Anda di halaman 1dari 6

Jenis Dermatitis Kontak Iritan dan Gejala Klinis

selvilim102017034
Kelompok D4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 06, Tanjung Duren,
Jakarta Barat 11510
Abstrak
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi dengan bahan-bahan yang mungkin dapat
menimbulkan iritan maupun alergi bagi seseorang dan belum tentu bagi individu lain. Bahan-
bahan ini dapat menimbulkan kelainan pada kulit sesuai dengan kontak yang terjadi. Kelainan ini
disebut dermatitis kontak. Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak diketahui, sebagian besar
merupakan respon kulit terhadap agen eksogen maupun endogen. Dermatitis kontak ini ada dua
jenis yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik. Adapun dermatitis kontak iritan
juga dapat disebabkan oleh seranggga dan nama penyakitnya adalah dermatitis venenata.
Penyakit ini agak sulit dibedakan dengan herpes zoster karena memiliki lesi yang hampir sama.
Kata Kunci : Dermatitis kontak iritan, dermatitis venenata, herpes zoster.
Abstract
In daily life we always interact with materials that might cause irritants and allergies for
someone and not necessarily for other individuals. These ingredients can cause abnormalities in
the skin according to the contact that occurs. This disorder is called contact dermatitis. The
causes of dermatitis are sometimes unknown, most of which are skin responses to exogenous or
endogenous agents. There are two types of contact dermatitis, irritant contact dermatitis and
allergic contact dermatitis. Irritant contact dermatitis can also be caused by insects and the
name of the disease is venenata dermatitis. This disease is rather difficult to distinguish from
herpes zoster because it has almost the same lesions.
KeyWord : irritant contact dermatitis, venenata dermatitis, herpes zoster
Pendahuluan
Dermatitis merupakan peradangan kulit dari epidermis dan dermis, sebagai respon
terhadap prngaruh dari luar seperti bahan kimia, fisik, dan mikroorganisme. Juga terdapat
didalam tubuh, contohnya dermatitis atopik. Penyakit ini menyebabkan kelaina klinis efloresensi
polimorfik dan keluhan gatal. Keluhan polimorfik tidak selalu terjadi bersamaan, bahkan
mungkin hanya satu jenis misalnya hanya berupa papula (oligomorfik). Dermatitis cenderung
resedif dan menjadi kronis. Nama lain dari dermatitis adalah eskim. Ada yang mengatakan
berbeda tetapi pada umunya sama.1 Pada makalah ini saya akan membahas dermatitis kontak saja
berseta dengen differential diagnosinya.
Serangga (Insecta) merupakan kelas dari filum Arthropoda. Ordo yang paling sering
mengakibatkan masalah kulit adalah klas Lepidoptera (kupu-kupu), hemiptera (bed bug),
Anoplura (Pediculus sp.), Diptera (nyamuk), Coleoptera (blister beetle), Hymenoptera (lebah,
tawon, semut), Shiponaptera (flea). Kelas arthropoda lain yang bermakna secara dermatologis
adalah myriapoda (kelabang) dan arachnida (laba-laba, tick, mite, kalajengking).2

Pembahasan
Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi peradangan non-imunologik, yaitu kerusakan kulit
terjadi langsung tanpa didahului proses pengenalan. Dermatitis Kontak Iritan adalah peradangan
kulit yang disebabkan terpaparnya kulit dengan bahan dari luar yang bersifat iritan yang
menimbulkan kelainan klinis efloresensi polimorfik berupa eritema, vesikula, edema, papul,
vesikel, dan keluhan gatal, perih serta panas. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan,
bahkan hanya beberapa saja. 1,3
Dermatitis Venenata adalah Dermatitis Kontak Iritan yang disebabkan oleh terpaparnya bahan
iritan dari beberapa tanaman seperti rumput, bunga, pohon mahoni, kopi, mangga, serta sayuran
seperti tomat, wortel dan bawang. Bahan aktif dari serangga juga dapat menjadi penyebab.3

Epidemiologi
Semua orang bisa terkena dari berbagai golongan umur, ras, jenis kelamin. Diperkirakan
cukup banyak orang yang terkena DKI, terutama yang berhubungan dengan pekerjaan, tertapi
angka tepatnya belum pasti. Hal ini disebabkan terutama karena pasien dengan kelainan ringan
atau tidak ada keluhan, tidak dating untuk berobat.1
Etiologi
Penyebab dermatitis jenis ini ialah pajanan dengan bahan yang bersifat iritan. Seperti
bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam alkali, dan serbuk kayu. Inflamasi dapat terjadi
pada satu kali pemaparan atau berulang. DKI saat pemaparan pertama disebabkan oleh iritan
yang kuat disebut DKI akut, sedangkan pemaparan berulang disebabkan iritan yang lemah.
Disebut DKI kronis.1

Patogenesis
Patogenesis pada DKI dipengaruhi 4 mekanisme yaitu ;4
• Hilangnya lipid permukaan kulit dan substansi penhan air
• Kerusakan membrane sel
• Denaturasi keratin epidermal
• Efek sitotoksik langsung

Kerusakan membran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat (AA),


diasilgliserida (DAG), platelet activating factor (PAF), dan inositida (IP3). AA dirubah menjadi
prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT). PG dan LT menginduksi vasodilatasi, dan meningkatkan
permeabilitas vaskular sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin. PG dan LT
juga bertindak sebagai kemoaktraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil, serta mengaktifasi sel
mas melepaskan histamin, LT dan PG lain, dan PAF, sehingga memperkuat perubahan vaskular.
DAG dan second messengers lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein, misalnya
interleukin-1 (IL-1) dan granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GMCSF). IL-1
mengaktifkan sel T-helper mengeluarkan IL-2 dan mengekspresi reseptor IL-2, yang
menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut.
Keratinosit juga membuat molekul permukaan HLA-DR dan adesi intrasel-1 (ICAM-1). Pada
kontak dengan iritan, keratinosit juga melepaskan TNFα, suatu sitokin proinflamasi yang dapat
mengaktifasi sel T, makrofag dan granulosit, menginduksi ekspresi molekul adesi sel dan
pelepasan sitokin.1
Gejala Klinis
Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, pada stadium akut kelainan kulit
berupa eritema, edema, vesikel, atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah. Stadium
sub akut, eritema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta, sedang pada stadium kronis
tampak lesi kronis, skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi, papul, mungkin juga terdapat erosi
atau ekskoriasi karena garukan. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal
suatu dermatitis memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis demikian pula
efloresensinya tidak selalu harus polimorfik. Mungkin hanya oligomorfik.3

Kelainan kulit ini bergantung dari sifat iritan ada yang kuat dan lemah. Iritan kuat
mengalami gejala akut dan iritan lemah mengalami gejala kronis. Juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti faktor individu dan lingkungan. Berdasarkan penyebab dan pengaruh dari
faktor tersebut, DKI diklasifikasikan menjadi sepuluh jenis yaitu, (1) DKI akut, (2) DKI akut
lambat, (3) reaksi iritan, (4) kronik kumulatif, (5) reaksi traumatik, (6) exication eczematid, (7)
reaksi pustular dan akneformis, (8) iritasi non-eritematosa, (9) dermatitis karena friksi, (10)
iritasi subyektif.1

DKI Akut
Diesebabkan oleh iritan kuat seperti larutan asam sulfat, dan asam hidrokortikoid atau
basa kuat, seperti natrium dan kalium hidroksida. Biasanya kecelakaan pada kerja. Kulit terasa
pedih, panas, terasa terbakar, kelainan yang terlihat berupa eritema edema,bula, mungkin juga
nekrosis. Tepi berbatas tegas, dan pada umumnya asimetris. Luka bakar oleh bahan kimia juga
termasuk dermatitis kontak iritan akut.1

DKI Akut Lambat


Gambaran klinis dan gejala sama dengan DKI akut, tetapi baru muncul 8 sampai 24 jam atau
lebih setelah kontak. Bahan iritan dapat menyebabkan DKI akut lambat, misalnya podofilin,
antralin, tretinoin, etilen oksida, benzalkonium klorida, asam hidrofluorat. Contohnya ialah
dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga yang terbang pada malam hari (dermatitis
venenata); penderita baru merasa pedih esok harinya, pada awalnya terlihat eritema dan sore
harinya sudah menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.1
DKI Kronik Kumulatif
Dermatitis jenis ini sering terjadi, penyebabnya adalah kontak berulang dengan iritan
lemah. Kelainan terlihat jelas setelah beberapa bulan atau minggu bahkan bisa bertahun-tahun.
Gejala kalsik serupa kulit kering, disertai eritema, skuama, yang lambat laun kulit menjadi tebal
dengan likenfikasi,yang difus. Jika terus berlangsung kulit dapat retak seperti luka iris. Keluhan
pada umumnya rasa gatal atau nyeri karena kulit retak.1

Diagnosis
DKI akut lebih mudah diketahui karena berlangsung lebih cepat dan pasien masih
mengingat penyebab yang dialami.,pada umumnya. Sebaliknyan DKI kronis terjadi lebih lambat
dan variasi gambaran klinis yang luas sehingga sulit dibedakan dengan dermatitis kontak
alergik.1
Prognosis
Prognosis dari DKI akut baik jika penyebab iritasi dapat dikenali dan dihilangkan.
Prognosis untuk DKI kumulatif atau kronis tidak pasti dan bahkan lebih buruk dari Dermatitis
Kontak Alergi. Latar belakang pasien atopi, kurangnya pengetahuan mengenai penyakit, dan atau
diagnosis dan penatalaksanaan adalah faktor-faktor yang membawa ke perburukan dari
prognosis.5
Diferrential Diganosis
Herpes Zoster
Penyakit neurodermal yang ditandai dengan nyeri radicular unilateral serta erupsi
vesikuler berklompok dengan dasar eritematosa pada daerah kulit yang dipersarafi saraf kranialis
atau spinalis dan merupakan reaktivasi dan multiplikasi dari varicella zoster virus (VZV). Faktor
resiko yang utama pada usia tua dan juga disfungsi imun seluler.
Gejala prodromal biasanya nyeri, disestesia, parestesia, nyeri tekan interminten (terus
menerus), terlokalisir, beberapa dermatom atau difus. Gejala lain dapat berupa rasa terbakar,
malaise, demam, nyeri kepala, limfadenopati, gatal, sensasi tingling. Lesi yang paling serimg
berupa vesikel hipertiformis bergrombol dengan dasar eritem, dan distribusi segmental
unilateral.4
Dermatitis Kontak Alergik
DKA adalah reaksi kulit yang didasari oleh reaksi hipersensivitas yang diperantai oleh sel
T yang terjadi secara lambat. Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat
molekul rendah. Umumnya pasien mengeluh gatal. Pada stadium akut dimulai dengan bercak
eritematosa bebatas tegas kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. DKA akut di
tempat tertentu, misalnya kelopak mata, penis, skrotum, lebih didominasi oleh eritema dan
edema. Pada DKA kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi, dan mungkin juga
fisur, berbatas tidak tegas. DKA dapat meluas ke tempat lain, misalnya dengan cara
autosensitisasi. Scalp, telapak tangan dan kakau relative terhadap DKA.1,4
Pemeriksaan Penunjang
Tes tempel (patch test) merupakan teknik pemeriksaan utama. Sejumlah allergen dioleskan pada
punggung yang tidak sedang mengalami inflamasi. Tempelan-tempelan dibuka setelah 48 jam
reaksinya dibaca. Pasien dilihat kembali setelah 72 jam dan reaksi lambat dicatat. Hasil tes
tempel yang negative dapat membantu menyingkirkan kemungkinan DKA. Sebaliknya tes
tempel yang menggunakan bahan iritasi yang dicurigai atau bahan campuran yang tidak standar
dapat menyebabkan hasil positif palsu.4,6
Penatalaksanaan
Penanganan dermatitis kontak yang tersering adalah menghindari bahan yang menjadi
penyebab.
Table
1 Bahan penyebab dermatitis kontak iritan4
Table 1 Bahan penyebab dermatitis kontak iritan4

Pengobatan medikamentosa terdiri dari:7


• Pengobatan sistemik :
• Kortikosteroid, hanya untuk kasus yang berat dan digunakan dalam
waktu singkat.
• Prednisone
Dewasa : 5-10 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 1 mg/KgBB/hari
• Dexamethasone
Dewasa : 0,5-1 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 0,1 mg/KgBB/hari
• Triamcinolone
Dewasa : 4-8 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 1 mg/KgBB/hari
• Antihistamin
• Chlorpheniramine maleat
Dewasa : 3-4 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 0,09 mg/KgBB/dosis, sehari 3 kali
• Diphenhydramine HCl
Dewasa : 10-20 mg/dosis i.m. sehari 1-2 kali
Anak : 0,5 mg/KgBB/dosis, sehari 1-2 kali
• Loratadine
Dewasa : 1 tablet sehari 1 kali

• Pengobatan topikal :7
• Bentuk akut dan eksudatif diberi kompres larutan garam faali
(NaCl 0,9%)
• Bentuk kronis dan kering diberi krim hydrocortisone 1% atau
diflucortolone valerat 0,1% atau krim betamethasone valerat 0,005-0,1%(5)

Kesimpulan
Dermatitis kontak iritan merupakan penyakit yang disebabkan oleh bahan iritan ataupun
juga bisa disebabkan oleh serangga yang disebut dermatitis venenata. Penegakan diagnosis dapat
dilakukan dengan melakukan tes tempel. Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan menghindari
bahan penyebab irritant dan dapat diberikan obat sistemik dan topikal.

Daftar Pustaka
• Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu penyakit kulit dan kelamin.
th
Ed 7 . Jakarta: FKUI; 2018
• James WD., Berger TG., Elston DM., Andrews’ Diseases of The Skin:
Clinical Dermatology, 10th ed, Canada: Elsevier Inc., 2006, pg 421-427.
• Abdullah B., Dermatologi pengetahuan dasar dan kasus di rumah sakit,
Indonesia: Pusat Penerbitan Universitas Airlangga., 2009, hal 94-96.
• Mulirstyani S, Prawitasari S, Setyowatie R. Intisari ilmu kesehatan kulit
kelamain. Malang: UB press, 2018, hal
• Wolff K., Goldsmith LA., Katz SI., Gilchrest BA., Paller AS., Leffell DJ.,
Fitzpatrick’s DERMATOLOGY IN GENERAL MEDICINE, 7 th ed, USA: McGraw-Hill
Companies., 2008, pg 395-401.
• Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga, 2005, hal. 406
• Pohan SS., Hutomo MM., Sukanto H., Pedoman Diagnosis dan Terapi
Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Indonesia: Pusat Penerbitan Universitas
Airlangga., hal 5-8.

Anda mungkin juga menyukai