Tugas Kuliah 28 Juni 2016
Tugas Kuliah 28 Juni 2016
28 Juni 2016
Kelompok Minggu 0 : Kevin Aperiaginadi – 1215105, Ryan Julio – 1215244, Ardelia Emily
– 1215013, Gabriela Anggraini - 1215161, Elvarette Leckzinska – 1215009, Deviana
Christanty – 1215159, Angela Azalia – 1215115, Aninda Yasmin – 1215184, Zaneth
Gunawan – 1215097, Ekky Rizky – 1115080
Kelompok Minggu 0 : Kevin Aperiaginadi – 1215105, Ryan Julio – 1215244, Ardelia Emily
– 1215013, Gabriela Anggraini - 1215161, Elvarette Leckzinska – 1215009, Deviana
Christanty – 1215159, Angela Azalia – 1215115, Aninda Yasmin – 1215184, Zaneth
Gunawan – 1215097, Ekky Rizky – 1115080
Kasus 1 : Seorang wanita sakit perut atas, masuk ke rumah sakit diduga karena Cholelithiasis,
karena itu maka akan dilakukan operasi untuk batunya, kebetulan anak perempuannya
seorang dokter senior yang tinggal di luar kota. Dokter ini datang menengok dan memeriksa
ibunya, dia tidak yakin bahwa sakitnya karena batu empedu, dia bilang ke dokter junior
(mungkin residen) yang merawat ibunya. Dokter junior ini dengan bangganya bilang bahwa
sudah yakin dan mau dioperasi, anak pasien ini minta ibunya diperiksa lebih teliti, periksa
hal-hal lain, termasuk jantung dan enzim-enzimnya, ternyata ibu ini menderita Myocardial
infarction, jadi operasinya dibatalkan, dan diterapi dipasang ring.
Kasus 2 : Seorang gadis remaja 13 tahun, sudah tampak tanda seks sekundernya, sakit perut,
ada masa teraba di perut bawah. Karena tidak ada pemeriksaan penunjang, karena lokasinya
di daerah pedalaman, jadi dioperasi, ketika dibuka ternyata banyak seperti gumpalan darah
yang berasal dari darah menstruasi yang tidak bisa keluar. Seharusnya terapi hanya diincisi.
Notes : Oleh karena itu anamnesis harus lengkap, pre operasi pada gadis remaja tentu perlu
tanya hari pertama haid terakhir, sudah haid belum, kalau belum perlu diperiksa ke bawah.
Kasus 3 : Seorang anak sakit perut, dioperasi, ternyata Appendixnya tidak apa-apa meskipun
hasil lab menyokong appendicitis, ternyata retensio urine, setelah operasi dan pasang kateter,
beberapa minggu kemudian anak ini sakit perut lagi, ternyata anak ini menderita retensio
urine lagi.
Kelainan Abdomen Pada Demam Berdarah Dengue
Hepar :
- Perubahan profil koagulasi DIC fulminant hepatic failure
- Indikator pertama pada kerusakan hepar : AST,ALT, alkaline phosphatase, bilirubin.
- Pasien akan mengalami rasa tidak nyaman dan nyeri pada abdomen RUQ (Right
Upper Quadrant) pada pemeriksaan abdomen didapatkan hepatomegaly
Lien:
- Virus DBD menyerang Reticuloendothelial system Pembesaran lien yang teraba
pada palpasi abdomen
- Dapat terjadi rupture lien pada penderita DBD harus segera dilakukan resusitasi
dan memerlukan intervensi pembedahan.
Gallbladder:
- Spasme Ampulla vateri , microangiopati, iskemia cholestasis dan peningkatan
viskositas empedu , disertai peninggian permeabilitas vascular yang menyebabkan
leakage protein penebalan dinding gall bladder Acalculous cholecystitis
(jarang)
Pankreas:
- Pankreas termasuk organ yang jarang terinfeksi virus DENV ,namun dilaporkan
perkembangan dari pankreatitis akut pada penderita DBD.
- Pankreas mungkin terkena invasi virus secara langsung, yang kemudian
mengakibatkan inflamasi.
- Serum amylase dan lipase meningkat secara signifikan.
Appendix :
- Kelainan Appendix pada penderita DBD mirip dengan terjadinya Apendicitis akut.
(infiltrasi limfosit predominan)
OGILVIE SYNDROME
Definisi
Awalnya disebut neurogenic appendicitis yang berarti “ neuroma – like lesions” di
Appendix tanpa tanda appendicitis akut. Setelah itu namanya berubah menjadi neurogenic
appendicopathy karena kurangnya tanda-tanda inflamasi.
Patofisiologi
Interaksi antara sel imun dan serabut saraf di Appendix peningkatan neurofiber
Peningkatan jumlah neuropeptida : vasoactive intestinal polypeptide (VIP) dan
substansi P (SP) mediator utama inflamasi neurogenik sehingga menyebabkan
kontraksi spastik dan nyeri.
Gejala klinik
Nyeri perut kanan bawah
Nausea
Emesis
Demam > 38,5ᴼC
Diare
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium : leukositosis, CRP
2. Histopatologi dengan pewarnaan HE (Haemotoxyilin Eosin) proliferasi sel spindle
pucat dan mengumpul pada mukosa lamina propia, proliferasi pleksus nervus
simpatikus
Klasifikasi
1. Neurogenic appendicopathy sentral
2. Neurogenic appendicopathy intramucosal
3. Neurogenic appendicopathy submucosal
Terapi
1. Appendectomy (open atau laparoskopik)
RUPTUR LIEN
Trauma lien
• Sering disebabkan oleh trauma tumpul
• Hati-hati pada
• Fraktur costa kiri bawah
• Fraktur processus transversus thoraco lumbal kiri (trauma sebelah kiri)
• Gejala klinis :
• Nyeri LUQ, “flank”
• Kehr’s sign (penyebaran rasa nyeri ke bahu kiri)
• Pucat, takut, gelisah
• Takikardia
Ruptur lien
1. Acute rupture : robek total pada parenchym dan kapsul
2. Delayed rupture : hematom subkapsuler
Masa interval : “The latent periode of Boudet”, dalam beberapa jam hingga minggu
3. Occult splenic rupture : pseudokista
Terapi :
1. Konservatif : dilakukan observasi
2. Operatif : - Di “lem”
- Dijahit
- Excisi
- Splenektomi dan reimplantasi jaringan lien di omentum
Komplikasi
• Thrombositosis
• Overwhelming post splenectomy infection (OPSI)
Splenosis:
Autotransplantasi jaringan lien yang bebas atau lepas pada permukaan peritoneum, biasanya
tidak ada keluhan tetapi adesi dapat menyebabkan ileus
Overwhelming Post Splenectomy Infection (OPSI)
Pasien dengan lien yang sudah diangkat memiliki risiko infeksi yang signifikan, karena lien
merupakan jaringan limfoid terbesar dalam tubuh. Infeksi postsplenectomy berat (OPSI)
adalah proses fulminant serius yang dapat menyebabkan kematian.
Prognosis
Pada pasien rupture lien yang ditatalaksana secara nonoperatif penyembuan lebih baik
dibanding secara operatif. Kematian (10-25%) akibat trauma pada organ lain dan kehilangan
banyak darah.