Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MK.Pend.Agama Kristen
Protestan
PRODI S1 PTE - FT

SKOR NILAI :

MENCIPTAKAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Kelompok 6

NAMA MAHASISWA : Bayu Andica Perangin Angin (5182131011)


Kevin Boijogy Batubara (5182131008)
Ojak Lastua Nahampun (5183331005)
Jagar Iwan Panggabean (5183131017)
Irvan Simbolon (5163230020)
DOSEN PENGAMPU : Maniur Banjarnahor.M.Pd.K.
MATA KULIAH : Pend. Agama Kristen Protestan

PROGRAM STUDI S1PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 4, April 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan kasih
keselamatannya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Saya berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi rujukan dan penuntun dalam pembuatan
tugas yang serupa khusunya mahsiswa yang mengambil mata kuliah ini dan saya berharap
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi Saya sendiri maupun orang yang
membacanya.

2
hal
DAFTAR ISI
2.1. Definisi Kerukunan ……………………………………………………………….
……..5
2.2. Peran Agama dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara………………………….
….5
2.3. Sikap Terhadap Kerukunan antar Umat Beragama ……………………………….
…….6
2.4. Konflik Berlatang Belakang
Agama……………………………………………………..6
2.5. Mewujudkan Kerukunan Hidup antar Umat Beragama di
Indonesia……………………7
2.6. Kerukunan Umat Beragama dalam Pandangan Kristen ……………………………..
…11
3.2

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, terdiri atas beberapa kelompok
masyarakat dengan latar belakang berbeda, baik suku, agama, budaya, maupun ras.
Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama Islam, Katolik, Protestan,
Hindu, Budha, dan Kong HU chu. Dalam sebuah negara yang majemuk, adalah tidak
mudah untuk mewujudkan harmoni atau kerukunan diantara warga negara, karena
masing-masing kelompok mempunyai keyakinan, pendapat, dan aspirasi.

3
Dalam negara yang majemuk dengan berbagai macam agama, konflik yang terjadi antar
umat beragama tersebut dalam masyarakat yang multkultural adalah menjadi sebuah
tantangan yang besar bagi masyarakat maupun pemerintah. Supaya agama bisa menjadi
alat pemersatu bangsa, maka kemajemukan harus dikelola dengan baik dan benar, maka
diperlukan cara yang efektif yaitu dialog antar umat beragama untuk permasalahan yang
mengganjal antara masing-masing kelompok umat beragama, karena komunikasi antar
pemuka atau pemeluk agama merupakan kunci dari penyelesaian permasalahan antar
umat beragama. Selain itu, bagaimana menurut pandangan Kristen akan hal ini?

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana peran agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
2. Bagaimana sikap terhadap kerukunan antar umat beragama?
3. Apa saja konflik yang berlatar belakang agama?
4. Bagaimana mewujudkan kerukunan umat beragama di Indonesia?
5. Bagaimana kerukunan umat beragama dalam pandangan Kristen?

1.3 Manfaat dan Tujuan


Melalui pembuatan makalah ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memahami makna dari kerukunan umat beragama.
2. Mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menjadi generasi penerus yang dapat menjaga kerukunan umat beragama berdasarkan
cinta kasih.

BAB II

pembahasan

Kerukunan Umat Beragama

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, terdiri atas beberapa kelompok
masyarakat dengan latar belakang berbeda, baik suku, agama, budaya, maupun ras. Disisi
lain, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius yang tercermin dalam ideologi
negara, Pancasila pada sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dalam sebuah negara yang

4
majemuk, adalah tidak mudah untuk mewujudkan harmoni atau kerukunan diantara warga
negara, karena masing-masing kelompok mempunyai keyakinan, pendapat, dan aspirasi.

Kerukunan berasal sari bahasa arab, yakni “rukaum” yang berarti asas atau dasar, yang
dalam bentuk tunggal berarti tiang dan dalam bentuk jamak “ arkhan” artinya tiang-
tiang. Dalam bahasa Indonesia, istilah rukun memiliki arti damai dan berastu hati. Dari
pengertian diatas, dapat digambarkan kerukunan sebagai suatu bangunan yang dibangun
dengan tiang untuk menopang rumah yang akan dihuni oleh sekelompok orang yang
diikat secara kekeluaraan dengan kesatuan hati untuk mencapai kedamaian. Kerukunan
adalah sikap saling mengakui, menghargai, toleransi yang tinggi antar umat beragama
dalam masyarakat multikultural sehngga umat beragama dapat hidup rukun, damai dan
berdampingan.
Istilah “kerukunan” merupakan arti kata yang positif dan dinamis di bandingkan dengan
istilah “toleransi” yang statis. Toleransi lebih mengisyaratkan adanya persetujuan suatu
pihak untuk memberikan hak hidup kepada pihak lain. Kerukunan mengandung
pengertian bahwa walaupun kita berbeda, namun kita mempunyai hak dan kewajiban
yang sama. Hak hidup yang dimiliki seseorang tidaklah tergantung pada izin pihak lain,
melainkan secara bersama-sama tergantung pada suatu yang luhur yaitu cita-cita
bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur, damai sejahtera berdasarkan pancasila dan terlebih tergantung pada Tuhan.
Kerukunan tidak mengharuskan kita seragam dalam segala sesuatu.
2.2 Peran Agama dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Agama merupakan sumber pembentukan dan penguat nilai-nilai, etika, moral, dan
karakter bangsa Indonesia. Agama sebagai penguat integrasi bangsa dan sebaliknya tidak
menjadi faktor pemecah belah bangsa. Agama sebagai pendorong etos kerja dan
kemajuan bangsa dan sebaliknya tidak menjadi penghambat kemajuan. Agama menjadi
penguat dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa, seperti
kemiskinan, kebbodohan, lingkungan hidup, dsb.

2.3 Sikap Terhadap Kerukunan antar Umat Beragama


Ada beberapa sikap masyarakat dalam kaitannya dengan kerukunan antar umat
beragama.Yaitu : sikap eksklusif, inklusif, dan pluralis. Tiga sikap ini dipengaruhi oleh
pola pikir, pengalaman, visi serta kemampuan memahami perwujudan kasih bagi sesama
manusia.
a. Eksklusivisme

5
Eksklusivisme merupakan sikap yang hanya mengakui agamanya sebagai agama
yang paling benar dan baik. Sifat fanatisme sempit seperti ini akan melahirkan
berbagai konsekuensi, antara lain perpecahan, perseteruan antar umat beragama, dan
konflik. Bentuk eksklusivme merupakan pola umum yang ada di abad pertengahan
dan makin menipis seiring dengan perkembangan paradigma berpikir dalam
masyarakat. Meskipun tak dapat disangkal bahwa sampai saat ini, sikap tersebut
masih mendominasi kelompok kecil pemeluk agama-agama.
b. Inklusivisme
Inklusivisme adalah sikap yang dapat memahami dan menghargai agama lain
dengan eksistensinya, tetapi tetap memandang agamanya sebagai satu-satunya jalan
menuju keselamatan.
c. Pluralisme
Pluralisme adalah sikap yang menerima, menghargai, dan memandang agama lain
sebagai agama yang baik serta memiliki jalan keselamatan. Dalam perspektif
pandangan seperti ini, maka tiap umat beragama terpanggil untuk membina
hubungan solidaritas, dialog, dan kerjasama dalam rangka mewujudkan kehidupan
yang lebih baik dan lebih berpengharapan.

2.4 Konflik Berlatang Belakang Agama


Diantara konflik yang mudah diprovokasi adalah konflik berlatar belakang agama.
Begitu sensitifnya persoalan agama, sehingga konflik sosial dan ekonomi pun seringkali
ditarik dari wilayah agama untuk mendapatkan dukungan yang lebih banyak dari
pemeluknya. Konflik antar umat beragama ini umumnya tidak murni disebabkan oleh
faktor agama, melainkan oleh faktor ekonomi, politik, maupun sosial. Konflik antar umat
beragama banyak disebabkan karena persoalan pendirian rumah ibadah atau cara
penyiaran agama yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, karena adanya salah
paham diantara pemeluk agama.
Konflik internal umat beragama terjadi karena adanya :
1. Pemahaman yang menganggap hanya aliran/ mazhabnya sendiri yang
benar dan menyalahkan yang lain.
2. Pemahaman yang diselewengkan
3. Pemahaman yang “bebas semau sendiri” tanpa mengikuti kaidah-kaidah
yang ada

6
Hal lain yang masih terkait dengan persoalan kehidupan umat beragama adalah masih
adanya kekerasan dengan mengatasnamakan agama oleh kelompok-kelompok radikal,
tidak hanya dari kalangan muslim tapi juga non-muslim.

2.5 Mewujudkan Kerukunan Hidup antar Umat Beragama di Indonesia

1. Kerukunan Hidup antar Umat Beragama


Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural.
Multikultural masyarakat Indonesia tidak saja karena keanekaragaman suku,
budaya,bahasa, ras tapi juga dalam hal agama. Agama yang diakui oleh pemerintah
Indonesia adalah agama Islam, Katolik, protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu. Dari
agama-agama tersebut terjadilah perbedaan agama yang dianut masing-masing
masyarakat Indonesia. Dengan perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara dengan
baik bisa menimbulkan konflik antar umat beragama yang bertentangan dengan nilai
dasar agama itu sendiri yang mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling
menghormati, dan saling tolong menolong.
Maka dari itu, diperlukan suatu model hubungan antar masyarakat yang
berbeda agama yaitu kerukunan hidup antar umat beragama atau toleransi antar umat
beragama. Istilah ini dikemukakan oleh mantan Menteri Agama Indonesia tahun
1972. Sebagai sarana pencapaian kehidupan harmonis antar umat beragama yang
diselenggarakam dengan segala kearifan dan kebijakan atas nama pemerintah.
Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua golongan
agama bisa hidup bersama tanpa menguarangi hak dasar masing-masing untuk
melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang baik
haruslah hidup rukun dan damai.
Karena itu kerukunan antar umat beragama tidak mungkin akan lahir dari sikap
fanatisme buta dan sikap tidak peduli atas hak keberagaman dan perasaan orang lain.
Tetapi dalam hal ini tidak diartikan bahwa kerukunan hidup antar umat beragama
memberi ruang untuk mencampurkan unsur-unsur tertentu dari agama yang berbeda ,
sebab hal tersebut akan merusak nilai agama itu sendiri.
Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bisa diartikan dengan
toleransi antar umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya masyarakat
harus bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu
masyarakat juga harus saling menghormati satu sama lainnya misalnya dalam hal

7
beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya tidak saling mengganggu.
Departemen agama juga menjadikan kerukunan antar umat beragama sebagai tujuan
pembangunan nasional bangsa Indonesia yang diarahkan dalam tiga bentuk yaitu:
A. Kerukunan intern umat beragama.
B. Kerukunan antar umat beragama.
C. Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.
Untuk itulah kerukunan hidup antar umat beragama harus kita jaga agar tidak
terjadi konflik-konflik antar umat beragama. Terutama di masyarakat Indonesia yang
multikultural dalam hal agama, kita harus bisa hidup dalam kedamaian, saling tolong
menolong, dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa
Indonesia yang secara tidak langsung memberikan stabilitas dan kemajuan negara.

Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Dengan Dialog Antar Umat
Beragama
Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat yang modern yang demokratis adalah
terwujudnya masyarakat yang menghargai kemajemukan (pluralitas) masyarakat dan
bangsa serta mewujudkannya dalam suatu keniscayaan. Untuk itulah kita harus saling
menjaga kerukunan hidup antar umat beragama. Secara historis banyak terjadi konflik
antar umat beragama, misalnya konflik di Poso antara umat islam dan umat kristen.
Agama disini terlihat sebagai pemicu atau sumber dari konflik tersebut. Sangatlah
ironis konflik yang terjadi tersebut padahal suatu agama pada dasarnya mengajarkan
kepada para pemeluknya agar hidup dalam kedamaian, saling tolong menolong dan
juga saling menghormati. Untuk itu marilah kita jaga tali persaudaraan antar sesama
umat beragama.
Konflik yang terjadi antar umat beragama tersebut dalam masyarakat yang
multkultural adalah menjadi sebuah tantangan yang besar bagi masyarakat maupun
pemerintah. Karena konflik tersebut bisa menjadi ancaman serius bagi integrasi
bangsa jika tidak dikelola secara baik dan benar. Supaya agama bisa menjadi alat
pemersatu bangsa, maka kemajemukan harus dikelola dengan baik dan benar, maka
diperlukan cara yang efektif yaitu dialog antar umat beragama untuk permasalahan
yang mengganjal antara masing-masing kelompok umat beragama. Karena mungkin
selama ini konflik yang timbul antara umat beragama terjadi karena terputusnya
jalinan informasi yang benar diantara pemeluk agama dari satu pihak ke pihak lain
sehingga timbul prasangka-prasangka negatif.

8
Menurut Prof. Dr. H Muchoyar H.S, MA dalam menyikapi perbedaan agama terkait
dengan toleransi antar umat beragama agar dialog antar umat beragama terwujud
memerlukan 3 konsep yaitu:
 Setuju untuk tidak setuju, maksudnya setiap agama memiliki akidah masing-
masing sehingga agama saling bertoleransi dengan perbedaan tersebut.
 Setuju untuk setuju, konsep ini berarti meyakini semua agama memiliki
kesamaan dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan martabat umatnya.
 Setuju untuk berbeda, maksudnya dalam hal perbedaan ini disikapi dengan
damai bukan untuk saling menghancurkan.
Tema dialog antar umat beragama sebaiknya bukan mengarah pada masalah
peribadatan tetapi lebih ke masalah kemanusiaan seperti moralitas, etika, dan nilai
spiritual, supaya efktif dalam dialog aantar umat beragama juga menghindari dari latar
belakang agama dan kehendak untuk memdominasi pihak lain.
Model dialog antar umat beragama yang dikemukakan oleh KLmball adalah
sebagai berikut :
A. Dialog Parlementer ( parliamentary dialogue ). Dialog ini dilakukan dengan
melibatkan tokoh-tokoh umat beragama di dunia. Tujuannya adalah
mengembangkan kerjasama dan perdamaian antar umat beragama di dunia.
B. Dialog Kelembagaan ( institutional dialogue ). Dialog ini melibatkan
organisasi-organisasi keagamaan. Tujuannya adalah untuk mendiskusikan dan
memecahkan persoalan keumatan dan mengembangkan komunikasi di antara
organisasi keagamaan.
C. Dialog Teologi ( theological dialogue ). Tujuannya adalah membahas
persoalan teologis filosofis agar pemahaman tentang agamanya tidak subjektif
tetapi objektif.
D. Dialog dalam Masyarakat ( dialogue in society ). Dilakukan dalam bentuk
kerjasama dari komunitas agama yang plural dalam menylesaikan masalah
praktis dalam kehidupan sehari-hari.
E. Dialog Kerohanian ( spiritual dialogue ). Dilakukan dengan tujuan
mengembangkan dan memperdalam kehidupan spirituak di antara berbagai
agama.
2. Cara Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama

9
Indonesia yang multikultural terutama dakam hal agama membuat Indonesia menjadi
sangat rentang terhadap konflik antar umat beragama. Maka dari itu menjaga
kerukunan antar umat beragama sangatlah penting. Dalam kaitannya untuk menjaga
kehidupan antar umat beragama agar terjaga sekaligus tercipta kerukunan hidup antar
umat beragama dalam masyarakat khususnya masyarakat Indonesia misalnya dengan
cara sebagai berikut:
 Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama
lain yaitu dengan cara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran
yang positf dan mau menghargai keyakinan orang lain.
 Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi
salahkan orangnya. Misalnya dalam hal terorisme.
 Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena
ini bagian dari sikap saling menghormati.
 Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak
mendapat fasilitas yang sama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan
sebagainya.
Dengan memperhatikan cara menjaga kerukunan hidup antar umat beragama tersebut
hendaknya kita sesama manusia haruslah saling tolong menolong dan kita harus bisa
menerima bahwa perbedaan agama dengan orang lain adalah sebuah realitas dalam
masyarakat yang multikultural agar kehidupan antar umat beragma bisa terwujud.

2.6 Kerukunan Umat Beragama dalam Pandangan Kristen


Kerukunan dan toleransi umat beragama adalah penting yang dapat terwujud :
1. Praktek hidup beragam secara benar dan efektif.
2. Tercapainya tujuan dari agama yakni, terwujudnya keselamatan, kebahagiaan di
dunia dan akhhirat yang dapat dicapai melalui cinta kasih (1 Korintus 13 : 4-7)
3. Terwujudnya kebutuhan yang hakiki dan cita-cita setiap insan manusia.
Cara membangun kerukunan umat beragama menurut iman Kristen, yaitu :

1. Membangkitkan kesadaran dan pengakuan akan masalah dan kebutuhan bersama


lewat dialog kemanusiaan dan persaudaraan.
2. Menumbuhkembangkan sikap dasar untuk saling terbuka, memahami, dan
mengakui, menghargai dan berdialog satu sama lain.

10
3. Berusaha untuk meningkatkan pemahaman akan pihak lain melalui studi bersama
saling tukar informasi.
4. Berusaha untuk senantiasa menghindari cara-cara yang dapat merusak kerukunan
dan toleransi.
5. Melakukan program bersama, seperti studi bersama tentang praktek keagamaan,
doa bersama, karya amal bersama, dan pembinaan umat bersama.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Indonesia sebagai negara yang majemuk dengan enam agama yang disahkan oleh
negara memiliki tantangan besar dalam menjaga kerukunan bangsanya terutama antar
umat beragama.
2. Kerukunan umat beragama merupakan suatu kondisi sosial ketika semua golongan
agama bisa hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masng-masing untuk
melaksanakan kewajiban agamanya. Selain itu, kerukunan dapat diartikan sebagai

11
toleransi. Toleransi pada dasarnya masyarakat bersikap lapang dada dan menerima
perbedaan antar umat beragama, menghormati satu sama lain dalam hal beribadah.
3. Konflik antar umat beragama yang terjadi dapat disebabkan oleh sikap eksklusivisme
(fanatisme), pemahaman yang diselewengkan, dan adanya pemahaman “bebas semau
sendiri” dalam kalangan masyarakat.
4. Menanggapi konflik yang terjadi diperlukan adanya komunikasi antar pemeluk agama
melalui dialog dengan menghindari latar belakang agama dan kehendak dominasi
suatu pihak. Selain itu masyarakat juga kiranya tidak memiliki rasa curiga kepada
agama lain, rasa menghormati agama lain dengan tidak mengolok-olok, dan tidak
melakukan diskriminasi terhadap suatu kaum/kelompok.
5. Menurut pandangan Kristen, kerukunan dapat dicapai melalui cinta kasih seperti yang
tertuang dalam 1 Korintus 13 : 4-7. Selain itu kita sebagai orang Kristen kiranya
memilki sikap yang membangun kerukunan umat beragama.

3.2 Saran

Dengan penyelesaian makalah ini diharapakan agar setiap pembaca dapat memahami arti
perbedaan keyakinan dengan fositif dan sebaik mungkin.dan dimana diharapkan setiap umat
beragama dapat saling menghargai satu agama dengan agama lainya. Sehingga terciptanya
kerukunan antar umat beragama dan terciptanya hubungan persaudaraan antar umat
manusia.karena sebenarnya agama ialah keyakinan yang mengajarkan kasih kepada setiap
manusia.

Daftar Pustaka

Geertz, Clifford. 1992. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius.


Hadiwijono H. 2003. Iman Kristen. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Hakamako. 2011. Kerukunan Antar Umat Beragama, (diakses dari http: //
www.scribd.com/doc144456736/Lisa-kerukunan-antar-umat -beragama)
Nangoy Wisje. 2013. Bahan Ajar Pendidikan Agama Kristen. Manado: Universitas Negeri
Manado

12
Tilaar, Johni. a.n. Memahami Kerukunan Umat Beragama dari Konteks Iman Kristen.
(diakses dari sulut.kemenag.go.id/file/dokumen/PakJohn.pdf pada tanggal 4 Mei 2015, pukul
22.00)

13

Anda mungkin juga menyukai