Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT I


Dosen Pengampu : Mulyo Budiyono, S. Kep, Ns

Disusun Oleh :

Dian Sukma Kenangasari

S17120

S17C

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2019/ 2020
1. Buat gambar berwarna penilaian luas luka bakar sesuai dengan tingkat usia

2. Sebutkan jenis jenis cairan baik koloid dan kristaloid


a. Cairan koloid
Cairan koloid mengandung zat-zat yang mempunyai berat molekul tinggi dengan
aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama dalam
ruang intravaskuler. Koloid digunakan untuk resusitasi cairan pada pasien dengan
defisit cairan berat seperti pada syok hipovolemik/hermorhagik sebelum diberikan
transfusi darah, pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein
jumlah besar (misalnya pada luka bakar). Cairan koloid merupakan turunan dari plasma
protein dan sintetik yang dimana koloid memiliki sifat yaitu plasma expander yang
merupakan suatu sediaam larutan steril yang digunakan untuk menggantikan plasma
darah yang hilang akibat perdarahan, luka baker, operasi, Kerugian dari ‘plasma
expander’ ini yaitu harganya yang mahal dan dapat menimbulkan reaksi anafilaktik
(walau jarang) dan dapat menyebabkan gangguan pada cross match. Berdasarkan jenis
pembuatannya, larutan koloid terdiri dari:
1) Koloid Alami yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5% dan 25%).
Dibuat dengan cara memanaskan plasma 60°C selama 10 jam untuk membunuh
virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi protein plasma selain mengandung albumin
(83%) juga mengandung alfa globulin dan beta globulin. Selain albumin, aktivator
Prekallikrein (Hageman’s factor fragments) terdapat dalam fraksi protein plasma
dan sering menimbulkan hipotensi dan kolaps kardiovaskuler.
2) Koloid sintetik
a) Dextran
Koloid ini berasal dari molekul polimer glukosa dengan jumlah yang besar.
Dextrans diproduksi untuk mengganti cairan karena peningkatan berat
molekulnya, sehingga memiliki durasi tindakan yang lebih lama di dalam ruang
intravaskular. Namun, obat ini jarang digunakan karena efek samping terkait
yang meliputi gagal ginjal sekunder akibat pengendapan di dalam tubulus
ginjal, gangguan fungsi platelet, koagulopati dan gangguan pada cross-
matching darah. Tersedia dalam bentuk Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan
berat molekul 40.000 dan Dextran 70 (Macrodex) dengan berat molekul
60.000-70.000.
b) Hydroxylethyl Starch (Hetastarch)
Cairan koloid sintetik yang sering digunakan saat ini. Pemberian 500 ml
larutan ini pada orang normal akan dikeluarkan 46% lewat urin dalam waktu 2
hari dan sisanya, yaitu starch yang bermolekul besar, sebesar 64% dalam waktu
8 hari. Hetastarch nonantigenik dan jarang dilaporkan adanya reaksi
anafilaktoid. Low molecular weight Hydroxylethyl starch (PentaStarch) mirip
Heta starch, mampu mengembangkan volume plasma hingga 1,5 kali volume
yang diberikan dan berlangsung selama 12 jam. Karena potensinya sebagai
plasma volume expander yang besar dengan toksisitas yang rendah dan tidak
mengganggu koagulasi maka Pentastarch dipilih sebagai koloid untuk
resusitasi cairan jumlah besar.
c) Gelatin
Merupakan bagian dari koloid sintesis yang terbuat dari gelatin, biasanya
berasal dari collagen bovine serta dapat memberikan reaksi. Larutan gelatin
adalah urea atau modifikasi succinylated cross-linked dari kolagen sapi. Berat
molekul gelatin relatif rendah, 30,35 kDa, jika dibandingkan dengan koloid
lain. Pengangkut berisi NaCl 110 mmol/l. Efek ekspansi plasma segera dari
gelatin adalah 80-100% dari volume yang dimasukkan dibawah kondisi
hemodilusi normovolemik. Efek ekspansi plasma akan bertahan 1-2 jam. Tidak
ada batasan dosis maksimum untuk gelatin. Gelatin dapat memicu reaksi
hipersensitivitas, lebih sering daripada larutan HES. Meskipun produk
mentahnya bersumer dari sapi, gelatin dipercaya bebas dari resiko penyebaran
infeksi. Kebanyakan gelatin dieskskresi melalui ginjal, dan tidak ada akumulasi
jaringan.
b. Cairan kristaloid
Kristaloid berisi elektrolit (contoh kalium, natrium, kalsium, klorida). Kristaloid tidak
mengandung partikel onkotik dan karena itu tidak terbatas dalam ruang intravascular
dengan waktu paruh kristaloid di intravascular adalah 20-30 menit. Beberapa peneliti
merekomendasikan untuk setiap 1 liter darah, diberikan 3 liter kristaloid isotonik.
Kristaloid murah, mudah dibuat, dan tidak menimbulkan reaksi imun. Larutan adalah
larutan primer yang digunakan untuk terapi intravena prehospital. Tonisitas kristaloid
menggambarkan konsentrasi elektrolit yang dilarutkan dalam air, dibandingkan dengan
yang dari plasma tubuh. Ada 3 jenis tonisitas kritaloid, diantaranya :
1) Isotonis
Ketika kristaloid berisi sama dengan jumlah elektrolit plasma, ia memiliki
konsentrasi yang sama dan disebut sebagai “isotonik” (iso, sama; tonik,
konsentrasi). Ketika memberikan kristaloid isotonis, tidak terjadi perpindahan yang
signifikan antara cairan di dalam intravascular dan sel. Dengan demikian, hampir
tidak ada atau minimal osmosis. Keuntungan dari cairan kristaloid adalah murah,
mudah didapat, mudah penyimpanannya, bebas reaksi, dapat segera dipakai untuk
mengatasi defisit volume sirkulasi, menurunkan viskositas darah, dan dapat
digunakan sebagai fluid challenge test. Efek samping yang perlu diperhatikan
adalah terjadinya edema perifer dan edema paru pada jumlah pemberian yang besar
Contoh larutan kristaloid isotonis: Ringer Laktat, Normal Saline (NaCl 0.9%), dan
Dextrose 5% in ¼ NS.
2) Hipertonis
Jika kristaloid berisi lebih elektrolit dari plasma tubuh, itu lebih terkonsentrasi dan
disebut sebagai “hipertonik” (hiper, tinggi, tonik, konsentrasi). Administrasi dari
kristaloid hipertonik menyebabkan cairan tersebut akan menarik cairan dari sel ke
ruang intravascular. Efek larutan garam hipertonik lain adalah meningkatkan curah
jantung bukan hanya karena perbaikan preload, tetapi peningkatan curah jantung
tersebut mungkin sekunder karena efek inotropik positif pada miokard dan
penurunan afterload sekunder akibat efek vasodilatasi kapiler viseral. Kedua
keadaan ini dapat memperbaiki aliran darah ke organ-organ vital. Efek samping
dari pemberian larutan garam hipertonik adalah hipernatremia dan hiperkloremia.
Contoh larutan kristaloid hipertonis: Dextrose 5% dalam ½ Normal Saline,
Dextrose 5% dalam Normal Saline, Saline 3%, Saline 5%, dan Dextrose 5% dalam
RL.
3) Hipotonis Ketika kristaloid mengandung elektrolit lebih sedikit dari plasma dan
kurang terkonsentrasi, disebut sebagai “hipotonik” (hipo, rendah; tonik,
konsentrasi). Ketika cairan hipotonis diberikan, cairan dengan cepat akan berpindah
dari intravascular ke sel. Contoh larutan kristaloid hipotonis: Dextrose 5% dalam
air, ½ Normal Saline.

3. Sebutkan cara operasional penggunaan infuse pump dan syiring pump


a. Penggunaan infuse pump
1) Bawa alat alat kedekat klien
2) Siapkan cairan infuse dan infuse set dan gantungkan pada tiang pengangga infuse
pump
3) Pasangkan bagian selang infuse set pada infuse pump, pastikan tidak ada udara
pada selang
4) Pasang drip sensor pada tempat tetesan infuse set
5) Nyalakan infuse pump
6) Atur infus set pada infuse pump (15 dr/cc, 19 dr/cc, 20 dr/cc, 60 dr/cc) sesuai infuse
set yang digunakan
7) Atur jumlah cairan yang akan diberikan pada klien tiap jam
8) Tekan start untuk memulai pemberian cairan
9) Jika ada hal yang kurang tepat, alat akan memberikan peringatan dengan suara dan
lampu yang anak menyala merah pada tulisan air, occlusion, flow err, empty, door,
completion
10) Evaluasi repon klien terhadap pemberian cairan
b. Penggunaan syringe pump
1) Bawa alat alat kedekat klien
2) Siapkan spuit dan medikasi klien
3) Pasangkan spuit pada syiringe pump dan hubungkan spuit dengan akses intravena
4) Nyalakan syiringe pump
5) Atur jumlah medikasi yang akan di berikan dalam cc/jam
6) Tekan start untuk memulai memberikan medikasi
7) Jika ada hal yang kurang tepat, alat akan memberikan peringatan dengan suara dan
lampu yang anak menyala merah
8) Evaluasi respon klien terhadap pemberian cairan

4. Bagaimana cara merawat luka bakar, sesuai dengan langkah-langkahnya (fase)


a. Prainteraksi
1) Cek catatan keperawatan
2) Siapkan alat alat
3) Cuci tangan
b. Orientasi
1) Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2) Perkenalakan diri
3) Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien dan keluarga
4) Tanyakan kesiapan klien
c. Kerja
1) Dekatkan alat-alat dengan klien
2) Menjaga privasi klien
3) Mengatur posisi klien sesuai dengan kebutuhan
4) Pasang perlak/pengalas dibawah daerah luka
5) Membuka peralatan
6) Memakai sarung tangan
7) Basahi kasa dengan betadhine ke udian dengan menggunakan pinset bersihkan
sekitar area luka bakar bagian luar sampai bersih dari kotoran (gunakan teknik
memutar searah jarum jam)
8) Basahi kasa dengan cairan NaCl 0,9% kemudian dengan menggunakan pinset
bersihkan area luka bagian dalam (gunakan teknik usap dari atas ke bawah)
9) Keringkan daerah luka dan pastikan area luka luar dan dalam bebas dari kotoran
10) Beri obat luka sesuai dengan kebutuhan bila perlu
11) Pasang kasa steril pada area luka sampai tepi luka
12) Fiksasi balutan menggunakan plester atau balutan verband sesuai kebutuhan
13) Mengatur posisi pasien seperti semula
14) Alat-alat dibereskan
15) Buka sarung tangan
d. Evaluasi
1) Evaluasi hasil tindakan
2) Catat tindakan
3) Berpamitan

5. Pasien perempuan berusia 45 th, BB 45 kg, di bawa ke RS setelah mengalami luka bakar
derajad IIB pada daerah wajah, dada, perut dan kedua tangan akibat tersiram air panas.
Pasien terlihat meringis menahan nyeri, sesak nafas dan nadi meningkat.
Adapun masalah keperwatn prioritas pasien tersebut adalah :
1) Gangguan integritas kulit
2) Resiko ketidak efektifan bersihan jalan nafas
3) Nyeri
4) Resiko devisit volume cairan
Pertanyaannya :
a. Urutkan skala prioritas keperawatan yang ada beserta rasionalisasinya dan keterangan
dari masing-masing diagnose keperawatannya
1) Gangguan integritas kulit
2) Nyeri
3) Resiko devisite volume cairan
4) Resiko ketidak efektifan bersihan jalan nafas
a . Diagnosa dengan skala prioritas:
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan Tujuan:
integritas kulit Memperbaiki a. Kaji/catat ukuran, a. Memberikan
berhubungan regenerasi warna kedalaman luka, informasi dasar
dengan faktor jaringan perhatikan jaringan tentang
mekanis Kriteria Hasil : nekrotik dan kondisi kebutuhan
ditandai Mencapai sekitar luka penanaman kulit
dengan penyembuhan b. Lakukan perawatan dan
kerusakan tepat waktu pada luka bakar yang tepat kemungkinan
lapisan kulit area luka bakar dan tindakan kontrol petunjuk tentang
(D.0192) infeksi sirkulasi pada
Data Objektif : c. Pertahankan area graft
a. Pasien penutupan luka sesuai b. Menyiapkan
mengala indikasi jaringan untuk
mi d. Tinggikan area graft penanaman dan
kerusaka bila mungkin/tepat. menurunkan
n Pertahankan posisi resiko
jaringan yang diinginkan dan infeksi/kegagala
atau imobilisasi area bila n kulit
lapisan diindikasikan c. Kain
kulit e. Pertahankan balutas nilon/membran
b. Pasien diatas area graft baru silikon
mengala dana/atau sisi donor mengandung
mi nyeri sesuai indikasi kolagen porcine
f. Lakukan program yang melekat
kolaborasi : pada permukaan
siapkan/bantu prosedur luka sampai
bedah/balutan biologis lepasnya atau
mengelupas
secara spontan
kulit repitelisasi
d. Menurunkan
pembengkakan/
membatasi
resiko
pemisahan graft.
Gerakan jaringan
dibawag graft
dapat mengubah
posisi yang
mempengaruhi
penyembuhan
optimal
e. Area mungkin
ditutupi oleh
bahan dengan
permukaan
tembus pandang
tak reaktif
Graft kulit diambil
dari kulit orang itu
sendiri atau orang
lain untuk
penutupan
sementara pada luka
bakar luas sampai
kulit orang itu siap
ditanam
2 Nyeri akut Tujuan : a. Gunakan skala nyeri a. Tingkat nyeri
berhubungan Pengendalian rasa untuk menilai tingkat memberikan
dengan agen nyeri rasa nyeri (skala 1-10) data dasar untuk
pencederan Kriteria Hasil : b. Kaji tanda nonverbal mengevaluasi
kimiawi Menyatakan nyeri efektifitas
ditandai tingkat nyeri c. Berikan instruksi dan tindakan
dengan tampak menurun, tidak membantu pasien mengurangi
meringis (D. ada petunjuk dalam melaksanakan nyeri
0077) nonverbal tentang teknik distraksi, b. Data-data hasil
Data Objektif : nyeri relaksasi pengkajian
a. Pasien terlihat d. Berikan preparat nyeri akan
tampak analgetik opioit memberikan
meringis menurut program informasi dasar
b. Pasien medik untuk mengkaji
tampak Berikan dukungan respon nyeri
menahan emosional dan c. Tindakan non
nyeri menentramkan farmakologik
Data Subjektif : kekhawatiran pasien untuk mengatasi
Pasien nyeri akan
mengatakan memberikan
mengalami nyeri berbagai cara
intervensi yang
dapat
mengurangi rasa
nyeri
d. Penyuntikan
preparat
analgetik
intravena
diperlukan
karena
terjadinya
perubahan
perfusi jaringan
akibat luka
bakar
Dukungan
emosional sangat
penting untuk
mengurangi
ketakutan dan
ansietas akibat luka
bakar
3 Resiko Tujuan : a. Amati tanda-tanda a. Resusitasi
ketidakseimba Pemulihan vital, haluaran urine berlebihan dapat
ngan cairan keseimbangan b. Beri cairan intravena menyebabkan
berhubungan cairan dan dengan tepat kelebihan beban
dengan luka elektrolit yang c. Naikkan bagian cairan
bakar (D.0036) optimal dan kepala dan tinggikan b. Mempertahanka
Data Objektif : perfusi organ- ekstremitas yang n keseimbangan
c. Pasien organ vital terbakar cairan dan
mengalami Kriteria Hasil : elektrolit
luka bakar Kadar elektrolit c. Meningkatkan
d. Nadi pasien normal, haluaran aliran balik vena
meningkat urine 0,5 –
Data Subjektif : 1,0ml/kg/jam, TD
Pasien normal, nadi
mengatakan normal, sensori
kehilangan jernih
cairan

4 Risiko Tujuan:
ketidakefektifa Pemeliharaan a. Pertahankan kepatenan a. Jalan nafas yang
n bersihan saluran napas jalan napas melalui paten sangat
jalan napas yang paten dan permberian posisi krusial untuk
berhubungan bersihan saluran pasien yang tepat, fungsi respirasi
dengan napas adekuat. pembuangan sekresi b. Obstruksi jalan
terpajan Kriteria Hasil : dan jalan nafas nafas/distress
asap/polutan Jalan napas paten artificial bila pernafasan dapat
ditandai frekuensi repirasi diperlukan terjadi sangat
dengan pola normal, tidak b. Auskultasi paru cepat atau
napas berubah mengalami perhatikan stridor, lambat contoh
(D.0001) dispnea mengi/gemericik, sampai 48 jam
Data Objektif : penurunan bunyi setelah terbakar
a. Pasien nafas, batuk c. Kelembapan
mengalami c. Berikan oksigen yang akan
perubahan sudah dilembabkan mengencerkan
pola napas d. Awasi frekuensi, secret dan
Data Subjektif : irama kedalaman, mempermudah
b. Pasien pernafasan, perhatikan ekspektorasi
mengatakan adanya sianosis, dan d. Takipnea,
sesak napas sputum mengandung penggunaan otot
karbon bantu, sinosis
e. Dorong pasien agar dan perubahan
mau membalikan sputum
tubuh, batuk dan nafas menunjukan
dalam terjadi distress
pernafasan/edem
a paru dan
kebutuhan
intervensi medik
e. Aktivitas ini
meningkatkan
mobilisasi dan
pembuangan
sekresi

b. Hitunglah jumlah cairan yang di butuhkan 1x24 jam dan cara pemberiannya
Umur : 45 th
Derajad : IIB (wajah 4,5%, dada perut 18%, kedua tangan 18% = 40,5%)
BB : 45 kg
Cairan RL = 4 ml/kgBB/% luka bakar
= 4x45x40,5
= 7,290 ml RL/ 24 jam
Cara pemberian dengan : melalui cairan infus intravena

Anda mungkin juga menyukai