Kelompok B Gizi Dan Makanan Menurut Islam
Kelompok B Gizi Dan Makanan Menurut Islam
Disusun oleh:
Kelompok B :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gizi dan Makanan
Menurut Islam”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Agama II.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi maupun
teknik penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan. Demikian karya ini kami buat, semoga bermanfaat.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................4
3.1 Pengertian Gizi..........................................................................................................4
3.2 Ayat Al-Qur’an Mengenai Gizi.................................................................................4
3.3 Makanan yang Diharamkan Berdasarkan Al-Qur’an................................................7
3.4 Makanan yang Diharamkan Berdasarkan As-Sunnah.............................................10
3.5 Makanan yang Dihalalkan Menurut Al-Qur’an dan Hadits.....................................14
3.6 Kaitan Makanan Haram dengan Gizi Kesehatan Masyarakat.................................15
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................17
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian gizi menurut Islam?
1.2.2 Apa saja ayat Al-Qur’an yang membahas tentang gizi?
1.2.3 Apa saja makanan yang diharamkan berdasarkan Al – Qur’an?
1.2.4 Apa saja makanan yang diharamkan berdasarkan As-Sunnah?
1.2.5 Apa saja makanan yang dihalalkan menurut Al-Qur’an dan Hadits?
1.2.6 Apa kaitan makanan haram dengan gizi kesehatan masyarakar?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui tentang pengertian gizi menurut Islam
1.3.2 Mengetahui ayat Al-Qur’an yang membahas tentang gizi
1.3.3 Mengetahui makanan yang diharamkan berdasarkan Al-Qur’an
1.3.4 Mengetahui makanan yang diharamkan berdasarkan As-Sunnah
1.3.5 Mengetahui makanan yang dihalalkan menurut Al-Qur’an dan Hadits
1.3.6 Mengetahui kaitan makanan haram dengan gizi kesehatan masyarakat
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan
mahasiswa terkait dengan gizi dan makanan menurut islam sehingga dapat
mengembangkan pola pikir serta kemampuan mahasiswa.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Makanan merupakan sumber asas dalam kehidupan harian. Setiap hari, berbagai jenis
produk makanan dihasilkan untuk memenuhi permintaan dan keperluan manusia. Dalam
maraknya industri pemrosesan dan penghasilan makanan, telah timbul beberapa isu dan
permasalahan sehingga umat Muslim mengalami keraguan dalam memilih dan menentukan
makanan yang akan dikonsumsi. (Jamaludin & Radzi, 2009)
Dalam menentukan suatu makanan termasuk halal atau haram, umat Islam
menjadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedomannya. Istilah Halal dan Haram sendiri
keduanya berasal dari bahasa arab. Halal ()حاللberarti dibenarkan atau dibolehkan, sedangkan
haram ( )الحرمberarti tidak dibenarkan atau dilarang (Sakr, 1991 dalam Zulaikah, 2005).
Menurut Zulaikah dan Kusumawati (2005), konsep Islam dalam makanan
sesungguhnya sama dengan konsep Islam dalam hal lainnya, yaitu konsep yang menjaga
keselamatan jiwa, raga, dan akal. Makanan yang halal diperbolehkan untuk dimakan karena
bermanfaat bagi pemakannya. Sebaliknya pada makanan haram yang tidak diizinkan untuk
dikonsumsi karena akan membawa efek buruk terhadap yang mengkonsumsinya.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu
jelas. Di antara keduanya ada perkara yang syubhat yang kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya. Barang siapa yang menjaga dari yang syubhat, berarti dia telah menjaga
agama dan kehormatannya dan barang siapa yang terjerumus dalam syubhat berarti dia
terjerumus kepada yang haram. Sebagaimana seorang penggembala menggembala di sekitar
larangan, maka lambat laun akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap Raja
memiliki daerah larangan. Adapun daerah larangan Allah adalah apa yang diharamkan-Nya.”
(HR Bukhari & Muslim)
BAB III
3
PEMBAHASAN
Gizi dapat diartikan sebagai suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi (Suparisa dkk, 2002:
17-18). Pengertian lebih luasnya menurut Irianto (2006), gizi merupakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, peyimpanan,
metabolisme, dan pengeluaran atau ekskresi untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan, dan fungsi normal organ tubuh, serta untuk menghasilkan tenaga.
Dari pengertian di atas baik secara harfiah maupun menurut pandangan para ahli,
dapat disimpulkan bahwa gizi merupakan bahan makanan yang dikonsumsi secara normal
dan melalui proses pencernaan, penyerapan, penyebaran dan penyimpanan ke seluruh tubuh,
serta pengeluaran yang bertujuan untuk membantu pertumbuhan, sumber tenaga, serta untuk
bertahan hidup.
Artinya : Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun
dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah
dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya
di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin) dan janganlah
4
kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-
lebihan.
Tafsir : Hanya Allahlah yang menciptakan berbagai kebun. Ada yang ditanam dan
disanggah tiang, ada pula yang tidak. Allah menciptakan pula pohon korma dan
tanaman-tanaman lain yang menghasilkan buah- buahan dengan berbagai warna, rasa,
bentuk dan aroma yang berbeda-beda. Juga, Allah menciptakan buah zaitun dan
delima yang serupa dalam beberapa segi, tetapi berbeda dari beberapa segi lain.
Padahal, itu semua tumbuh di atas tanah yang sama dan disiram dengan air yang sama
pula. Makanlah buahnya yang baik dan keluarkan zakatnya saat buah-buah itu masak.
Namun, janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memakan buah-buahan itu, sebab
hal itu akan membahayakan diri sendiri dan akan mengurangi hak orang miskin. Allah
tidak akan memberi perkenan atas perbuatan orang-orang yang berlebih-lebihan.
2. Q.S. Al-Araf Ayat 31
Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.
Tafsir : Wahai anak cucu Adam, pastikan diri kalian ketika akan melaksanakan shalat
berada dalam kondisi berhias sesuai yang disyariatkan dengan mengenakan pakaian
yang menutup aurat, memperhatikan kebersihan dan kesucian dan lain sebagainya.
Makan dan minumlah dari barang yang baik-baik yang di karuniakan Allah kepada
kalian, dan janganlah kalian melampaui batas kewajaran dalam hal itu. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas dan berlebihan dalam
makanan dan minuman dan hal lainnya.
Artinya : Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah kami berikan kepadamu, dan
janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu.
Dan barang siapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia.
Tafsir : (Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah kami berikan kepada kalian)
yakni nikmat yang telah dilimpahkan kepada kalian (dan janganlah melampaui batas
padanya) seumpamanya kalian mengingkari nikmat-nikmat itu (yang menyebabkan
kemurkaan-Ku menimpa kalian) bila dibaca Yahilla artinya wajib kemurkaan-Ku
menimpa kalian. Dan jika dibaca Yahulla artinya, pasti kemurkaan-Ku menimpa
5
kalian (Dan barang siapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku) lafal Yahlil dapat pula dibaca
Yahlul (maka sungguh binasalah ia) terjerumuslah ia ke dalam neraka.
Tafsir : Bukanlah yang haram itu apa yang dikatakan oleh orang-orang Yahudi dan
orang-orang musyrik. Tapi sesungguhnya yang haram bagi kalian, orang-orang
beriman itu adalah bangkai binatang yang mati bukan karena disembelih, daging babi
dan binatang yang disembelih bukan atas nama Allah tapi atas nama berhala dan
sejenisnya. Dengan ketentuan bahwa siapa saja yang berada dalam keadaan darurat(1)
dan terpaksa harus makan yang haram itu karena rasa lapar dan tidak mendapatklan
makanan lain kecuali yang terlarang atau diperintah secara paksa, maka ia tidak
berdosa, asalkan tidak dengan cara yang dilakukan oleh orang-orang pada masa
jahiliah–di mana mereka cenderung menyukai yang haram dan selalu meminta kepada
Tuhan untuk memperbolehkan makan yang haram–dan tidak lebih dari hanya sekadar
mengobati rasa lapar. {(1) Kondisi darurat membolehkan seseorang untuk memakan
bangkai, berdasarkan kaidah Ilmu Fikih bahwa risiko kematian yang jelas, lebih
diutamakan daripada adanya bahaya yang relatif. Dan dari sisi lain, seorang yang
sangat lapar mungkin sekali terdorong untuk makan apa saja yang justru barangkali
lebih membahayakan dirinya. Oleh alasan inilah maka yang kebetulan mendapat
keringanan untuk makan makanan haram, agar tidak melampaui batasan kondisi
darurat. }
Artinya : Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benarbenar terdapat pelajaran
bagi kamu. Kami memberimu minum daripada apa yang berada dalam perutnya
(berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang
yang meminumnya.
6
Yang Mahabijaksana. Kami suguhkan kepada kalian dari sebagian yang ada dalam
perut binatang-binatang itu, dari sisa-sisa makanan dan darah, susu murni beraroma
yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya (1). (1) Pada buah dada
binatang menyusui terdapat kelenjar yang bertugas memproduksi air susu. Melalui
urat-urat nadi arteri, kelenjar- kelenjar itu mendapatkan suplai berupa zat yang
terbentuk dari darah dan chyle (zat-zat dari sari makanan yang telah dicerna) yang
keduanya tidak dapat dikonsumsi secara langsung. Selanjutnya kelenjar-kelenjar susu
itu menyaring dari kedua zat itu unsur-unsur penting dalam pembuatan air susu dan
mengeluarkan enzim-enzim yang mengubahnya menjadi susu yang warna dan
aromanya sama sekali berbeda dengan zat aslinya.
Tafsir : Kemudian Allah memberi petunjuk pada lebah untuk menjadikan buah-
buahan dari berbagai jenis pohon dan tumbuhan sebagai makanannya. Berkat
petunjuk yang telah diberikan oleh Tuhan itu, lebah menjalankan tugas-tugas
hidupnya dengan sangat mudah. Dari dalam perut lebah keluar sejenis minuman
beraneka warna dan berguna sekali bagi kesehatan manusia. Dan sesungguhnya pada
ciptaan yang unik itu terdapat pertanda akan wujud sang Pencipta Yang Mahakuasa
lagi Mahabijaksana. Orang-orang yang berakal akan merenungkan hal itu sebagai cara
untuk mendapatkan kebahagiaan abadi(1). (1) Madu merupakan jenis zat yang
mengandung unsur glukosa dan perfentous (semacam zat gula yang sangat mudah
dicerna) dalam porsi cukup besar. Melalui ilmu kedokteran modern didapat
kesimpulan bahwa glukosa berguna sekali bagi proses penyembuhan berbagai macam
jenis penyakit melalui injeksi atau dengan perantaraan mulut yang berfungsi sebagai
penguat. Di samping itu, madu juga memiliki kandungan vitamin yang cukup tinggi
terutama vitamin B kompleks.
7
Bangkai adalah hewan yang mati disembelih secara syar’i. sehingga, yang
termasuk bangkai adalah; hewan yang mati tercekik, hewan yang mati karena
terpukul dengan tongkat atau lainnya, hewan yang mati karena jatuh dari tempat
yg tinggi, hewan yang mati karena diterkam hewan yang buas, hewan yang mati
karena ditanduk hewan lainnya, serta bagian yang dipotong dari hewan yang
masih hidup. Allah SWT berfirman dalam surat Al – Maidah ayat 3:
Artinya : “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging)
hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang
sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala.
Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah), (karena)
itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk
(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka,
tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu
untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai
Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan
karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.”
Kemudian, dalil yang menerangkan bahwa bagian yang dipotong dari hewan
yang masih hidup termasuk bangkai adalah hadits yang diriwayatkan dari Abu
Waqid, yaitu
8
“Sesuatu yang dipotong dari hewan yang masih hidup, maka itu adalah
bangkai.”
Adapun, hewan yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan
diterkam hewan buas, yang masih dalam keadaan hidup dan masih dapat
disembelih secara syar’i, maka hewan tersebut halal. Selain itu, terdapat tanda-
tanda hewan tersebut dalam keadaan hidup adalah masih bergerak dan
memancarkan darah segar yang deras ketika disembelih.
2. Darah yang mengalir
Darah yang mengalir yang dimaksud adalah darah yang mengalir dari
binatang darat ketika disembelih. Syaikh Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-
Sa’di
berkata:
“Darah
yang mengalir yaitu darah yang keluar dari hewan sembelihan pada waktu
disembelih. Ia adalah darah jika tertahan di dalam tubuh, maka ia
membahayakan. Jika ia keluar, maka hilang pula bahaya memakan dagingnya.
Pengertian dari lafazh ini bahwa darah yang tersisa di dalam daging dan urat-
urat setelah penyembelihan adalah halal dan suci.”
3. Babi
Tidak ada perbedaan pendapat diantara para ulama tentang najis dan haramnya
daging babi, baik lemaknya, kulitnya, dan seluruh anggota badannya. Alla SWT.
berfirman dalam Q.S Al – Maidah ayat 3:
9
Artinya : “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi.”
4. Hewan yang disembelih dengan tidak menyebut Nama Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT. dalam surat Q.S Al – Maidah ayat 3:
Artinya :
“Dan janganlah kalian memakan hewan-hewan yang tidak disebut
nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang
semacam itu adalah suatu kefasikan.”
5. Hewan yang disembelih untuk selain Allah SWT.
Sembelihan yang diperuntukan kepada selain Allah, baik itu untuk patung,
batu, laut, penghuni kubur, dan lainnya, maka sembilahn tersebut hukumnya
haram. Sebagaimana Allah SWT. berfirman dalam Q.S Al – An’aam ayat 145:
Artinya : “Katakanlah, “Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku, sesuatu
yang diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali daging hewan
yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi – karena semua itu kotor –
atau hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa
bukan karena menginginkan dan tidak melebihi (batas darurat) maka sungguh,
Tuhanmu Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
10
Setiap hewan yang memiliki taring untuk memangsa, maka ia haram untuk
dimakan. Hal ini merupakan pendapat Jumhur ulama’ (Hanafiyah, Syafi’iyah, dan
Hanabilah). Sebagai contoh adalah singa, srigala, harimau, macan, anjing, kucing,
dan lainnya yang sejenis. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah r.a, Nabi Muhammad SAW. bersabda:
“Setiap hewan yang buas yang bertaring, maka memakannya adalah haram.”
(HR. Muslim Juz 3: 1933)
2. Burung yang bercakar (burung pemangsa)
Jumhur ulama’, kecuali Malikiyah, berpendapat bahawa setiap burung yang
bercakar, kemudian cakarnya digunakan untuk memangsa, maka haram untuk
dimakan. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, ia berkata:
“Rasulullah SAW. melarang (memakan) setiap hewan yang buas yang bertaring.
Dan (melarang memakan) setiap burung yang mempunyai kaki penerkam” (HR.
Muslim Juz 3: 1934)
Namun, untuk ayam, merpati, burung-burung kecil, dan burung tidak
memangsa dengan cakarnya, maka tidak disebut burung bercakat. Hal tersebut
karena cakarnya hanya digunakan untuk berpegang dan mengorek tanah, bukan
untuk berburu dan memangsa. Sehingga, hukum hewan-hewan tersebut adalah
adalah.
3. Hewan yang diperintahkan syari’at untuk dibunuh
Kalajengking, burung elang, burung gagak, tikus, anjing galak (hitam). Tokek,
cicak, ular, dan lainnya merupakan hewan yang diperintahkan syari’at untuk
dibunuh. Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a, ia berkata, Rasullullah SAW. bersabda:
11
“Lima hewan yang semuanya jahat, yang boleh dibunuh (meskipun) di (tanah)
haram, (yaitu); kalajengking, burung elang, burung gagak, tikus, dan anjing
galak.” (HR. Bukhari juz 2: 1732)
Diriwayatkan pula dari Ummu Syarik r.a, ia berkata:
“Bahwa Nabi SAW, memerintahkan supaya membunuh tokek atau cicak.” (HR.
Bukhari Juz 3: 3180)
4. Hewan yang dilarang syari’at untuk dibunuh
Semut, lebah, burung hud-hud, burung shurad (sejenis burung pipit), katak,
dan lain sebagainya merupakan hewan yang dilarang syari’at untuk dibunuh.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas r.a, ia berkata:
12
najisnya hilang darinya, maka dagingnya halal untuk dimakan dan susunya halal
untuk diminum.
6. Keledai jinak (piaraan)
Menurut pendapat jumhur ulama’ bahwa keledai jinak hukumnya adalah
haram. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah:
“Rasulullah SAW, pada perang Khaibar melarang untuk (memakan daging
keledai jinak dan beliau memperbolehkan (memakan) daging kuda.” (HR.
Bukhari Juz 5 : 5201 dan Muslim Juz 3 : 1941)
Adapun keledai liar, maka hukumnya adalah halal menurut ijma’ ulama’.
7. Dhab bagi yang merasa jijik
Dhab merupakan hewan sejenis biawak. Dimakruhkan memakan dhob bagi
orang yang merasa jijik. Adapun bagi orang yang tidak merasa jijik, maka
diperbolehkan memakannya. Sebagaimana perbuatan Khalid bin Walid, yang
menyajikan masakan daging dhab kepada Rasulullah SAW, dan beliau hendak
mengambilnya dengan tangannya, naming salah seorang dari wanita yang hadir
ketika itu berkata;
13
3.5 Makanan yang dihalalkan menurut Al-Quran dan Hadits
1. Allah telah menyebutkan makanan-makanan yang haram,dan selain itu halal untuk
dimakan (Al-Baqarah ayat 173)
ُ
ِ إِنَّ َما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةَ َوال َّد َم َولَحْ َم ْال ِخ ْن ِز
ٍ َير َو َما أ ِه َّل ِب ِه لِ َغي ِْر هَّللا ِ ۖ فَ َم ِن اضْ طُ َّر َغي َْر ب
اغ َواَل عَا ٍد فَاَل
إِ ْث َم َعلَ ْي ِه ۚ إِنَّاهَّلل َ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم
2. Allah memerintahkan kepada kita agar memakan makanan yang halal sebagai
bentuk rasa Iman kepada Allah (An-Nahl 114)
َفَ ُكلُوا ِم َّما َرزَ قَ ُك ُم هَّللا ُ َحاَل اًل طَيِّبًا َوا ْش ُكرُوا نِ ْع َمتَ هَّللا ِ إِ ْن ُك ْنتُ ْم إِيَّاهُ تَ ْعبُ ُدون
Artinya: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan
Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya
kepada-Nya saja menyembah”
ٍ َْوإِ َّن لَ ُك ْم فِي األ ْن َع ِام لَ ِعب َْرةً نُ ْسقِي ُك ْم ِم َّما فِي بُطُونِ ِه ِم ْن بَي ِْن فَر
ً ِث َود ٍَم لَبَنًا خَال
ائِ ًغاP َسPاPص
ِ لِل َّش
)٦٦( َاربِين
ب تَتَّ ِخ ُذونَ ِم ْنهُ َس َكرًا َو ِر ْزقًا َح َسنًا إِ َّن فِي َذلِكَ آليَةً لِقَوْ ٍم ِ ت النَّ ِخ
ِ يل َواأل ْعنَا ِ َو ِم ْن ثَ َم َرا
ِ ِذي ِمنَ ْال ِجP)وأَوْ َحى َربُّكَ إِلَى النَّحْ ِل أَ ِن اتَّ ِخ
َّ َا َو ِمنPPًبَال بُيُوت
َج ِر َو ِم َّماPالش َ ٦٧( َيَ ْعقِلُون
ُر ُج ِم ْن بُطُونِهَاPب َُل َرب ِِّك ُذلُال َي ْخPلُ ِكي ُسPاس
ْ َت ف َ َّلِّ الثPP)ثُ َّم ُكلِي ِم ْن ُك٦٨( َْر ُشون
ِ مَرا ِ َيع
ِ َّف أَ ْل َوانُهُ فِي ِه ِشفَا ٌء لِلن
)٦٩( َاس إِ َّن فِي َذلِكَ آليَةً لِقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون ٌ َِش َرابٌ ُم ْختَل
Artinya: ”Dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang
berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah,
14
yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. dan
Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-
bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin
manusia", kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan
dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari
perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam
warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.”
Beberapa penyakit yang ditimbulkan babi adalah wabah virus flu burung, menularkan
penyakit influenza, radang otak (Japanese B Encephalitis), peradang mulut dan hati
(Stomatitis dan Myocarditis), cacing Trichine yang dapat masuk dan berdiam di tubuh
manusia selama bertahun-tahun. Lemak babi mengandung complicated fats antara lain
triglycerides, dan dagingnya mengandung kolestrol yang sangat tinggi, mencapai lima belas
kali lipat lebih banyak dari daging sapi. Dalam Encylopedia Americana dijelaskan
perbandingan antara kadar lemak yang terdapat pada babi, domba, dan kerbau. Dalam kadar
15
berat yang sama, babi mengandung 50% lemak, domba 17%, dan kerbau tidak lebih dari 5%.
Beberapa bagian babi diketahui dapat digunakan untuk menggantikan organ manusia.
Misalnya saja katup jantung babi adalah pengganti katup jantung manusia yang terbaik.
Tetapi perlu dicermati, karena babi juga merupakan tempat hidupnya banyak bakteri, virus
dan parasit yang berbahaya untuk manusia, maka kemungkinan akan menulari manusia yang
menerima organ babi tersebut menjadi sangat tinggi.
Mengenai makanan bergizi, Allah SWT meminta perhatian para hamba-Nya agar
memperhatikan binatang ternak karena sesungguhnya pada binatang ternak itu terdapat
pelajaran yang berharga yaitu bahwa Allah SWT memisahkan susu dari darah dan kotoran.
Binatang ternak itu memakan rerumputan, lalu dari makanan itu dihasilkan darah kotoran. Di
antara keduanya, Allah SWT memproduksi susu yang bersih dan bergizi. Itu menunjukkan
bahwa Allah SWT maha kuasa dan Maha Luas Rahmat-Nya bagi para hamba-Nya.
Secara ilmiah dapat dijelaskan bahwa pada buah dada binatang menyusui terdapat
sebuah kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi air susu. Melalui urat-urat nadi atau
arteri, kelenjar-kelenjar itu mendapatkan pasokan berupa zat yang terbentuk dari darah dan
zat-zat dari sari makanan yang telah dicerna (chyle). Kedua komponen ini tidak dapat
dikonsumsi secara langsung. Kelenjar air susu akan memproses kedua komponen ini dengan
enzim-enzim yang ada, dan menghasilkan air susu yang dapat dikonsumsi secara langsung.
Air susu yang dihasilkannya mempunyai warna dan aroma yang sama sekali berbeda dengan
zat aslinya.
Air susu ibu (ASI) memiliki komponen yang tepat guna memenuhi keperluan nutrisi
bayi dan perlindungan terhadap penyakit yang mungkin timbul. Perimbangan nutrisi yang
terkandung di dalam ASI sangatlah ideal bagi tubuh bayi yang masih sangat muda. Pada saat
yang sama, susu bayi juga mengandung nutrien yang memacu perkembangan otak dan sistem
syaraf. Susu bayi buatan yang dibuat berdasarkan tekhnologi tinggi saat ini tidak dapat
menggantikan makanan bayi yang satu ini.
Unsur anti infeksi lainnya adalah bahwa ASI memberikan lingkungan yang baik
untuk tumbuhnya bakteri yang ” Baik” yang diberi nama ’normal flora”. Peran dari bakteri
ini adalah menjadi pelindung terhadap bakteri, virus dan parasit penyebab penyakit. Lebih
lanjut, ASI juga mengatur terjadinya sistem imunitas (kekebalan tubuh) terhadap berbagai
penyakit infeksi.
Secara ilmiah dapat dijelaskan bahwa pada buah dada binatang menyusui terdapat
sebuah kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi air susu.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Gizi merupakan bahan makanan yang dikonsumsi secara normal dan melalui proses
pencernaan, penyerapan, penyebaran dan penyimpanan ke seluruh tubuh, serta pengeluaran
yang bertujuan untuk membantu pertumbuhan, sumber tenaga, serta untuk bertahan hidup.
17
DAFTAR PUSTAKA
Jamaludin, Mohammad Aizat dan Che Wan Jasimah Wan Mohamed Radzi. 2009. Teori
Istihalah Menurut Perspektif Islam dan Sains: Aplikasi Terhadap Beberapa
Penghasilan Produk Makanan, dalam Jurnal Syariah, Vol. 17, No. 01, 169-194.
Diunduh dari
https://www.researchgate.net/profile/Mohammad_Jamaludin/publication/228454601
_TEORI_ISTIHALAH_MENURUT_PERSPEKTIF_ISLAM_DAN_SAINS_APLI
KASI_TERHADAP_BEBERAPA_PENGHASILAN_PRODUK_MAKANAN/links
/54d862cc0cf25013d03dc04b.pdf
Zulaekah, Siti dan Yuli Kusumawati. 2005. Halal dan Haram Makanan Dalam Islam, dalam
SUHUF, Vol. XVII, No. 01, 25-35. Diakses dari
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstream/handle/11617/856/3.%20SITI
%20ZULAIKAH.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Nizam, Khoirun. 2016. Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Makanan Yang Halal, Sehat Dan
Bergizi,Dan Bahaya Minuman Keras. https://www.sinizam.com/2016/06/ayat-ayat-
al-quran-tentang-makanan. Diakses 18 Maret 2019
Rosalia, Anggi. 2016. Makanan Halal Menurut Islam.
https://dalamislam.com/makanan-dan-minuman/makanan-halal. Diakses 18 Maret
2019
18