Anda di halaman 1dari 32

ANATOMI HIDUNG

Oleh:
R.Bobby Wibisono.S.
NIM: 1611901043

Pembimbing:
dr. Irwan, Sp. THT-KL
Hidung merupakan organ pernafasan dan sekaligus organ
indera penciuman (penghidu).

Hidung secara struktural dapat dibagi


menjadi dua bagian:

Hidung luar = Hidung dalam =


nasus externus nasus internus
Hidung luar =
nasus externus
Hidung luar = nasus externus (yang biasa disebut “hidung” dalam bahasa sehari-
hari). Terdiri dari batang hidung dan cuping hidung.

Bagian pangkal hidung terutama dibentuk oleh


os nasale, processus frontalis maxillae, dan pars nasalis os frontale.

Batang, ujung, dan cuping hidung dibentuk oleh


suatu jaringan osteo-cartilago yang dilapisi oleh kulit.

Kartilago yang membentuk bagian batang hidung


adalah

processus lateralis cartilago septalis (disebut juga kartilago lateralis nasi)

Sedangkan yang membentuk ujung dan cuping


adalah

cartilago alaris mayor dan tiga cartilago alaris minor serta jaringan lemak.

Sementara itu sekat antara dua lubang hidung


dibentuk oleh
Gambar 1. Tulang dan cartilago penyusun nasus

cartilago septi nasi (cartilago septalis). externus
Gambar 2. Anatomi
Nasus Externus
Hidung dalam =
nasus internus
1. Cavum nasi
 Cavum nasi merupakan suatu ruangan dalam nasus yang memiliki
lubang keluar (nares) dan lubang kedalam (choane)
 Cavum nasi dibagi menjadi dua rongga dan dipisahkan oleh septum
nasi
Dinding lateral :
 Bagian tulang: processus frontalis maxillae, os nasale, os lacrimale, os ethmoidale, concha inferior dan pars
perpendicularis ossis palatini.
 Bagian cartilago: cartilago lateralis nasi, cartilago alaris major crus laterale, cartilago alaris minor dan cartilago
sesamoidea.
 Struktur yang paling penting untuk diketahui terletak pada dinding lateral cavum nasi adalah conchae nasales.
2. Septum nasi
Septum nasi adalah penyekat antara 2 rongga hidung yang
merupakan sekat osteo-cartilago

Septum nasi dibentuk


oleh :

♠ Superior : lamina
perpendicularis os
ethmoidalis
♠ Anterior : cartilago
septi nasi / cartilago
quadrangularis
♠ Posterior : vomer
3. Conchae nasalis dan Meatus
nasi
Conchae nasalis merupakan penonjolan memanjang dari
anterior ke posterior dan memiliki rangka tulang dari os
ethmoidalis, dilapisi oleh lamina mukosa dari dinding lateral
cavum nasi ke medial (ke arah septum nasi).
Ada tiga conchae nasalis yaitu:
 Conchae nasalis superior rangkanya dibentuk oleh os.
 Conchae nasalis media Ethmoidale

 Conchae nasalis inferior rangkanya dibentuk oleh os conchae


nasalis inferior.
Gambar 6. Struktur tulang hidung dan cavum nasi
Oleh karena keberadaan conchae tersebut maka pada cavum nasi terbentuk
saluran-saluran yang disebut meatus nasi, yaitu:
1. Recessus spheno-ethmoidalis yaitu yang terdapat di antara concha superior dengan
atap cavum nasi. Pada ruangan ini terdapat muara dari sinus sphenoidalis.
2. Meatus nasi superior yaitu saluran sempit yang terdapat di antara concha superior
dan concha media. Pada celah ini bermuara sinus ethmoidalis posterior.

Meatus
nasi
superior
3. Meatus nasi medius yaitu saluran yang terdapat di antara conchae media dan conchae inferior. Saluran
ini lebih panjang dan lebih dalam dari meatus nasi superior. Pada meatus nasi media terdapat tonjolan os.
ethmoidale membulat yang disebut bulla ethmoidalis, di dalamnya berisi selulla ethmoidalis yang
membentuk sinus ethmoidalis. Di infero-anterior bulla ini terdapat ceruk yang berbentuk bulan sabit yang
disebut hiatus semilunaris. Pada hiatus semilunaris terdapat muara ductus frontonasalis (saluran dari
sinus frontalis ke cavum nasi; lihat Gambar 7). Pada bagian inferior dari hiatus semilunaris terdapat
ostium maxillaris (muara sinus maxillaris).

Gambar 7. Gambaran meatus nasi


dan struktur-struktur yang
bermuara padanya
4 .Meatus nasi inferior yaitu saluran mendatar yang terdapat di inferior conchae inferior. Pada bagian anterior
saluran ini terdapat muara ductus nasolacrimalis (saluran yang menghubungkan mata dengan hidung).

Gambar 8. Cavum nasi dan Conchae nasalis; A. menunjukkan batas-batas cavum nasi; B. Menunjukkan tiga macam conchae nasalis; C.
Menunjukkan ruang-ruang diantara conchae; D. Potongan melintang gambar C (memperlihatkan conchae dan meatus)
Vaskularisasi hidung
Vaskularisasi hidung

Atas : a.carotis interna  a. Oftalmika  a.etmoid anterior dan


posterior
Bawah : a.maksila interna  a.palatina mayor dan
a.splenopalatina yg keluar dari foramen splenopalatina bersama
n.splenopalatina dan memasuki konka media
Depan : perdarahan dari cabang2 a.fasialis
Depan septum : anastomosis dari cabang a.splenopalatina,
a.etmoid anterior, a.labialis superior & a.palatina mayor (pleksus
kieselbach)
Vena sejalan dg arteri, vena di vestibulum dan struktur luar
bermuara ke vena oftalmika yg berhubungan dg sinus kavernosus
Vena di hidung tdk memiliki katup  faktor predisposisi utk
penyebaran infeksi sampai ke intrakranial
Vaskularisasi hidung
 Plexus Kiesselbach adalah anastomosis arteri-arteri membentuk suatu anyaman yang terdapat pada regio
antero-inferior dari septum nasi. Regio ini disebut juga trigonum kiesselbach. Arteri yang beranastomosis
adalah: a. ethmoidalis anterior, a. sphenopalatina, a. palatina mayor, ramus septalis a. labialis superior.
 Kepentingan klinis: 90% epistaxis anterior terjadi di daerah ini.

Gambar 10. Vascularisasi cavum nasi dan


posisi plexus kiesselbach
Inervasi hidung
Inervasi hidung

Bagian antero-superior rongga hidung dan septum mendapat


persarafan sensoris dari nervus etmoidalis anterior sedangkan
bagian dalam postero-superior rongga hidung dan septum oleh
nervus etmoidalis posterior. Keduanya merupakan cabang dari
nervus nasosiliaris yang berasal dari nervus oftalmikus.
Nervus nasopalatina mempersarafi septum bagian tulang,
memasuki rongga hidung melalui foramen sfenopalatina berjalan
ke septum bagian superior, selanjutnya ke bagian antero-inferior
dan mencapai palatum durum melalui foramen insisivus.
Nervus olfaktorius turun melalui lamina kribrosa dari permukaan
bawah bulbus olfaktorius dan kemudian menyebar di mukosa
yang melapisi bagian atas konka superior dan bagian septum
yang berhadapan
asi udara (oleh
iilerudara
si
asi
iudara
si
si
siler
si
suara
embapkan
hidun(oleh
suara
suara)
nembapkan
hidu)
g),
(oleh
hidun g),
conchae)
hidu)suara)
n udara
s conchae)
(oleh
Fungsi hidung
Me
Me
er
er
m
m

aa

me
me
mb
mb
aa
gg
ek
ek
et
et
ar
ar

mu
mu
os
os

as
as

nn
ss
ar
ar
na
na
ali
ali

aa

uu
uu

as
as
la
la
ri
ri
ma
ma
ss
Sinus paranasal
 Sinus paranasal adalah perluasan cavum nasi ke dalam tulang-
tulang disekitarnya yaitu: os frontale, os maxillae, os ethmoidale
dan os sphenoidale. Di dalam tulang-tulang tersebut terdapat
ruangan (sinus) yang dindingnya dilapisi oleh tunica mucosa yang
merupakan lanjutan tunica mucosa regio respiratoria cavum nasi.
 Sinus paranasal terdiri dari 4 pasang sinus : sinus maksila, sinus
frontal, sinus etmoid, dan sinus sfenoid.
4 sinus paranasal
Sinus frontal
Sinus Sphenoid
Sinus ethmoid
Sinus maksila
Gambar 10. SINUS PARANASALES
1. Sinus maksila
 Sinus maksila merupakan
sinus yang terbesar,
berbentuk seperti piramid.
 Batas batas
 Anterior : permukaan fasial
sinus maksila yang disebut
fosa kanina
 Posterior : permukaan infra
temporal maksila
 Medial : dinding lateral
rongga hidung
 Superior : dasar orbita
Fossa
 Inferior : procesus alveolaris
kanina
dan palatum
 Muara sinus maksila : meatus
nasi media
2. Sinus frontal
Terletak di os frontal
Sinus frontal kanan dan
kiri biasanya tidak simetris
Sinus frontal biasanya
bersekat dan tepi sinus
berlekuk-lekuk
Sinus frontal berdrainase
melalui ostium yang
terletak di resesus frontal.
Muara: meatus nasi media
Ukuran sinus frontal ialah tinggi 2,8 cm,
lebar 2,4 cm, dan dalamnya 2 cm.
Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang
relatif tipis dari orbita
3. Sinus ethmoid
Sinus etmoid berongga rongga dan terdiri dari
sel sel yang menyerupai sarang tawon.

Ukurannya : ant ke post 4-5 cm, tinggi 2,4


cm, lebar ant 0,5 cm, post 1,5 cm

Berdasarkan letaknya sinus etmoid dibagi


menjadi 2 yaitu:
1. Sinus etmoid anterior bermuara di meatus
medius
2. Sinus etmoid posterior bermuara di meatus
superior

Batas batas sinus etmoid


 Lateral : lamina papirasea
 Superior : lamina kribrosa Lamina
 Posterior : sinus sphenoid papirase
a
4. Sinus sfenoid
 Sinus sfenoid terletak dalam os
sfenoid di belakang sinus etmoid
posterior.
 Ukuran : tinggi 2 cm, dalam 2,3
cm, lebarnya 1,7 cm
 Batas-batas :
 Superior : fosa serebri media
dan kelenjar hipofisa
 Inferior : atap nasofaring
 Lateral : sinus kavernosus
dan a. karotis interna
 Posterior : fosa serebri
posterior di daerah pons
Kompleks ostio-meatal
 Kompleks ostio-meatal adalah daerah rumit dan sempit
 Komplek ostiomeatal terdiri dari Infundibulum etmoid yang terdapat di
belakang prosesus unsinatus, resesus frontalis, bula etmoid, dan sel-sel etmoid
anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus maksila.
tu
ai
ntu
pengatur
tu
angan
ai
ntu
pengatur
andara
si suhu
angan
an
suara
dara
si suhu
suara
Fungsi sinus paranasal
M
m
a
tu
r
d
k
i
mu
u

e
a
ai
er
d
m
er
b
h
n
ek
n
n
d
ra

Anda mungkin juga menyukai