Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Hakikat dan Peranan Guru
1. Hakikat Guru
Guru adalah orang yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah
laku dari seorang individu sehingga dapat terjadi pendidikan (Uno, 2007).
Pendidik atau guru merupakan orang yang mengajar dan memberi pengajaran
karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan peserta didik
(Ramayulis, 2002). Dalam pasal 1 Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Menurut Djohar (2006) bila ingin mengangkat masalah profil guru pada
dasarnya orang ingin mengajukan potret guru. Hasil potret guru-guru yang
dimaksud minimal memiliki ciri-ciri: (a) guru yang kompeten mengajar bidang
studi yang diajarkan; (b) guru yang profesional dalam melaksanakan tugasnya; (c)
guru yang trampil dalam melaksanakan tugasnya. Berbagai pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian
khusus dalam tugas utamanya seperti mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah.
2. Peranan Guru
Efektivitas dan efisiensi belajar dan pembelajaran anak di sekolah sangat
bergantung kepada peran guru. Dalam hal ini, terdapat sejumlah peran yang
diemban guru. Makmun (2003) mengemukakan bahwa dalam pengertian
pendidikan secara luas, seorang guru yang ideal seyogyanya dapat berperan
sebagai:
1) Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma
kedewasaan;
2) Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan;
3) Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik;
4) Transformator (penerjemah) sistem-sistem nilai tersebut melalui penjelmaan
dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran
didik;
5) Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat
dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat
dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik, serta Tuhan
yang menciptakannya).
Selanjutnya, dalam konteks proses belajar mengajar di Indonesia, Surya
(2004), menambahkan satu peran lagi yaitu sebagai pembimbing (teacher
counsel), di mana guru dituntut untuk mampu mengidentifikasi peserta didik yang
diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan
kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya
(remedial teaching).

2.2 Kualifikasi Guru


Dalam kamus besar bahasa indonesia Kualifikasi merupakan Pendidikan
khusus untuk memperoleh suatu keahlian. Berdasarkan Undang-Undang RI
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menyatakan bahwa guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Selanjutnya Mendiknas RI melalui Permen Nomor 16 Tahun 2007
menetapkan Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Identifikasi
kompetensi guru yang tepat dianggap memiliki nilai prediksi yang valid untuk
keberhasilan guru dalam pekerjaannya”. Pemahaman yang mendalam tentang
pengertian kompetensi akan memberikan dasar dalam upaya menjadi guru yang
berhasil sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan.
1. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Pendidikan Formal
Kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal mencakup
kualifikasi akademik guru pendidikan Anak Usia Dini/ Taman Kanakkanak/
Raudatul Atfal (PAUD/TK/RA), guru sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah
(SD/MI), guru sekolah menengah pertama/madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs),
guru sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), guru sekolah dasar luar
biasa/sekolah menengah luar biasa/sekolah menengah atas luar biasa
(SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah
kejuruan (SMK/MAK*), sebagai berikut.
a. Kualifikasi Akademik Guru SD/MI
Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana
(S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 8 PGSD/PGMI) atau psikologi
yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
b. Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs
Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana
(S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu,
dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
c. Kualifikasi Akademik Guru SMA/MA
Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana
(S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu,
dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
d. Kualifikasi Akademik Guru SDLB/SMPLB/SMALB
Guru pada SDLB/SMPLB/ SMALB, atau bentuk lain yang sederajat,
harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-
IV) atau sarjana (S1) program pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program
studi yang terakreditasi.
e. Kualifikasi Akademik Guru SMK/MAK*
Guru pada SMK/MAK* atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana
(S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu,
dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
2. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Uji Kelayakan dan Kesetaraan
Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru
dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum dikembangkan
di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji
kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah
dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk melaksanakannya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya Mendiknas RI
melalui Permen Nomor 16 Tahun 2007 menetapkan Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru. Identifikasi kompetensi guru yang tepat
dianggap memiliki nilai prediksi yang valid untuk keberhasilan guru
dalam pekerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Djohar. 2006. Guru, Pendidikan dan Pembinaannya (Penerapannya dalam
Pendidikan dan Undang – Undang Guru ). Yogyakarta : Sinar Grafika.

Makmun, A. S. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Mulyasa.2008. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif


dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar


Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan


Dosen.

Uno, H. B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar


yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai