selalu
berkobar-kobar menyebabkan remaja melakukan tindakan kenakalan, hal ini
dapat dipengaruhi frustasi negatif, gangguan mengamatan dan tanggapan,
gangguan berfikir dan kecerdasan, gangguan emosional dan perasaan (Kartono,
2014).

5
Perilaku kenakalan remaja tidak hanya mencakup pelanggaran kriminal saja
akan tetapi beberapa pelanggaran lainnya seperti pelanggaran status,
pelanggaran terhadap norma atau hukum. Pelanggaran status seperti lari dari
rumah, membolos dari sekolah, minum-minum minuman keras, balap liar, dan
sebagainya, sedangkan perilaku penyimpang terhadap norma antara lain seks
pranikah, aborsi kalangan remaja wanita, dan sebagainya (Patinus dkk, 2014)
Perkembangan pada masa sekarang ini banyak sudah tidak pantas
dibanggakan lagi karena sulitnya mengatasi perilaku kenakalan remaja. Remaja
yang semestinya menjadi penerus bangsa saat ini tidak lagi menjadi harapan
untuk kemajuan bangsa dan negara.
Sangat disayangkan remaja saat sangat mudah mengubah perubahan sosial
dengan meniru budaya luar tanpa adanya filter (Leni. N, 2017). Salah satu aspek
yang menonjol pada masa perkembangan masa remaja ini adalah aspek emosi.
Emosi adalah reaksi tubuh sebagai respon terhadap situasi atau peristiwa yang
terjadi dalam lingkungan, emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh suatu
rangsangan atau situasi tertentu yang menyebabkan terjadinya perilaku pada diri
remaja, pada masa remaja siswa sering kali mudah marah, mudah tersinggung
dan emosinya mudah meledak (menggerutu, bersuara keras dan mengkritik) dan
tidak berusaha mengendalikan perasaan dan tidak punya keprihatinan
(Fatchurahman & Fratikno, 2012).
Komisioner KPAI bidang Pendidikan, Retno Listyarti memaparkan mayoritas
dari 24 kasus itu terkait dengan kekerasan dengan korban atau pelaku anak.
Tercatat jumlahnya sebanyak 17 kasus yang terkait kekerasan. Rinciannya antara
lain 3 kasus kekerasan fisik, 8 kekerasan psikis, 3 kekerasan seksual, 1 tawuran
pelajar, korban kebijakan 5 kasus, dan 1 kasus eksploitasi (KPAI,2019)
Survei dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan 2,3 juta pelajar atau mahasiswa di
Indonesia pernah mengonsumsi narkotika. Angka itu setara dengan 3,2 persen
dari populasi kelompok tersebut (BNN,2019).

6
D. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Kecerdasan Emosi


Kecerdasan emosi dapat diartikan sebagai kemampuan mental yang membantu
kita mengendalikan dan memahami perasaan-perasaan kita dan orang lain yang
menuntun kepada kemampuan
untuk mengatur perasaan-
perasaan tersebut. Jadi orang
yang cerdas secara emosi bukan
hanya memiliki emosi atau
perasaan tetapi juga mampu
memahami apa makna dari rasa
tersebut. Dapat melihat diri
sendiri seperti orang lain
lihat,serta mampu memahami
orang lain seolah-olah apa yang
dirasakan oleh orang lain dapat kita
rasakan juga.
Kecerdasan emosi merupakan kecerdasan vital manusia yang sudah
semestinya terus dilatih, dikelola dan dikembangkan secara intens. Karena
kecerdasan emosi memiliki kesinambungan yang cukup erat dengan kualitas hidup
manusia, dimana kecerdasan emosi berkait erat dengan adanya jiwa yang sehat

2. Pentingnya Kecerdasan Emosi


Orang yang mampu mengembangkan kecerdasan emosi yang dimilikinya akan
memiliki peluang yang lebih baik untuk bisa sukses dan dipastikan lebih tenang
dalam menyelesaikan permasalahan yang tergolong rumit.
Menurut Alan Mortiboys Peter Salovey dan Jack Mayer (1990) Komponen
Kecerdasan emosi (EQ) meliputi:
1) Kemampuan untuk merasakan secara akurat, menilai dan mengekspresikan
emosi
2) Kemampuan untuk mengakses dan/atau menghasilkan perasaan ketika ia
bersedia berpikir
3) Kemampuan untuk memahami emosi dan pengetahuan emosional

7
4) Kemampuan untuk mengatur emosi untuk mempromosikan pertumbuhan emosi
dan intelektual.
3. Dampak Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi berdampak pada kemampuan mengendalikan perasaan
marah, tidak agresif dan memiliki kesabaran, memikirkan akibat sebelum
bertindak, berusaha dan mempunyai daya tahan untuk mencapai tujuan hidupnya,
menyadari perasaan diri sendiri dan orang lain, dapat berempati pada orang lain,
dapat mengendalikan mood atau perasaan negatif, memiliki konsep diri yang
positif, mudah menjalin persahabatan dengan orang lain, mahir dalam
berkomunikasi dan dapat menyelesaikan konflik sosial dengan cara damai
(Goleman,2014).

Karakteristik individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dan rendah
jika kecerdasan emosional yang tinggi memiliki hubungan yang negatif dengan
stres, depresi, agresi, delinkuensi (Liau Liau, Teoh & Laiu, 2014), sedangkan
kecerdasan emosi rendah berdampak pada tindakan mengikuti perasaan tanpa
memikirkan akibatnya, pemarah, bertindak agresif dan tidak sabar, memiliki
tujuan hidup dan cita-cita yang tidak jelas, mudah putus asa, kurang peka
terhadap perasaan diri sendiri dan orang lain, tidak dapat mengendalikan
perasaan dan mood yang negatif, mudah terpengaruh oleh perasaan negatif,
memiliki konsep diri yang negatif, tidak mampu menjalin persahabatan yang baik

8
dengan orang lain, tidak mampu berkomunikasi dengan baik dan menyelesaikan
konflik sosial dengan kekerasan (Goleman, 2016).
4. Cara mengidentifikasi/Mengenal Kemampuan Mengelola
Emosi
Cara mengidentifikasi/mengenal kemampuan mengelola emosi ada 3 yaitu Perilaku
Asertif, Teknik relaksasi napas dalam dan teknik Terapi relaksasi Progresif, adapun
penjelasannya :
1) Perilaku Asertif
A. Pengertian
Kemampuan untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan keinginan
secara jujur pada orang lain tanpa merugikan orang lain
B. Karakteristik seseorang berperilaku asertif
 Terbiasa mengekspresikan pikiran dan perasaan pada orang lain
 Meminta pertolongan pada orang lain saat membutuhkan
 Sering bertanya saat sedang bingung
 Mampu mengungkapkan pendapatnya secara jujur
 Memandang wajah orang yang diajak bicara
C. Manfaat
 Tidak membiarkan orang lain memanfaatkan kondisi yang kita alami
 Tidak berperilaku agresif pada orang lain
 Kedua belah pihak yang berkomunikasi merasa nyaman
 Tidak ada pihak yang merasa disalahkan dan dihina
 Lawan bicara tidak terpancing untuk memberikan respons emosional

9
D. Cara/Prosedur menumbuhkan perilaku asertif
 Biasakan berbicara dengan percaya Diri
 Biasakan mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan jelas kepada
orang lain.
 Biasakan memandang wajah orang yang anda ajak bicara
 Biasakan mengungkapkan pendapat kita secara jujur dan terbuka
kepada orang lain.
 Jika tidak ingin melakukan suatu pekerjaan katakan “Tidak”
2) Relaksasi napas dalam
a. Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan pengajaran bagaimana cara
melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal)
dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer
& Bare, 2002).

b. Tujuan
Menurut Smeltzer & Bare (2002) tujuan teknik relaksasi napas dalam
adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi

10
stres baik stres fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri
dan menurunkan kecemasan.
c. Manfaat
 Ketentraman hati,
 Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah,
 Tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah,
 Detak jantung lebih rendah,
 Mengurangi tekanan darah,
 Ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit,
 Tidur lelap,
 Kesehatan mental menjadi lebih baik,
 Daya ingat lebih baik,
 Meningkatkan daya berpikir logis,
 Meningkatkan kreativitas,
 Meningkatkan keyakinan,
 Meningkatkan daya kemauan,
 Intuisi,
 Meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain.
d. Prosedur Teknik Relaksasi Napas Dalam
Menurut Priharjo (2003) bentuk pernapasan yang digunakan pada
prosedur ini adalah pernapasan diafragma yang mengacu pada pendataran
kubah diagfragma selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran
abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk selama
inspirasi. Adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam adalah
sebagai berikut:
1. Ciptakan lingkungan yang tenang,
2. Usahakan tetap rileks dan tenang,
3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3,
4. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks,
5. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali,

11
6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan,
7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rilek. Usahakan agar tetap
konsentrasi / mata sambil terpejam,
8. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri,
9. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang,
10. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
11. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan
cepat.
3) Teknik Relaksasi Otot Progresif
a. Pengertian Terapi Relaksasi Otot Progresif
Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang
tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti (Herodes, 2010)
dalam (Setyoadi & Kushariyadi, 2011). Terapi relaksasi otot progresif
yaitu terapi dengan cara peregangan otot kemudian dilakukan relaksasi
otot (Gemilang, 2013). Relaksasi progresif adalah cara yang efektif untuk
relaksasi dan mengurangi kecemasan (Sustrani, Alam, & Hadibroto, 2004).
b. Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif
Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan Potter (2005) dalam Setyoadi
dan Kushariyadi (2011) bahwa tujuan dari teknik ini adalah:
 Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,
tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik.
 Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen.
 Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
tidak memfokus perhatian seperti relaks.
 Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
 Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.
 Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia
ringan, gagap ringan, dan
 Membangun emosi positif dari emosi negatif.
c. Siapa saja menggunakan Terapi Relaksasi Otot Progresif
Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011, hlm.108) bahwa indikasi dari
terapi relaksasi otot progresif, yaitu:

12
 Klien yang mengalami insomnia.
 Klien sering stres.
 Klien yang mengalami kecemasan.
 Klien yang mengalami depresi.
d. Prosedur Teknik Relaksasi otot progresif
Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) persiapan untuk melakukan
teknik ini yaitu :
1. Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang
tenang dan sunyi.
1) Pahami tujuan, manfaat, prosedur.
2) Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata
tertutup menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk
di kursi dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri.
3) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan
sepatu.
4) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya
mengikat
2. Prosedur
1) Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.

a) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.


b) Buat kepalan semakin kuat sambilmerasakan sensasi
ketegangan yang terjadi.
c) Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik.

13
d) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan
relaks yang dialami.
e) Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.
2) Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
a) Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan
sehingga otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah

menegang.
b) Jari-jari menghadap ke langit-langit.
3) Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada
bagian atas pangkal lengan) .

a) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.


b) Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot biseps
akan menjadi tegang.

14
4) Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.

a) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga


menyentuh kedua telinga.
b) Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi di
bahu punggung atas, dan leher.
5) Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti
dahi, mata, rahang dan mulut).
a) Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot
terasa kulitnya keriput.
b) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di
sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
6) Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh
otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga
terjadi ketegangan di sekitar otot rahang.
7) Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut.
Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan
di sekitar mulut.

15
8) Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun
belakang.
a) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian
otot leher bagian depan.
b) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan
punggung atas.
9) Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.
a) Gerakan membawa kepala ke muka.
b) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di
daerah leher bagian muka.
10) Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung
a) Angkat tubuh dari sandaran kursi.
b) Punggung dilengkungkan
c) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian
relaks.
d) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot
menjadi lurus.

16
11) Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.
a) Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyak-banyaknya.
b) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di
bagian dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
c) Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
d) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi
tegang dan relaks.

12) Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut


a) Tarik dengan kuat perut ke dalam.
b) Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu
dilepaskan bebas.
c) Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.

17
13) Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha
dan betis).
a) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
b) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga
ketegangan pindah ke otot betis.
c) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
d) Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

18
5. Pengertian Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah tingkah laku melawan norma yang diperbuat oleh
anak yang belum dewasa, misalnya melakukan perusakan, kenakalan, kejahatan,
pengacauan, dan lain-lainnya
Murdaningsih (dalam Kartono,
1991).
Sarwono (2002) mengungkapkan
kenakalan remaja sebagai perilaku
yang menyimpang dari norma-norma
hukum pidana. Dari definisi-definisi
dapat disimpulkan bahwa kenakalan
remaja merupakan perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh
remaja berupa perilaku-perilaku yang melanggar hukum, norma sosial maupun
agama yang akibatnya dapat merugikan ketertiban umum dan diri remaja itu
sendiri.
6. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja muncul dalam berbagai bentuk. Perilaku-perilaku ini dapat
merupakan perilaku-perilaku yang bersifat negatif dan dapat merugikan remaja
itu sendiri, orang lain, dan atau masyarakat sekitar.

19
Menurut Kartono (2005) bentuk-bentuk kenakalan remaja dapat dibagi
menjadi antara lain:
1) Kenakalan Terisolir
Kelompok ini merupakan kelompok terbesar atau kelompok mayoritas dari
remaja yang nakal. Delikuensi terisolasi itu mereaksi terhadap tekanan dari
lingkungan sosial. Mereka mencari panutan dan rasa aman dari kelompok dan
gangnya. Namun pada usia dewasa, mayoritas anak delinkuen dengan tipe ini
meninggalkan tingkah laku kriminalnya, paling sedikit 60% dari mereka
menghentikan dan meninggalkan perbuatannya di usia 21-23 tahun (Mc Cord
dkk 1959).
2) Delinkuensi Neurotik.
Pada umumnya anak-anak delinkuen tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang
cukup serius, antara lain berupa: kecemasan, merasa selalu tidak aman,
merasa terancam, tersudut dan terpojok, merasa bersalah atau berdosa, dan
lain-lain. Oleh karena itu, perubahan tingkah laku anak-anak delinkuen
neurotik ini berlangsung atas dasar konflik jiwai yang serius atau mendalam
sekali, maka mereka akan terus melanjutkan tingkah laku kejahatannya
sampai usia dewasa dan umur tua.
3) Delinkuensi Psikopatik.
Delinkuen psikopatik ini sedikit jumlahnya; akan tetapi dilihat dari
kepentingan umum dari segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal
yang paling berbahaya. Psikopatik ini merupakan bentuk kekalutan mental
dengan ciri-ciri sebagai berikut: tidak memiliki pengorganisasian dan
integrasi diri. Orangnya tidak pernah bertanggung jawab secara moral; dia
selalu konflik dengan norma sosial dan hukum.
4) Delinkuensi Defek Moral.
Defek (defect) artinya: rusak, tidak lengkap, salah, cedera, kurang.
Delinkuensi defek moral mempunyai ciri: selalu melakukan tindakan a-sosial
atau anti-sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan dan
gangguan kognitif, namun ada disfungsi pada intelegensinya. Kelemahan dan
kegagalan para remaja delinkuen tipe ini ialah: mereka tidak mampu mengenal
dan memahami tingkah lakunya yang jahat; juga tidak mampu mengendalikan
dan mengaturnya. Selalu saja mereka ingin melakukan perbuatan kekerasan,

20
penyerangan dan kejahatan. Relasi kemanusiaannya sangat terganggu.
Sikapnya sangat dingin dan beku, tanpa afeksi; jadi ada kemiskinan emosi dan
sterilitas emosional. Mereka tidak memiliki rasa harga diri. Terdapat
kelemahan pada dorongan instrinktif primer, sehingga pembentukan
superego-nya sangat lemah. Mereka merasa cepat puas dengan ‘prestasinya’,
namun seringkali perbuatan mereka disertai dengan agresivitas yang meledak.
Mereka juga selalu bersikap bermusuhan terhadap siapapun juga; karena itu
mereka selalu melakukan perbuatan kejahatan.

7. Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja


Unayah dan Sabari SMKn (2015) membagi dua faktor yang mempengaruhi
kenakalan remaja. Faktor-faktor itu bisa remaja itu sendiri (internal) maupun
faktor dari luar (eksternal).
1) Faktor Internal
Krisis identitas : Dalam teori perkembangan Erikson, seorang remaja berada
pada tahap identitas vs. kegamangan peran. Dalam tahap ini remaja berusaha
menemukan identitasnya. Mereka berusaha menampilkan sosok yang berbeda
dalam setiap konteks yang berbeda, misalnya diri dengan ibu, ayah, teman
karib, pacar atau sebagai siswa atau atlet.
Kontrol diri yang lemah : Remaja yang tidak
bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku
yang dapat diterima dengan yang tidak dapat
diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’.
Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui
perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun
tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk
bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
2) Faktor Eksternal
Keluarga : Keluarga menjadi salah satu penyebab paling konsisten terhadap
remaja nakal. Beberapa faktor keluarga antara lain: tidak adanya komunikasi
antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga, pendidikan
yang salah di keluarga, seperti terlalu memanjakan anak, kurang pendidikan

21
agama atau penolakan terhadap eksistensi anak, disiplin kasar namun tidak
konsisten (Berk, 2012).
Teman sebaya yang kurang baik : teman sebaya yang kurang baik akan
mengarahkan remaja pada
perilaku yang tidak baik pula.
Saputro & Suharto (2012)
menemukan bahwa konformitas
remaja dengan teman sebaya
berhubungan secara positif
dengan kecenderungan kenakalan
pada remaja. Karena itu,
kesalahan remaja dalam memilih teman, akan mengarahkan remaja dalam
perilaku yang kurang baik.
Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik : Lingkungan tempat
tinggal seorang individu juga dapat menentukan kecenderungan individu untuk
terlibat dalam perilaku menyimpang. Penelitian Leventhal dan Brooks-Gunn
(2000) menemukan bahwa individu yang berasal dari lingkungan kelas sosial
yang rendah menunjukan perilaku agresif yang lebih tinggi dibandingkan
dengan lingkungan kelas sosial menengah ke atas.

8. Dampak Kenakalan Remaja


Kenakalan remaja dapat memberi dampak bagi kelangsungan hidup remaja itu
sendiri. Dampak langsung yang tentu terjadi adalah penerimaan hukuman bila
remaja melakukan tindakan melanggar hukum, aturan maupun norma yang ada
(Berk, 2012; Kartono, 2005; Akhter, 2015). Remaja yang sering terlibat dalam
perilaku nakal akan cenderung bersikap tidak peduli pada banyak hal. Individu-
individu ini acuh tak acuh bila perilaku nakalnya merugikan orang lain, bahkan bila
itu merupakan keluarga mereka sendiri. Dengan demikian, kebiasaan melakukan
kenakalan ini membuat remaja menjadi individu yang tidak peka dan hanya
memikirkan dirinya sendiri (“Effects of Juvenile Delinquency”, 2016).

22
Selain itu, kenakalan remaja juga berhubungan dengan ketidakdewasaan
sosial pada remaja dan menurunkan rasa percaya masyarakat pada pelakunya
(Dijkstra dkk, 2015; Conrad, 1967. Keterlibatan dengan kenakalan remaja juga
berhubungan dengan penurunan prestasi akademik (Shader, 2001). Selain itu,
perilaku ini juga menciptakan hubungan yang buruk antara remaja dengan orang
tua serta masyarakat (Shader, 2001).
Keterlibatan dalam perilaku delinkuensi juga berdampak pada penurunan
kesejahteraan fisik seorang remaja (Shader, 2001; AalSMK, 2010). Hal ini
diakibatkan karena pola hidup yang tidak sehat seperti konsumsi tembakau,
minuman beralkohol yang berlebihan dan penggunakan obat-obatan terlarang.
Perilaku delinkuensi juga berasosiasi dengan kesehatan mental yang rendah
(Young, Greer & Church, 2017). Bahkan, perilaku delinkuensi yang sangat tinggi
seperti keterlibatan geng berhubungan dengan tingkat gangguan kepribadian
antisosial, psikosis dan gangguan kecemasan (Young, Greer & Church, 2017).
Pelaku tindakan ini juga menunjukkan kecendrungan depresi yang tinggi hingga
keinginan suisidal yang tinggi (Young, Greer & Church, 2017). Hal ini berkaitan
dengan tendensi remaja delinkuen untuk terlibat dalam konflik dengan orang lain,
bahkan orang terdekatnya.

23
9. Cara mengatasi dan tidak terjerumus dalam Kenakalan
Remaja
Dalam cara mengatasi kenakalan remaja, tentunya dibutuhkan peran serta
keluarga, guru, dan niat dari remaja tersebut untuk mengatasi kenakalan remaja
yang semakin bertambah parah setiap harinya. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mencegah dan mengatasi kenakalan remaja, antara lain :
1. Dibutuhkan pembekalan agama yang cukup dimulai sejak dini, mulai dari
beribadah, mengunjungi tempat ibadah (sesuai kepercayaan masing-masing),
dan lainnya.
2. Kegagalan dalam menghadapi identitas
peran serta lemahnya kontrol diri
dapat dicegah dan diatasi melalui
prinsip keteladanan. Remaja harus
mampua mendapatkan figur-figur
orang dewasa sebanyak mungkin yang
memang sudah melampaui masa
remaja terdahulunya dengan baik.
Bahkan mereka juga berhasil untuk
memperbaiki diri meskipun sebelumnya gagal mencapai tahapan ini.
3. Sebagai remaja, harus pintar-pintarnya memilih lingkungan pergaulan yang
tepat dan baik sehingga tidak mudah untuk terjerat dalam perilaku
menyimpang. Selain itu sebagai orang tua hendaknya memberikan arahan-
rahan terhadap komunitas atau pergaulan mana yang seharunys diikuti oleh
remaja.

4. Remaja harus membentuk ketahanan diri sehingga tidak mudah terpengaruhi


oleh pengaruh-pengaruh buruk yang diberikan teman-teman seumuran maupun
sepergaulannya.

24
5. Harus ada kemauan yang tinggi dari pihak orang tua untuk memperbaiki
kondisi keluarga sehingga nantinya tercipta kondisi keluarga yang harmonis,
nyaman, dan komunikatif.
6. Peran orang tua dalam memberikan kasih sayang serta perhatian dalam hal
apapun
7. Pengawasan orang tua namun tidak bersifat mengekang. Misalnya saja sebagai
orang tua anda boleh membiarkan anak melakukan apapun yang masih dalam
batas wajar. Namun jika menurut anda anak telah melewati batasan wajar
yang sudah ditentukan, maka
penting bagi orang tua untuk
memberitahukan mengenai
dampak dan akibat yang bisa saja
diterima oleh anak jika terus
melakukan hal tersebut.
8. Sebagai orang tua, jangan
melarang anak untuk bergaul
dengan teman-teman seumuran.
Jika anda membiarkan anak
bergaul dengan teman-teman
main yang tidak seumurannya, maka tentu saja gaya hidupnya akan berbeda.
Sehingga gaya hidupnya akan berubah mengikuti teman sepermainanya
tersebut.
9. Pengawasan intensif yang perlu dilakukan adalah pada media komunikasi
semisal televisi, radio, internet, handphone, dan lainnya.
10. Dibutuhkan bimbingan kepribadian dari pihak sekolah, karena lingkungan
sekolah merupakan lingkungan dimana anak menghabiskan banyak waktu selain
di rumah.
11. Dukung hobi anak selama hal tersebut masih dalam konteks positif. Jangan
mencegah hobi atau kesempatan apapun yang dapat membantu anak
mengembangkan dirinya sendiri.
12. Sebagai orang tua, penting untuk memiliki peran sebagai tempat curhat yang
nyaman bagi anak-anak anda. Sehingga ketika anak mengalami masalah,
sebagai orang tua anda bisa membimbing dan mendampingin anak.

25
DAFTAR PUSTAKA
Berk, L. E. (2012). Development through the life (Edisi 5). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Fatchurahman, M. (2012). Kepercayaan Diri, Kematangan Emosi, Pola Asuh Orang
Tua Demokratis dan Kenakalan Remaja . PERSONA: Jurnal Psikologi
Indonesia,1(2).http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/persona /ar
ticle/view/27/0
Badan pusat statistik.(2017).Statistik Kriminal BPS, Jakarta
Goleman, D. (2014). Emotional Intelegence. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gunarsa, S. (2004). Psikologi Perkembangan: Anak dan Remaja . Jakarta: PT. BPK
Gunung Mulia.
Kartono, K. (2005). Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja, Jakarta: Rajawali
Leni. N.(2017). Kenakalan Remaja dalam Perspektif Antropologi . Jurnal Bimbingan
dan Konseling
Leventhal, T. & Brooks-Gunn, J. (2000). The neighborhoods they live in: the
effects of neighborhood residence on child and adolescent outcomes.
Psychological Bulletin, 126(2), 309-337. doi: 10.1037//0033-2909.126.2.309
Liau, A. K, Liau, A. W. L, Teoh, G. B. S. & Liau, M. T. L. (2003). The case for
emotional literacy: the influence of emotional intelligence on problem
behaviours in Malaysian secondary school students. Journal of Moral
Education, 32(1), 51-66. doi: 10.1080/0305724022000073338
Lukitasari, Winda .(2016). Berperilaku Asertif. Mahasiswa Panca Sakti Tegal
https://www.slideshare.net/WindaLukitasari/berperilaku asertif ?next_s li
deshow=1
Mayer, J. D., & Cobb, C. D. (2000). Educational Policy on Emotional Intelligence:
Does It Make Sense?. Educational Psychology Review, 12(2), 163-183.
https://link.springer.com/article/10.1023/A:1009093231445
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Rochmawati, Heppy.(2015). Teknik Relaksasi Otot Progressif Untuk Menurunkan
Kecemasan. Makalah, Fakultas Ilmu Keperawatan Departemen Keperawatan
Jiwa Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Islam Sultan Agung Semarang
Saputro, B. M., & Soeharto, T. N. E. D. (2012) . Hubungan antara konformitas
terhadap teman sebaya dengan kecenderungan kenakalan pada remaja.
INSIGHT, 10(1), 1-15.
Savitra, Khanza.(2017). 13 Cara Mengatasi Kenakalan Remaja Yang Efektif.
https://dosenpsikologi.com/cara-mengatasi-kenakalan-remaja.

26
Shader, M. (2001). Risk factors for delinquency: An overview . US Department of
Justice, Office of Justice Programs, Office of Juvenile Justice and
Delinquency Prevention. Diperoleh dari https://www.ncjrs.gov/ pdffiles1
/ojjdp/frd030127.pdf
Unayah, N., & Sabarisman, M. (2015). Fenomena kenakalan remaja dan
kriminalitas.Sosio informa, 1(2), 122-140. https://ejournal.kemsos.go.id.

27
LAMPIRAN

KUESIONER MENGIDENTIFIKASI KECERDASAN EMOSI PADA SISWA


TERHADAP PENCEGAHAN KENAKALAN REMAJA

Data siswa
Nama (Inisial) :
Umur :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Berapa Bersaudara : Anak ke- :
Tempat tinggal : Bersama Orang tua Numpang Kontrak
Dan lain-lain sebutkan…………………………………
Pendidikan orang tua
Ayah :
Ibu :
Apakah pernah terlibat dalam 1 tahun terakhir ini
Perkelahian
Tawuran
Kelompok geng motor
Dan lain-lain jika ada……………………………………………
Petunjuk pengisian
1. Berikan tanda Cek list (√ ) pada kotak pilihan yang saudara anggap paling sesuai dengan
kenyataan sesungguhnya dengan diri saudara
2. Untuk Kuesioner Kecerdasan Emosi pilihan jawaban terdiri dari
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
3. Untuk kuesioner kenakalan remaja pilihan jawaban terdiri dari
TP : Tidak Pernah
P : Pernah
CS : Cukup Sering
S : Sering
4. Tidak ada sanksi apapun dari pengisian kuesioner ini, karena identitas saudara dijaga
kerahasiaannya

28
KUESIONER KECERDASAN EMOSI
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Saya bisa dengan mudah mengetahui emosi apa yang saya
rasakan saat ini.
2. Saya menyadari hal-hal apa saja yang dapat memicu emosi
saya
3. Saya sering tidak menyadari bahwa saya sedang marah
4. Saya sering tidak tahu alasan mengapa tiba-tiba
saya menjadi marah
5. Saya sadar betul akan segala kelebihan dan kekurangan
saya
6. Saya mengetahui secara pasti hal-hal apa saja yang
dapat memicu kemarahan saya
7. Saya tidak peduli akan kekurang-kekurangan diri saya
8. Saya cenderung tidak tahu topik-topik yang dapat
membuat saya marah
9. Saya percaya diri dengan kemampuan yang saya miliki
10. Saya tidak malu untuk tampil di depan orang banyak
11. Saya merasa mudah minder
12. Apabila sedang tampil di depan banyak orang saya
merasa sangat gugup
13. Saya mampu menenangkan diri saya apabila saya
sedang marah
14. Saya dapat menahan diri saya untuk tidak terlibat
dalam kegiatan yang tidak bermanfaat
15. Apabila sedang marah, saya meledak-ledak dan
tidak terkendali
16 Mudah saja mengajak teman untuk terlibat dalam
kegiatan yang tidak bermanfaat
17. Saya merupakan orang yang dapat dipercaya oleh
orang-orang sekitar saya
18. Orang-orang sekitar saya, kurang percaya kepada saya
19. Saya cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
20. Saya mampu bersikap terbuka terhadap gagasan-gagasan
baru
21. Saya cenderung sulit untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru
22. Saya merupakan seorang idealis dan keras kepala
23. Saya selalu berusaha untuk menunjukkan kualitas

29
terbaik dari diri saya
24. Saya selalu berusaha untuk mendapatkan nilai yang
bagus di kelas
25. Saya lebih suka bersantai daripada menyusahkan
diri agar berprestasi
26. Bagi saya, nilai yang bagus itu tidak penting.
27. Saya merupakan orang yang teguh pada pendirian
28. Saya seringkali bersikap plin-plan
29. Saya mengerjakan sesuatu karena kemauan saya
dantanpa disuruh/diminta.
30. Saya sadar bahwa saya banyak berencana namun jarang
melaksanakannya
31. Saya yakin akan segala kemampuan saya dalam
mencapai kesuksesan
32. Saya merasa bahwa saya kelak akan menjadi orang gagal
33. Saya dengan mudah memahami perasaan orang lain
34. Saya langsung mengetahui bahwa seseorang sedang
dirundung masalah hanya dengan melihat raut wajahnya
35. Saya merasa kesulitan untuk memahami orang lain
36. Saya percaya bahwa ekspresi wajah seseorang sama sekali
tidak menunjukan suasana hatinya
37. Saya selalu memikirkan kepentingan orang banyak
sebelum kepentingan saya sendiri
38. Saya cenderung mengutamakan diri sendiri sebelum orang
lain
39. Saya senang memberikan motivasi kepada orang
lain
40. Saya kurang tertarik memberikan motivasi pada orang lain
41. Saya senang berteman dengan orang yang berbeda
etnis dengan saya
42. Saya kurang suka berteman dengan orang yang
berbeda etnis dengan saya
43. Saya memiliki kemampuan komunikasi yang baik
44. Saya merasa memiliki kemampuan komunikasi yang kurang
45. Saya menyadari bahwa saya memiliki kemampuan
memimpin yang baik
46. Saya mengalami kesulitan dalam memimpin
47. Apabila ada kebiasaan yang kurang baik dalam pergaulan,
saya sering menggagas perubahan yang lebih positif
48. Saya cenderung membiarkan saja kebiasan buruk yang
sering saya lakukan bersama teman-teman

30
49. Saya pandai mempertahankan sebuah hubungan
pertemanan
50. Saya sulit mempertahankan hubungan pertemanan
51. Saya tidak pernah takut mengahadapi kesulitan, karena
saya yakin bahwa teman-teman saya pasti akan membantu
52. Saya merasa takut kehilangan dukungan dari teman-teman
saya
53. Dalam sebuah kelompok saya dapat bekerja secara
padu dengan siapa saja
54. Saya cenderung kurang suka bekerja dalam
kelompok

KUESIONER KENAKALAN REMAJA


No. Perilaku TP P CS S
1. Pemukulan terhadap orang lain
2. Perkelahian dengan orang lain
3. Menghina orang karena suku/agama/ras orang tersebut
4. Mengancam orang lain
5. Memaki dengan kasar
6. Penyerangan dengan senjata tajam
7. Melukai diri sendiri dengan sengaja
8. Bermain judi
9. Mencuri barang/ uang milik orang lain
10. Memalak orang lain
11. Mengkorupsi uang untuk keperluan lain
12. Secara sengaja merusak properti umum
13. Makan di warung tanpa membayar
14. Mengonsumsi minuman keras
15. Merokok
16. Melakukan hubungan seks sebelum menikah
17. Menggunakan obat-obatan terlarang
18. Mengendarai kendaraan tanpa surat-surat
19. Mengendarai motor tanpa helm
20. Ikut dugem
21. Ikut geng motor

31
22. Membolos dari sekolah tanpa alasan
23. Berbohong pada guru/orang tua saat berbuat kesalahan
24. Mengajak teman untuk ikut unjuk rasa/demo dijalan
25. Menggunakan hp menonton film porno
26. Bermain hp atau Gadget meskipun sedang belajar
27. Kesal jika dinasehati oleh guru/orang tua
28. Membuli atau mengejek teman/orang lain
29. Merusak lingkungan umum/sekolah tanpa sebab
30. Tidak peduli dengan kegiatan spritual/ibadah

A. Penilaian Kecerdasan Emosi


1. Pernyataan positif
SS = Sangat Setuju Nilai 4
S = Setuju Nilai 3
TS = Tidak Setuju Nilai 2
STS = Sangat Tidak Setuju Nilai 1
2. Pernyataan negatif
SS = Sangat Setuju Nilai 1
S = Setuju Nilai 2
TS = Tidak Setuju Nilai 3
STS = Sangat Tidak Setuju Nilai 4
Skor Tertinggi 108
B. Kriteria objektif penilain kecerdasan emosi
Tinggi = > 72
Sedang = 35 - 71
Rendah = 0 - 36
C. Penilaian kenakalan remaja
TP = Tidak Pernah Nilai 0
P = Pernah Nilai 1
CS = Cukup Sering Nilai 2
S = Sering Nilai 3
Skor Tertinggi 108
D. Kriteria objektif kenakalan remaja
Tinggi = > 60
Sedang = 30 - 59
Rendah = 0 - 29

32

Anda mungkin juga menyukai