Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim.
Kanker serviks menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang terbentuk oleh sel-
sel jaringan yang tumbuh terus- menerus dan tidak terbatas pada bagian leher
rahim (Ariani, 2015 ). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah
berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga
menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Prawirohardjo,
2014).

Kanker serviks merupakan penyakit kanker pada perempuan yang


mengakibatkan kematian terbanyak terutama di negara berkembang. Insiden
kanker serviks diperkirakan telah terjadi pada 500.000 wanita di seluruh dunia
dan sebagian besar terjadi di negara berkembang. Telah terbukti sebanyak 70%
penyebab dari kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Meskipun infeksi
Human Papilloma Virus HPV penyebab lebih tinggi, namun faktor resiko lain
untuk timbulnya kanker ini seperti melakukan hubungan seksual diusia muda,
melakukan hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan, dan perempuan
perokok (Prawirohardjo, 2014). Data World Health Organization (WHO) (2016)
melaporkan bahwa pada tahun 2012 terdapat 530.000 kasus, dimana kanker
serviks merupakan kanker dengan urutan keempat pada wanita, sedangkan pada
tahun 2015 sekitar 90% dari 270.000 kematian akibat kanker serviks terjadi di
negaranegara berpenghasilan rendah dan menengah. Menurut Kementrian
Kesehatan RI pada tahun 2015, penderita kanker serviks di Indonesia adalah
0,8% (98.692 orang). Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi Kepulauan Riau dan

1
Provinsi Maluku Utara memiliki prevalensi kanker serviks tertinggi yaitu
sebesar 1,5%, sedangkan di Provinsi Sumatra Barat jumlah penderita kanker
serviks yaitu 0,9% atau sebanyak 2.285 orang. RSUP DR. M.Djamil Padang
merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Sumatera Barat. Data RSUP DR.
M. Djamil Padang di ruang Gynekologi Onkologi penderita kanker serviks pada
tahun 2014 sebanyak 241 orang dan pada tahun 2015 sebanyak 241 orang
(Medical Record RSUP DR. M. Djamil Padang, 2014 & 2015). Sedangkan data
3 bulan terakhir kanker serviks post kemoterapi di ruang Gynekologi-Onkologi
Irna Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang sebanyak 41 orang.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep dasar Ca Serviks?


b. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Ca Serviks?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Tujuan umum
1) Memahami tentang konsep dasar anatomi fisiologi dan gambaran umum
asuhan keperawatan penyakit Ca Serviks

b. Tujuan khusus
Penulis mampu :
1) Memhami konsep dasar anatomi fisiologi pankreas
2) Memahami konsep asuhan keperawatan penyakit Ca Serviks

1.4 Manfaat

a. Untuk kampus ITEKES Bali


Untuk menambah referensi di bidang ilmu kesehatan khususnya dalam
bidang ilmu keperawatan

2
b. Untuk Mahasiswa
Sebagai referensi pembuatan asuhan keperawatan penyakit Ca Serviks
serta untuk meningkatkan kwalitas asuhan keperawatan khususnya pada
penyakit Ca Serviks

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka

A. Konsep Dasar

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim
atau serviks yang terdapat pada bagian terendah rahim yang menempel pada
puncak vagina (Diananda, 2008). Kanker ini biasanya paling sering terjadi pada
wanita yang berumur 35 tahun, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker
serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun
(Ariani, 2015 ), sedangkan menurut Mitayani (2011) Kanker Serviks adalah
perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik histologi. Proses perubahan
pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamocolummar
junction.Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30 tahun sampai 45
tahun,tetapi dapat terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun.

4
B. Etiologi

Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor
resiko tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk menderita kanker
serviks yaitu :

1. Usia

Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang


berusia 35-50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum usia
16 tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan resiko
terserang kanker serviks sebesar dua kali dibanding perempuan yang
melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun.

2. Sering berganti pasangan

Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga


semakin tinggi. Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang
mempuanyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang
berbeda-beda pada multi-patner sehingga dapat merangsang terjadinya
perubahan ke arah displasia.

3. Merokok

Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih
tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada
serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi
kokarsinogen infeksi virus.

4. Hygiene dan Sirkumsisi

Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum
hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulankumpulan smegma.

5
5. Status sosial ekonomi

Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah


dan kemungkinan faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas
dan kebersihan perorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini yang mempengaruhi imunitas
tubuh.

6. Terpapar virus

Human immunodeficiency virus (HIV) atau penyebab AIDS merusak


sistem kekebalan tubuh pada perempuan. Hal ini dapat menjelaskan
peningkatan risiko kanker serviks bagi perempuan dengan AIDS. Para
ilmuwan percaya bahwa sistem kekebalan tubuh adalah penting dalam
menghancurkan sel-sel kanker dan memperlambat pertumbuhan serta
penyebaran. Pada perempuan HIV, kanker pra serviks bisa berkembang
menjadi kanker yang invasif lebih cepat dari biasanya.

7. Faktor genetik

Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan
terjadinya kanker serviks pada wanita dan dapat diturunkan melalui
kombinasi genetik dari orang tua ke anaknya.

C. Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks

Menurut padila (2015) Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks


sebagai berikut :
1. Mikroskopis

a. Displasia

6
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak dapat
dibedakan dengan karsinoma insitu.

b. Stadium karsinoma insitu

Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang
tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel
cadangan endoserviks.

c. Stadium karsinoma mikroinvasif.

Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat


pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis
dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis,
biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining
kanker.

d. Stadium karsinoma invasif

Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol


besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir
posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan
forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.

e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks Pertumbuhan


eksofilik: berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah vagina dan dapat
mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke dalam vagina, bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik: biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh
progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan
parametrium.

Pertumbuhan nodul: biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatl


aun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.

7
2. Markroskopis

a. Stadium preklinis

Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa

b. Stadium permulaan

Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum

c. Stadium setengah lanjut

Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio.

d. Stadium lanjut

Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti


ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

D. Patofisiologi

Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan
epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona
transformasi). Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya
sel progresif yang akhirnya berakhir sebagai karsinoma servikal invasif.
Displasia servikal dan karsinoma in situ (HSIL) mendahului karsinoma invasif.
Karsinoma seviks invasif terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke
dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke dalam
jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang
dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma
servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum
kardinale dan rongga endometrium, invasi ke kelenjar getah bening dan
pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh.

Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik.
Karsinoma servikal invasif tidak memilki gejala, namun karsinoma invasif dini

8
dapat menyebabkan sekret vagina atau perdarahan vagina. Walaupun perdarahan
adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada saat awal,
sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis
perdarahan vagina yang paling sering adalah pasca coitus atau bercak antara
menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian
adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf
lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak, hematuri atau
perdarahan rektum (Price & Wilson, 2012).

Pada pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa efek


samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan
terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan
( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut
menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan
kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan
integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang
menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang
dan resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa
positif kanker serviks ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya.
Kecemasan tersebut bias dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak
dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Aspiani, 2017).

E. Tanda dan gejala

Pada tahap awal , kanker serviks stadium dini biasanya tanpa gejala-
gejala. Gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya dirasakan oleh
penderita kanker stadium lanjut. Gejalagejala umumyang terjadi pada penderita
kanker ini adalah :

9
a. Ada bercak atau pendaran setelah berhubungan seksual,

b. Ada bercak atau pendarahan di luar masa haid,

c. Ada bercak atau pendarahan pada masa menopause,

d. Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari biasanya,
atau
e. Keluarnya bau menyengat yang tidak bisa dihilangkan walaupun sudah
diobati.
Jika kanker servik sudah tingkat stdium lanjut maka gejalanya adalah :

a. Munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim

(contact bleeding)

b. Keputihan yang berlebihan dan tidak normal

c. Pendarahan diluar siklus menstruasi

d. Penurunan berat badan yang drastis

e. Apabila kanker sudah menyebar kepanggul, maka pasien akan menderita


keluhan nyeri punggung
f. Hambatan dalam berkemih

F. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis

a. Sistem pencernaan

Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan mual dan muntah


berlangsung singkat atau lama. Mual muntah terjadi karena peningkatan asam
lambung sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Mengatasi mual dapat
diberikan obat anti mual sebelum, selama, dan sesudah pengobatan. Obat
kemoterapi juga dapat menyebabkan diare karna terjadi kejang otot perut yang
menimbulkan rasa tidak nyaman atau sakit pada perut, bahkan ada yang diare
sampai dehidrasi berat dan harus dirawat karna kekurangan volume cairan,

10
kadang sampai terjadi sembelit. Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan
yang mengandung serat, buah dan sayur. Harus minum air yang hilang untuk
mengatasi kehilangan cairan. Bila susah BAB : makan-makanan yang berserat,
dan jika memungkinkan olahraga (Ariani, 2015).

b. Sistem Imum dan Sistem hematologi

Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah pusat sistem pertahanan
tubuh yang melindungi tubuh dari penyakit. Organ penyusun sistem kekebalan
tubuh pada manusia salah satunya adalah sumsum tulang. Sistem hematologi
tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan
nodus limpa. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh.
Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang
bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit (Potter & Perry, 2005).

Kemoterapi berpengaruh pada kerja sumsum tulang yang merupakan


pabrik pembuat sel darah merah, sehingga jumlah sel darah merah menurun,
yang paling sering adalah penurunan sel darah putih (leukosit). Penurunan sel
darah terjadi setiap kemoterapi, dan test darah biasanya dilakukan sebelum
kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali
normal. Penurunan jumlah sel darah dapat menyebabkan :

a. Mudah terkena infeksi

Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena leukosit adalah


sel darah yang memberikan perlindungan infeksi. Ada juga beberapa
obat kemoterapi yang menyebabkan peningkatkan leukosit. Bila
terjadi infeksi maka terjadi peningkatan suhu tubuh.

11
b. Perdarahan

Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah,


apabila jumlah trombosit rendah dapat menyebabkan pendarahan,
ruam, dan bercak merah pada kulit.

c. Anemia

Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai dengan


penurunan Hb (Hemoglobin). Karena Hb letaknya didalam sel darah
merah. Penurunan sel darah merah dapat menyebabkan lemah,
mudah lelah, tampak pucat.

c. Sistem integumen

Kerontokan rambut terjadi karena kemoterapi menargetkan semua sel


yang dapat membelah dengan sangat cepat. Folikel rambut adalah struktur
dalam kulit yang berfungsi menumbuhkan rambut. Folikel adalah salah satu sel
dengan laju pertumbuhan tercepat dalam tubuh. Selama menjalani kemoterapi
bekerja untuk menghancurkan sel kanker, prosedur ini juga akan
menghancurkan sel-sel rambut. Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya
terjadi dua atau tiga minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga
menyebabkan rambut patah didekat kulit kepala. Dapat terjadi seminggu setelah
kemoterapi (Ariani, 2015).

d. Sistem reproduksi

Terjadinya kekeringan cairan pada vagina karna efek terapi yang di


berikan dan dapat mengganggu hubungan seksual (Ariani, 2015).

G. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Serviks

Pemeriksaan diagnostik untuk menentukan kanker serviks sebagai berikut :

12
1. Schillentest

Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat


yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal
akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.

2. Koloskopi

Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu


dan dibesarkan 10-40 kali.

Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah


untuk melakukan biopsy.

Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra

servikal tidak terlihat.

3. Kolpomikroskopi

Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200

kali

4. Biopsi

Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya

5. Konisasi

Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan
epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi
meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

6. pemeriksaan lainnya.

a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED, golongan


darah, masa peredaran dan masa pembekuan)

b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.

13
c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.

d. Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap


obat.

H. Penatalaksanaan Kanker Serviks

a. Penatalaksanaan Medis

Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara


umum berdasarkan stadium kanker serviks:

Penatalaksanaan medis berdasarkan stadium kanker serviks

STADIUM PENATALAKSANAAN
Biopsi kerucut
0 Histerektomi transvaginal
Biopsi kerucut
Ia
Histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan
Ib,Iia evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis
dilakukan radioterapi pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
Radioterapi
IVa, Ivb Radiasi paliatif
Kemoterapi

Menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang bisa
dilakukan adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi), kemoterapi, atau
kombinasi metode-metode tersebut.

1. Operasi atau pembedahan

Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker

14
serviks stadium I dan II.

a. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)

Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah


bening di panggul. Pilihan ini dilakukan untuk perempuan denga
tumor kecil yang ingin mencoba untuk hamil di

kemudian hari.

b. Histerektomi total

Mengangakat leher rahim dan rahim.

c. Histerektomi radikal

Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher rahim,


rahim, dan bagian dari vagina.

d. Saluran telur dan ovarium

Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini


disebut salpingo-ooforektomi.

e. Kelenjar getah bening

Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat apakah


mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah histerektomy total
dan radikal mencapai kelenjar getah bening, itu berarti penyakit ini
mungkin telah menyebar ke bagian lain dari tubuh.

2. Radioterapi

Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang menderita


kanker serviks dengan stadium berapa pun. Perempuan dengan kanker
serviks tahap awal dapat memilih terapi sebagai pengganti operasi. Hal
ini juga dapat digunakan setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel
kanker apa pun yang masih di daerah tersebut. Perempuan dengan
kanker yang menyerang bagianbagian selain kenker serviks mungkin

15
perlu diterapi radiasi dan kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar
berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi ini
mempengaruhi sel-sel di daerah yang diobati. Ada dua jenis terapi ini :

a. Terapi radiasi eksternal

Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggul atau


jaringan lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatan biasanya di
berikan di rumah sakit. Penderita mungkin menerima radiasi
eksternal 5 hari seminggu selama beberapa minggu. Setiap
pengobatan hanya memakan waktu beberapa menit.

b. Terapi radiasi internal

Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina. Suatu zat


radioaktif di masukkan ke dalam tagung tersebut. Penderita mungkin
harus tinggal di rumah sakit sementara sumber radioaktif masih
beradadi tempatnya (samapai 3 hari).

Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi


diberikan dan tubuh bagian mana yang di terapi.radiasi pada perut dan
panggul dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau masalah
eliminasi. Penderita mungkin kehilangan rambut di daerah genital.
Selain itu, kulit penderita di daerah yang dirawat menjadi merah, kering,
dan tender.

3. Kemoterapi

Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun 1950-


an dan diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker
yang akan di operasi atau sesudah operasi untuk membersihkan sisa-sisa
sel kanker, kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi tapi kadang
juga tidak. Kemoterapi ini biasanya diberikan dalam tablet/pil, suntikan,
atau infus. Jadwal pemberian ada yang setiap hari, sekali seminggu atau

16
bahkan sekali sebulan. Efek samping yang terjadi terutama tergantung
pada jenis obatobatan yang diberikan dan seberapa banyak.kemoterapi
membunuh sel-sel kanker yang tumbuh cepat, terapi juga dapat

membahayakan sel-sel normal yang membelah dengan cepat, yaitu:

a. Sel darah

Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang sehat,


penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau
berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah.
b. Sel-sel pada akar rambut

Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut penderita


yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi kemungkinan mengalami
perubahan warna dan tekstur.

c. Sel yang melapisi saluran pencernaan

Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah,


diare, atau infeksi pada mulut dan bibir.

Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa di
tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan, nyeri
sendi, atau kaki bengkak.

Menurut Reeder dkk (2013), penatalksanaa pada kanker serviks yaitu:

1) Stadium I

Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerktomi atau


dengan radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah

serviks.

2) Stadium IB dan IIA

17
Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan

limfadektomi bilateral.

3) Stadium IIB sampai IVB

Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah serviks


sampai ke organ lain. Penanganan yang dilakukan biasanya

dengan radioterapi.

b. Penatalaksanaan Keperawatan

Asuhan keperawatan meliputi pemberian edukasi dan informasi


untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan mengurangi kecemasan
serta ketakutan pasien. Perawat mendukung kemampuan pasien dalam
perawatan diri untuk meningkatkan kesetahan dan mencegah
komlipakai. Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana pasien dan
pasangannya memandang kemampuan reproduksi wanita dan memaknai
setiap hal yang berhubungan dengan kemampuan reproduksinya. Bagi
sebagian wanita, masalah harga diri dan citra tubuh yang berat dapat
muncul saat mereka tidak dapat lagi mempunyai anak. Pasangan mereka
sering sekali menunjukkan sikap yang sama, yang merendahkan wanita
yang tidak dapat memberikan keturunan.

Intervensi berfokus pada upaya membantu pasien dan


pasangannya untuk menerima berbagai perubahan fisik dan psikologis
akibat masalah tersebut serta menemukan kualitas lain dalam diri wanita
sehingga ia dapat di hargai. Bahkan, sekalipun kehilangan uterus dan
kemampuan reproduksi tidak terlalu mempengaruhiharga diri dan cintra
tubuhnya, wanita tetap memerlukan penguatan atas peran lainnya yang
berharga sebagai seorang manusia. Wanita yang mengalami nyeri hebat
ketika menstruasi dan sangat mengganggu aktivitas rutinnya

18
menganggap penanggulanagn seperti histerektomi, sebagai pemecahan
masalah.

Apabila terdiagnosis menderita kanker, banyak wanita merasa


hidupnya lebih terancam dan perasan ini jauh lebih penting
dibandingkan kehilangan kemampuan reprpduksi. Intervensi
keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu pasien
mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan yang realistis,
memperjelas nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan kualitas sumber
daya keluarga dan komunitas, dan menemukan kekuatan diri untuk
menghadapi masalah (Reeder, dkk, 2013).

19
WOC Kanker Serviks

20
2.2 Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1. Data dasar

Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara


anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
(hasil laboratorium).

2. Identitas pasien

Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, ,


agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa, tanggal
masuk rumah sakit, no medical record (MR), nama orang tua, dan
pekerjaan orang tua.

3. Identitas penanggung jawab

Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan pasien.

4. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti


tpendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang
menyerupai air dan berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker
serviks post kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual
muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, anemia.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Menurut Diananda (2008) biasanya pasien pada stadium awal


tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium
akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan
yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan
seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan
anemia.

c. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat


kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat
penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015). Pada pasien kanker serviks
post kemoterapi biasanya ada riwayat penyakit keputihan dan
riwayat penyakit HIV/AIDS.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling


mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan
genetika. Keluraga yang memiliki riwayat kanker didalam
keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada
keluraga yang tidak ada riwayat didalam keluarganya
(Diananda, 2008).

5. Riwayat Obstetri

Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker


serviks yang perlu diketahui adalah:

a. Keluhan haid

Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab


kanker serviks tidak pernah ditemukan sebelumnya menarche
dan mengalami atropi pada masa menopose.

Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan


diantara siklus haid adalah salah tanda gejala kanker serviks.

b. Riwayat kehamilan dan persalinan

Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks


terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering
partus semakin besar kemungkinan resiko mendapatkan
karsinoma

serviks (Aspiani, 2017).

6. Riwayat psikososial

Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta


harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan
suami/keluarga terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri
pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga
ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien
yang merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain (Reeder,
dkk, 2013). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya
mengalami keluhan cemas dan ketakutan.

7. Riwayat kebiasaan sehari-hari

Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, elimenasi,


aktivitas pasien sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidur (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya mengalami keluhan tidak nafsu makan, kelehan, gangguan
pola tidur.

8. Pemeriksaan fisik, meliputi :

a. Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks post


kemoterapi sadar,lemah dan tanda-tanda vital normal (120/80
mmHg).
b. Kepala : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami rambut rontok, mudah tercabut.
c. Mata : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami konjungtiva anemis dan skelera ikterik.
d. Leher : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
e. Thoraks:
Dada : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan

Jantung : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi


tidak ada kelainan

f. Abdomen : biasanya pada pasien kanker serviks post


kemoterapi tidak ada kelainan
g. Genetalia : Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami
sekret berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi
(Brunner & suddarth, 2015). Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya mengalami perdarahan pervaginam.
h. Ekstermitas : Biasanya pada pasien kanker serviks yang
stadium lanjut mengalami udema dan nyeri (Brunner &
suddarth, 2015).
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya
mengalami kesemutan atau kebas pada tangan dan kaki.

9. Pemeriksaan penunjang.

1) Pemeriksaan hematologi

Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi


mengalami anemia karna penurunan Haemoglobin. Nilai
normalnya Haemoglobin wanita (12-16 gr/dl).

b. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul

Menurut NANDA (2015-2017), kemungkinan masalah yang muncul

adalah sebagai berikut :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan sel


syaraf)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
3. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal

5. Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi

6. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh

7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan

8. Resiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati


inheren (trombositopenia)

9. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


aktif

10. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme tubuh


c. Rencana Keperawatan

DIAGNOSIS KEPERAWATAN NOC NIC


Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Manajemen Nyeri
cedera biologis (penekanan sel syaraf) pasien mampu mengontrol nyeri dengan 1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
kriteria hasil : meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
Defenisi : pengalaman sensori dan a. Tingkat nyeri frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
emosional tidak menyenangkan yang 1) Mengenali kapan nyeri terjadi dan faktor pencetus
muncul akibat kerusakan jaringan 2) Menggambarkan faktor penyebab 2) Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
aktual atau potensial atau yang 3) Melaporkan perubahan terhadap gejala ketidaknyamanan terutama pada mereka yang
digambarkan sebagai kerusakan. nyeri pada profesional kesehatan tidak
4) Mengenali apa yang terkait dengan dapat berkomunikasi secara efektif
Batasan Karaktreristik : gejala nyeri 3) Gunakan strategi komunikasi terapeutik
1) Bukti nyeri dengan menggunakan 5) Melaporkan nyeri yang terkontrol 4) Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
standar periksa nyeri untuk pasien mengenai nyeri
yang b. Pengetahuan: manajemen nyeri 5) Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat
tidak mengungkapkannya 1) Mengetahui faktor penyebab menurunkan atau memperberat nyeri
2) Fokus menyempit 2) Mengetahui tanda dan gejala 6) Berikan informasi mengenai nyeri seperti
3) Fokus pada diri sendiri 3) Mengetahi efek samping terapeutik obat penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
4) Keluhan tentang intensitas dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan
menggunakan standar skala nyeri c. Respon pengobatan akibat prosedur
5) Laporan tentang 1) Pasien mengetahui efek sampingnya 7) Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
perilaku nyeri/perubahan 2) Tidak ada reaksi alergi 8) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
aktivitas 3) Tidak ada efek prilaku dari pengobatan (terapi relaksasi)
6) Mengekspresikan perilaku (mis., 9) Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol
gelisah, merengek, menangis, nyeri yang dipakai selama pengkajian nyeri
waspada) dilakukan
7) Perubahan selera makan 10) Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
8) Putus asa membantu penurunan nyeri
9) Sikap melindungi area nyeri
10) Sikap tubuh melindungi Pemberian Analgesik
1) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan

keparahan nyeri sebelum mengobati pasien


2) Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis,
dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan
3) Cek adanya riwayat alergi obat
4) Pilih analgesik atau kombinasi analgesik yang
sesuai ketika lebih dari satu diberikan
5) Tentukan pilihan obat analgesik (narkotik, non
narkotik atau NSAID) berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
6) Kolaborasi dengan dokter apakah obat, dosis,
rute pemberian atau perubahan interval
dibutuhkan, buat rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip analgesik
7) Monitor tanda vital sebelum dan setelah
memberikan analgesik narkotik pada
pemberian dosis pertama kali atau jika
ditemukan tandatanda yang tidak biasanya
8) Berikan analgesik tambahan dan atau
pengobatan jika diperlukan untuk
mengingkatkan efek pengurangan nyeri
9) Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan
efek samping analgesik (misalnya: konstipasi
dan iritasi lambung)
10) Evaluasi kefektifan analgesik dengan
interval yang teratur pada setiap setelah
pemberian khususnya setelah pemberian
pertama kali, juga observasi adanya tanda dan
gejala efek samping (misalnya: depresi
pernafasan, mual dan muntah, mulut kering dan
konstipasi)
11) Dokumentasikan respon terhadap
analgesik dan adanya efek samping
12) Evaluasi dan dokumentasi tingkat sedasi
dari pasien yang menerima opioid

Manajemen Obat
1) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan / atau protokol
2) Monitor efektifitas cara pemberian obat yang
sesuai
3) Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
4) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
5) Monitor level serum darah ( misalnya:
elektrolit, protrombin, obat-obatan) yang sesuai
6) Monitor interaksi obat yang non terpeutik
7) Monitor respon terhadap perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat

Manajemen Energi
1) Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan
kekelahan sesuai dengan konteks usia dan
perkembangan
2) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan
perasaan secara verbal mengenai keterbatasan
yang dialami
3) Tentukan persepsi pasien atau orang terdekat
dengan pasien mengenai penyebab kelelahan
4) Perbaiki defisit status pisiologis (misalnya,
kemoterapi yang menyebabkan anemia) sebagai
prioritas pertama
5) Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui
sumber energi yang adekuat
6) Monitor waktu dan lama istirahat pasien
7) Kurangi ketidaknyamanan fisik yang dialami
pasien yang bisa mempengaruhi fungsi kognitif,
pemnatauan diri dan pengaturan aktivitas
pasien
8) Bantu pasien untuk mengidentifikasi kegiatan
rumah yang bisa dilakukan oles keluarga dan

teman dirumah untuk


mencegah/mengatasi kelelahan
9) Instrusikan pasien atau keluarga mengenali
tanda dan gejala kelelahan yang memerlukan
pengurangan aktivitas
10) Instruksikan pasien atau keluarga mengenai
stres dan koping intervensi untuk mengurangi
kelelahan
11) Ajarkan pasien atau keluarga untuk
menghubungi tenaga kesehatan jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
Ketidakseimbangan nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Manajemen Gangguan Makan
dari kebutuhan tubuh berhubungan nafsu makan pasien baik dengan kriteria hasil 1) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
dengan kurang asupan makanan : mengembangkan rencana perawatan dengan
a. Status nutrisi : asupan makanan dan cairan melibatkan pasien dan orang-orang
Defenisi : asupan nutrisi tidak cukup 1) Asupan makanan secara oral adekuat terdekatnya dengan tepat
untuk 2) Asupan cairan secara oral adekuat 3) 2) Kolaborasi dengan tim dan pasien untuk
memenuhi kebutuhan metabolik Asupan cairan IV adekuat mengatur target pencapaian berat badan jika
4) Asupan nutrisi parenteral adekuat berat badan pasien tidak berada dalam
Batasan Karakteristik : 5) Tidak ada mual dan muntah rentang normal
1) Berat badan 20 % atau lebih dari 3) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
bawah rentang berat badan ideal b. Nafsu makan menentukan asupan kalori harian yang
2) Bising usus hiperaktif 1) Peningkatan keinginan untuk makan diperlukan
3) Cepat kenyang setelah makan 2) Peningkatan rangsangan untuk makan 4) Dorong pasien untuk mendiskusikan
4) Diare 3) Intake makanan adekuat makanan yang disukai bersama ahli gizi
5) Gangguan sensasi rasa 5) Timbang berat badan pasien
6) Kehilangan rambut berlebihan 6) Monitor intake/asupan dan asupan cairan
7) Kelemahan otot pengunyah secara tepat
8) Kelemahan otot untuk menelan 7) Monitor asupan kalori makanan harian
9) Kerapuhan kapiler 8) Batasi makanan sesuai dengan jadwal
10) Kesalahan informasi 9) Observasi pasien selama dan setelah
11) Kesalahan persepsi pemberian makan/makanan ringan untuk
12) Ketidakmampuan memakan meyakinkan bahwa asupan makanan yang
makanan cukup tercapai dan dipertahankan
13) Kram abdomen 10) Beri dulungan misalnya terapi relaksasi

14) Kurang minat pada makanan 11) Batasi aktivitas fisik sesuai kebutuhan
untuk meningkatkan berat badan
12) Monitor berat badan pasien sesuai secara
rutin

Manajemen Nutrisi
1) Tentukan status gizi pasien
2) Identifikasi alergi dan intoleransi
terhadap makanan
3) Atur diit yang diperlukan (rendah protein,
tinggi karbohidrat, rendah natrium)
4) Beri obat-obatan sebelum makan
seperti antiemeik
5) Anjurkan diit pasien sesuai kebutuhan
6) Monitor kalori dan asupan nutrisi
Monitor Nutrisi
1) Timbang berat badan pasien
2) Identifikasi adanya penurunan berat badan
3) Monitor turgor kulit
4) Monitor adanya mual muntah
5) Identifikasi perubahan nafsu makan
6) Monitor pucat pada konjungtiva
7) Lakukan kemampuan menelan
8) Tentukan faktor yang mempengaruhi nutrisi
Ansietas berhubungan dengan status Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Pengurangan Kecemasan
kesehatan menurun pasien mampu mengontrol kecemasan 1) Gunakan pendekatan yang tenang dan
dengan kriteria hasil : meyakinkan
Defenisi : perasaan tidak nyaman atau 1) Mengurangi penyebab kecemasan 2) Jelaskan semua prosedur termasuk sensai yang
kekhawatiran yang samar disertai 2) Menggunakan strategi koping akan dirasakan yang mungkin dialami pasien
respons otonom (sumber sering kali yang efektif selama prosedur
tidak spesifik atau tidk diketahui oleh 3) Menggunakan teknik relaksasi 3) Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
individu) perasaan takut yang 4) Mempertahankan hubungan sosial perawatan, dan prognosis
disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya. Hal ini merupakan 5) Mempertahankan tidur adekuat 4) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien
isyarat kewaspadaan yang 6) Mengendalikan respon kecemasan dengan cara yang tepat
memperingatkan individu akan adanya 5) Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat
bahaya dan memampukan individu 6) Bantu pasien mengidentifikasikan situasi yang
untuk tidak memicu kecemasan
menghadapi ancaman
Peningkatan Koping
1) Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan
Batasan Karakteristik : jangka pendek dan jangka panjang
1) Agitasi 2) Berikan penilaian (kemampuan) penyesuaian
2) Gelisah pasien terhadap perubahan-perubahan dalam
3) Gerakan ekstra citra tubuh sesuai dengan indikasi
4) Insomnia 3) Berikan penilaian mengenai dampak dari situasi
5) Kontak mata buruk kehidupan pasien terhadap peran dan hubungan
6) Melihat sepintas 4) Dukung pasien untuk mengidentifikasi
7) Mengekspresikan kekhawatiran deskripsi yang realistik terhadap perubahan
karena perubahan dalam peristiwa dalam peran
hidup 5) Berikan penilaian mengenai pemahaman pasien
8) Penurunan produktivitas terhadap proses penyakit
9) Perilaku mengintai 6) Bantu pasien untuk mengidentifikasi
10) Tampak waspada strategistrategi positif untuk mengatasi
keterbatasan dan kebutuhan gaya hidup maupun
perubahan peran

Terapi Relaksasi
1) Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi
serta jenis relaksasi yang tersedia
2) Tentukan apakah ada intervensi relaksasi di
masa lalu yang sudah memberikan manfaat
3) Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa
distraksi
4) Dorong pasien untuk mengambil posisi yang
nyaman
5) Minta pasien untuk rileks dan merasakan
sensasi yang terjadi

6) Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada


pasien
7) Dorong pengulangan teknik dan praktik-praktik
tertentu secara berkala
8) Berikan waktu yang tidak terganggu
Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Manajemen Energi
berhubungan dengan agens pasien mampu mempertahankan 1) Kaji status fisiologis pasien yang
farmaseutikal keseimbangan secara mandiri dengan kriteria menyebabkan kekelahan sesuai dengan
hasil : konteks usia dan perkembangan
Defenisi : keterbatasan dalam gerakan 1) Keseimbangan gerakan 2) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan
fisik atau satu atau lebih ekstermitas 2) Mempertahankan keseimbangan ketika perasaan secara verbal mengenai
secara mandiri dan terarah. berdiri keterbatasan yang dialami
3) Mempertahankan keseimbangan ketika 3) Tentukan persepsi pasien atau orang
Batasan Karakteristik : berjalan terdekat dengan pasien mengenai penyebab
1) Ketidaknyamanan kelelahan
2) Kesulitan membolak-balik 4) Perbaiki defisit status pisiologis (misalnya,
posisi 3) Gerakan lambat kemoterapi yang menyebabkan anemia)
sebagai prioritas pertama
5) Monitor intake/asupan nutrisi untuk
mengetahui sumber energi yang adekuat
6) Monitor waktu dan lama istirahat pasien
7) Kurangi ketidaknyamanan fisik yang
dialami pasien yang bisa mempengaruhi
fungsi kognitif, pemnatauan diri dan
pengaturan aktivitas pasien
8) Bantu pasien untuk mengidentifikasi
kegiatan rumah yang bisa dilakukan oleh
keluarga dan teman dirumah untuk
mencegah/mengatasi kelelahan
9) Instrusikan pasien atau keluarga mengenali
tanda dan gejala kelelahan yang
memerlukan pengurangan aktivitas
10) Instruksikan pasien atau keluarga mengenai
stres dan koping intervensi untuk
mengurangi kelelahan
11) Ajarkan pasien atau keluarga
untuk
menghubungi tenaga kesehatan jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang

Manajemen Lingkungan
1) Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
2) Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien
berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta
riwayat perilaku di masa lalu
3) Singkirkan benda-benda berbahayadari
lingkungan
4) Batasi pengunjung

Peningkatan Mekanika Tubuh


1) Bantu untuk mendemonstrasikan posisi tidur
yang tepat
2) Bantu untuk menghindari duduk dalam jangka
waktu yang lama
3) Instruksikan pasien untuk menggerakkan kaki
terlebih dahulu kemudian badan ketika
memulai berjalan dari posisi berdiri
Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Kontrol Infeksi
imunosupresi pasien mampu mengontrol resiko proses 1) Bersihkan lingkungan dengan baik setelah
infeksi dengan kriteria hasil : dilakukan untuk setiap pasien
Defenisi : rentan mengalami invasi dan
1) Mengidentifikasi faktor resiko infeksi 2) Batasi jumlah pengunjung
multiplikasi organisme patogenik yang
2) Mengenali faktor resiko individu terkait 3) Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga kesehatan
dapat mengganggu kesehatan
infeksi 4) Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci
Batasan Karakteristik : 3) Mengetahui perilaku yang berhubungan tangan dengan tepat
1) kurang pengetahuan untuk dengan resiko infeksi 5) Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan

menghindari pemajanan 4) Mengidentifikasi tanda dan gejala pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan
2) malnutrisi infeksi pasien
3) gangguan integritas kulit 5) Memonitor perilaku diri yang 6) Gunakan sabun antimikroba
4) prosedur invasif berhubungan dengan resiko infeksi 7) Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
6) Memonitor faktor di lingkungan yang perawatan pasien
berhubungan dengan resiko infeksi 8) Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang
5) perubahan pH sekresi 7) Mencuci tangan bersifat universal
8) Mempertahankan lingkungan yang bersih 9) Pakai sarung tangan steril dengan tepat
10) Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
11) Berikan terapi antibiotik yang sesuai
12) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi
13) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
bagaimana menghindari infeksi

Perlindungan Infeksi
1) Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
sistemik atau lokal
2) Monitor kerentanan terhadap infeksi
3) Monitor hitung mutlak granulosit, WBC, dan
hasil-hasil diferensial
4) Batasi jumlah pengunjung
5) Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area
(yang mengalami) edema
6) Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
7) Anjurkan asupan cairan yang tepat
8) Anjurkan istirahat
9) Ajarkan pasien atau keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi dan kapan harus
melaporkannya kepada petugas kesetahan
10) Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana
cara menghindari infeksi

Manajemen Nutrisi
1) Tentukan status gizi pasien
2) Identifikasi alergi dan intoleransi
terhadap makanan
3) Atur diit yang diperlukan (rendah protein,
tinggi karbohidrat, rendah natrium)
4) Beri obat-obatan sebelum
makan seperti antiemeik
5) Anjurkan diit pasien sesuai kebutuhan
6) Monitor kalori dan asupan nutrisi

Monitor Nutrisi
1) Timbang berat badan pasien
2) Identifikasi adanya penurunan berat badan
3) Monitor turgor kulit
4) Monitor adanya mual muntah
5) Identifikasi perubahan nafsu makan
6) Monitor pucat pada konjungtiva
7) Lakukan kemampuan menelan
8) Tentukan faktor yang mempengaruhi nutrisi
Disfungsi seksual berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Pengurangan Kecemasan
dengan gangguan struktur tubuh status kesehatan baik dengan kriteria hasil : 1) Gunakan pendekatan yang tenang dan
1) Mengenali realita situasi kesehatan meyakinkan
Defenisi : suatu kondisi ketika individu
2) Melaporkan harga diri yang positif 2) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
mengalami suatu perubahan fungsi
3) Mempertahankan hubungan perilaku pasien
seksual selama fase respons seksual
4) Menyesuaikan perubahan dalam 3) Jelaskan semua prosedur termasuk sensai yang
berupa hasrat, terangsang, dan atau
orgasme, yang dipandang tidak status kesehatan akan dirasakan yang mungkin dialami pasien
memuaskan, tidak bermakna, atau tidak 5) Mencari informasi tentang kesehatan selama prosedur
adekuat Batasan Karakteristik : 6) Melaporkan perasaan berharga dalam 4) Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
hidup perawatan, dan prognosis
1) Gangguan aktivitas seksual
5) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien
2) Gangguan eksitasi seksual
dengan cara yang tepat
3) Gangguan kepuasan seksual
6) Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat
4) Merasakan keterbatasan seksual
7) Bantu pasien mengidentifikasikan situasi yang
5) Penurunan hasrat seksual
6) Perubahan minat terhadap diri sendiri
memicu kecemasan

7) Perubahan minat terhadap orang lain


8) Perubahan peran seksual
Peningkatan Peran
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi peran
yang biasanya dalam keluarga
2) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan
peran khusus yang diperlukan terkait dengan
sakit
3) Dukung pasien untuk mengidentifikasi
gambaran realistik dari adanya perubahan peran
4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi
strategistrategi positif unutk memanajemen
perubahanperubahan peran
5) Fasilitasi diskusi mengenai bagaimana adaptasi
peran keluarga untuk dapat mengkompensasi
peran anggota yang sakit

Peningkatan Harga Diri


1) Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri
2) Bantu pasien untuk penerimaan diri
3) Jangan mengkritisi pasien secara negatif
4) Sampaikan/ungkapkan kepercayaan diri pasien
dalam mengatasi situasi
5) Berikan hadiah atau pujian
6) Fasilitas lingkungan dan aktivitas-aktivitas
yang akan meningkatkan harga diri
7) Monitor tingkat harga diri dari waktu ke waktu
dengan tepat
Gangguan citra tubuh berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Pengurangan Kecemasan
dengan program pengobatan pasien mampu beradaptasi terhadap 1) Gunakan pendekatan yang tenang dan
disabilitas fisik dengan kriteria hasil : meyakinkan
Definisi : konfunsi dalam gambaran
1) Menyampaikan secara lisan kemampuan 2) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
mental lantang diri-fisik individu
untuk menyesuaikan terhadap disabilitas perilaku pasien
Batasan Karakteristik :
2) Menyampaikan secara lisan penyesuaian 3) Jelaskan semua prosedur termasuk sensai yang
1) Berfokus pada fungsi masa lalu
terhadap disabilitas akan dirasakan yang mungkin dialami pasien
2) Berfokus pada penampilan masa lalu
3) Beradaptasi terhadap keterbatasan secara selama prosedur
3) Menekankan pencapaian
fungsional 4) Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
4) Mengidentifikasi cara-cara untuk perawatan, dan prognosis
4) Personalisasi bagian tubuh dengan beradaptasi dengan perubahan hidup 5) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien
nama dengan cara yang tepat
5) Personalisasi bagian tubuh 6) Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat
yang menghilang 7) Bantu pasien mengidentifikasikan situasi yang
6) Menolak menerima perubahan memicu kecemasan
7) Menghindari menyentuh tubuh
8) Menyembunyikan bagian tubuh Peningkatan Citra Tubuh
1) Gunakan bimbingan antisipatif menyiapkan
perubahan-perubahan citra tubuh yang (telah)
diprediksikan
2) Bantu pasien untuk mendiskusikan
perubahanperubahan (bagian tubuh)
disebabkan adanya penyakit atau pembedahan
dengan cara yang tepat
3) Bantu pasien untuk menentukan keberlanjutan
dari perubahan-perubahan aktual dari tubuh
atau tingkat fungsinya
4) Tentukan perubahan fisik saat ini berkontribusi
pada citra diri pasien
5) Bantu memisahkan penampilan fisik dari
perasaan berharga secara pribadi dengan cara
yang tepat

Peningkatan Harga Diri


1) Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri
2) Tentukan kepercayaan diri pasien dalam hal
penilaian diri
3) Bantu pasien mengidentifikasi respon positif
dari orang lain
4) Eksplorasi alasan-alasan untuk mengkritik diri
atau rasa bersalah
5) Fasilitasi lingkungan dan aktivitas-aktivitas
yang akan meningkatkan harga diri
6) Sampaikan atau ungkapkan kepercayaan diri
pasien dalam mengatasi situasi
Risiko pendarahan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Pencegahan Pendarahan
dengan Koagulopati inheren pasien mampu beradaptasi terhadap respon 1) Monitor dengan ketat risiko terjadinya
(trombositopenia) pengobatan dengan kriteria hasil: pendarahan pada pasien
2) Catat nilai haemoglobin dan hematokrit
Defisi : rentan mengalami penurunan a. Koagulasi darah
sebelum dan sesudah pasien kehilangan darah
volume yang dapat menggangu 1. Haemoglobin normal
sesuai indikasi
kesehatan 2. Hematokrit normal
3) Monitor tanda dan gejala pendaran menetap
3. Tidak ada memar
Faktor Risiko : 4) Monitor komponen koagulasi darah (termasuk
1) Koagulopati inheren (misal: protrombin time (PT), partial thromboplastin
b. Pengetahuan: kanker
trombositopenia) time (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin/split
1. Mengetahui efek samping obat
product dan trombosit, hitung dengan cara yang
2. Mengetahui efek fisik dari pengobatan
cepat
kanker
5) Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk
3. Mengetahui efek samping
tekanan darah
terhadap seksualitas
6) Beri produk-produk penggantian darah
4. Mengetahui masalah
(misalnya:
perawatan diri selama pemulihan
trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan
cara yang tepat
c. Respon pengobatan
7) Intruksikan pasien untuk menghindari konsumsi
1. Pasien mengetahui efek sampingnya
aspirin atau obat-obat antikoagulan
2. Tidak ada reaksi alergi
3. Tidak ada efek prilaku dari pengobatan 8) Instruksikan pasien untuk meningkatkan
makanan yang mengandung vitamin K

Manajemen kemoterapi
1. Memonitor efek samping dan efek toksik dari
pengobatan
2. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang efek obat-obatan kemoterapi pada sel
kanker/ganas
3. Intruksikan pada pasien dan keluarga agar
melaporkan gejala demam, menggigil,
pendarahan hidung, memar yang sangat beasr
dan BAB berdarah
4. Telusuri pengalaman pasien sebelumnya
sehubungan dengan mual muntah terkait
kemoterapi
5. Berikan obat-obatan untuk mengontrol efek
kemoterapi, jika dibutuhkan (misanya : obat
antiematik untuk mual dan muantah)
6. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan imagery
yang dapat digunakan sebelum,selama dan
sesudah terapi dengan cara yang tepat
7. Monitur status nutrisi dan berat badan

Manajemen Obat
1) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan / atau protokol
2) Monitor efektifitas cara pemberian obat yang
sesuai
3) Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
4) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
5) Monitor level serum darah ( misalnya:
elektrolit, protrombin, obat-obatan) yang sesuai
6) Monitor interaksi obat yang non terpeutik
7) Monitor respon terhadap perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat
Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Manajemen Diare
berhubungan dengan kehilangan pasien mampu mempertahankan 1) Evaluasi profil pengobatan terhadap adanya
cairan aktif keseimbangan volume cairan dengan kriteria efek samping pada gastrointestinal
hasil : 2) Ajari pasien cara penggunaan obat antidiare
Defenisi : penurunan cairan 1) Tekanan darah normal (120/80 mmHg) secara tepat
intravaskuler, interstisial, dan / atau 2) Nadi normal (60-100 x/menit) 3) Evaluasi kandungan nutrisi dari makanan yang
intraseluler. Ini mengacu pada 3) Keseimbnagan intake dan output dalam 24 sudah di komsumsi sebelumnya
dehidrasi, kehilangan cairan saja dan jam 4) Monitor tanda dan gejala diare
tanpa perubahan kadar natrium. 4) Berat badan stabil 5) Amati turgor kulir secara berkala
5) Turgor kulit lembab 6) Intruksikan diet rendah serat, tinggi proteindan
Batasan Karakteristik : 6) Kelembaban membran mukosa tinggi kalori sesuai kebutuhan
1) Haus 7) Hematokrit normal 7) Ajari pasien cara menurunkan stres sesuai
2) Kelemahan
3) Kulit kering kebutuhan
4) Membran mukosa kering 8) Bantu pasien untuk melakukan teknik relaksasi
5) Peningkatan frekuensi nadi
6) Peningkatan hematokrit Manajemen cairan
7) Peningkatan suhu tubuh 1) Jaga intake dan output pasien
8) Penurunan tekanan darah 2) Monitor status hidrasi (misalnya : membran
9) Penurunan nadi mukosa lemban, denyut nadi adekuat dan
10) Penurunan turgor kulit tekanan darah ortostatistik)
3) Monitor hasil laboratorium yang relevan
dengan retensi cairan (misalnya : peningkatan
BUN, penurunan hematokrit dan peningkatan
osmolalitas urine)
4) Monitor tanda-tanda vital
5) Monitor makanan/cairan yang dikomsumsi dan
hitung asupan kalori harian
6) Berikan cairan IV
7) Atur ketersedian produk darah untuk transfusi,
jika perlu.
8) Persiapan pemberian produk darah (misalnya:
cek darah dan mempersiapkan pemasangan
infus)
9) Berikan produk-produk darah (misalnya,
trombosit dan plasma yang baru)
Monitor Cairan
1) Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan
serta kebiasaan eliminasi
2) Tentukan faktor-faktor yang mungkin
menyebabkan ketidakseimbangan cairan
(mislanya kehilangan albumin, infeksi, muntah
dan diare)
3) Monitor berat badan
4) Monitor asupan dan pengeluaran
5) Monitor nilai kadar serum dan elektrolit urine
6) Monitor kadar serum albumin dan protein total

7) Monitor kadar serum dan osmolalitas urine


8) Monitor tekanan darah, denyut nadi dan
status pernafsan
9) Monitor tekanan darah ortostatik dan
perubahan irama jantung dengan tepat
10) Monitor menbran mukosa, turgor kulit dan
respon haus
Berikan cairan yang tepat
11)
Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Perawatan Demam
peningkatan laju metabolisme pasien mampu mempertahankan suhu tubuh 1) Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
dalam keadaan normal dengan kriteria hasil: 2) Monitor warna kulit dan suhu
Definisi: suhu inti tubuh diatas kisaran a. Termoregulasi 3) Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan
normal diurnal kegagalan termogulasi. 1) Tingkat pernafasan tidak terganggu kehilangan cairan yang tak dirasakan
2) Melaporkan kenyamanan setelah suhu 4) Berikan obat atau cairan IV (misalnya:
Batasan Karakteristik: tubuh turun antipiretik, agen antibakteri dan agen anti
1) Gelisah 3) Tidak terjadi perubahan warna kulit menggigil)
2) Kulit kemerahan 4) Tidak ada dehidrasi 5) Dorong komsumsi cairan
3) Kulit terasa hangat 6) Tingkatkan sirkulasi udara
b. Status kenyamanan fisik
1) Suhu tubuh normal Manajemen cairan
2) Tidak terganggu intake makanan 3) 1) Jaga intake dan output pasien
Tidak terganggu intake cairan 2) Monitor status hidrasi (misalnya : membran
4) Tingkat energi tidak terganggu mukosa lemban, denyut nadi adekuat dan
tekanan darah ortostatistik)
c. Keparahan infeksi 3) Monitor hasil laboratorium yang relevan
1) Tidak ada kulit kemerahan dengan retensi cairan (misalnya : peningkatan
2) Tidak terjadi demam BUN, penurunan hematokrit dan peningkatan
3) Tidak ada terjadi kehilangan nafsu osmolalitas urine)
makan 4) Monitor tanda-tanda vital
4) Tidak ada peningkatan jumlah sel darah 5) Monitor makanan/cairan yang dikomsumsi dan
putih hitung asupan kalori harian
6) Berikan cairan IV
d. Respon pengobatan 7) Atur ketersedian produk darah untuk transfusi,
4) Pasien mengetahui efek sampingnya jika perlu.
5) Tidak ada reaksi alergi 8) Persiapan pemberian produk darah (misalnya:
6) Tidak ada efek prilaku dari pengobatan cek darah dan mempersiapkan pemasangan
infus)
9) Berikan produk-produk darah (misalnya,
trombosit dan plasma yang baru)

Manajemen Obat
1) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan / atau protokol
2) Monitor efektifitas cara pemberian obat yang
sesuai
3) Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
4) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
5) Monitor level serum darah ( misalnya:
elektrolit, protrombin, obat-obatan) yang sesuai
6) Monitor interaksi obat yang non terpeutik
7) Monitor respon terhadap perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat

Pengaturan Suhu
1) Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai
kebutuhan
2) Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi,
sesuai kebutuhan
3) Monitor suhu dan warna kulit
4) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
d. Implementasi Keperawatan

Implementesi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana


tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan disesuaikan (Potter &
Perry, 2005). Langkahlangkah yang diperlukan dalam pelaksanaan adalah
sebagai berikut :

a. Mengkaji ulang pasien

Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementesi memberikan


mekanisme bagi perawat untuk menentukan apakah tindakan

keperawataan yang diusulkan masih sesuai.

b. Menelah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada


sebelum memulai perawatan.
Perawat menelah rencana asuhan dan membandingkannya dengan data
pengkajian untuk memvalidasi diagnosa keperawatan yang dinyatakan
dan menentukan apakah intervensi keperawatan yang paling sesuai
untuk situasi klinis saat itu. Jika status pasien telah berubah dan
diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan harus dimodifikasi.

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi menurut Potter & Perry (2005) yaitu membandingkan


data subjek dan objek yang dikumpulkan dari pasien, perawat lain,
dan keluarga untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam
memenuhi hasil yang diharapkan yang ditetapkan selama
perencanaan.

Langkah-langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon pasien


terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah tujuan. Tujuan
asuhan keperawatan untuk membantu pasien menyelesaikan masalah
kesehatan aktual, mencegah kekambuhan dari masalah potensial dan
mempertahankan status sehat. Evaluasi terhadap asuhan menetukan apakah
tujuan ini telah terlaksana. Aspek lain dari evaluasi mencakup pengukuran
kualitas asuhan keperawatan yang diberikan dalam lingkungan perawatan
kesehatan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher


rahim. Kanker serviks menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang terbentuk
oleh sel-sel jaringan yang tumbuh terus- menerus dan tidak terbatas pada
bagian leher rahim (Ariani, 2015). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita
yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks
dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun
(Prawirohardjo, 2014). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan sel syaraf),
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan, ansietas berhubungan dengan status kesehatan
menurun, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal,
resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi, disfungsi seksual
berhubungan dengan gangguan struktur tubuh, gangguan citra tubuh
berhubungan dengan program pengobatan , resiko pendarahan
berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia),
kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,
hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme tubuh
3.2 Saran

Bagi perawat, sebaiknya dapat melaksanakan asuhan keperawatan


untuk pasien kanker serviks sesuai indikasi dan melaksanakannya sesuai
dengan SOP. Perlu dilakukan deteksi dini untuk kelanjutan penyakit ini dan
pemahaman agar nantinya pasien dapat mencapai kehidupan yang optimal
DAFTAR PUSTAKA

Ariani,(2015).Pengertian Tentang Kanker Serviks.

Brunner,suddarth.(2015). Pemeriksaan fisik pada pasien kanker serviks

Novelia, Dita. (2017). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kanker Serviks Post
Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi IRNA Kebidanan RSUP DR. M. Djamil
Padang (KTI). Sumatera Barat: Poltekkes Kemenkes Padang.

Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10


editor T Heather Herdman. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo.(2014). Pengertian Tentang Kanker Serviks


TUGAS KEPERAWATAN MATERNITAS II

KARSINOMA SERVIKS

OLEH : KELOMPOK 6

ANAK AGUNG YOGA MAHENDRA PUTRA (17C10162)

I MADE AGUS SURYAWAN PUTRA (17C10192)

I GEDE KAMA BUDIANTARA DITHA (17C10194)

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmatnya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah berjudul “TUGAS
KEPERAWATAN MATERNITAS II KARSINOMA SERVIKS” dengan tepat
waktu.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata ajaran
Keperawatan Maternitas II. Adapun bahan makalah ini dikutip dari beberapa sumber
yang terdapat dalam daftar pustaka. Harapan kami semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Denpasar, 6 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang…………………………………………….. 1

1.2. Rumusan Masalah…………………………………………. 2

1.3. Tujuan Penulisan…………………………………………... 2

1.4. Manfaat…………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………. 4

2.1. Tinjauan pustaka……………………………………… 4

2.2. Asuhan Keperawatan………………………………………. 17

BAB III PENUTUP..................................................................................... 30

3.1. Kesimpulan………………………………………………… 30

3.2. Saran……………………………………………………….. 30

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 31

WOC............................................................................................................. 33

Anda mungkin juga menyukai