Anda di halaman 1dari 4

PLASMID DAN EPISOME

RESUME
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Genetika Lanjut yang dibina oleh
Prof. Dr. A. Duran Corebima, M. Pd

Oleh:
Nurul Ika Noviyanti (170341864520)
Offering C

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FEBRUARI 2018
PLASMID
Plasmid adalah materi genetik bakteri yang dapat mereplikasikan diri secara bebas di
dalam kromoson maupun dalam keadaan berintegrasi dengan DNA kromosom. Sebagian besar
plasmid tidak dibutuhkan sel untuk bertahan di lingkungan luar karena plasmid tidak membawa
gen-gen yang esensial. Walaupun di lingkungan luar plasmid mempunyai kemungkinan
membawa gen yang resisten teradap antibiotik. Ada 3 jenis plasmid di dalam bakteri E.coli yaitu
F factors, R plasmid dan col plasmid. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai 3 jenis plasmid
pada bakteri.
1. F factors
F plasmid mempunyai peran dalam proses konjugasi yaitu sebagai pembawa gen.
Sehingga bakteri dapat mentransfer gen dari satu sel ke sel bakteri lainnya.
2. R plasmid (Resisten plasmid)
R plasmid ini merupakan tipe plasmid yang dapat membuat sel host resisten
terhadap antibiotik dan obat antibacterial lainnya. Sehingga memungkinkan bakteri
mempunyai kekebalan terhadap antibiotik tertentu.
3. Col plasmid (Colicinogenic factors)
Col plasmid mengkode protein yang bersifat racun pada bakteri. Adanya col
plasmid ini membuat bakteri bisa membunuh bakteri lain di sekitarnya.
Beberapa plasmid membantu sel host dengan kemampuan mengkonjugasinya. Semua F+,
sebagian R plasmid dan beberapa col plasmid mempunyai kemampuan konjugasi yang disebut
plasmid konjugatif. Namun ada juga beberapa R plasmid dan col plasmid yang tidak mempunyai
kemampuan untuk melakukan konjugasi sehingga disebut plasmid non-konjugatif. Berdasarkan
penjelasan tersebut maka dapat didefinisikan bahwa plasmid konjugatif adalah plasmid yang
mengkode sifat kemampuan untuk melakukan konjugasi, sehingga plasmid dapat ditransfer ke
sel bakteri yang lain. Sedangkan plasmid non-konjugatif adalah plasmid yang tidak mengkode
sifat kemampuan untuk melakukan konjugasi, sehingga plasmid tidak dapat ditransfer ke sel
bakteri lainnya. Dalam perkembangannya, evolusi R plasmid yang membuat sel host menjadi
resisten terhadap berbagai macam antibiotik menjadi permasalahan medis saat ini.
EPISOME
Seorang ilmuan Jacob dan Ellie Wollman menjelaskan bahwa F factors dan elemen
genetik lainnya merupakan struktur yang unik. Akhirnya mereka memperkenalkannya sebagai
episome. Lebih lanjut, episome dijelaskan sebagai plasmid atau DNA eksstrakromosomal yang
mampu berintegrasi dengan DNA kromosom. Tidak semua plasmid merupakan episome, tetapi
semua episome merupakan bagian dari plasmid. Kemampuan episome yang dapat masuk ke
dalam kromosom disebabkan oleh sekuen DNA-nya yang pendek atau biasa disebut Insertion
Sequence (elemen IS). Elemen IS ini ada diantara episome dan kromosom bakteri. Ada berbagai
macam elemen IS di DNA kromosom, seperti IS1, IS2, IS3 dan lainnya. Selain itu, plasmid
biasanya membawa satu jenis elemen IS atau beberapa jenis elemen IS. Sekuen yang pendek dari
elemen IS dapat berpindah dari satu kromosom ke kromosom lain dari sel yang berbeda. Jika ada
DNA kromosomal dan plasmid membawa elemen IS yang sama, maka kedua DNA tersebut
dapat berinteraksi dan menyebabkan terjadinya peristiwa crossing over.

Gambar 1.1. Elemen IS mempermudah integrasi faktor F

DAFTAR PUSTAKA
Snustad D.P dan Simmons M.J, 2012. Principles of Genetics, 6th Edition. Jefferson City: John
Wiley and Sons, Inc.
Pertanyaan dan Jawaban
1. Bagaimana proses pertukaran informasi bakteri melalui plasmid?
Jawab: Beberapa jenis plasmid ditransferkan antar sel melalui proses konjugasi yang melibatkan
kontak langsung antara sel donor dan resipien. Peristiwa transduksi memainkan peranan penting
dalam proses pertukaran informasi genetik pada bakteri.
2. Episome memiliki sifat menyerupai faga dalam siklus lisogenik. Bagaimana perbedaan episome
dan faga yang mirip tersebut?
Jawab: Faga dan episome, keduanya memiliki kemampuan melakukan proses pengintegrasian
dan pemisahan diri dari kromosom bakteri. Perbedaan antara faga dan episome adalah ketika
proses pemisahan diri dari bakteri. Ketika faga melepaskan diri dari genom bakteri, faga akan
menginisiasi siklus litik yang kemudian mengakibatkan kematian bakteri. Sedangkan episome
saat melepaskan diri dari genom bakteri akan berpindah ke daerah lain dari kromosom bakteri
dengan membawa beberapa sekuens DNA dari daerah sebelumnya sehingga menyebabkan
terjadinya peristiwa frame shifting.

Anda mungkin juga menyukai