Resume
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan matakuliah genetika dan
evolusi yang diampu oleh Prof. Dr. agr. H. Mohamad Amin, S.Pd., M.Si.
Oleh
Arif Hidayat 190341764439
Maya Agustin 190341764438
Zurienia Mimi Bibiyana 190341864402
Ketika elemen IS masuk ke dalam kromosom atau plasmid, elemen ini membuat duplikat
dari urutan DNA pada lokasi insersi. Hasil dari duplikasi terletak di setiap sisi dari elemen
yang disebut sebagai duplikasi lokasi target panjangnya 3-12 pasang nukleotida. Elemen IS
memfasilitasi integrasi episome ke dalam kromosom bakteri.
Tansposon gabungan terbentuk ketika dua elemen IS menginsersi pada jarak yang
berdekatan. Urutan ini dapat diubah oleh suatu elemen yang mengapitnya. Contoh pada Tn9,
elemen yang mengapit IS dapat saling berorientasi, pada Tn5 dan Tn10 elemen yang
mengapit IS berorientasi terbalik. Masing-masing transposon gabungan ini membawa gen
yang resistan terhadap antibiotik. Tn9 resistan terhadap chloraphenicol, Tn5 resistan terhadap
kanamycin dan Tn10 resistan terhadap tetracycline. Hal ini menunjukkan bahwa kadang
elemen IS pengapit pada transposon gabungan tidak identik. Pada Tn5, elemen yang terletak
di sebelah kiri disebut IS50L, elemen ini tidak mampu untuk menstimulasi transposisi. Akan
tetapi ketika elemen tersebut berada di sebelah kanan, dapat menstimulasi terjadinya
transposisi. Perbedaannya terletak pada perubahan pasangan nukleotida tunggal menghalangi
IS50L untuk mensintesis faktor transposisi (transposase) yang disintesis oleh IS50R.
Tn5 dapat diilustrasikan pada kasus lain, misalnya pada sel bakteri yang terinfeksi oleh
nonlitik bakteriofag yang membawa Tn5 pada kromosomnya. Ketika terjadi infeksi, frekuensi
dari transposisi Tn5 berkurang drastis akibat adanya suatu sintesis faktor penghambat.
Elemen IS50R menghasilkan dua protein. Salah satunya transposase yang mengkatalis
transposisi, sedangkan protein lain yang disintesis adalah rantai pendek dari transposase yang
mencegah transposisi. Ketika rantai pendek transposase jumlahnya melimpah maka
transposisi akan ditekan atau terhambat.
b. Family Tn3
Tn3 merupakan elemen dari kelompok transposons yang memiliki ujung dengan ulangan
terbalik sepanjang 38-40 pasang nukleotid dan menghasilkan 5 sel target duplikasi setiap kali
melakukan insersi. Tn3 mengandung gen yang dibutuhkan untuk transposisi. Tn3 memiliki 3
komponen gen yakni mpA, mpR, dan bla yang masing-masing mengkode pembentukan
transposase, pembentukan rantai pendek transposase, dan menghasilkan enzim beta
laktamase yang resisten terhadap antibiotik ampicillin.
Transposisi pada Tn3 berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama yakni transposase
memediasi penggabungan antara dua molokul sehingga membentuk struktur yang disebut
cointegrate. Selama proses ini, transposon bereplikasi dan hasil pengkopiannya memasuki
junction cointegrate. Perlu diingat bahwa dua elemen Tn3 memiliki orientasi pada sisi yang
sama. Tahap kedua, pengkode tnpR memutuskan mediasi rekombinasi pada lokasi yang
spesifik antara dua elemen Tn3. Tahapan ini terjadi pada urutan di Tn3 yang disebut res
(lokasi resolusi) dan menyebabkan terbentuknya dua molekul yang masing-masing memiliki
kopian transposon. Hasil ini juga memiliki fungsi to menekan kembali sintesis dari protein
transposase dan resolvase.
c. Medical significance of Bacterial transposon
Transposon bakteri bertanggung jawab dalam pentransposisian kontrol gen yang resisten
terhadap antibiotik dari satu molekul ke molekul lainnya. Trasposon ini berperan dalam
mencari evolusi cepat dari plasmid R. Semua plasmid R konjugatif setidaknya memiliki 2
komponen, segmen pertama membawa satu set gen yang terlibat di transfer konjugasi DNA
dan segmen lainnya membawa gen anti antibiotik dan/atau obat. Segmen yang membawa
gen transfer disebut komponen RTF (resistant transfer factor) sedangkan segmen yang
membawa gen resisten disebut R-determinant.
Kemampuan transmisi plasmid R, kemampuan transpose R-determinant, dan kecepatan
evolusi dari plasmid R yang membawa gen resisten berperan penting dalam dunia medis.
Bukan hanya Karena plasmid tersebut cepat terdispersi di dalam bakteri, namun juga
ditransmisi di sepanjang spesies dan garis keturunan. Contohnya plasmid E.coli yang dapat
ditransfer ke beberapa genus seperti Salmonella yang termasuk spesies patogenik. Kenaikan
frekuensi bakteri yang membawa plasmid dengan R-determinant menghasilkan sifat
resistensi terhadap antibiotik seperti penicillin, tetrasilin dll.
Hasil yang diperoleh dari mempelajari ini yaitu kita harus tidak sembarangan dalam
menggunakan antibiotik. Karena jika kita selalu menggunakan antibiotik secara terus
menurus, bakteri pathogen yang menyerang kita akan kebal terhadap antibiotik tersebut dan
secara langsung membuat antibiotik yang kita gunakan akan berkurang hingga tidak berguna
kembali.
3. Elemen Transposabel pada Eukariot
a. Elemen Transposabel pada Yeast
Elemen trasnposabel pada yeast (Saccharomyses cerevisae) adalah Ty yang membawa
35 salinan elemen transposabel. Transposon tersebut memiliki panjang sekitar 5900 pasang
nukleotida dan pada setiap ujungnya diikat oleh sekuens δ. Kumpulan dari sekuens ini
akhirnya membentuk Long Terminal Repeat (LTR). Terkadang LTR terpisah dari elemen Ty
dan membentuk sekuens δ tunggal yang terjadi akibat dari terbentuknya rekombinasi antara
LTR dan elemen Ty. Elemen Ty diapit oleh 5 pasang nukleotida yang dihasilkan oleh
duplikasi DNA pada tempat elemen Ty tersebut menginsersi genom dari Yeast. Target dari
transposabel elemen ini tidak memiliki sekuens tertentu, tetapi memiliki banyak pasangan
basa nitrogen A-T sepanjang genom.
Peran elemen Spm adalah sebagai suppresor fungsi gen apabila berinteraksi dengan gen
dSpm pada salah satu posisi dalam genom. Contohnya, jika dSpm menyisip pada salah satu
gen yang mengontrol pigmentasi biji jagung, berakibat pada terganggunya proses pigmentasi
tetapi tidak sepenuhnya menghambat proses pigmentasi itu sendiri. Tetapi, jika Spm masuk
ke dalam genom, maka pigmentasi akan benar-benar terhambat. Hal ini karena adanya sisipan
atau induksi dari Spm akan memicu pelepasan elemen dSpm.
d. Elemen Transposabel pada Drosophila
Ada dua jenis elemen transposabel pada lalat buah, yakni retrotransposon dan elemen P
serta hybrid disgenesis. Elemen retrotransposon adalah elemen transposabel yang mirip
dengan retrovirus. Ukurannya sekitar 5000 hingga 15000 pasang nukleotida yang pada
masing-masing ujungnya terdapat long terminal repeats hingga mencapai panjang sekitar
ratusan nukleotida. Ketika elemen ini menginsersi kromosom, elemen ini akan membuat
duplikasi pada tapak atau bekas tempat yang diinsersi. Ukuran target site duplication
bervariasi tergantung pada jenis retrotransposonnya.
Retrotransposon berperan dalam mutasi pada lalat buah, misalnya mutasi pada lokus
white yang mengkode warna mata. Adanya insersi yang disebabkan oleh adanya elemen ini
menyebabkan berubahnya fenotip warna mata yang tampak pada lalat buah tersebut. Sifat
insersi dari elemen ini umumnya bersifat stabil dan jarang sekali yang menjadi mutasi balik,
misalnya pada insersi pada bagian elemen gypsi pada lokus sayap cut mengubah tipe sayap
menjadi wild type. Pembalikan mutasi ini masih bisa terjadi karena tidak berperannya elemen
retrotransposom pada peristiwa mutasi tersebut, dalam artian jika elemen gypsi terlepas maka
sifat mutasi akan hilang dan kembali pada lokus DNA yang normal.
Elemen P dan hybrid disgenesis adalah elemen transposabel yang juga ada pada lalat
buah. Ukuran elemen ini sangat bervariasi, dengan ukuran terkecil yang memiliki panjang
inverted terminal repeats sepanjang 31 nukleotida dengan 8 pasang nukleotida target site
duplication, sedangkan ukuran terbesar terdiri dari 2907 nukleotida. Elemen yang lengkap
bersifat autonom karena memiliki gen yang dapat mengkode protein transposase. Bila protein
transposase mengikat pada elemen tersebut, maka elemen dapat berpindah posisi dalam
genom tersebut, sedangkan jika elemen P tidak lengkap secara struktural, maka elemen
tersebut tidak dapat memproduksi transposase. Akan tetapi, peran elemen P yang tidak
lengkap ini bisa saja aktif kembali jika ada transposase diproduksi di bagian lain dalam
genom tersebut.
Sejatinya, lalat buah memiliki elemen P yang memiliki mekanisme untuk mengatur
gerakannya. Akibatnya, elemen P pada turunan ini memiliki kemampuan bergerak bebas dan
menimbulkan abnormalitas genetik dan dikenal dengan P-M hybrid disgenesis. Peristiwa ini
mengakibatkan mutasi dalam frekuensi yang sangat tinggi, sekaligus terjadi pemutusan
kromosom, segregasi kromosom, dan akibat paling fatal adalah kesalahan perkembangan
gonad. Jika ada kesalahan pada proses perkawinan antara
cytotype P (paternal) dan cytotype M (maternal) akan
mengalami steril atau mandul. Elemen P ini tidak
berperan secara somatis, sehingga secara morfologi
tubuh tampak sehat, akan tetapi akan terjadi gangguan
pada sisi kelamin lalat buah yang terinsersi oleh elemen
P tersebut.
4. Perkembangan Genetika dan Evolusi yang Berkaitan dengan Transposon
a. Mutasi dan Kerusakan Kromosom
Elemen trasposabel bertanggung jawab atas kejadian mutasi pada banyak organisme,
misalnya pada spesies lalat buah. Pada lalat buah ini banyak alel yang bisa mengalami mutasi
karena adanya insersi transposon pada urutan DNA nya sehingga dapat terjadi mutasi, baik
itu mutasi stabil maupun mutasi balik. Elemen transposabel juga diketahui dapat mematahkan
atau merusak kromosom. Hal ini dapat dilihat dari peranan elemen Ds yang teraktivasi oleh
Ac untuk memendekkan lengan kromosom nomor 9 yang berarti sudah merusak atau
mengubah bentuk asli kromosom dalam keadaan yang normal. Contoh lain yaitu pada lalat
buah, adanya elemen P yang dikatakan lengkap secara struktural, jika terinsersi pada urutan
DNA, maka akan menimbulkan mutasi yang beraneka ragam pada kromosom seks lalat buah
yang bisa mengakibatkan sterilitas (kemandulan) pada lalat keturunannya (filial) karena
terjadi kesalahan proses perkembangan gonad.
b. Penggunaan untuk Analisis Genetik
Dalam analisis genetika seringkali dilakukan percobaan atau kerja eksperimental untuk
membuktikan adanya mutasi yang disebabkan oleh elemen transposabel tersebut, misalnya
pada percobaan perkawinan silang lalat buah yang diharapkan dapat membuktikan adanya
mutasi, baik karena retrotransposon atau karena elemen P dan juga mutasi balik.
c. Isu-isu Evolusi
Penyebarluasan transposon ini diyakini juga berperan dalam berlangsungnya peristiwa
evolusi. Hal ini dikarenakan elemen transposabel memiliki kemampuan untuk menjadi
mutagen dengan pelbagai macam jenis mutasi. Peristiwa mutasi yang terjadi akan
mengakibatkan adanya keturunan baru yang mutan. Mutan inilah yang akan menjadi pelopor
evolusi untuk filial-filial hasil perkawinan berikutnya, sehingga akan sangat besar
kemungkinan jika makhluk mutan kawin dengan makhluk normal atau sesama mutan akan
terjadi juga keturunan baru yang berbeda dan dianggap sebagai hasil evolusi dari parental-
parental sebelumnya dari satu spesies yang sama.
Pertanyaan dan Jawaban
Maya Agustin/190341764438
1. Mengapa elemen Ac dapat dikatakan bekerja secara autonom sedangkan elemen
Ds bekerja secara non-autonom? Berikan buktinya!
Jawab:
Elemen Ac memiliki kemampuan untuk mengkode protein transposase sehingga
tranposisi bisa terjadi. Delesi atau mutasi genetik yang mengkode protein tersebut dalam
hal ini akan menghilangkan kemampuan transposisi, sehingga menyebabkan Ds tidak
bisa mengaktifkan dirinya sendiri tanpa adanya Ac. Akan tetapi, Ac dapat berdiri sendiri
dan aktif tanpa adanya elemen Ds. Mutasi yang disebabkan oleh elemen pengontrol (Ds
dan Ac) bersifat tidak stabil dan memiliki peluang yang cukup besar untuk kembali pada
kondisi semula jika elemen pengontrol ini dihilangkan. Misalnya mutasi dari lokus
bronze yaitu bz–m2. Mutasi ini diakibatkan oleh insersi dari elemen Ac. Mutasinya akan
hilang jika elemen Ac dihilangkan. Contoh lain yakni mutasi pada bz–m1 yang
disebabkan oleh insersi dari Ds. Mutasi bz-m1 ini dapat terjadi jika elemen Ac terdapat
diseluruh genom. Dari dua contoh mutasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Ac
dapat aktif sendiri namun Ds tidak, dalam artian Ds membutuhkan Ac untuk
mengaktifkan dirinya. Ketika suatu transposon dapat mengaktifkan dirinya sendiri, hal
ini disebut berfungsi secara autonom, sedangkan jika tidak maka disebut non-autonom.