BAB II
KAJIAN PUSTAKA
16
17
Berhenti
matematis juga penting dimiliki oleh mahasiswa selain sebagai modal dalam proses
pemecahan masalah matematis juga sebagai modal untuk menghadapi masalah-
masalah di dalam bidang lain dan kehidupan bermasyarakat nantinya.
Selain itu menyangkut kendala motivasi dan kurang jelasnya gambar, tabel
atau diagram dapat diatasi dengan menggunakan pembelajaran berbantuan web.
Karena salah satu tujuan dari pembelajaran berbantuan web adalah untuk
mengurangi kemungkinan salah penafsiran serta mendorong munculnya minat dan
motivasi belajar peserta didik (Kusumah, 2011).
Dari langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah matematis di atas,
secara garis besar dapat dikatakan bahwa seseorang telah memiliki kemampuan
untuk memecahkan masalah matematis jika dapat (1) memahami masalah; (2)
Memilih dan menerapkan strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah; dan (3)
Meninjau ulang kebenaran penyelesaian masalah yang didapat dengan
menggunakan strategi yang telah dipilih. Langkah-langkah tersebut adalah
indikator dari pemecahan masalah matematis yang digunakan dalam penelitian ini.
Langkah pertama, memahami masalah, mahasiswa harus dapat memahami
masalah yang diajukan kepadanya. Mahasiswa harus dapat mengerti hal-hal apa
yang tanyakan serta tahu informasi-informasi apa saja yang terdapat dalam masalah
yang dapat berfungsi untuk menyelesaikan masalah.
Langkah ke-2, memilih dan menerapkan strategi yang tepat untuk
menyelesaikan masalah. Dengan menggunakan pengetahuan yang telah
dimilikinya, mahasiswa mampu menentukan berbagai macam strategi yang
sekiranya dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, selanjutnya
dipilih suatu strategi yang paling tepat untuk diimplementasikan. Selanjutnya,
mahasiswa hendaknya mampu mengimplementasikan strategi yang telah dipilihnya
untuk menyelesaikan masalah sehingga didapatkan solusi dari hal-hal yang
ditanyakan dalam masalah tersebut.
Langkah ke-3, meninjau ulang kebenaran penyelesaian masalah yang didapat
dengan menggunakan strategi yang telah dipilih. Seperti yang telah diungkapkan di
atas, bahwa dalam proses penyelesaian suatu masalah kadang kala menemui
kegagalan dan kadangkala menemui keberhasilan. Mahasiswa harus dapat
meninjau ulang apakah solusi yang didapat dari strategi yang telah dipilih tersebut
22
benar atau tidak. Jika menemui keberhasilan dapat langsung dibuat kesimpulan.
Jika menemui kegagalan mahasiswa dapat meninjau kembali strategi yang telah
dipilihnya atau berusaha kembali memahami masalah yang diajukan untuk
selanjutnya dilakukan proses pemecahan masalah kembali.
Adapun contohnya adalah sebagai berikut.
4 meter
4 meter
Penampang tegak sebuah bak penampuangan air yang terisi penuh dengan panjang 10
meter berbentuk trapesium seperti gambar di atas. Jika air harus dipompa setinggi 1 meter
di atas puncak bak tersebut, berapa kerja yang dibutuhkan untuk mengosongkan tanki
tersebut?
a. Tulis unsur yang diketahui dan ditanyakan. Berlebih, cukup, atau kurangkah unsur
yang diketahui agar soal dapat diselesaikan? Kalau berlebih, tulislah unsur yang lebih,
kalau kurang lengkapi unsur tersebut.
b. Kalau unsur mencukupi, susun model matematis untuk menghitung kerja yang
dibutuhkan saat mengosongkan bak penampungan air tersebut, kemudian
selesaikan, disertai penjelasan atau periksa kebenaran jawaban yang diperoleh.
c. Tuliskan konsep matematika dan konsep fisika yang termuat dalam masalah di atas.
2. Penalaran Matematis
Menurut Ruseffendi (2006) matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran
yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Hal ini berarti untuk
memahami materi matematika diperlukan kegiatan penalaran yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Penalaran matematis juga
diperlukan untuk mencapai kemampuan mengkonstruksi konjektur matematika,
mengembangkan dan mengevaluasi argumen, serta menyeleksi dan menggunakan
berbagai tipe representasi (NCTM, 2003).
Penalaran digambarkan sebagai proses berpikir ketika mencoba untuk
menunjukkan hubungan antara dua hal atau lebih yang berdasar pada aturan tertentu
yang telah terbukti benar melalui langkah-langkah tertentu dan diakhiri dengan
suatu kesimpulan (Ramdani, 2011). Baroody (1993) menyatakan penalaran
23
merupakan suatu alat yang penting untuk matematika dan kehidupan sehari-hari.
Banyak masalah dalam matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari yang
memerlukan penalaran untuk menyelesaikannya.
Baroody (1993) menyatakan ada tiga tipe penalaran yaitu penalaran intuitif,
penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran intuitif membutuhkan sesuatu
yang sudah ada atau memainkan perasaan. Penalaran ini tidak memerlukan
informasi dalam mengambil keputusan dan hanya berdasarkan pada hal yang jelas
terlihat atau perasaan saja. Penalaran induktif merupakan penalaran yang mengikuti
pola, sedangkan penalaran deduktif merupakan penalaran yang berdasarkan pada
hal yang telah diketahui. Baroody (1993) juga menyatakan pembuktian deduktif
dapat menentukan berlaku atau tidaknya suatu pengertian atau konjektur secara
logis dan konsisten serta berlakunya pengertian atau konjektur tersebut hanya untuk
suatu kasus tertentu atau dapat digeneralisasikan. Masalah-masalah pembuktian
dalam matematika lebih sering menggunakan penalaran secara deduktif daripada
yang lainnya karena hasilnya dapat berlaku secara umum.
Selanjutnya dari pendapat beberapa pakar Sumarmo (2002) merangkum
bahwa penalaran matematis meliputi (1) menarik kesimpulan logis; (2) memberi
penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat-sifat dan hubungan;
(3) memperkirakan jawaban dan proses solusi; (4) menggunakan pola dan
hubungan untuk menganalisis situasi matematis; (5) menyusun dan mengkaji
konjektur; (6) merumuskan lawan contoh (counter examples); (7) mengikuti aturan
inferensi, memeriksa validitas argumen; (8) menyusun argumen yang valid; dan (9)
menyusun pembuktian langsung dan menggunakan induksi matematik.
Adapun indikator-indikator kemampuan penalaran matematis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Indikator pertama,
mahasiswa mampu memberikan penjelasan dengan menggunakan konsep, prinsip,
aturan, atau rumus matematika. Jika mahasiswa diberikan suatu masalah atau tugas
matematis, mahasiswa tersebut harus mampu menyelesaikannya dengan
menggunakan konsep, prinsip, aturan, atau rumus matematika yang telah ada
sebelumnya. Adapun contohnya adalah sebagai berikut.
24
Seorang anak mengatur sejumlah balok dengan pola seperti pada gambar berikut.
Hitung banyak balok pada tiap pola, dan susun pola bilangan yang terjadi. Kemudian
hitung jumlah balok dari pola 1 sampai dengan pola 5. Bagaimana menghitungnya? Bila
proses tersebut dilanjutkan sampai dengan pola ke-n, hitung banyak balok seluruhnya.
Bagaimana menghitungnya?
Jelaskan konsep, prinsip, aturan, atau rumus matematika yang digunakan dalam
penyelesaian masalah tersebut!
3. Komunikasi Matematis
Komunikasi berasal dari bahasa latin communicare yang berarti
memberitahukan. Secara umum komunikasi mengandung pengertian memberikan
informasi, pesan, gagasan, ide, pikiran, perasaan kepada orang lain, dengan maksud
agar orang lain berpartisipasi, yang pada akhirnya informasi, pesan, gagasan, ide,
pikiran, perasaan tersebut menjadi milik bersama antara komunikator dan
komunikan (Soeharto, 2008), sedangkan komunikasi matematis menurut Schoen,
et al. (1996) adalah kemampuan individu dalam hal menjelaskan suatu algoritma
dan cara unik untuk pemecahan masalah, kemampuan individu mengkonstruksi dan
menjelaskan sajian fenomena dunia nyata secara grafik, kata-kata atau kalimat,
persamaan, tabel dan sajian secara fisik.
Jadi, komunikasi matematis adalah kemampuan untuk menyatakan dan
mengilustrasikan ide matematis ke dalam model matematis dan sebaliknya. Model
matematis sendiri dapat berupa persamaan, pertidaksamaan, notasi, gambar ataupun
grafik.
Dalam suatu pembelajaran terdapat interaksi antara mahasiswa dengan dosen.
Interaksi ini dapat berupa komunikasi baik lisan maupun tulisan. Interaksi belajar
mengajar yang baik dapat meningkatkan kualitas hubungan dosen dan mahasiswa,
sehingga tidak terdapat jurang pemisah antara dosen dengan mahasiswanya. Hal ini
25
diagram, atau media lain; (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika
dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Jadi, kemampuan komunikasi matematis ini mutlak diperlukan oleh
mahasiswa. Dengan kemampuan komunikasi matematis yang baik, mahasiswa
dapat mengilustrasikan ide matematis ke dalam model matematika atau sebaliknya,
sehingga mahasiswa diharapkan terbiasa untuk menyelesaikan masalah baik
masalah akademik maupun sehari-hari.
Dari pendapat beberapa pakar Sumarmo (2004) merangkum bahwa peserta
didik dikatakan memiliki komunikasi matematis jika mampu (1) Menghubungkan
benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika; (2) Menjelaskan ide,
situasi dan relasi matematis, secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar,
grafik dan aljabar; (3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematis; (4) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; (5)
Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis; (6) Membuat
konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi; (7)
Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.
LACOE (dalam Lake, et al., 1995) menyatakan terdapat beragam bentuk
komunikasi matematis yaitu. (1) merefleksi dan mengklarifikasi pemikiran tentang
ide-ide matematika; (2) menghubungkan bahasa sehari-hari dengan bahasa
matematika yang menggunakan simbol-simbol; (3) menggunakan keterampilan
membaca, mendengarkan, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide
matematika; dan (4) menggunakan ide-ide matematis untuk membuat dugaan
(conjecture) dan membuat argumen yang meyakinkan.
Menurut Vermont Department of Education (dalam Stecher & Mitchell,
1995), komunikasi matematis melibatkan 3 aspek, yaitu: (1) menggunakan bahasa
matematika secara akurat dan menggunakannya untuk mengkomunikasikan aspek-
aspek penyelesaian masalah; (2) menggunakan representasi matematis secara
akurat untuk mengkomunikasikan penyelesaian masalah; dan (3)
mempresentasikan penyelesaian masalah yang terorganisasi dan terstruktur dengan
baik.
27
4. Koneksi Matematis
Ruspiani (2000) mengungkapkan bahwa koneksi matematis adalah
kemampuan mengaitkan konsep–konsep matematika baik antar konsep matematika
itu sendiri (dalam matematika) maupun mengaitkan konsep matematika dengan
bidang lainnya (luar matematika). Kusuma (2005) menyatakan koneksi matematis
adalah kemampuan seseorang dalam memperlihatkan hubungan internal dan
28
Seorang pekerja bangunan berdiri di lantai atas sebuah gedung, dia akan mengangkat
benda seberat 50 kg yang diikat dengan tali sepanjang 9 meter dengan berat 4,5 kg.
Berapa kerja yang diperlukan untuk mengangkat benda hingga sampai ke lantai atas
gedung tersebut?
B. Self-efficacy
Self-efficacy terdiri dari kata self yang diartikan sebagai unsur struktur
kepribadian, dan efficacy yang berarti penilaian diri, apakah dapat melakukan
tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan
sesuatu sesuai dengan yang dipersyaratkan (Alwisol, 2010). Self-efficacy
merupakan salah satu komponen dari self-regulated (kemandirian) (Schunk &
Ertmer, 2000). Bandura (1990) mendefinisikan Self-Efficacy sebagai pertimbangan
seseorang tentang kemampuan dirinya untuk mencapai tingkatan kinerja
(performansi) yang diinginkan atau ditentukan, yang akan mempengaruhi tindakan
selanjutnya. Self-efficacy seseorang akan mempengaruhi tindakan, upaya,
ketekunan, fleksibilitas dalam perbedaan, dan realisasi dari tujuan, dari individu ini,
sehingga self-efficacy yang terkait dengan kemampuan seseorang seringkali
menentukan outcome sebelum tindakan terjadi (Bandura, 1990). Jadi, self-efficacy
dapat didefinisikan sebagai keyakinan diri seseorang atas kemampuan yang
dimilikinya berdasarkan pengalaman yang telah terjadi sebelumnya.
Menurut Bandura (1990), self-efficacy, yang merupakan konstruksi sentral
dalam teori kognitif sosial, yang dimiliki seseorang, akan memberi dampak sebagai
berikut.
1) Mempengaruhi pengambilan keputusannya, dan mempengaruhi tindakan
yang akan dilakukannya. Seseorang cenderung akan menjalankan sesuatu
apabila ia merasa kompeten dan percaya diri, dan akan menghindarinya
apabila tidak.
2) Membantu seberapa jauh upaya ia bertindak dalam suatu aktivitas, berapa
lama ia bertahan apabila mendapat masalah, dan seberapa fleksibel dalam
suatu situasi yang kurang menguntungkan baginya. Makin besar self-efficacy
seseorang, makin besar upaya, ketekunan, dan fleksibilitasnya.
3) Mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosionalnya. Seseorang dengan self-
efficacy yang rendah mudah menyerah dalam menghadapi masalah,
cenderung menjadi stres, depresi, dan mempunyai suatu visi yang sempit
tentang apa yang terbaik untuk menyelesaikan masalah itu, sedangkan self-
efficacy yang tinggi, akan membantu seseorang dalam menciptakan suatu
perasaan tenang dalam menghadapi masalah atau aktivitas yang sukar.
32
(1) Berusaha mencoba cara lainnya ketika gagal menyelesaikan tugas Kalkulus.
(2) Gugup menghadapi soal Kalkulus yang tidak rutin.
Aspek kedua, yaitu pengalaman orang lain, terdiri dari tiga indikator yaitu (1)
berusaha mencari dan mau menerima bantuan jika menghadapi kesulitan dalam
menyelesaikan masalah atau tugas mata kuliah Kalkulus; (2) merasa menguasai
materi yang diberikan dosen; serta (3) mampu dan mau berdiskusi tentang mata
kuliah Kalkulus baik materi maupun tugas. Sebagai contoh pernyataan pada skala
self-efficacy untuk indikator-indikator tersebut adalah
Aspek ketiga, yaitu dukungan langsung atau sosial, terdiri dari tiga indikator
yaitu (1) senang mendapatkan pujian jika berhasil menyelesaikan tugas mata kuliah
Kalkulus; (2) berani bertanya dan mengungkapkan pendapat; serta
(3) merasa dapat lebih berkembang dengan dorongan dari orang lain. Sebagai
contoh pernyataan pada skala self-efficacy untuk indikator-indikator tersebut adalah
34
Aspek keempat, yaitu psikologis dan afektif, terdiri dari tiga indikator, yaitu
(1) tidak mudah putus asa; (2) percaya diri dan (3) berpartisipasi aktif. Sebagai
contoh pernyataan pada skala self-efficacy untuk indikator-indikator tersebut adalah
kemampuan kerja otak mempertimbangkan apa yang sifatnya alami bagi otak
manusia dan bagaimana otak dipengaruhi oleh lingkungan karena sebagian besar
otak kita terlibat dalam hampir semua tindakan pembelajaran (Jensen, 2008).
Sebelum dibahas lebih lanjut tentang Brain-Based Learning terlebih dahulu dibahas
tentang peran otak dalam pembelajaran.
1. Bagian Otak Manusia
Otak adalah organ tubuh manusia yang paling kompleks dan memproses
informasi secara efisien. Otak terdiri dari 78% air, 10% lemak 8% protein dan
sisanya bahan lain (Altman, 1993). Adapun bagian-bagian otak manusia adalah
sebagai berikut.
sentuhan dan rasa sakit; serta (4) Temporal lobe, berfungsi sebagai pusat
pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
Altman (1993) juga menyatakan selain terbagi menjadi 4 lobe, otak besar
juga dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri.
Kedua belahan ini terhubung dengan jaringan saraf di bagian bawahnya. Secara
umum, belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri
mengontrol sisi kanan tubuh.
Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio,
kemampuan menulis dan membaca, serta merupakan pusat matematika. Beberapa
pakar menyebutkan bahwa otak kiri merupakan pusat Intelligence Quotient (IQ).
Sementara otak kanan berfungsi dalam sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan
manusia lain serta pengendalian emosi. Pada otak kanan ini pula terletak
kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh,
seperti menyanyi, menari, melukis dan segala jenis kegiatan kreatif lainnya.
Beberapa ahli menyebut otak kanan berfungsi dalam perkembangan Emotional
Quotient (EQ) (Bennett, 1964).
b. Otak Kecil (Celebellum)
Otak kecil berada di bagian belakang kepala manusia. Otak kecil ini berfungsi
untuk mengontrol gerak otomatis, keseimbangan, dan posisi tubuh (Altman, 1993).
c. Batang Otak (Brainstem)
Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian
dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang.
Batang otak secara umum berfungsi untuk mengatur pernapasan, denyut jantung,
mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting
dasar manusia (Altman, 1993). Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu (1) Otak
tengah (Mesencephalon) adalah bagian teratas dari batang otak yang
menghubungkan otak besar dan otak kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal
mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur
gerakan tubuh dan pendengaran; (2) Medulla oblongata adalah titik awal saraf
tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga
sebaliknya. Medulla oblongata mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak
jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan; (3) Pons merupakan stasiun
37
pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan formasi reticular.
Pons yang menentukan saat manusia terjaga atau tertidur (Bennett, 1964; Altman,
1993).
d. Sistem Limbic
Sistem limbic dihubungkan dengan daerah otak besar yang terlibat dalam
pembelajaran kompleks dan bernalar. Sistem limbic ini memiliki peran dalam
menyatukan respon emosi dan musikal serta sebagai mediasi memori jangka
panjang. Hal ini bermanfaat dalam pembelajaran. Thalamus, hippothalamus,
amygdala, dan hippocampus adalah bagian-bagian dari sistem limbic.
Thalamus terdiri dari sejumlah pusat syaraf dan berfungsi sebagai pusat
penerimaan sensor data dan sinyal-sinyal motorik. Saluran neuron dari thalamus ke
cortex adalah saluran yang besar dan panjang. Terdapat gumpalan saluran neuron
yang lebih halus (kecil dan pendek) yang menghubungkan thalamus ke wilayah
amygdala (Bennett, 1964; Altman, 1993).
Hippothalamus terletak di dasar otak depan dan merupakan bagian otak yang
terdiri dari sejumlah nukleus, tempat neurosekresi yang mempengaruhi
pengeluaran hormon pada hipofisis. Hippothalamus juga merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem limbic dan merupakan konektor sinyal dari berbagai
bagian otak menuju ke otak besar yang mengatur bermacam-macam fungsi seperti
suhu tubuh, pola tidur, keseimbangan air, rasa lapar dan kenyang, rasa haus, emosi,
dan tingkah laku reproduktif. Hippothalamus terdiri dari lima bagian, yaitu (1)
Hippothalamus anterior, merupakan pusat yang mengatur rasa haus, aktifitas
seksual yg di aktifasi oleh hormon seks, dan keringat yang disebabkan panas;
(2) Hippothalamus posterior, merupakan pusat yang mengatur ketika kita merasa
dingin dan mencium bau; (3) Hippothalamus lateral, merupakan pusat yang
mengatur rasa lapar, respon ketika kita merasa takut atau berani. Di bagian
hippothalamus lateral inilah terdapat banyak neuron (sel syaraf) yang berhubungan
langsung dengan bagian inti sel hipotalamus sebelah tengah; (4) Hipotalamus
ventral, berfungsi mensintesis beberapa hormon untuk dikirim ke bagian tonjolan
akson yang akan dilepaskan ke dalam darah dan disampaikan di hipofisis anterior;
(5) Hipotalamus ventromedial merupakan pusat yang mengatur ketika kita merasa
kenyang (Bennett, 1964; Altman, 1993).
38
Amygdala berasal dari bahasa Latin Amigdalae yaitu sekelompok saraf yang
berbentuk seperti kacang almond yang berfungsi dalam pengolahan data sensorik
dan ingatan atas emosi. Tubuh akan bereaksi menggunakan amygdala sebagai pusat
emosi lebih cepat daripada tubuh menyadari apa yang dilakukannya. Emosi yang
ditangkap oleh amygdala akan dirasionalisasikan oleh salah satu komponen dari
sistem limbic yang lain yang dinamakan cortex prefrontal. Ketika amygdala
mengontrol emosi, cortex prefrontal mengendalikannya dalam proporsi seimbang
(Bennett, 1964; Altman, 1993).
Berdasarkan hasil penelitian dari Goleman (1976) otak emosional lebih
dahulu bekerja dibandingkan otak berpikir. Oleh karena itu, seringkali ketika
menghadapi suatu permasalahan maka amygdala akan langsung memberikan
signalnya. Amygdala juga berhubungan dengan hippocampus yang memainkan
peranan dalam pembentukan memori. Menurut LeDoux (1994) amygdala berfungsi
untuk pembentukan memori yang identik dengan emosi tertentu. Contohnya, ketika
suasana belajar menyenangkan maka materi cenderung lebih kuat untuk diingat
dibandingkan pada saat keadaan diam saja atau tanpa ekspresi. Selanjutnya,
Eriksson (1998) menyatakan bahwa amygdala merupakan sumber emosi yang
memberi makna pada memori serta bertanggungjawab atas pembelajaran dan
ingatan. Jensen (2008) mengungkapkan bahwa pengalaman dalam belajar memicu
terjadinya intuisi, sedangkan amygdala berkontribusi dalam munculnya intuisi.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dikatakan bahwa amygdala mempunyai
kontribusi terhadap emosi, memori dan intuisi yang berpengaruh terhadap
pembelajaran.
Hippocampus, berfungsi sebagai kegiatan mengingat (memori) dan
navigurasi ruangan. Hippocampus juga bertanggung jawab untuk menyimpan
kenangan, biasanya bagian ini akan mengalami atrophy rata-rata pada usia 55-60
tahun. Hippocampus memiliki peran penting dalam pembentukan kenangan baru
tentang peristiwa yang dialami (memori episodik atau otobiografi). Kerusakan pada
hippocampus tidak mempengaruhi beberapa tipe memori, seperti kemampuan
untuk mengendarai motor atau keterampilan kognitif (misalnya, memainkan alat
musik, atau memecahkan teka-teki jenis tertentu). Fakta ini menunjukkan bahwa
39
Berpikir Matematis Tingkat Tinggi dan self-efficacy mahasiswa. Hal ini sesuai
dengan pendapat Clemon (2005) yang menyatakan bahwa Brain-Based Learning
memungkinkan untuk diaplikasikan dalam pembelajaran online.
Selain itu menurut Kammer (2007) penggunaan teknologi dan pembelajaran
interaktif seperti video, games, dan sebagainya dapat membuat pengalaman belajar
lebih berharga dan memungkinkan peserta didik untuk menghubungkan konten
baru dengan konten yang sudah ada di dalam otak. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Herrington & Oliver (1999) memperoleh temuan bahwa penggunaan
multimedia dalam pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang
mendukung dan mempertahankan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi.
Dengan menggunakan media web mahasiswa dapat mengakses perangkat
pembelajaran kapan saja dan di mana saja, serta dapat berkomunikasi dengan
mahasiswa lain maupun dosen pengampu melalui Forum Komunikasi yang ada di
web tersebut. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa yang mengalami kesulitan
tentang materi yang dipelajarinya dapat menanyakan ke mahasiswa lain atau
kepada dosen melalui forum tersebut.
Dalam Brain-Based Learning Berbantuan Web mahasiswa tidak hanya
belajar melalui website saja, melainkan dikombinasikan dengan pertemuan tatap
muka di dalam kelas. Tujuan pertemuan ini agar mahasiswa dapat berinteraksi
dengan lingkungan, dengan dosen serta dengan sesama mahasiswa. Selain itu dosen
juga dapat memperlakukan mahasiswa sebagai individu yang unik. Seperti yang
telah diketahui bahwa pembelajaran yang baik adalah menganggap peserta didik
dalam hal ini mahasiswa sebagai individu yang unik dengan tingkat kecerdasan
yang berbeda-beda. Hal ini bersesuaian dengan pendapat Jensen (2008) yang
menyatakan Brain-Based Learning dapat memfasilitasi semua mahasiswa dengan
tingkat kecerdasan yang berbeda tersebut terangkum dalam gaya pembelajaran
yang sama.
Untuk melaksanakan suatu pembelajaran diperlukan persiapan terlebih
dahulu dari dosen pengampu mata kuliah agar tujuan perkuliahan dapat tercapai
secara optimal. Persiapan-persiapan tersebut antara lain membuat Satuan Acara
Perkuliahan (SAP), Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), Media serta alat evaluasi
sesuai dengan pembelajaran yang telah dipilih dan kemampuan-kemampuan
48
Mendiskusikan cara-cara
atau strategi yang
Menampilkan di Web: digunakan untuk Pengecekan pemahaman
Peta konsep Pemberian menyelesaikan masalah Menyelesaikan soal-soal melalui pemberian soal
Mengaitkan Materi interaktif yang relatif yang relatif sulit yang Menyimpulkan materi
Tujuan Perkuliahan dengan kehidupan Masalah melalui Mengungkapkan hasil mudah dengan diiringi dikerjakan secara Melakukan perayaan
Apersepsi sehari-hari tayangan di Web diskusi tersebut ke musik individu dengan iringan
seluruh anggota kelas musik
untuk diberikan masukan
atau sanggahan
Aspek yang terakhir dari self efficacy adalah aspek psikologis dan afektif.
Aspek ini membuat mahasiswa percaya diri, dan tidak mudah putus asa serta
berpartisipasi aktif. Aspek ini membuat mahasiswa berani mencoba dan terus
mencoba sampai solusi dari permasalahan terselesaikan. Ketika solusi
permasalahan sudah diketahui, akan timbul rasa percaya diri akan kemampuan yang
dimilikinya sehingga mahasiswa mau untuk berpartisipasi aktif.
Berdasarkan uraian di atas tentang aspek-aspek yang terdapat pada self-
efficacy, dapat dikatakan bahwa aspek-aspek tersebut membuat kemampuan
pemecahan masalah mahasiswa akan berkembang. Saat proses menyelesaikan
masalah, dibutuhkan kemampuan penalaran, komunikasi dan koneksi matematis.
Jadi keseluruhan aspek Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi dapat
berkembang juga. Beberapa peneliti juga menemukan bahwa self-efficacy
memberikan pengaruh terhadap pencapaian Kemampuan Berpikir Matematis
Tingkat Tinggi pada diri mahasiswa (Schunk, 1987; Bouffard-Bouchard, 1989;
Zimmerman, 2000; dan Dewanto, 2008).
Begitu pula sebaliknya, jika seorang mahasiswa mempunyai Kemampuan
Berpikir Matematis Tingkat Tinggi yang tinggi maka mahasiswa akan berusaha
semaksimal mungkin untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, mencari
bantuan ketika menghadapi kesulitan, mau dan mampu berdiskusi untuk
menyelesaikan masalah, berani bertanya dan mengungkapkan pendapat, tidak
mudah putus asa, percaya diri serta mampu berpartisipasi aktif dalam proses
penyelesaian masalah. Dengan kata lain self-efficacy mahasiswa tinggi pula. Hal ini
menunjukkan adanya hubungan timbal balik atau assosiasi antara Kemampuan
Berpikir Matematis Tingkat Tinggi dan self-efficacy mahasiswa.
Keterkaitan juga dilihat dari kemampuan awal matematis mahasiswa dan
Brain-Based Learning Berbanatuan Web terhadap pencapaian dan peningkatan
Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi dan self-efficacy mahasiswa.
Mahasiswa dengan kemampuan awal matematis yang tinggi cenderung tidak
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan Lembar Kerja Mahasiswa, baik
masalah, tugas maupun soal-soal latihan. Hal ini dikarenakan mahasiswa sudah
menguasai materi-materi prasyarat yang diperlukan serta dapat memodifikasi atau
55
dan Program Studi Matematika berbeda. Perbedaan ini termuat juga di dalam
capaian pembelajaran yang tertuang di dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi (K-
DIKTI) (2014) yang berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI). Untuk capaian pembelajaran pada Program Studi Matematika dititik
beratkan pada penguasaan materi matematika dan kemampuan berpikir matematis
tingkat tinggi, sedangkan untuk Program Studi Pendidikan Matematika, selain
penguasaan materi matematika dan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi,
capaian pembelajaran juga menitikberatkan pada mendidik, mentransfer ilmu,
mempersiapkan, mengembangkan dan mengelola pembelajaran. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini, pencapaian dan peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis
Tingkat Tinggi dan Self-Efficacy juga dilihat berdasarkan jenis program studi
mahasiswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa faktor pembelajaran
diduga mempunyai pengaruh terhadap pencapaian dan peningkatan Kemampuan
Berpikir Matematis Tingkat Tinggi dan self-efficacy mahasiswa. Begitu pula faktor
kemampuan awal matematis dan program studi diduga mempunyai pengaruh
terhadap pencapaian dan peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat
Tinggi dan self-efficacy mahasiswa. Akan tetapi faktor pembelajaran tidak
tergantung dari ketegori kemampuan awal matematis dan jenis program studi
mahasiswa. Artinya, pada kategori kemampuan awal matematis dan jenis program
studi apapun, pencapaian dan peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis
Tingkat Tinggi dan self-efficacy mahasiswa yang mandapatkan Brain-Based
Learning Berbantuan Web lebih baik daripada mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran konvensional. Dengan kata lain diduga tidak terdapat interaksi antara
jenis pembelajaran dan kemampuan awal matematis terhadap pencapaian dan
peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi dan self-efficacy
mahasiswa, serta tidak terdapat interaksi antara jenis pembelajaran dan jenis
program studi terhadap pencapaian dan peningkatan Kemampuan Berpikir
Matematis Tingkat Tinggi dan self-efficacy mahasiswa. Interaksi di sini mempunyai
makna efek faktor yang satu bergantung pada jenis faktor yang lain (Wahyudin,
2012).
57
kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia
dapat melakukannya (Slavin). Scaffolding merupakan bantuan yang diberikan
kepada anak untuk belajar dan memecahkan masalah. Bantuan tersebut dapat
berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-
langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang
memungkinkan anak itu belajar mandiri.
yaitu saat tahap inisiasi dan akuisisi, elaborasi, inkubasi dan formasi memori, serta
tahap verifikasi dan pengecekan keyakinan.
Menurut Bruner (dalam Cobb, 2004) prinsip-prinsip pengajaran adalah (1)
Pengajaran harus dikaitkan dengan pengalaman dan konteks yang membuat anak
mempunyai kemauan dan kemampuan untuk belajar; (2) Pengajaran harus tersusun
(structured) sehingga anak dapat menyerapnya dengan mudah; dan (3) Pengajaran
harus dirancang untuk memudahkan ramalan atau perhitungan dan atau mengurangi
kesenjangan.
Prinsip (1), menekankan pentingnya memperhatikan kesiapan (readiness)
anak untuk belajar, agar pembelajaran mencapai hasil yang optimal. Dalam Brain-
Based Learning prinsip (1) terjadi pada saat tahap persiapan di mana peta konsep,
tujuan pembelajaran dan pertanyaan apersepsi telah diberikan sebelumnya sehingga
mahasiswa dapat mempersiapkan sebelum perkuliahan berlangsung. Pada prinsip
(2), pengajaran disusun menurut pola spiral. Artinya, topik pertama merupakan
landasan dari topik dua, topik kedua merupakan landasan dari topik ketiga, begitu
seterusnya. Hal ini sesuai dengan karakteristik matematika secara umum yang
menyatakan bahwa konsep yang sebelumnya merupakan prasyarat bagi konsep
sesudahnya. Prinsip (3) dimaksudkan agar anak dapat memperoleh pengetahuan
melalui informasi yang diberikan. Dalam Brain-Based Learning dosen diharapkan
siap untuk memberikan masalah yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dengan
memperhatikan pengetahuan yang telah dimiliki oleh mahasiswa sebelumnya.
Carilah volume benda yang dibatasi oleh kurva 𝑦 = 𝑥 3 , sumbu 𝑌 dan garis 𝑦 = 3 dan
diputar mengelilingi sumbu 𝑌.
Jawab:
Gambar daerah yang dibatasi oleh kurva 𝑦 = 𝑥 3 , sumbu 𝑦 dan garis 𝑦 = 3 adalah
Gambar daerah yang dibatasi oleh kurva 𝑦 = 𝑥 3 , sumbu 𝑦 dan garis 𝑦 = 3 diputar
mengelilingi sumbu 𝑦 adalah
Dengan bantuan komputer lebih mudah mengilustrasikan suatu daerah yang diputar
menurut garis atau sumbu tertentu, hasilnya dapat diletakkan di web untuk
dipelajari lebih lanjut oleh mahasiswa.
63
Selain itu penggunaan web juga berfungsi untuk penyampaian masalah yang
berbentuk tayangan pada langkah Inisiasi dan Akuisisi serta penyajian soal
interaktif yang diiringi musik dalam Brain-Based Learning, serta mahasiswa dapat
mengakses, menyimpan dan mencari materi kapan saja dan di mana saja sesuai
kebutuhannya.
K. Roadmap Penelitian
Penelitian-penelitian yang terkait dengan Brain-Based Learning¸
Pembelajaran dengan TIK, kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi, self-
efficacy telah dilakukan sebelumnya. Secara lengkap penelitian-penelitian ini telah
dibahas pada sub bab Penelitian-Penelitian yang Relevan.
Implementasi Brain-Based Learning pada penelitian ini berbeda dengan
implementasi yang sudah ada. Hal ini dikarenakan mengkombinasikan Brain-
Based Learning dengan media web. Akan tetapi penggunaan media web karena
68
Brain-Based Learning
Berbantuan Web untuk
Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Matematis Tingkat
Tinggi dan Self-Efficacy
Gundy (2006)
Kramarski & Mevarech (2003)
Somakim (2010)
Herman (2007)
Setiawan, et al. (2012)
Adiastuti (2012)
Fauziyah (2010)
Marthen (2010)
Miri, et al. (2007)
Henningsen & Stein (1997)
Clark (2005)
Anggraeni (2013)
Bjuland & Kristiansand (2007)
L. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini didasarkan pada rumusan
masalah dan kajian pustaka yang telah diuraikan di atas. Adapun hipotesis-hipotesis
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa yang mendapat Brain-Based Learning Berbantuan Web
memperoleh pencapaian Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi
lebih tinggi daripada mahasiswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
2. Mahasiswa yang mendapat Brain-Based Learning Berbantuan Web
memperoleh peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi
lebih tinggi daripada mahasiswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
3. Mahasiswa yang mendapat Brain-Based Learning Berbantuan Web
memperoleh pencapaian self-efficacy lebih tinggi daripada mahasiswa yang
mendapat pembelajaran konvensional.
4. Mahasiswa yang mendapat Brain-Based Learning Berbantuan Web
memperoleh peningkatan self-efficacy lebih tinggi daripada mahasiswa yang
mendapat pembelajaran konvensional.
5. Terdapat interaksi antara pembelajaran (Brain-Based Learning Berbantuan
Web dan Pembelajaran Konvensional) dan kemampuan awal matematis
(tinggi, sedang, rendah) terhadap pencapaian Kemampuan Berpikir
Matematis Tingkat Tinggi mahasiswa.
6. Terdapat interaksi antara pembelajaran (Brain-Based Learning Berbantuan
Web dan Pembelajaran Konvensional) dan jenis program studi (Pendidikan
70