Disusun Oleh :
Kelompok 5
BANYUWANGI
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Atmosphere Psikologis
dalam Organisasi”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Dr. Setya Haksama, drg., M.Kes. sebagai dosen pembimbing mata kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Bidang Kerja Fakultas
Kesehatan Masyarakat PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi.
2. Bapak Diansanto Prayoga, S. KM., M. Kes. selaku pembimbing mata kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Bidang Kerja Fakultas
Kesehatan Masyarakat PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi.
3. Ibu Syifa’ul Lailiyah, S.KM., M. Kes. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Bidang Kerja Fakultas
Kesehatan Masyarakat PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi.
4. Teman-teman Fakultas Kesehatan Masyarakat PSDKU Universitas Airlangga di
Banyuwangi yang selalu memberikan semangat dan masukan.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini, baik
materi maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang membangun
sangat kami harapkan. Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2
3.4 Hubungan Antara Iklim Psikologis (Psychological Climate) dan Komitmen Organisasi
(Organizational Commitment)...............................................................................................................12
3.7 Pengaruh Quality of Work Life dan Interpersonal Relationship terhadap Atmosfer Organisasi
............................................................................................................................................................... 15
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................17
ii
4.1 KESIMPULAN..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Hal ini sangat baik untuk
perkembangan suatu organisasi dan juga sangat bermafaat untuk pencapaian tujuan dalam
suatu organisasi yang telah disepakati secara bersama sebelumnya. Iklim psikologis
menunjukan bagaimana lingkungan organisasi di presepsikan dan di interpretasikan oleh
karyawan. Menurut (Brown & Leigh 1996) dalam Yekty, Rakhesma Pasaty (2006)
menyebutkan bahwa, Iklim psikologis karyawan yaitu bagaimana presepsi karyawan
terhadap lingkungan atau situasi kerja yang memiliki makna psikologis dan dapat
mempengaruhi prilaku serta sikap setiap individu dalam suatu organisasi. Setiap prilaku
yang ada di organisasi akan dipengaruhi oleh iklim organisasi yang telah terbentuk. Iklim
organisasi akan membentuk sikap social, toleransi, dan bekerja sama dalam
menyelesaikan segala tugas.
Semangat kerja hanya dapat ditumbuhkan apabila iklim kerja atau Quality of work
life mampu menarik minat para pekerja yang dibutuhkan, betah dan bersedia
menggerakkan segala kemampuannya dalam bekerja. Selain itu interpersonal relationship
dibutuhkan juga untuk membangun semangat para pekerja dalam menjalankan tugas
dalam organisasi. Peran keduanya sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kinerja
seorang anggota dalam organisasi agar dapat mencapai tujuan dari organisasi.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembahasan ini yaitu untuk mengetahui bagaimana :
1.3.1 Cara pengembangan atmosfer psikologis dalam organisasi.
2
1.3.2 Upaya peningkatan pengembangan atmosfer psikoogis.
1.3.3 Faktor yang mempengaruhi pegembangan atmosfer psikologis.
1.3.4 Hubungan Antara Iklim Psikologis (Psychological Climate) dan Komitmen
Organisasi (Organizational Commitment)
1.3.5 Quality of Work Life.
1.3.6 Interpersonal Relationship
1.3.7 Pengaruh Quality of Work Life dan Interpersonal Relationship terhadap Atmosfer
Psikologis.
1.4 Manfaat
Mengetahui bahwa dalam suatu organisasi perlu adanya iklim kerja yang dapat
meningkatkan kinerja dari anggota organisasi dan perlu juga adanya interpersonal
relationship yang dapat membanngun semangat kerja dari anggota organisasi untuk
mencapai tujuan yang ditentukan organisasi. Kedua hal ini dapat memberikan wawasan
baru bagi anggota ataupun pemimpin organisasi, apabila ingin meningkatkan kinerja
serta semangat anggota organisasi dalam menjalakan tugas dan mencapai target dari
organisasi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Karundeng).Iklim psikologis menunjukkan kepada bagaimana lingkungan
organisasi dipersepikan dan diinterpretasikan oleh karyawan. Iklim psikologis
karyawan yaitu bagaimana persepsi karyawan terhadap lingkungan atau situasi kerja
yang yang memiliki makna psikologis dan dapat mempengaruhi perilaku serta sikap
individu anggota organisasi (Brown & Leigh (1996) dalam Yekty, Rakhesma
Pasaty (2006)).Iklim organisasi sangat penting bagi suatu perusahaan. Karena, iklim
organisasi akan membentuk sikap yang akan ditujukan oleh karyawan terhadap
pekerjaannya. Iklim organisasi juga menjadi ciri atau karakteristik dari sebuah
organisasi yang membedakannya dari organisasi lainnya (Alfian dan susanti (2012)
dalam Heskiel Rional Sulupadang, S.L.H.V. Joyce Lapian, Christoffel Kojo (2018)).
Perilaku-perilaku yang terdapat dalam organisasi akan dipengaruhi oleh iklim
organisasi yang telah terbentuk. Iklim organisasi tersebut akan membentuk sikap
sosial, toleransi, saling menghargai, bekerja sama dalam menyelesaikan tugas,
loyalitas tinggi peduli terhadap kemampuan organisasi. Menurut Litwin & Stringer
dalam Azrimul & Masyhuri (2012), iklim organisasi adalah suasana yang tercipta
dalam organisasi yang bersangkutan menimbulkan perasaan tanggung jawab,
standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan, rasa persaudaraan, semangat tim.
Stringers dalam Azrimul & Masyhuri (2012), menambahkan karakteristik iklim
organisasi mempengaruhi motivasi anggota organisasi untuk berperilaku tertentu,
oleh karena itu untuk mengukur iklim organisasi terdapat enam dimensi yang terdiri
dari struktur, standar-standar, tanggung jawab, penghargaan, dukungan, komitmen.
PEMBAHASAN
7
Luthans (1992) menyatakan komitmen organisasi merupakan keinginan yang
kuat untuk menjadi anggota dalam suatu kelompok, kemudian kemauan usaha yang
tinggi untuk organisasi dan suatu keyakinan tertentu dan penerimaan terhadap nilai-
nilai dan tujuan-tujuan organisasi (dalam Sutrisno, 2010, h.292). Mowday, Steers, dan
Porter (1979, 1982) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai perilaku yang
menghubungkan karyawan dengan organisasi (dalam Mohammed & Eleswed, 2013,
h.45). Maka dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi merupakan rasa keterikatan
pegawai dengan organisasinya diwujudkan dengan tanggungjawab dalam tugas-
tugasnya dan tetap berada di dalam organisasinya. Sedangkan untuk dimensi komitmen
organisasi Mayer dan Allen (1990) mengidentifikasi kedalam tiga tema berbeda untuk
mendefinisikan komitmen. Antara lain, pertama komitmen sebagai keterikatana fektif
pada organisasi (affective commitment), kedua komitmen sebagai biaya yang harus
ditanggung jika meninggalkan atau keluar organisasi (continuance commitment), dan
ketiga komitmen sebagai kewajiban untuk tetap dalam organisasi (normative
commitment) (Sutrisno, 2010). Kontrak psikologis adalah hubungan pertukaran antara
karyawan dan organisasi, mengenai kewajiban timbal balik dalam hubungan kerja
seperti yang dirasakan oleh karyawan (Rousseau, 1995). Kontrak psikologis
dikonseptualisasikan sebagai keyakinan karyawan terhadap kewajiban timbal balik
yang timbul dalam konteks hubungannya dengan organisasi, yang membentuk
hubungan ini dan mengatur perilaku karyawan. Kewajiban adalah hasil dari janji yang
telah dibuat oleh organisasi dan karyawan satu sama lain, setidaknya dalam persepsi
karyawan (Rousseau, 1995). Tidak terpenuhinya kewajiban terjadi ketika karyawan
menganggap bahwa organisasi mereka tidak memenuhi janji mereka, sedangkan
mereka sendiri memenuhi bagian mereka dari perjanjian (mis., Turnley dan Feldman,
1998; Conway dan Briner, 2005). Morrison dan Robinson (1997) membuat perbedaan
antara persepsi kognitif perbedaan (pelanggaran) dan reaksi emosional terhadap
perbedaan (pelanggaran). Mereka menyebut pelanggaran sebagai reaksi emosional
terhadap kegagalan yang dirasakan untuk mematuhi ketentuan kontrak psikologis.
8
perubahan organisasi dalam beberapa cara. Pada tempat pertama, perubahan itu sendiri
mungkin memiliki konsekuensi untuk situasi kerja karyawan, misalnya ketika peran
dan tugas mereka terpengaruh, dan mereka harus beradaptasi dengan keadaan baru dan
tuntutan yang berubah. Ini mungkin mengarah pada pengenalan kewajiban baru (Sims,
1994). Di tempat kedua, ketika suasana dalam organisasi berubah sebagai efek yang
tidak disengaja dari proses perubahan, ini dengan sendirinya dapat menjadi penyebab
pelanggaran kontrak psikologis. Jika suasana kerja yang santai adalah salah satu nilai
jual organisasi, ini mungkin tidak lagi menjadi masalah selama fase implementasi
perubahan organisasi. Selain itu, karyawan mungkin menjadi tidak aman tentang masa
depan dan bertanya-tanya apakah lebih banyak harapan akan dilanggar (Morrison,
1994). Karena memberikan keamanan adalah kewajiban organisasi, ini mungkin
merupakan pelanggaran kontrak psikologis.Akhirnya, proses implementasi
(komunikasi, partisipasi dan dukungan) akan memiliki konsekuensi untuk kontrak
psikologis (Schalk et al., 1998). Cara organisasi menangani proses perubahan
menyangkut pendapat tentang siapa yang harus dilibatkan dalam proses perubahan,
informasi mana yang perlu disediakan dan dukungan apa yang perlu diberikan. Semua
faktor ini termasuk potensi pelanggaran kontrak psikologis. Perubahan organisasi dapat
dikategorikan dengan melihat tingkat perubahan dengan menilai apakah organisasi
yang lengkap atau hanya sebagian saja yang terpengaruh, apakah perubahan itu
direncanakan atau tidak diinginkan, apakah masalah mendesak perlu diselesaikan atau
pengembangan bertahap diimplementasikan ( McNamara, 2006).
9
mencakup setiap aspek organisasi yaitu tugas atau struktur. Oleh karena itu, tujuan
membanguni klim adalah tidak untuk mengukur karakteristik organisasi seperti
teknologi, ukuran, dan Rentang kontrol atau hirarki. Sebaliknya, iklim bertujuan untuk
mengukur bagaimana faktor-faktor dan karakteristik organisasi lainnya ditafsirkan dan
ditetapkan makna secara individu (L.R. James, 1982). Iklim psikologi telah diusulkan
untuk mencakup dimensi pekerjaan dan karakteristik peran, karakteristik
kepemimpinan, karakteristik grup kerja, dan subsistem serta karakteristik organisasi
menurut Jones dan James (1979). Iklim psikologi, didefinisikan, sebagai cara individu
dalam organisasi memahami kondisi-kondisi psikososial di tempat kerja, diukur dan
dianalisis pada tingkat individu. Iklim psikologi menurut Jones dan James, (1979) dan
Parker, dkk., (2003) terdiri dari delapan dimensi yang diadaptasi dari pertanyaan
psikososial Kopenhagen (dalam Larson, S. dkk, 2007, h.408). Meskipun ada beberapa
skala yang dimaksudkan untuk menangkap domain iklim psikologis, salah satu yang
paling sering digunakan adalah Koys dan DeCotiis (1991). Dimensi ini adalah otonomi,
kekompakan, keadilan, inovasi, tekanan, pengakuan, dukungan dan kepercayaan.
Berikut penjelasan masing-masing dimensi dari delapan dimensi dalam persepsi iklim
psikologis (Koys. dan DeCotiis, 1991, h.273):
10
8. Inovasi: Persepsi mengenai dorongan perubahan dan kreativitas, termasuk
pengambilan risiko kedaerah-daerah baru atau daerah mana anggota memiliki sedikit
atau tidak ada pengalaman sebelumnya.
1. Nilai
Sistem nilai-nilai individu yang dibangun adalah kepercayaan dasar seseorang,
bahwa cara tertentu atau perilaku pribadi seseorang dapat diterima dalam aspek
beberapa perilaku lain. Ini adalah penilaian tentang apa yang baik dan buruk. Sistem
nilai yang sesuai dengan yang dipimpin individu, adalah penting karena cara di mana
laporan ditentukan terhadap orang-orang, dari mana tergantung hubungan manusia
dalam organisasi. Juga, sistem nilai bagi individu berkontribusi dalam cara
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, serta metode penentuan apa yang
benar dan apa yang tidak pantas bagi organisasi.
2. Sikap
Sikap adalah sistem kepercayaan dan pendapat yang dimiliki orang tentang apa
yang mengelilingi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya, sikap adalah
11
pernyataan individu yang mengandung penilaian, menguntungkan atau tidak
menguntungkan terhadap hal-hal, peristiwa atau orang. Individu mungkin memiliki
sikap tentang banyak hal. Tetapi yang lebih penting bagi organisasi mana pun adalah
sikap terhadap tugas kerja, hubungan dengan pekerjaan, kondisi kerja, manajer,
peralatan untuk pekerjaan, dll.
3. Kepribadian
Setiap individu memiliki gaya perilaku dan sikap mereka yang unik. Mereka
menentukan identitas kepribadian individu. Orang dapat digambarkan sebagai orang
yang tenang, agresif, ambisius, dll. Semua karakteristik ini disebabkan oleh efek
lingkungan atau karakteristik yang diwariskan. Karakteristik kepribadian tercermin
pada organisasi tentang bagaimana individu terlibat dalam pekerjaan.
4. Motivasi
Motivasi individu memiliki dampak besar pada perilakunya dalam organisasi.
Motif mendorong pekerja untuk menyelesaikan tugasnya. Dari sini tergantung pada
pendekatan yang dimiliki individu terhadap pekerjaan. Tingkat motivasi sangat
tergantung pada manajer, jadi dari kemampuan mereka dengan cara tertentu untuk
memungkinkan individu melakukan lebih banyak upaya.
5. Belajar
Orang-orang belajar berbagai hal setiap hari, sehingga mereka menyesuaikan
perilaku mereka dengan lingkungan. Kesediaan individu untuk menerima permintaan
dan saran dari manajer, untuk mengatasi dan menghormati prosedur dalam proses
kerja dan sebagainya, dapat secara positif mempengaruhi perilakunya dalam
organisasi.
6. Keterampilan dan Kemampuan
Kemampuan adalah persiapan dan pengetahuan untuk menyelesaikan aktivitas
fisik atau mental tertentu. Keterampilan adalah kemampuan yang cepat, benar dan
tepat untuk memenuhi atau menyelesaikan tugas tertentu. Keterampilan dan
kemampuan melalui pembelajaran dan perubahan kerja dapat ditingkatkan. Semua ini
mempengaruhi secara langsung perilaku dan kontribusi individu terhadap organisasi
13
atau postif dalam suatu perusahaan juga memiliki dampak positif kepada aspek-aspek
lainnya dalam kinerja, seperti salah satunya komitmen.
a. Pembentukan
14
Tahap pertama yang dilakukan dalam pengembangan hubungan
interpersonal adalan tahap pembentukan atau tahap perkenalan yairu mencari
kecocokan dengan orang yang dituju. Perkenalan sendiri dapat dikelompokan
menjadi tujuh kategori yaitu:
1. Informasi demografis
2. Sikap dan pendapat
3. Rencana yang akan datang
4. Kepribadian
5. Perilaku pada masa lalu
6. Orang lain
7. Hobi dan minat
b. Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal antar individu akan selalu berubah – ubah
maka dari itu diperlukan tahap peneguhan hubungan untuk mempertahankan
hubungan interpersonal tersebut. Peneguhan hubungan ini dibagikan menjadi
beberapa faktor yaitu :
1. Keakraban : dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan kasih saying
2. Control : kesepakatan antar dua individu untuk pengontrolan
3. Respon yang tepat : pemberian respon yang tepat psfs pesan verbal
maupun non verbal yang diberikan
4. Nada emosional yang tepat : suara emosiaonal yang dikeluarkan serasi
dengan komunikasi yang sedang berlangsung
c. Pemutusan Hubungan
Terdapat konflik antar individu yang dapat memutuskan hubungan yaitu :
1. Kompetisi
Salah satu pihak dalam suatu hubungan berusaha memperoleh sesuatu
namun dengan cara mengorbankan individu yang lain. Misal
Merendahkan orang lain saat menunjukan keahlian dalam melakukan
sesuatu.
2. Dominasi
Salah satu pihak dalam suatu hubungan berusaha mengendalikan pihak
lain dalam hubungan tersebut sehingga individu tersebut merasa hak nya
dilanggar
3. Kegagalan
15
Saat masing-masing individu dalam hubungan berusaha menyalahkan
satu sama lain ketika tujuan bersama tidak tercapai
4. Provokasi
Ketika salah satu pihak dalam hubungan tersebut membuat sesuatu
yang ia ketahui akan menynggung orang lain
5. Perbedaan nilai
Ketika kedua belah pihak tidak menemukan kesepakatan pada nilai-
nilai yang dianut
16
baik, maka akan meningkatkan iklim kerja tinggi dan kinerja pekerja akat meningkat.
Quality of Work Life yang baik tidak akan tercapai tanpa adanya Interpersonal
Relationship yang baik pula. Dengan begitu akan mampu mendukung kinerja seorang
pekerja dalam perusahaan atau organisasi sehingga mampu berkontribusi secara
maksimal. Suatu organisasi atau perusahaan yang memiliki atmosfer psikologi yang baik
dan di lingkungan kerjanya, maka akan mendorong QWL organisasi tersebut semakin
bagus. Secara tidak langsung kepuasan kerja karyawan akan semakin meningkat. Dengan
QWL yang baik maka Interpersonal Relationship karyawan akan semakin berkembang.
Quality of Work Life (QWL) dan Interpersonal Relationship (IR) akan mempengaruhi
atmosfer dalam organisasi atau perusahaan. Dengan atmosfer organisasi yang baik, maka
produktivitas kinerja sumber daya manusia pun meningkat.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19