Dosen Pengampu: Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, S.E., M.Si., Ak. CA.
Diusulkan oleh:
Kelompok 9
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
A. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN yaitu mulai 1
Januari dan berakhir tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan.
Sehingga pengelolaan, pengendalian, dan pengawasan keuangan daerah
dapat dilaksanakan berdasarkan kerangka waktu tersebut.
APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang
mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan
alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Jumlah pendapatan yang
dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional
yang dapat tercapai untuk setiap sumber pendapatan. Pendapatan dapat
1
direalisasikan melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan. Berkaitan
dengan belanja, jumlah belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi
untuk setiap jenis belanja. Jadi, realisasi belanja tidak boleh melebihi jumlah
anggaran belanja yang telah ditetapkan.Penganggaran pengeluaran harus
didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah
yang cukup. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat
pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup
tersedia anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut.
B. Dasar Hukum dari Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD)
2
2) Retribusi daerah.
3) Hasil pengolahan kekayaan daerah.
4) Keuntungan dari perusahaan-perusahaan milik daerah.
5) Lain-lain PAD.
b. Dana Perimbangan
Adalah dana yang dialokasikan dari APBN untuk daerah sebagai pengeluaran pemerintah
pusat untuk belanja daerah. Dana perimbangan terdiri dari:
1) Dana bagi hasil
Yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah sebagai hasil dari
pengelolaan sumber daya alam didaerah oleh pemerintah pusat.
3
bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja
tidak terduga
2) Belanja langsung
Merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan
program dan kegiatan. Belanja langsung dari suatu kegiatan terdiri atas belanja pegawai
(honorarium/ upah), belanja barang dan jasa, dan belanja modal.
Sesuai UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemda pasal 155, belanja daerah
dilaksanakan untuk mendanai urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah.
D. Prinsip Penyusunan APBD
Penyusunan APBD berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah dalam rangka
mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara. Dalam
4
menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian atas
tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah
yang dianggarkan dalam APBD harus berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-
undangan dan dianggarkan secara bruto dalam APBD.
1) Penyusunan Rancangan APBD
Pemerintah Daerah perlu menyusun APBD untuk menjamin kecukupan dana dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahannya. Karena itu, perlu diperhatikan kesesuaian antara
kewenangan pemerintahan dan sumber pendanaannya. Pengaturan kesesuaian kewenangan
dengan pendanaannya adalah sebagai berikut:
Penetapan anggaran merupakan tahapan yang dimulai ketika pihak eksekutif menyerahkan
usulan anggaran kepada pihak legislatif, selanjutnya DPRD akan melakukan pembahasan untuk
beberapa waktu. Selama masa pembahasan akan terjadi diskusi antara pihak Panitia Anggaran
Legislatif dengan Tim Anggaran Eksekutif dimana pada kesempatan ini pihak legislatif
berkesempatan untuk menanyakan dasar-dasar kebijakan eksekutif dalam membahas usulan
anggaran tersebut.
5
Penetapan APBD dilaksanakan dengan melalui tiga tahap sebagai berikut:
a) Penyampaian dan Pembahasan Raperda tentang APBD
Menurut ketentuan dari Pasal 104 Permendagri No. 13 Tahun 2006, Raperda beserta
lampiran-lampirannya yang telah disusun dan disosialisasikan kepada masyarakat untuk
selanjutnya disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD paling lambat pada minggu
pertama bulan Oktober tahun anggaran sebelumnya dari tahun anggaran yang direncanakan
untuk mendapatkan persetujuan bersama. Pengambilan keputusan bersama ini harus sudah
terlaksana paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
dimulai.Atas dasar persetujuan bersama tersebut, kepala daerah menyiapkan rancangan
peraturan kepala daerah tentang APBD yang harus disertai dengan nota keuangan. Raperda
APBD tersebut antara lain memuat rencana pengeluaran yang telah disepakati bersama.
Raperda APBD ini baru dapat dilaksanakan oleh pemerintahan kabupaten/kota setelah
mendapat pengesahan dari Gubernur terkait.
b) Evaluasi Raperda tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD
Raperda APBD pemerintahan kabupaten/kota yang telah disetujui dan rancangan
Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh
Bupati.Walikota harus disampaikan kepada Gubernur untuk di-evaluasi dalam waktu paling
lama 3 (tiga) hari kerja. Evaluasi ini bertujuan demi tercapainya keserasian antara kebijakan
daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan publik dan kepentingan
aparatur, serta untuk meneliti sejauh mana APBD kabupaten/kota tidak bertentangan dengan
kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya. Hasil
evaluasi ini sudah harus dituangkan dalam keputusan gubernur dan disampaikan kepada
bupati/walikota paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanaya Raperda
APBD tersebut.
c) Penetapan Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran
APBD
Tahapan terakhir ini dilaksanakan paling lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran
sebelumnya. Setelah itu Perda dan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD ini
6
disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada Gubernur terkait paling lama 7 (tujuh) hari kerja
setelah tanggal ditetapkan.
7
8) Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Perda sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), untuk membiayai keperluan setiap bulan Pemerintah Daerah dapat melaksanakan
pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya (Pasal
20 (6) UU 17/2003 dan Pasal 46 PP 58/2005).
8
DAFTAR PUSTAKA
Deddi Nordiawan, Iswahyuni Sondi dan Rahmawati Maulida. 2009. Akuntansi Pemerintah.
Jakarta: Salemba Empat.