Anda di halaman 1dari 25

ANATOMI DAN

FISIOLOGI HIDUNG
KELOMPOK 3
ANATOMI HIDUNG
ANATOMI HIDUNG
- Hidung Luar (Nasus eksternus) :
• Dorsun Nasi
• Apeks Nasi
• Radiks Nasi
• Ala Nasi
- Hidung Dalam (Nasus internus) :
• Cavum Nasi (rongga hidung)
• Septum Nasi
- Sinus Paranasalis :
• Sinus Frontalis
• Sinus Maksilaris
• Sinus (sel-sel) Ethmoidalis
• Sinus Sfenoidalis
Hidung adalah indera yang manusia
gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar
atau sesuatu dari aroma yang dihasilkan.
Manusia mampu dengan mudah mengenali
makanan yang sudah busuk dengan yang masih
segar dengan mudah hanya dengan mencium
aroma makanan tersebut. Di dalam hidung
terdapat banyak sel kemoreseptor untuk
mengenali bau.
HIDUNG LUAR
(Nasus Eksternus)
• Dorsus nasi
• Apeks nasi
• Radiks Nasi
• Ala Nasi
HIDUNG LUAR
(Nasus Eksternus)
Hidung luar dibentuk oleh tulang dan tulang
rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan
beberapa otot yang berfungsi untuk melebarkan
atau menyempitkan lubang hidung.

Kerangka tulang terdiri dari :


1. Sepang os nasalis (tulang hidung)
2. Prosesus frontalis os maksila
3. Prosesus natalis os frontalis
Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari
beberapa pasang tulang rawan yang terletak
dibagian bawah hidung, yaitu :
1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior
2. Sepang kartilago nasalis lateralis inferior
(kartilago alar mayor)
3. Beberapa pasang kartilago alar minor
4. Tepi anterior kartilago septum nasi
HIDUNG DALAM
(Nasus Internus)
• Cavum nasi (rongga hidung)
- Terdapat tonjolan dan lipatan selaput lendir hidung yanng
disebut konka. Dimana terdiri dari :
 Konka nasalis inferior
 Konka nasalis media
 Konka nasalis superior
- Meatus nasi inferior adalah ruang antara dasar cavum nasi
dengan konka nasalis inferior
- Meatus nasi media adalah ruang antara konka nasalis
inferior dengan media
- Meatus nasi superior adalah ruang antara konka nasalis
media dengan superior
HIDUNG DALAM
(Nasus Internus)
• Septum nasi
- Lamina perpendicularis os
ethmoidalis
- Os vomer
- Cartilago septi nasi
SINUS PARANASALIS
Disekitar rongga hidung terdapat rongga-rongga atau
yang bisa disebut dengan sinus paranasalis. Terdiri dari :
- Sinus frontalis
- Sinus maksilaris
- Sinus sfenoidalis
- Sinus ethmoidalis
Sinus-sinus ini juga dilapisi selaput lendir seperti
hidung, sehingga bila terjadi peradangan maka cairan
lendir tidak bisa keluar yang akan mengaakibatkan
terjadinya sinusitis.
• Sinus Sphenoidalis
- Muara : Recessus spheno-ethmoidale
- Berbatasan dengan :
 Cranial : Fossa hypophise dan chiasma
optica
 Lateral : Sinus cavernosus di fossa cranii anterior
 Caudal : Cavum nasi
• Sinus Ethmoidalis Anterior
- Berupa sel-sel yang terisi udara
- Bermuara ke meatus nasi media
• Sinus Ethmoidalis Posterior
- Bermuara ke meatus nasi superior
• Sinus Frontalis
- Derajat meluasnya ke dalam os, frontalis
sangat bervariasi
- Pada umumnya tidak semetris
- Bermuara ke meatus nasi media
•Sinus Maxillaris
- Terbesar, bentuk piramid, terdapat pada Corpus
maxilla
- Apex ke depan samapi os zygomaticus
- Atap dari sinus dibentuk oleh dasar cavum orbita
- Radix gigi M2 sering menonjol ke dasar sinus
- Bermuara ke meatus nasi media : Hyatus Semilunaris
- Letak muara lebih cranial dari sinus penyulit terapi sinusitis
o.k drainage secret terhambat
FISIOLOGI HIDUNG
FISIOLOGI HIDUNG
• Alat pencium terdapat dalam rongga hidung dari ujung saraf
otak nervus olfaktorius
• Serabut saraf ini timbul pada bagian atas selaput lendir
hidung yang => area olfaktoria
• Nervus olfaktorius dilapisi oleh sel-sel yang sangat khusus
yang mengeluarkan fibril-fibril yang halus, terjalin dengan
serabut-serabut dari bulbus olfaktorius
• Bulbus olfaktorius merupakan lanjutan dari bagian otak yang
ujung-ujungnya akhirnya menembus lempeng kribiformis
dasar tulang otak (os ethmoidalis) yang berlubang-lubang
• Nervous olfaktorius terletak pada os ethmoidalis
Dari bulbus olfaktorius,
pencium dihantarkan
melalui traktus
olfaktorius menuju
pusat olfaktoria pada
otak bagian lobus
tempralis, tempat
penviuman ditafsirkan
• Bau yang masuk ke rongga hidung akan
merangsang nervous olfaktorius di bulbus
olfaktorius
• Indera bau bergerak lewat traktus olfaktorius
dengan perantaraan stasiun penghubung
hingga mencapai daerah penerima akhir dalam
pusat olfaktorius pada lobus temporalis di otak
besar tempat penafsiran bau tersebut
• Rasa penciuman dirangsang oleh gas yang
masuk dan akan mudah hilang pada bau yang
sama dalam waktu lama
• Rangsangan reseptor hanya berespon terhadap
senyawa-senyawa yang kontak dengan epitel
olfaktorius dan dilarutkan dalam lapisan tipis
mukus yang menutupinya
• Ambang olfaktorius yang menggambarkan
sensitivitas hebat reseptor olfaktorius terhadap
sejumlah senyawa yang dapat dicium pada
konsentrasi >500pg/L diubah 30% dari
sebelum dapat dideteksi
• Molekul penghasil bau mengandung 3-20
atom karbon yang memiliki bau yang berbeda
• Manusia dapat membedakan 2000-4000 bau yang
berbeda dan menghasilkan pola ruang yang
berbeda dari peningkatan aktivitas metabolik di
dalam olfaktoria
• Bau khusus bergantung pada pola ruang
perangsangan reseptor dalam membran mukosa
olfaktorius
• Bila seseorang secara kontinyu terpapar pada bau
yang paling tidak disukai, maka persepsi bau
menurun lalu berhenti. Ini disebabkan oleh
adaptasi yang cukup cepat yang timbul dalam
sistem olfaktorius

Anda mungkin juga menyukai