Dosen Pengampu: Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, S.E., M.Si., Ak. CA.
Diusulkan oleh:
Kelompok 9
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
A. Organisasi Nirlaba
Organisasi nirlaba atau organisasi yang tidak bertujuan memupuk keuntungan memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak meng¬harapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya
yang diberikan.
2) Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu
entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri
atau pemilik entitas tersebut.
3) Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali,
atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas
pada saat likuidasi atau pembubaran entitas.
Organisasi nirlaba dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu entitas pemerintahan dan entitas
nirlaba nonpemerintah. Organisasi nirlaba dipandang amat berbeda dengan organisasi komersial
oleh pelanggan, donatur dan sukarelawan, pemerintah, anggota organisasi dan karyawan
organisasi nirlaba. Bagi stakeholder, akuntansi dan laporan keuangan bermanfaat sebagai bentuk
alat penyampaian pertanggungjawaban pengurus.
Para karyawan profesional organisasi nirlaba diasumsikan ingin diperlakukan setara dengan
karyawan profesional organisasi komersial dalam hal imbalan, karier, jabatan, dan masa depan.
Bagi mereka akuntansi berguna untuk menginformasikan kesinambungan hidup organisasi
sebagai tempat berkarier. Para anggota diasumsikan secara serius ikut serta dalam suatu
organisasi nirlaba untuk mencapai suatu visi dan misi tertentu organisaai bersangkutan yang
sejalan dengan aspirasinya. Maka laporan keuangan diharapkan memberikan informasi berkala,
guna memberikan gambaran, apakah visi misi tersebut direalisasikan.
Para pelanggan atau pihak yang menjadi sasaran akan diuntungkan serta berharap untuk
memperoleh manfaat yang dijanjikan organisasi, juga perlu mendapat informasi mengenai
sasaran yang berhasil diraih organisasi tersebut. Maka laporan keuangan perlu menampilkan
manfaat atau hasil yang diraih yang apabila mungkin didenominasikan dalam besaran uang.
1
Bagi pemerintah, organisasi nirlaba nonpemerintah harus mematuhi ketentuan undang-
undang, serta diharapkan memberi sumbangan positif bagi kehidupan sosial, politik, ekonomi,
dan budaya nasional serta memberi citra baik bagi bangsa. Di sini, laporan keuangan berfungsi
sebagai umpan balik kepada pemerintah. Apabila ada berbagai harapan dan kepentingan yang
berbenturan, maka laporan keuangan secara seimbang memberi informasi bagi berbagai pihak
yang berkepentingan itu.
Sebagai kesimpulan, sasaran utama laporan keuangan entitas nirlaba adalah menyajikan
informasi kepada penyedia sumber daya, yang ada pada masa berjalan dan pada saat yang akan
datang dan pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk mengambil keputusan rasional dalam
pengalokasian sumber daya kepada entitas nirlaba.
Surplus diperlukan organisasi nirlaba untuk memperbesar skala kegiatan pengabdiannya dan
memperbaharui sarana yang uzur dan rusak. Sebaliknya, apabila surplus tersebut dinikmati oleh
para pengurus dalam bentuk tantiern, gratifikasi, gaji, bonus, tunjangan perjalanan dinas,
pinjaman bagi pendiri/ pengurus (setara dividen dalam entitas komersial) atau kenikmatan (mobil
mewah, rumah tinggal, keanggotaan golf dan sebagainya), maka organisasi nirlaba menjadi
berhakikat entitas komersial.
Entitas komersial atau nirlaba sering diidentifikasi melalui bentuk legal dan bentuk kegiatan.
Contoh entitas legal adalah:
1) Entitas komersial, terbagi atas entitas komersial yang dikelola pmerintah, seperti BUMN
Persero; entitas komersial swasta, misalnya CV, NV, Firma, usaha perorangan, UD;
2
2) Entitas nirlaba, terbagi atas entitas nirlaba pemerintah, entitas nirlaba swasta, misalnya
yayasan, partai politik, lembaga swadaya masyarakat
C. Tujuan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba
3
Adanya pedoman akuntansi diharapkan akan memudahkan para pengguna laporan
keuangan bagi pemakai laporan keuangan tersebut. Tak hanya itu, pedoman akuntansi yang
sama akan melahirkan tingginya tingkat komparasi antarorganisasi pengelola zakat. Dengan
demikian bisa dipastikan kinerja antara organisasi pengelola zakat yang satu dengan yang
lainnya dalam penghimpunan, pengelolaan dan penyaluran dana.
Berdasarkan PSAK 45 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2000, maka organisasi zakat
harus membuat Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas, dan
Pernyataan atas Laporan keuangan. Teten Kustiawan dari Institut Manajemen Zakat (IMZ)
menambahkan satu laporan yaitu Laporan Dana Termanfaatkan. Tambahan ini diperlukan,
karena dalam lampiran PSAK 45 disebutkan bahwa dana yang digunakan organisasi zakat
untuk hal yang tidak habis, misalnya untuk komputer, maka tidak perlu dimasukkan sebagai
pengeluaran. Ini sangat riskan untuk diterapkan organisasi zakat.
Organisasi nirlaba memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan organisasi yang
berorientasi kepada laba. Dalam menjalankan kegiatannya, organisasi nirlaba tidak semata-mata
digerakkan oleh tujuan untuk mencari laba. Meski demikian not-for-profit juga harus diartikan
sebagai not-for-loss. Oleh karena itu, organisasi nirlaba selayaknya pun tidak mengalami defisit.
Adapun bila organisasi nirlaba memperoleh surplus, maka surplus tersebut akan dikontribusikan
kembali untuk pemenuhan kepentingan publik, dan bukan untuk memperkaya pemilik organisasi
nirlaba tersebut.
Dalam hal kepemilikan, kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan,
atau ditebus kembali sebagaimana pada organisasi bisnis. Selain itu, kedua jenis organisasi
tersebut bereda dalam hal cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas operasinya. Organisasi nirlaba umumnya memperoleh sumber daya
dari sumbangan para anggota dan donatur lain, yang idealnya, tidak mengharapkan adanya
pengembalian atas donasi yang mereka berikan.
Lebih lanjut, walaupun tidak meminta adanya pengembalian, namun para donatur sebagai
salah satu stakeholder utama organisasi nirlaba tentunya mengharapkan adanya pengembalian
atas sumbangan yang mereka berikan. Para donatur ini, baik mempersyaratkan atau tidak, tentu
4
tetap menginginkan pelaporan serta pertanggungjawaban yang transparan atas dana yang mereka
berikan. Para donatur ingin mengetahui bagaimana dana yang mereka berikan dikelola dengan
baik dan dipergunakan untuk memberi manfaat bagi kepentingan publik.
Untuk itu, organisasi nirlaba perlu menyusun laporan keuangan. Hal ini bagi sebagian
organisasi nirlaba yang scope-nya masih kecil serta sumber daya-nya masih belum memadai,
mungkin akan menjadi hal yang menantang untuk dilakukan. Terlebih karena organisasi nirlaba
jenis ini umumnya lebih fokus pada pelaksanaan program ketimbang mengurusi administrasi.
Namun, hal tersebut tidak boleh dijadikan alasan karena organisasi nirlaba tidak boleh hanya
mengandalkan pada kepercayaan yang diberikan para donaturnya. Akuntabilitas sangat
diperlukan agar dapat dapat memberikan informasi yang relevan dan dapat diandalkan kepada
donatur, regulator, penerima manfaat dan publik secara umum.
Menurut PSAK 45, organisasi nirlaba perlu menyusun setidaknya 4 jenis laporan keuangan
sebagai berikut:
1. Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode laporan
2. Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan
3. Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan
4. Catatan atas laporan keuangan
F. Jenis dan Komponen Organisasi Nirlaba
Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi (1) laporan posisi keuangan pada akhir periode
laporan, (2) laporan aktivitas serta (3) laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan, dan (4)
catatan atas laporan keuangan.
Laporan ini bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai aset, kewajiban, dan aset
bersih dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu.
Informasi ini dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak-pihak
lain untuk menilai:
1) kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan, dan
2) likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, serta
kebutuhan pendanaan eksternal.
5
Lebih lanjut, komponen dalam laporan posisi keuangan mencakup:
Aset
a. Kas dan setara kas;
b. Piutang (misalnya: piutang pasien, pelajar, anggota, dan penerima jasa yang lain);
c. Persediaan;
d. Sewa, asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar di muka;
e. Surat berharga/efek dan investasi jangka panjang;
f. Tanah, gedung, peralatan, serta aset tetap lainnya yang digunakan untuk menghasilkan
barang dan jasa, dan lain-lain.
Liabilitas
a. Utang dagang;
b. Pendapatan diterima dimuka;
c. Utang jangka panjang, dan lain-lain
Dalam penyajiannya, liabilitas tetap diurutkan berasarkan masa jatuh temponya.
Aset Bersih
a. Aset bersih tidak terikat. Aset bersih jenis ini umumnya meliputi pendapatan dari jasa,
penjualan barang, sumbangan, dan dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk
memperoleh pendapatan tersebut.
b. Aset bersih terikat temporer. Pembatasan ini bisa berupa pembatasan
waktu maupun penggunaan, ataupun keduanya.
c. Aset bersih terikat permanen. Pembatasan ini bisa dilakukan terhadap (1) aset seperti tanah
atau karya seni yang disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk
dijual, atau (2) aset yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan
secara permanen.
Contoh laporan posisi keuangan:
6
2) Laporan Aktivitas
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai pengaruh transaksi
dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset bersih, hubungan antar transaksi, dan
peristiwa lain, dan bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program
atau jasa. Perubahan aset bersih dalam laporan aktivitas biasanya melibatkan 4 jenis transaksi,
yaitu (1) pendapatan, (2) beban, (3) gains and losses, dan (4) reklasifikasi aset bersih. Seluruh
perubahan aset bersih ini nantinya akan tercermin pada nilai akhir aset bersih yang disajikan
dalam laporan posisi keuangan.
Lebih lanjut, komponen dalam laporan aktivitas mencakup:
Pendapatan
Semua pendapatan tersebut disajikan secara bruto. Namun, khusus
untuk pendapatan investasi dapat disajikan secara neto dengan syarat
beban-beban terkait, seperti beban penitipan dan beban penasihat investasi,
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Komponen lain yang
juga disajikan dalam jumlah neto adalah keuntungan dan kerugian yang
7
berasal dari transaksi insidental atau peristiwa lain yang berada di luar
pengendalian organisasi dan manajemen. Misalnya, keuntungan atau
kerugian penjualan tanah dan gedung yang tidak digunakan lagi.
Beban
a. Beban terkait program pemberian jasa. Aktivitas terkait dengan beban jenis ini antara lain
aktivitas untuk menyediakan barang dan jasa kepada para penerima manfaat, pelanggan, atau
anggota dalam rangka mencapai tujuan atau misi organisasi.
b. Beban terkait aktivitas pendukung (meliputi semua aktivitas selain program pemberian jasa).
8
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. PSAK 45: Akuntansi Organisasi Nirlaba. Jakarta: Ikatan
Akuntan Indonesia.
Ruppel, W. 2007 Not-for-profit Accounting Made Easy. Hoboken, New Jersey: John Wiley &
Sons, Inc.
http://www.keuanganlsm.com