• Persarafan N. supraorbitalis
THT UNPAD
https://www.academia.edu/8237565/Histologi_Hidung
Fisiologi Rongga Hidung
Fungsi Rongga Hidung
• Penghangat
• Nasal mukosa akan menjaga suhu
dalam cavum nasi berkisar antara 31- ● Modifikasi suara
37 derajat Celsius. ● Organ reseptor penghidu
• Kelembapan
• Menaikkan kelembapan relative odoran memenuhi syarat
udara sampai 95% sebelum • Volatil,
sehingga bercampur dengan udara yang
mencapai nasopharynx terhisap bersama saat inspirasi
• Sedikit larut air sehingga dapat menembus
• Pembersih dari partikel lapisan mucus untuk mencapai reseptor
lingkungan • Sedikit larut dalam lipid sehingga tidak ditolak
oleh unsur lipid dari membrane silia
• vibrissae pada vestibulum
• mucus yang mengalir terus menerus
terhadap partikel lainnya seperti
bakteri
Proses Pembau
THT UNPAD
RHINITIS ALERGI
Definisi
Rhinitis alergi merupakan suatu peradangan mukosa hidung non infektif
sebagai akibat reaksi hipersensitif tipe I (diperantarai IgE) terhadap
allergen. Ditandai dengan gejala-gejala seperti: bersin episodic,
rhinorrhoe encer non purulen, obstruksi nasi, rasa gatal sekitar hidung,
mata dan palatum.
Epidemiologi
• Sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda (rerata usia 8-11
tahun, sekitar 80% berkembang mulai dari usia 20 tahun)
• Puncak insidensi pada dewasa muda
• Angka kejadian pria = wanita
• Sering disertai dengan asma bronchiale
Etiologi Faktor Risiko
Anamnesis
• Gejala rhinitis alergi yang khas:
• terdapat serangan bersin >5x/sehari
• rinorea yang encer dan banyak
• hidung tersumbat
• hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai lakrimasi
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
• Perhatikan adanya allergic salute, yaitu gerakan pasien menggosok hidung dengan
tangannya karena gatal.
• Wajah
• Allergic shiners yaitu dark circles di sekitar mata dan berhubungan dengan vasodilatasi atau
obstruksi hidung
• Nasal crease yaitu lipatan horizontal (horizontal crease) yang melalui setengah bagian bawah
hidung akibat kebiasaan menggosok hidung keatas dengan tangan.
• Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi, sehingga akan menyebabkan
gangguan pertumbuhan gigi-geligi (facies adenoid)
• Pada pemeriksaan faring
• dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone appearance), serta dinding
lateral faring menebal
• Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue)
• Pada pemeriksaan rinoskopi:
• Mukosa edema, basah, berwarna pucat atau
kebiruan (livide), disertai adanya sekret encer,
tipis dan banyak. Jika kental dan purulen
biasanya berhubungan dengan sinusitis.
• Pada rhinitis alergi kronis atau penyakit
granulomatous deviasi atau perforasi septum.
• Pada rongga hidung dapat ditemukan massa
seperti polip, atau dapat juga ditemukan
pembesaran konka inferior yang dapat berupa
edema atau hipertropik.
• Pada kulit kemungkinan terdapat dermatitis
atopi.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan histopatologis:
• Peningkatan aliran darah dan permeabilitas pembuluh darah
• Akumulasi sel mast, eosinophil dan basophil
• Peningkatan jumlah neutrofil, vaskularisasi, kolagen interstitial, mucus kelenjar dan
penebalan membran basal epitel (pada kasus berat)
• Pemeriksaan laboratorium
• Hitung eosinophil darah tepi normal / meningkat
• IgE total seringkali normal
• IgE spesifik dengan RIST (Radio Immuno Sorbent Test) / ELIZA (Enzyme Linked
Immuno Soment Assay Test)
• Skin prick test untuk mencari etiologi alergi
• Intracutaneous Provocative Dilutional Food Test (IPDFT) untuk alergi ingestan
Penatalaksanaan Non farmakologi
• Hindari allergen penyebab → berikan pengertian pada pasien dan
keluarga untuk menghindari perilaku dan kebiasaan yang dapat
menyebabkan sakit
• Konseling dan edukasi:
• Menyingkirkan faktor penyebab yang dicurigai
• Menghindari suhu ekstrim panas maupun dingin
• Selalu menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani
Penatalaksanaan Farmakologi
• Terapi lokal
• Antihistamin lokal (azelastine & levocabastine) untuk mengatasi gejala
hidung dan mata
• Dosis Azelastine:
Anak 5 – 11 tahun: 1 semprot 2 kali/hari
Anak > 12 tahun: 2 semprot 2 kali/hari
• Dekongestan lokal: Oxymetazoline, Xylometazoline, Naphazoline
• Kortikosteroid lokal untuk mengurangi efek samping dan meningkatkan efek
anti alergi
• Budesonide intranasal , dosis: usia > 6 tahun → 1-2 semprot 1dd
• Terapi sistemik
• Antihistamin
• Cetirizine
• Anak usia 2-5 tahun: 2,5 mg/dosis 1dd Anak usia > 6 tahun: 5-10 mg/dosis 1dd
• Dekongestan oral
• Ipratropium bromide 0,03% 2 semprotan 2-3dd
• Kortikosteroid oral untuk efek anti inflamasi dan imunosupresi
• Kortison/prednisone
• Imunoterapi
• Tujuan :
• Meningkatkan IgG, IgA mukosa hidung
• Menurunkan kadar IgE
• Menurunkan reaktifitas dan sensitisasi basophil terhadap allergen dan menurunkan
reaksi fase lambat
Komplikasi
• Sinusitis kronis
• Poliposis nasal
• Sinusitis dengan trias asma
• Asma
• Obstruksi tuba Eustachii → Otitis media
• Hipertrofi tonsil dan adenoid
• Gangguan kognitif
Prognosis
• QAV: ad bonam
• QAF: ad bonam
• QAS: ad bonam
RHINITIS VASOMOTOR
Rinitis Vasomotor
Peradangan mukosa hidung yang idiopatik tanpa
adanya infeksi alergi, perubahan hormonal dan
pajanan obat
55
Epidemiologi
• >> usia dewasa terutama pada wanita
• Biasanya timbul pada dekade ke 3 – 4
• Secara umum prevalensi rinitis vasomotor bervariasi antara 7
– 21%.
Etiologi
• Idiopatik dan diduga akibat gangguan keseimbangan sistem saraf
otonom yang dipicu oleh zat-zat tertentu
57
2. Faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembaban
udara yang tinggi dan bau yang merangsang.
3. Faktor endokrin, sepeti keadaan kehamilan, pubertas, pemakaian pil
anti hamil dan hipotiroidisme.
4. Faktor psikis, seperti stress, ansietas dan fatigue.
58
Patogenesis
Patofisiologis
• Sistem saraf otonom → Diameter resistensi pembuluh darah di
hidung diatur oleh sistem saraf simpatis, parasimpatis mengontrol
sekresi kelenjar
• Pada rinitis vasomotor terjadi disfungsi sistem sarafotonom yang
menimbulkan peningkatan kerjaparasimpatis yang disertai
penurunan kerja saraf simpatis.
• Keduanya dapat menimbulkan dilatasi arteriola dan kapiler disertai
peningkatan permeabilitas kapileràtransudasi cairan, edema dan
kongesti.
66
3. Terapi operatif
• Chemical cautery / electrical cautery
• Cryosurgery
• Vidian neurectomy
67
Komplikasi
1. Sinusitis
2. Eritema pada hidung sebelah luar
3. Pembengkakan wajah
68
RHINITIS HORMONAL
Rinitis Hormonal
Definisi rinitis akibat sebagai ketidakseimbangan hormon
terdapat peran hormon estrogen
Etiologi
• Terutama dialami wanita saat kehamilan, menstruasi, pubertas dan
pemakaian estrogen eksogen.
Patofisiologi
Estrogen berlebihan menyebabkan
• Dapat memperburuk produksi lendir dan menyebabkan lendir sangat
tebal/tipis
• Turbinat dalam hidung menjadi bengkak
Diagnosis
Anamnesis
• Adanya gejala rinitis (rinorhea, bersin, gatal, hidung tersumbat)
• riwayat Hamil, Menstruasi, Pubertas, Pemakaian estrogen eksogen
Pemeriksaan fisik
• Rinoskopi anterior → Edem konka media atau inferior yg diliputi sekret
encer bening, Mukosa pucat dan edem.
Pemeriksaan Penunjang
• Menyingkirkan rinitis alergi → Prick test, IgE, eosinofil.
• Radiologi sinus
Penatalaksanaan
• Dekongestan
• Kortikosteroid
• Antihistamin
• Irigasi nasal
RHINITIS MEDIKAMENTOSA
Rinitis Medikamentosa
• Definisi : kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor
yang diakibatkan oleh pemakaian vasokontrikstor topikal dalam waktu
lama dan berlebihan.
Etiologi
• Obat vasokonstriktor topikal
• Antagonis adreno-reseptor alfa: anti hipertensi dan psikosedatif
• Pil kontrasepsi
• Anti kolinesterase
Diagnosis
Anamnesis:
• Hidung tersumbat
• Sekret banyak
• Riwayat penggunaan obat semprot hidung
Pemeriksaan fisik:
• Membran mukosa hiperemis
• Jaringan mukosa hidung rapuh dan berlendir
• Mulut kering
Patofisiologis
Penatalaksanaan
• Non-medikamentosa
• Hentikan penggunaan dekongestan topikal
• Edukasi
• Medikamentosa
• Prednison
• Irigasi hidung NaCl 0,9%
• Dekongestan oral
Komplikasi
• Perforasi septum
• Rinitis atrofik
• sinusitis
RHINOSINUSITIS
Definisi
Rhinosinusitis merupakan inflamasi mukosa pada hidung dan sinus paranasalis yang
ditandai dengan adanya 2 atau lebih gejala :
• Trauma:
➢ Perforasi dasar sinus
➢ Benda asing dalam sinus
➢ Terjadi fraktur pada dinding sinus
Patogenesis dan Patofisiologi
Gejala Rhinosinusitis Kriteria diagnosis:
> 2 gejala mayor
kombinasi 1 gejala mayor dan 2 gejala minor
Gejala mayor: Jika hanya ditemukan 1 gejala mayor dengan >2 gejala
minor dinyatakan sugestif.
• Nyeri/rasa tertekan di wajah
• Rasa penuh di wajah
Gejala minor :
• Hidung tersumbat • Nyeri kepala
• Hidung berair/bernanah/perubahan • Demam (pada RS kronik)
warna ingus • Bau mulut
• Penurunan/berkurangnya penghidu • Mudah lelah
• Sakit gigi
• Nanah dalam rongga hidung
• Batuk
• Demam (hanya RS akut) • Nyeri/rasa tertekan/rasa
penuh di telinga
Pemeriksaan Penunjang
• Transluminasi (jarang • Foto polos posisi waters (sinus
digunakan) hanya dapat maksila dan frontal), PA (sinus
frontal) dan lateral (sinus frontal,
dilakukan pada sinus frontal sfenoid, ethmoid). Akan terlihat
dan maxilla perselubungan, air fluid level, atau
penebalan mukosa.
Pemeriksaan Penunjang
• CT-Scan (Gold Standard) menunjukan
penebalan mukosa yang terisolasi atau difus,
perubahan tulang, atau kadar cairan udara.
penunjang diagnosis sinusitis kronik yang
tidak membaik dengan pengobatan atau
pra-operasi sebagai panduan operator saat
melakukan operasi sinus.
Komplikasi Intrakranial
MUKOKEL • Meningitis
• Abses epidural
• Abses subdural
OSTEOMIELITIS • Abses otak
• Trombosis sinus cavernosus