PENDAHULUAN
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim.
Kanker serviks menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang terbentuk oleh sel-
sel jaringan yang tumbuh terus- menerus dan tidak terbatas pada bagian leher
rahim (Ariani, 2015 ). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah
berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga
menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Prawirohardjo,
2014).
1
Provinsi Maluku Utara memiliki prevalensi kanker serviks tertinggi yaitu
sebesar 1,5%, sedangkan di Provinsi Sumatra Barat jumlah penderita kanker
serviks yaitu 0,9% atau sebanyak 2.285 orang. RSUP DR. M.Djamil Padang
merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Sumatera Barat. Data RSUP DR.
M. Djamil Padang di ruang Gynekologi Onkologi penderita kanker serviks pada
tahun 2014 sebanyak 241 orang dan pada tahun 2015 sebanyak 241 orang
(Medical Record RSUP DR. M. Djamil Padang, 2014 & 2015). Sedangkan data
3 bulan terakhir kanker serviks post kemoterapi di ruang Gynekologi-Onkologi
Irna Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang sebanyak 41 orang.
a. Tujuan umum
1) Memahami tentang konsep dasar anatomi fisiologi dan gambaran umum
asuhan keperawatan penyakit Ca Serviks
b. Tujuan khusus
Penulis mampu :
1) Memhami konsep dasar anatomi fisiologi pankreas
2) Memahami konsep asuhan keperawatan penyakit Ca Serviks
1.4 Manfaat
2
b. Untuk Mahasiswa
Sebagai referensi pembuatan asuhan keperawatan penyakit Ca Serviks
serta untuk meningkatkan kwalitas asuhan keperawatan khususnya pada
penyakit Ca Serviks
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim
atau serviks yang terdapat pada bagian terendah rahim yang menempel pada
puncak vagina (Diananda, 2008). Kanker ini biasanya paling sering terjadi pada
wanita yang berumur 35 tahun, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker
serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun
(Ariani, 2015 ), sedangkan menurut Mitayani (2011) Kanker Serviks adalah
perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik histologi. Proses perubahan
pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamocolummar
junction.Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30 tahun sampai 45
tahun,tetapi dapat terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun.
4
B. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor
resiko tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk menderita kanker
serviks yaitu :
1. Usia
3. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih
tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada
serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi
kokarsinogen infeksi virus.
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum
hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulankumpulan smegma.
5
5. Status sosial ekonomi
6. Terpapar virus
7. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan
terjadinya kanker serviks pada wanita dan dapat diturunkan melalui
kombinasi genetik dari orang tua ke anaknya.
a. Displasia
6
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak dapat
dibedakan dengan karsinoma insitu.
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang
tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel
cadangan endoserviks.
7
2. Markroskopis
a. Stadium preklinis
b. Stadium permulaan
d. Stadium lanjut
D. Patofisiologi
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan
epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona
transformasi). Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya
sel progresif yang akhirnya berakhir sebagai karsinoma servikal invasif.
Displasia servikal dan karsinoma in situ (HSIL) mendahului karsinoma invasif.
Karsinoma seviks invasif terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke
dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke dalam
jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang
dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma
servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum
kardinale dan rongga endometrium, invasi ke kelenjar getah bening dan
pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh.
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik.
Karsinoma servikal invasif tidak memilki gejala, namun karsinoma invasif dini
8
dapat menyebabkan sekret vagina atau perdarahan vagina. Walaupun perdarahan
adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada saat awal,
sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis
perdarahan vagina yang paling sering adalah pasca coitus atau bercak antara
menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian
adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf
lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak, hematuri atau
perdarahan rektum (Price & Wilson, 2012).
Pada tahap awal , kanker serviks stadium dini biasanya tanpa gejala-
gejala. Gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya dirasakan oleh
penderita kanker stadium lanjut. Gejalagejala umumyang terjadi pada penderita
kanker ini adalah :
9
a. Ada bercak atau pendaran setelah berhubungan seksual,
d. Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari biasanya,
atau
e. Keluarnya bau menyengat yang tidak bisa dihilangkan walaupun sudah
diobati.
Jika kanker servik sudah tingkat stdium lanjut maka gejalanya adalah :
(contact bleeding)
a. Sistem pencernaan
10
kadang sampai terjadi sembelit. Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan
yang mengandung serat, buah dan sayur. Harus minum air yang hilang untuk
mengatasi kehilangan cairan. Bila susah BAB : makan-makanan yang berserat,
dan jika memungkinkan olahraga (Ariani, 2015).
Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah pusat sistem pertahanan
tubuh yang melindungi tubuh dari penyakit. Organ penyusun sistem kekebalan
tubuh pada manusia salah satunya adalah sumsum tulang. Sistem hematologi
tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan
nodus limpa. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh.
Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang
bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit (Potter & Perry, 2005).
11
b. Perdarahan
c. Anemia
c. Sistem integumen
d. Sistem reproduksi
12
1. Schillentest
2. Koloskopi
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra
3. Kolpomikroskopi
kali
4. Biopsi
5. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan
epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi
meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
6. pemeriksaan lainnya.
13
c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.
a. Penatalaksanaan Medis
STADIUM PENATALAKSANAAN
Biopsi kerucut
0 Histerektomi transvaginal
Biopsi kerucut
Ia
Histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan
Ib,Iia evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis
dilakukan radioterapi pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
Radioterapi
IVa, Ivb Radiasi paliatif
Kemoterapi
Menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang bisa
dilakukan adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi), kemoterapi, atau
kombinasi metode-metode tersebut.
14
serviks stadium I dan II.
kemudian hari.
b. Histerektomi total
c. Histerektomi radikal
2. Radioterapi
15
perlu diterapi radiasi dan kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar
berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi ini
mempengaruhi sel-sel di daerah yang diobati. Ada dua jenis terapi ini :
3. Kemoterapi
16
bahkan sekali sebulan. Efek samping yang terjadi terutama tergantung
pada jenis obatobatan yang diberikan dan seberapa banyak.kemoterapi
membunuh sel-sel kanker yang tumbuh cepat, terapi juga dapat
a. Sel darah
Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa di
tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan, nyeri
sendi, atau kaki bengkak.
1) Stadium I
serviks.
17
Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan
limfadektomi bilateral.
dengan radioterapi.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
18
menganggap penanggulanagn seperti histerektomi, sebagai pemecahan
masalah.
19
WOC Kanker Serviks
20
2.2 Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Data dasar
2. Identitas pasien
4. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
5. Riwayat Obstetri
a. Keluhan haid
6. Riwayat psikososial
9. Pemeriksaan penunjang.
1) Pemeriksaan hematologi
Manajemen Obat
1) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan / atau protokol
2) Monitor efektifitas cara pemberian obat yang
sesuai
3) Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
4) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
5) Monitor level serum darah ( misalnya:
elektrolit, protrombin, obat-obatan) yang sesuai
6) Monitor interaksi obat yang non terpeutik
7) Monitor respon terhadap perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat
Manajemen Energi
1) Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan
kekelahan sesuai dengan konteks usia dan
perkembangan
2) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan
perasaan secara verbal mengenai keterbatasan
yang dialami
3) Tentukan persepsi pasien atau orang terdekat
dengan pasien mengenai penyebab kelelahan
4) Perbaiki defisit status pisiologis (misalnya,
kemoterapi yang menyebabkan anemia) sebagai
prioritas pertama
5) Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui
sumber energi yang adekuat
6) Monitor waktu dan lama istirahat pasien
7) Kurangi ketidaknyamanan fisik yang dialami
pasien yang bisa mempengaruhi fungsi kognitif,
pemnatauan diri dan pengaturan aktivitas
pasien
8) Bantu pasien untuk mengidentifikasi kegiatan
rumah yang bisa dilakukan oles keluarga dan
14) Kurang minat pada makanan 11) Batasi aktivitas fisik sesuai kebutuhan
untuk meningkatkan berat badan
12) Monitor berat badan pasien sesuai secara
rutin
Manajemen Nutrisi
1) Tentukan status gizi pasien
2) Identifikasi alergi dan intoleransi
terhadap makanan
3) Atur diit yang diperlukan (rendah protein,
tinggi karbohidrat, rendah natrium)
4) Beri obat-obatan sebelum makan
seperti antiemeik
5) Anjurkan diit pasien sesuai kebutuhan
6) Monitor kalori dan asupan nutrisi
Monitor Nutrisi
1) Timbang berat badan pasien
2) Identifikasi adanya penurunan berat badan
3) Monitor turgor kulit
4) Monitor adanya mual muntah
5) Identifikasi perubahan nafsu makan
6) Monitor pucat pada konjungtiva
7) Lakukan kemampuan menelan
8) Tentukan faktor yang mempengaruhi nutrisi
Ansietas berhubungan dengan status Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Pengurangan Kecemasan
kesehatan menurun pasien mampu mengontrol kecemasan 1) Gunakan pendekatan yang tenang dan
dengan kriteria hasil : meyakinkan
Defenisi : perasaan tidak nyaman atau 1) Mengurangi penyebab kecemasan 2) Jelaskan semua prosedur termasuk sensai yang
kekhawatiran yang samar disertai 2) Menggunakan strategi koping akan dirasakan yang mungkin dialami pasien
respons otonom (sumber sering kali yang efektif selama prosedur
tidak spesifik atau tidk diketahui oleh 3) Menggunakan teknik relaksasi 3) Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
individu) perasaan takut yang 4) Mempertahankan hubungan sosial perawatan, dan prognosis
disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya. Hal ini merupakan 5) Mempertahankan tidur adekuat 4) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien
isyarat kewaspadaan yang 6) Mengendalikan respon kecemasan dengan cara yang tepat
memperingatkan individu akan adanya 5) Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat
bahaya dan memampukan individu 6) Bantu pasien mengidentifikasikan situasi yang
untuk tidak memicu kecemasan
menghadapi ancaman
Peningkatan Koping
1) Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan
Batasan Karakteristik : jangka pendek dan jangka panjang
1) Agitasi 2) Berikan penilaian (kemampuan) penyesuaian
2) Gelisah pasien terhadap perubahan-perubahan dalam
3) Gerakan ekstra citra tubuh sesuai dengan indikasi
4) Insomnia 3) Berikan penilaian mengenai dampak dari situasi
5) Kontak mata buruk kehidupan pasien terhadap peran dan hubungan
6) Melihat sepintas 4) Dukung pasien untuk mengidentifikasi
7) Mengekspresikan kekhawatiran deskripsi yang realistik terhadap perubahan
karena perubahan dalam peristiwa dalam peran
hidup 5) Berikan penilaian mengenai pemahaman pasien
8) Penurunan produktivitas terhadap proses penyakit
9) Perilaku mengintai 6) Bantu pasien untuk mengidentifikasi
10) Tampak waspada strategistrategi positif untuk mengatasi
keterbatasan dan kebutuhan gaya hidup maupun
perubahan peran
Terapi Relaksasi
1) Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi
serta jenis relaksasi yang tersedia
2) Tentukan apakah ada intervensi relaksasi di
masa lalu yang sudah memberikan manfaat
3) Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa
distraksi
4) Dorong pasien untuk mengambil posisi yang
nyaman
5) Minta pasien untuk rileks dan merasakan
sensasi yang terjadi
Manajemen Lingkungan
1) Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
2) Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien
berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta
riwayat perilaku di masa lalu
3) Singkirkan benda-benda berbahayadari
lingkungan
4) Batasi pengunjung
menghindari pemajanan 4) Mengidentifikasi tanda dan gejala pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan
2) malnutrisi infeksi pasien
3) gangguan integritas kulit 5) Memonitor perilaku diri yang 6) Gunakan sabun antimikroba
4) prosedur invasif berhubungan dengan resiko infeksi 7) Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
6) Memonitor faktor di lingkungan yang perawatan pasien
berhubungan dengan resiko infeksi 8) Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang
5) perubahan pH sekresi 7) Mencuci tangan bersifat universal
8) Mempertahankan lingkungan yang bersih 9) Pakai sarung tangan steril dengan tepat
10) Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
11) Berikan terapi antibiotik yang sesuai
12) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi
13) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
bagaimana menghindari infeksi
Perlindungan Infeksi
1) Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
sistemik atau lokal
2) Monitor kerentanan terhadap infeksi
3) Monitor hitung mutlak granulosit, WBC, dan
hasil-hasil diferensial
4) Batasi jumlah pengunjung
5) Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area
(yang mengalami) edema
6) Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
7) Anjurkan asupan cairan yang tepat
8) Anjurkan istirahat
9) Ajarkan pasien atau keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi dan kapan harus
melaporkannya kepada petugas kesetahan
10) Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana
cara menghindari infeksi
Manajemen Nutrisi
1) Tentukan status gizi pasien
2) Identifikasi alergi dan intoleransi
terhadap makanan
3) Atur diit yang diperlukan (rendah protein,
tinggi karbohidrat, rendah natrium)
4) Beri obat-obatan sebelum
makan seperti antiemeik
5) Anjurkan diit pasien sesuai kebutuhan
6) Monitor kalori dan asupan nutrisi
Monitor Nutrisi
1) Timbang berat badan pasien
2) Identifikasi adanya penurunan berat badan
3) Monitor turgor kulit
4) Monitor adanya mual muntah
5) Identifikasi perubahan nafsu makan
6) Monitor pucat pada konjungtiva
7) Lakukan kemampuan menelan
8) Tentukan faktor yang mempengaruhi nutrisi
Disfungsi seksual berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Pengurangan Kecemasan
dengan gangguan struktur tubuh status kesehatan baik dengan kriteria hasil : 1) Gunakan pendekatan yang tenang dan
1) Mengenali realita situasi kesehatan meyakinkan
Defenisi : suatu kondisi ketika individu
2) Melaporkan harga diri yang positif 2) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
mengalami suatu perubahan fungsi
3) Mempertahankan hubungan perilaku pasien
seksual selama fase respons seksual
4) Menyesuaikan perubahan dalam 3) Jelaskan semua prosedur termasuk sensai yang
berupa hasrat, terangsang, dan atau
orgasme, yang dipandang tidak status kesehatan akan dirasakan yang mungkin dialami pasien
memuaskan, tidak bermakna, atau tidak 5) Mencari informasi tentang kesehatan selama prosedur
adekuat Batasan Karakteristik : 6) Melaporkan perasaan berharga dalam 4) Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
hidup perawatan, dan prognosis
1) Gangguan aktivitas seksual
5) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien
2) Gangguan eksitasi seksual
dengan cara yang tepat
3) Gangguan kepuasan seksual
6) Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat
4) Merasakan keterbatasan seksual
7) Bantu pasien mengidentifikasikan situasi yang
5) Penurunan hasrat seksual
6) Perubahan minat terhadap diri sendiri
memicu kecemasan
Manajemen kemoterapi
1. Memonitor efek samping dan efek toksik dari
pengobatan
2. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang efek obat-obatan kemoterapi pada sel
kanker/ganas
3. Intruksikan pada pasien dan keluarga agar
melaporkan gejala demam, menggigil,
pendarahan hidung, memar yang sangat beasr
dan BAB berdarah
4. Telusuri pengalaman pasien sebelumnya
sehubungan dengan mual muntah terkait
kemoterapi
5. Berikan obat-obatan untuk mengontrol efek
kemoterapi, jika dibutuhkan (misanya : obat
antiematik untuk mual dan muantah)
6. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan imagery
yang dapat digunakan sebelum,selama dan
sesudah terapi dengan cara yang tepat
7. Monitur status nutrisi dan berat badan
Manajemen Obat
1) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan / atau protokol
2) Monitor efektifitas cara pemberian obat yang
sesuai
3) Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
4) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
5) Monitor level serum darah ( misalnya:
elektrolit, protrombin, obat-obatan) yang sesuai
6) Monitor interaksi obat yang non terpeutik
7) Monitor respon terhadap perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat
Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Manajemen Diare
berhubungan dengan kehilangan pasien mampu mempertahankan 1) Evaluasi profil pengobatan terhadap adanya
cairan aktif keseimbangan volume cairan dengan kriteria efek samping pada gastrointestinal
hasil : 2) Ajari pasien cara penggunaan obat antidiare
Defenisi : penurunan cairan 1) Tekanan darah normal (120/80 mmHg) secara tepat
intravaskuler, interstisial, dan / atau 2) Nadi normal (60-100 x/menit) 3) Evaluasi kandungan nutrisi dari makanan yang
intraseluler. Ini mengacu pada 3) Keseimbnagan intake dan output dalam 24 sudah di komsumsi sebelumnya
dehidrasi, kehilangan cairan saja dan jam 4) Monitor tanda dan gejala diare
tanpa perubahan kadar natrium. 4) Berat badan stabil 5) Amati turgor kulir secara berkala
5) Turgor kulit lembab 6) Intruksikan diet rendah serat, tinggi proteindan
Batasan Karakteristik : 6) Kelembaban membran mukosa tinggi kalori sesuai kebutuhan
1) Haus 7) Hematokrit normal 7) Ajari pasien cara menurunkan stres sesuai
2) Kelemahan
3) Kulit kering kebutuhan
4) Membran mukosa kering 8) Bantu pasien untuk melakukan teknik relaksasi
5) Peningkatan frekuensi nadi
6) Peningkatan hematokrit Manajemen cairan
7) Peningkatan suhu tubuh 1) Jaga intake dan output pasien
8) Penurunan tekanan darah 2) Monitor status hidrasi (misalnya : membran
9) Penurunan nadi mukosa lemban, denyut nadi adekuat dan
10) Penurunan turgor kulit tekanan darah ortostatistik)
3) Monitor hasil laboratorium yang relevan
dengan retensi cairan (misalnya : peningkatan
BUN, penurunan hematokrit dan peningkatan
osmolalitas urine)
4) Monitor tanda-tanda vital
5) Monitor makanan/cairan yang dikomsumsi dan
hitung asupan kalori harian
6) Berikan cairan IV
7) Atur ketersedian produk darah untuk transfusi,
jika perlu.
8) Persiapan pemberian produk darah (misalnya:
cek darah dan mempersiapkan pemasangan
infus)
9) Berikan produk-produk darah (misalnya,
trombosit dan plasma yang baru)
Monitor Cairan
1) Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan
serta kebiasaan eliminasi
2) Tentukan faktor-faktor yang mungkin
menyebabkan ketidakseimbangan cairan
(mislanya kehilangan albumin, infeksi, muntah
dan diare)
3) Monitor berat badan
4) Monitor asupan dan pengeluaran
5) Monitor nilai kadar serum dan elektrolit urine
6) Monitor kadar serum albumin dan protein total
Manajemen Obat
1) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan / atau protokol
2) Monitor efektifitas cara pemberian obat yang
sesuai
3) Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
4) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
5) Monitor level serum darah ( misalnya:
elektrolit, protrombin, obat-obatan) yang sesuai
6) Monitor interaksi obat yang non terpeutik
7) Monitor respon terhadap perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat
Pengaturan Suhu
1) Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai
kebutuhan
2) Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi,
sesuai kebutuhan
3) Monitor suhu dan warna kulit
4) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
d. Implementasi Keperawatan
e. Evaluasi Keperawatan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Novelia, Dita. (2017). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kanker Serviks Post
Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi IRNA Kebidanan RSUP DR. M. Djamil
Padang (KTI). Sumatera Barat: Poltekkes Kemenkes Padang.
KARSINOMA SERVIKS
OLEH : KELOMPOK 6
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmatnya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah berjudul “TUGAS
KEPERAWATAN MATERNITAS II KARSINOMA SERVIKS” dengan tepat
waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata ajaran
Keperawatan Maternitas II. Adapun bahan makalah ini dikutip dari beberapa sumber
yang terdapat dalam daftar pustaka. Harapan kami semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
1.4. Manfaat…………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………. 4
3.1. Kesimpulan………………………………………………… 30
3.2. Saran……………………………………………………….. 30
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 31
WOC............................................................................................................. 33