Anda di halaman 1dari 32

HIDUNG

Hidung luar berbentuk pyramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah

yaitu pangkal hidung, batang hidung (dorsum nasi), puncak hidung (tip), ala nasi,

kolumela, dan lubang hidung (nares anterior). Hidung bagian luar dibentuk oleh

kerangka tulang lunak dan tulang keras yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat, dan

beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang

hidung. Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os internum

di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari

nasofaring. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior

dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum

nasi dengan nasofaring. 1

Bagian dari cavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat dibelakang

nares anterior, disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai

banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrise. Tiap

kavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior dan

superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang dan

tulang rawn. Bagian tulang adalah 1) lamina perpendikularis os etmoid, 2)vomer,

3)krista nasalis os maksila dan 4) krista nasalis os palatina. Bagian tulang rawan

adalah 1) kartilago septum (lamina kuadrangularis) dan 2) kolumela. 1


Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periosteum

pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi oleh mukosa hidung. Pada dinding

lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah konka

inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media, lebih kecil lagiialah konka

superior, sedangkan yang terkecil disebut konka suprema. Konka suprema ini

biasanya rudimenter. Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada

os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema

merupakan bagian dari labirin etmoid. Di antara konka-konka dan dinding lateral

hidung terdapat rongga sempit yang disebut meatus. Tergantung dari letak meatus,

ada tiga meatus yaifu meatus inferior, medius dan superior. Meatus inferior terletak di

antara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada

meatus inferior terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimalis. Meatus medius

terletak di antara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus

medius terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid anterior. Pada

meatus superior yang merupakan ruang di antara konka superior dan konka media

terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid. 1

Batas Rongga Hidung

Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os maksila dan os

palatum. Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk oleh lamina

kribriformis, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung. Lamina

kribriformis merupakan lempeng tulang berasal dari os etmoid, tulang ini


berlubanglubang (kribrosa=saringan) tempat masuknya serabut-serabut saraf

olfaktorius. Di bagian posterior, setiap rongga hidung dibentuk oleh os sphenoid.

Gambar 1. Kavitas nasi 2

Sinus paranasal merupakan rongga-rongga udara berlapis mukosa di

tulang-tulang cranium yang berhubungan dengan kavum nasi, yang meliputi

sinus frontalis, ethmoidalis, maxillaris, dan sphenoidalis. Sinus paranasal

terbagi menjadi sisi anterior dan posterior, pada sisi anterior terdapat sinus

frontalis, ethmoidal anterior, dan maxillaris dan bermuara di meatus media,

sedangkan pada sisi superior terdapat sinus sphenoidalis dan ethmoidalis

superior dan bermuara di meatus superior.

Sinus frontalis terletak antara tabula eksterna dan tabula interna

ossisfrontalis, di belakang arcus superciliaris dan akar hidung. Masing-masing

sinus berhubungan melalui ductus frontonasalis dengan infundibulum yang


bermuara di meatus nasalis medius. Sinus frontalis dipersarafi oleh cabang-

cabang kedua nervus supra-orbitalis.

Sinus ethmoidalis terdiri dari beberapa rongga yang kecil, cellulae

ethmoidales, di dalam massa lateral os ethmoidale, antara cavitas nasi dan

orbita. Sinus ethmoidalis dipersarafi oleh nervus ethmoidalis anterior dan

nervus ethmoidalis posterior cabang nervus nasociliaris.

Sinus sphenoidalis yang terpisah oleh sebuah sekat tulang, terletak di

dalam corpus ossis sphenoidalis dan dapat meluas ke dalam ala major dan ala

minor ossis sphenoidalis. Nervus ethmoidalis posterior dan arteria ethmoidalis

posterior mengurus persarafan dan pendarahan sinus sphenoidalis.

Sinus maxillaris adalah yang terbesar dari semua sinus paranasales.

Rongga-rongga ini yang berbentuk seperti limas, menempati seluruh badan

masing-masing maxilla. Puncak sinus maxillaris menjulang ke arah os

zygomaticum, bahkan seringkali memasukinya. Alas limas sinus membentuk

bagian inferior dinding lateral cavitas nasi. Atap sinus dibentuk oleh dasar

orbita, dan dasarnya yang sempit, dibentuk oleh bagian alveolar maxilla. Akar

gigi atas, terutama akar kedua dentes molares pertama, seringkali menimbulkan

tonjolan seperti kerucut pada dasar sinus. Masing-masing sinus terbuka ke

dalam meatus nasalis medius dengan perantaraan hiatus semilunaris pada

sebuah lubang (ostium) yang terletak lebih tinggi daripada alasnya. Persarafan

sinus maxillaris terjadi melalui nervus alveolaris superior posterior, nervus


alveolaris anterior, nervus alveolaris medius dan nervus alveolaris superior,

yakni cabang-cabang nervus maxillaris.

Sinus paranasal berfungsi untuk meringankan tulang kranial memberi

area permukaan .tambahan pada saluran nasal untuk menghangatkan dan

melembabkan udara yang masuk, memproduksi mucus, memberikan efek

resonansi dalam produksi wicara. Sinus paranasal mengalirkan cairan ke meatus

rongga nasal melalui duktus kecil yang terletak di area tubuh yang lebih tinggi

dari area lantai sinus. 1

Gambar 2. Sinus paranasalis 3

FARING

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti

corong, yang besar dibagian atas dan sempit dibagian bawah. Kantong ini

mulai dari dasar tenggorok terus menyambung ke esophagus setinggi vertebra

servikal ke 6. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui


koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,

sedangkan laring bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah

berhungan dengan esophagus. Panjang dinding posterior faring pada orang

dewasa ±14 cm, bagian ini merupakan bagian dinding faring terpanjang.

Dinding faring dibentuk oleh selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus

otot dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring,

orofaring, dan laringofaring. 1

Perdarahan

Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak

beraturan. Yang utama berasal dari cabang a. karotis eksterna (cabang faring

ascendens dan cabang fausial) serta dari cabang a. maksila interna yakni

cabang palatina superior.

Persarafan

Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang

ekstensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari n. vagus, cabang dari n.

glosofaring dan serabut simpatis. Cabang faring dari n. vagus berisi serabut

motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini keluar cabang-cabang untuk

otot-otot faring kecuali m. stilofaring yang dipersarafi langsung oleh cabang n.

glosofaring (n.IX)

Kelenjar getah bening

Aliran limfa dari dinding faring dapat melalui 3 saluran, yakni superior, media,

dan inferior. Saluran limfa superior mengalir ke kelenjar getah bening


retrofaring dan kelenjar getah bening servikal dalam atas. Saluran limfa media

mengalir ke kelenjar getah bening jugulo-digasrik dan kelenjar servikal dalam

atas,sedangkan saluran limfe inferior mengalir ke kelenjar getah bening

servikal dalam bawah.

Berdasarkan letak faring dibagi atas:

1. Nasofaring

Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagain

bawah adalah palatum mole, ke depan rongga hidung sedangkan ke

belakang adalah vertebra servikal. Nasofaring yang relative kecil,

mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa struktur penting,

seperti adenoid, jairngan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus

faring yang disebut fosa rosenmuller, kantong Rathke yang merupakan

invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, tonus tubarius, suatu

refleksi mukosa, faring di atas penonjolan cartilage tuba eustachius, koana,

foramen jugulare, yang dilalui oleh n. glosofaring, n. vagus, dan n.

asesorius spinal saraf cranial dan v. jugularis interna, bagian petrosus os

temporalis dan foramen laserum dan muara tiba eustachius.

2. Orofaring

Merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal

lidah). Orofaring adalah gabungan sistem respirasi dan pencernaan,

makanan masuk dari mulut dan udara masuk dari nasofaring dan paru.

orofaring disebut juga mesofaring, dengan batas atasnya adalah palatum


mole, batas bawah adalah tepi epiglottis, ke depan adalah rongga mulut,

sedangkan ke belakang adalah vertebra servikal. Struktur yang terdapat di

rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatine, fosa tonsil

serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen

sekum.

3. Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)

Laringofaring merupakan bagian dari faring yang terletak tepat di

belakang laring, dan dengan ujung atas esofagus.

Gambar 3. Faring 4
LARING

Gambar 4. Anatomi Laring 2

Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas bagian atas.

Bentukya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar

daripada bagian bawah. Bagian atas laring adalah aditus laring, sedangkan bagian

bawahnya ialah batas kaudal kartilago krikoid.5

Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hyoid,

dan beberapa buah tulang rawan.Tulang hyoid berbentuk seperti huruf U, yang

permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula, dan tengkorak oleh

tendo dan otot-otot. Sewaktu menelan, kontraksi otot-otot ini akan menyebabkan

laring tertarik ke atas, sedangkan bila laring diam, maka otot-otot ini bekerja

untuk membuka mulut dan membantu menggerakkan lidah.5


Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglottis, kartilago

tiroid, kartilago krikoid, kartilago arytenoid, kartilago kornikulata, kartilago

kuneiformis, dan kartilago tritisea. Kartilago krikoid dihubungkan dengan

kartilago tiroid oleh ligamentum krikoid. Bentuk kartilago krikoid berupa

lingkaran. Terdapat 2 buah (sepasang) kartilago arytenoid yang terletak dekat

permukaan belakang laring, dan membentuk sendi dengan kartilago krikoid,

disebut artikulasi krikoaritenoid. Sepasang kartilago kornikulata (kiri dan kanan)

melekat pada kartilago arytenoid di daerah apeks, sedangkan sepasang kartilago

kuneiformis terdapat di dalam lipatan ariepiglotik, dan kartilago tritisea terletak

di dalam ligamentum hiotiroid lateral.5

Pada laring terdapat 2 buah sendi, yaitu artikulasi krikoid dan artikulasi

krikoaritenid. Ligamentum yang membentuk susunan laring adalah ligamentum

seratokrikoid (anterior, lateral, dan posterior), ligamentum krikotiroid medial,

ligamentum krikotiroid posterior, ligamentum kornikulofaringal, ligamentum

hiotiroid lateral, ligamentum hiotirioid medial, ligamentum hioepiglotika,

ligamentum ventrikularis, ligamentum vokale yang menghubungaknan kartilago

arytenoid dengan kartilago tiroid, dan ligamentum tiroepiglotika.5

Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-

otot instrinsik. Otot-otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring seecara

keseluruhan, sedangkan otot-otot instrinsik menyebabkan gerakan bagian-bagian

laring tertentu yang berhubungan degan gerakan pita suara.5


Otot-otot ekstrinsik laring ada yang terletak di atas tulang hyoid

(suprahioid), dab ada yang terletak di bawah tulang hyoid (infrahioid). Otot-otot

ekstrinsik yang di suprahioid ialah m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid, dan

m.milohioid.otot-otot infrahioid ialah m.sternohioid, m.omohioid, dan

m.tirodioid.Otot-otot ekstrinsik laring yang suprahioid berfungsi menarik laring

ke bawah, sedangkan yang infrahioid menarik laring ke atas.5

Otot-otot intrinsik laring ialah m.krikoaritenoid lateral, m.tiroepiglotika,

m.vokalis, m.tiroaritenoid, m.ariepiglotika, dan m.krikotiroid. Otot-otot ini

terletak di bagian lateral laring. Otot-otot intrinsik laring yang terletak di bagian

posterior ialah m.aritenoid transversum, m.aritenoid oblik dan m.krikoaritenoid

posterior. Sebagian besar otot-otot intrinsik adalah otot aduktor (kontraksinya

akan mendekatkan kedua pita suara ke tengah) kecuali m.krikoaritenoid posterior

yang merupakan otot abductor (kontraksinya akan menjauhkan kedua pita

suara).5

Gambar. 5 Laring 4
a. Rongga Laring

Batas atas rongga laring (cavum larynges) ialah aditus laring, batas

bawahnya ialah bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid.Batas

depannya ialah permukaan belakang epiglottis, tuberkulum epiglotik,

ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua belah lamina kartilago tiroid dan

arkus kartilago krikoid. Batas lateralnya ialah membrane kuadrangularis,

kartilago arytenoid, konus elastikus dan arkus kartilago krikoid, sedangkan

batas belakangnya ialah m.aritenoid transversus dan lamina kartilago krikoid.5

Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vokale dan

ligamentum ventrikulare, maka terbentuklah plika vokalis (pita suara asli) dan

plika ventrikularis (pita suara palsu). Bidang antara plika vokalis kiri dan

kanan disebut rima glottis, sedangkan antara kedua plika ventrikularis disebut

ruma vestibule. Plika vokalis dan plika ventrikularis membagi rongga laring

dalam 3 bagian, yaitu vestibulum laring, glotik, dan subglotik.Vestibulum

laring ialah rongga laring yang terdapat yang terdapat diatas plika

ventrikularis.Daerah ini disebut supraglotik. Antara plika vokalis dan plika

ventrikularis, pada tiap sisinya disebut ventrikulus laring morgagni.5

Rima glottis terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian intermembran dan

bagian interkartilago. Bagian intermembran ialah ruang antara kedua plika

vokalis, dan terletak di bagian anterior, sedangkan bagian interkartilago

terletak antara kedua puncak kartilago arytenoid, dan terletak di bagian


posterior. Daerah subglotik adalah ringga laring yang terlerak di bawah plika

vokalis.6

b. Persarafan Laring

Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n.laringis

superior dan n.laringis inferior.Kedua saraf ini merupakan campuran saraf

motorik dan sensorik.Nervus laringis superior memperarafi m.krikotiroid,

sehingga memberikan sensasi pada mukosa laring di bawah pita suara. Saraf

ini mula-mula terletak di atas m. konstriktor faring medial, disebelah medial

a.karotis interna dan eksterna, kemudian menuju kornu mayor tulang hyoid

dan setelah menerima hubungan dengan ganglion servikal superior, membangi

diri dalam 2 cabang yaitu ramus eksternus dan ramus internus. Ramus

eksternus berjalan pada permukaan luar m.konstriktor faring inferior dan

menuju ke m.krikotiroid, sedangkan ramus internus tertutup oleh m.tirohioid

terletak di sebelah medial a.tiroid superior, menembus membrane hiotiroid,

dan bersama-sama dengan a.laringis superior menuju ke mukosa laring.5

c. Vaskularisasi

Vaskularisasi laring terdiri dari 2 cabang yaitu a.laringis superior dan

a.laringis inferior.Arteri laringis superior merupakan cabang dari a.tiroid

superior. A. laringis superior berjalan agak mendatar melewati bagian

belakang membrane tiroid bersama-sama dengan cabang internus dari

n.laringis superior kemudian menembus membrane ini untuk berjalan ke


bawah di submukosa dari dinding lateral dan dasar dari sinus piriformis, untuk

memperdarahi mukosa dan otot-otot laring.5

Arteri laringis inferior merupakan cabang dari a.tiroid inferior dan

bersama-sama dengan n.laringis inferior berjalan ke belakang sendi

krikotiroid, masuk laring melalui daerah pinggir bawah dari m.konstriktor

faring inferior. Di dalam laring arteri itu bercabang-cabang, memperdarahi

mukosa dan otot serta beranastomosis dengan a.laringis superior.6

Vena laringis superior dan vena laringis inferior letaknya sejajar

dengan arteri laringis superior dan inferior. Kemudian bergabung dengan vena

tiroid superior dan inferior.6

d. Fisiologi Laring

Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan,

emosi serta fonasi. Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk mencegah

makanan dan benda asing masuk ke dalam trakea, dengan jalan menutup

aditus laring dan rima glottis secara bersamaan.Terjadinya penutupan aditus

laring ialah karena pengangkatan laring ke atas akibat kotraksi m.tiroaritenoid

dan m.aritenoid. Selanjutnya m.ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter.5

Fungsi respirasi dari laring ialah dengan mengatur besar kecilnya rima

glottis. Bila m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan

prosesus vokalis kartilago arytenoid bergerak ke lateral, sehingga rima glottis

terbuka (abduksi).5
Dengan terjadinya perubahan tekanan udara di dalam traktus trakeo-

bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus, sehingga

mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Dengan demikian laring berfungsi juga

sebagai pengatur alat pengaturan sirkulasi darah.5

Fungsi laring dalam membantu proses menelan ialah dengan 3

mekanisme, yaitu gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus

laringis dan mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin

masuk ke dalam laring. Laring juga berfungsi untuk mengekspresikan emosi,

seperti berteriak, menangis, dan lain-lain. Fungsi laring yang lain ialah untuk

fonasi, dengan membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada.5

TRAKEA

Trakea adalah saluran pernafasan berbentuk pipa yang terdiri dari tulang

rawan dan otot serta dilapisi oleh pseudostratified columnar cilliated epithelium

(epitel PCC). Sepertiga bagian trakea terletak di leher, dan selebihnya terletak di

mediastinum. Trakea terletak di tengah-tengah leher dan makin ke distal bergeser

ke sebelah kanan, masuk ke rongga mediastinum di belakang manubrium sterni.

Panjang trakea kira-kira 10 cm pada wanita dan 12 cm pada pria. Diameter

anterior-posterior rata-rata 13 mm, sedangkan diameter transversal rata-rata 18

mm. Trakea memanjang mulai dari batas bawah laring, setinggi vertebra

servikalis 6 sampai vertebra torakalis 4, dimana trakea akan terbagi menjadi dua

bronkus, yaitu bronkus utama kanan dan kiri. Cincin trakea yang paling bawah
meluas ke inferior dan posterior di antara bronkus utama kanan dan kiri,

membentuk sekat yang lancip di sebelah dalam, yang disebut karina.7

Trakea sangat elastis, panjang serta letaknya berubah-ubah tergantung

pada posisi kepala dan leher. Lapisan tulang rawan trakea dibentuk oleh 16-20

tulang rawan hialin berbentuk cincin tidak penuh atau terbuka di bagian posterior

(c-shaped cartilage). Kedua ujung posterior yang bebas ini dihubungkan oleh otot

polos (otot trakea) dan serat jaringan ikat elastis yang mengandung kolagen

(ligamen annularis). Ligamen annularis menghubungkan masing-masing cincin

tulang rawan sehingga memungkinkan terjadinya pemanjangan serta

pemendekan trakea saat menelan atau pergerakan leher lainnya. Tulang rawan,

ligamen annularis dan otot trakea membentuk rangka (skeleton) trakea yang

kadang disebut sebagai tunica fibromusculocartilaginea.7

Pada pemeriksaan endoskopi, tampak trakea merupakan tabung yang

datar pada bagian posterior, sedangkan di bagian anterior tampak cincin tulang

rawan. Bagian servikal dan torakal trakea berbentuk oval, karena tertekan oleh

kelenjar tiroid dan arkus aorta. Aliran darah trakea dipasok oleh banyak

pembuluh arteri terminalis kecil. Trakea bagian atas diperdarahi terutama oleh

cabang arteri tiroidea inferior, sedangkan bagian bawah oleh cabang arteri

bronkialis. Persarafan trakea berasal dari N. vagus dan n. rekurren yang

penjalaran rangsangnya akan didistribusikan ke otot trakea serta lapisan epitel.7


Gambar 6. Trakea8

BRONKUS

Trakea terbagi dua di setinggi vertebra torakal 4 atau pada karina menjadi

bronkus primer atau dikenal sebagai bronkus utama kanan dan kiri. Karina

terletak lebih ke kiri dari garis tengah tubuh, sehingga lumen bronkus utama

kanan lebih luas dari bronkus kiri.7

Bronkus utama dan cabang-cabangnya membentuk gambaran seperti

pohon yang disebut bronchial tree. Bronkus utama kanan dan kiri disebut juga

sebagai bronkus ekstrapulmoner. Bronkus utama kanan lebih luas, pendek, dan
lebih vertikal dibanding bronkus utama kiri. Panjangnya pada orang dewasa 2.5

cm dan mempunyai 6-8 cincin tulang rawan. Panjang bronkus utama kiri kira-

kira 5 cm dan mempunyai cincin tulang rawan sebanyak 9-12 buah. Bronkus

utama kanan membentuk sudut 25 derajat ke kanan dari garis tengah tubuh,

sedangkan bronkus utama kiri membentuk sudut 45 derajat kekiri dari garis

tengah tubuh. Dengan demikian bronkus utama kanan hampir membentuk garis

lurus dengan trakea, sehingga benda asing eksogen yang masuk ke dalam

bronkus akan lebih mudah masuk ke dalam lumen bronkus utama kanan

dibandingkan dengan bronkus utama kiri (pada orang yang sedang berdiri).

Faktor lain yang mempermudah masuknya benda asing ke dalam bronkus utama

kanan ialah kerja otot trakea yang mendorong benda asing itu ke kanan dan aliran

udara inspirasi ke dalam bronkus utama kanan lebih besar dibandingkan dengan

udara inspirasi ke bronkus utama kiri.7

Bronkus utama terbagi menjadi cabang-cabang yang lebih kecil saat

memasuki paru. Kumpulan cabang-cabang ini dinamakan bronkus intrapulmoner.

Setiap bronkus utama terbagi menjadi bronkus sekunder atau dikenal sebagai

bronkus lobaris. Pada setiap sisi paru, satu bronkus lobaris akan memasuki satu

lobus paru, sehingga paru kanan memiliki tiga bronkus lobaris yang berasal dari

bronkus utama kanan, sedangkan paru kiri memiliki dua bronkus lobaris yang

berasal dari bronkus utama kiri. Pada setiap bagian paru, bronkus lobaris terbagi

lagi menjadi bronkus tersier atau bronkus segmental. Pola percabangannya

berbeda pada setiap bagian paru, namun setiap bronkus tersier akan menyediakan
udara bagi setiap segmen bronkopulmoner. Segmen bronkopulmoner merupakan

bagian paru yang dipisahkan dari bagian paru lainnya oleh jaringan ikat,

sehingga dengan teknik operasi, bagian ini dapat dipisahkan dari bagian paru

lainnya tanpa menimbulkan efek pada bagian paru tersebut. Paru kanan memiliki

10 segmen bronkopulmoner. Selama masa pertumbuhan paru kiri juga memiliki

10 segmen, tapi karena adanya proses penyatuan, jumlahnya berkurang menjadi

delapan atau sembilan. Bronkus tersier atau segmental dan segmen

bronkopulmoner ialah nama yang diberikan oleh Jackson dan Huber, dan diberi

nomor oleh Boyden.7

Bronkus segmental terbagi menjadi beberapa bronkiolus primer.

Bronkiolus primer terbagi lagi menjadi bronkiolus terminal yang kemudian

terbagi menjadi bronkiolus respiratori. Selanjutnya bronkiolus respiratori akan

terbagi menjadi 2-11 duktus alveolaris. Secara fungsional bronkiolus masuk

dalam sistem pernafasan sementara alveolus termasuk dalam sistem

kardiovaskuler. Variasi diameter bronkiolus mengatur jumlah tahanan aliran

udara dan distribusi udara ke dalam paru. Aliran darah bronkus disuplai oleh

arteri dan vena bronkial, sedangkan persarafannya berasal dari cabang pulmoner

n. vagus. Ukuran traktus trakeo-bronkial pada orang dewasa, pria dan wanita

serta pada anak-anak dan bayi berlainan. Ukuran ini berlainan pada kadaver dan

orang yang masih hidup. Pada tindakan bronkoskopi untuk mengetahui jarak dari

suatu lokasi diukur dari gigi depan atas.7


Gambar 7. Bronkus 2
A. Fisiologi Saluran Napas

Pernapasan merupakan sebagai suatu proses menghirup udara dan

menghembuskan udara. Udara yang diperlukan untuk melakukan pernafasan

adalah udara yang banyak mengandung oksigen. Sementara itu, udara yang kita

hembuskan adaalah berupa karbondioksida dan uap air dari sisa-sisa metabolisme

yang terjadi di dalam tubuh kita. Udara yang masuk ke dalam tubuh kita akan

digunakan oleh tubuh kita untuk melakukan proses oksidasi biologis, yaitu proses

pemecahan molekul gula yang diuraikan menjadi molekul yang sederhana

sehingga diperoleh energi uap air dan karbondioksida. [1.2]

Fungsi utama pernafasan adalah untuk memperoleh O2 agar dapat

digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeliminasi CO2 yang dihasilkan oleh sel.

Sebagian besar orang menganggap bahwa pernafasan sebagai proses menarik dan

mengeluarkan nafas. Namun, dalam fisiologi, pernafasan memiliki makna yang

lebih luas. Respirasi mencakup dua proses yang terpisah yaitu respirasi seluler

dan respirasi eksternal. Respirasi internal atau seluler mengacu kepada proses

metabolisme intrasel yang berlangsung di dalam mitokondria. Respirasi eksternal

mengacu kepada keseluruhan rangkaian kejadian yang terlibat dalam pertukaran

O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh seperti pada Pernafasan

eksternal meliputi:

1. Udara secara bergantian bergerak masuk-keluar paru sehingga dapat terjadi

pertukaran antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan kantung udara

(alveolus) paru. Pertukaran ini dilaksanakan oleh kerja mekanis pernafasan


atau ventilasi. Kecepatan pernafasan diatur sedemikian rupa, sehingga aliran

udara antara atmosfer dan alveolus disesuaikan dengan kebutuhan metabolik

tubuh untuk menyerap O2 dan mengeluarkan CO2.

2. O2 dan CO2 antara udara di alveolus dan darah di dalam kapiler pulmonalis

melalui proses difusi.

3. O2 dan CO2 diangkut oleh darah antara paru dan jaringan.

Pertukaran O2 dan CO2 terjadi antara jaringan dan darah melalui proses

difusi melintasi kapiler sistemik (jaringan).

Gambar 3. Pernafasan Eksternal dan Internal


Proses fisiologi pernafasan yaitu proses O2 dipindahkan dari udara ke

dalam jaringan-jaringan, dan CO2 dikeluarkan ke udara ekspirasi, dapat dibagi

menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya

campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru. Stadium kedua, transportasi, yang

harus ditinjau dari beberapa aspek

a. Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru (respirasi eksterna) dan antara

darah sistemik dan sel-sel jaringan

b. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dengan

distribusi udara dalam alveolSus-alveolus

c. Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2dengan darah. Respirasi sel atau

respirasi interna merupakan stadium akhir respirasi, yaitu saat zat-zat

dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan CO2 terbentuk sebagai sampah

proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru. [1.2]

1. Ventilasi

a. Perjalanan Udara

Masuk dan keluarnya udara dari atmosfir ke dalam paru-paru

dimungkinkan olen peristiwa mekanik pernafasan yaitu inspirasi dan

ekspirasi. Inspirasi (inhalasi) adalah masuknya O2 dari atmosfir & CO2 ke

dlm jalan nafas. Dalam inspirasi pernafasan perut, otot difragma akan

berkontraksi dan kubah difragma turun ( posisi diafragma datar ), selanjutnya

ruang otot intercostalis externa menarik dinding dada agak keluar, sehingga

volume paru-paru membesar, tekanan dalam paru-paru akan menurun dan


lebih rendah dari lingkungan luar sehingga udara dari luar akan masuk ke

dalam paru-paru. Ekspirasi (exhalasi) adalah keluarnya CO2 dari paru ke

atmosfir melalui jalan nafas. Apabila terjadi pernafasan perut, otot difragma

naik kembali ke posisi semula ( melengkung ) dan muskulus intercotalis

interna relaksasi. Akibatnya tekanan dan ruang di dalam dada mengecil

sehingga dinding dada masuk ke dalam udara keluar dari paru-paru karena

tekanan paru-paru meningkat. [1.2]

Sistem pernafasan mencakup saluran pernafasan yang berjalan ke

paru- paru itu sendiri, dan struktur toraks (dada) yang terlibat menimbulkan

gerakan udara masuk-keluar paru melalui saluran yang mengangkut udara

antara atmosfer dan alveolus, tempat terakhir yang merupakan satu-satunya

tempat pertukaran gas-gas antara udara dan darah Saluran pernafasan berawal

di saluran hidung (nasal). Saluran hidung berjalan ke faring (tenggorokan),

yang berfungsi sebagai saluran bersama bagi sistem pernafasan maupun

sistem pencernaan. Terdapat dua saluran yang berjalan dari faring ke trakea

(windpipe), tempat lewatnya udara ke paru, dan esofagus, saluran tempat

lewatnya makanan ke lambung. Udara dalam keadaan normal masuk ke faring

melalui hidung, tetapi udara juga dapat masuk melalui mulut jika hidung bisa

tersumbat.

Laring (kota suara) adalah dua pita jaringan elastik yang terentang di

bukaan laring, dapat diregangkan dan diposisikan dalam berbagai bentuk oleh
otot-otot laring. Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama,

bronkus kanan dan kiri yang masing-masing masuk ke paru kanan dan kiri. Di

dalam setiap paru, bronkus terus bercabang-cabang menjadi saluran nafas

yang semakin sempit, pendek, dan banyak seperti percabangan pohon. Cabang

kecil di kenal sebagai bronkiolus. Di ujung-ujung bronkiolus terkumpul

alveolus, kantung udara kecil tempat terjadinya pertukaran gas-gas antara

udara dan darah. [1.2]

Gambar 4. Saluran Nafas Bagian bawah

Agar udara dapat masuk-keluar bagian paru tempat terjadinya

pertukaran gas tersebut, keseluruhan saluran pernafasan dari pintu masuk


melalui bronkiolus terminal ke alveolus harus tetap terbuka. Trakea dan

bronkus besar merupakan saluran yang tidak berotot dan cukup kaku yang

dikelilingi oleh serangkaian cincin tulang rawan yang mencegah kompresi

saluran tersebut. Bronkiolus yang lebih kecil tidak memiliki tulang rawan

yang dapat menahan tetap terbuka. Dinding bronkiolus mengandung otot

polos yang dipersyarafi oleh sistem saraf otonom dan peka terhadap hormon

dan zat kimia lokal tertentu. Faktor-faktor ini, dengan mengubah-ubah derajat

kontraksi otot polos bronkiolus (serat kaliber saluran pernafasan halus ini),

mampu mengatur jumlah udara yang mengalir antara atmosfer dan setiap

kelompok alveolus. [1.2]

Alveolus adalah kantung udara berdinding tipis, dapat mengembang,

dan berbentuk seperti anggur yang terdapat di ujung percabangan saluran

pernafasan. Dinding alveolus terdiri dari satu lapisan sel alveolus tipe 1 yang

gepeng. Jaringan padat kapiler paru yang mengelilingi setiap alveolus juga

hanya setebal satu lapisan sel. Ruang interstisium antara alveolus dan jaringan

kapiler di sekitarnya membentuk suatu sawar yang sangat tipis yang

memisahkan udara di dalam alveolus dan darah di dalam kapiler paru.

Ketipisan sawar tersebut mempermudah pertukaran gas. Selain itu, pertemuan

udara-darah di alveolus membentuk permukaan yang sangat luas untuk

pertukaran gas.. Selain sel tipe 1 yang tipis dan membentuk dinding alveolus,

epitel alveolus juga mengandung sel alveolus tipe 2 yang merupakan


surfaktan paru, suatu kompleks fosfolipoprotein yang mempermudah

pengembangan (ekspansi) paru. Di dalam lumen kantung udara juga terdapat

makrofag alveolus untuk pertahanan tubuh.

b. Volume Paru

Udara cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah

bertekanan rendah yaitu menuruni gradien tekanan. Udara mengalir masuk

dan keluar paru selama proses bernafas dengan mengikuti penurunan gradien

tekanan yang berubah berselang-seling antara alveolus dan atmosfer akibat

aktivitas siklik otot-otot pernafasan. Terdapat 3 tekanan berbeda yang penting

pada ventilasi: [1.2]

1. Tekanan atmosfer (barometik) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat

udara di atmosfer terhadap benda-benda di permukaan bumi. Di ketinggian

permukaan laut, tekanan ini sama dengan 760 mmHg.

2. Tekanan intra-alveolus yang juga dikenal sebagai tekanan intrapulmonalis

adalah tekanan di dalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan

atmosfer melalui saluran pernafasan, udara dengan cepat mengalir mengikuti

penurunan gradien tekanan setiap kali terjadi perbedaan antara tekanan intra-

alveolus dan tekanan atmosfer, udara terus mengalir sampai tekanan keduanya

seimbang (ekuilibrium).

3. Tekanan intrapleura adalah tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan ini juga

dikenal sebagai tekanan intra toraks yaitu tekanan yang terjadi di luar paru di
dalam rongga toraks. Tekanan intrapleura biasanya lebih kecil dari pada

tekanan atmosfer, rata-rata 756 mmHg saat istirahat.

Gambar 5. Volume Paru-Paru

Ventilasi paru atau juga dikenal bernafas adalah proses pertukaran gas

antara atmosfer dengan alveoli paru. Udara mengalir di antara atmosfer dan paru

karena alsan yang sama dengan aliran darah di seluruh tubuh, yaitu adanya

perbedaan tekanan. Kita menghirup nafas bila tekanan di dalam paru lebih rendah

dari pada tekanan udara di dalam atmosfer. Kita menghembus nafas bila tekanan

di dalam lebih besar dari pada tekanan di atmosfer. [1.2]

Pada orang dewasa sehat, rata-rata jumlah maksimum udara yang dapat

dikandung oleh kedua paru adalah sekitar 5,7 liter pada pria (4,2 liter pada

wanita). Bentuk anatomis, usia, distensibilitas paru, dan ada atau tidaknya
penyakit pernapasan mempengaruhi kapasitas paru total ini. Secara normal,

selama proses bernapas biasa, paru tidak pernah mengalami pengembanagn

maksimum atau penciutan yang mendekati volume minimumnya. Dengan

demikian, secara normal paru mengalami pengembangan tingkat sedang selama

siklus pernapasan. Pada akhir respirasi tenang (biasa), paru masih mengandung

sekitar 2.200 ml udara. Selama satu kali bernapas biasa dalam keadaan istirahat,

sekitar 500 ml udara dihirup dan udara dalam jumlah yang sama dihembuskan,

sehingga selama bernapas tentang volume paru bervariasi antara 2.200 ml pada

akhir ekspirasi dan 2.700 ml pada akhir inspirasi seperti pada Gambar 5.13.1.

Selama ekspirasi maksimum, volume paru dapat menurun sampai 1.200 ml pada

pria (1.000 ml pada wanita), tetapi paru tidak akan pernah dapat dikosongkan

secara total karena saluran pernapasan kecil akan kolaps selama ekspirasi paksa

pada volemu paru yang rendah, sehingga aliran keluar udara lebih lanjut dicegah.
[1.2]

Secara umum angka-angka untuk wanita lebih rendah. Volume paru dan

kapasitas paru berikut ini (kapasitas paru adalah jumlah dari dua atau lebih

volume paru) dapat ditentukan: [1.2]

1. Tidal Volume (TV). Volume udara yang masuk atau keluar paru selama satu

kali bernapas. Nilai rata-rata pada keadaan istirahat = 500 ml.

2. Volume Cadangan Inspirasi (inspiratory reserve volme, VCI). Volume

tambahan yang dapat secara maksimal dihirup melebihi tidal volume VCI
dihasilkan oleh kontraksi maksimum diafragma, otot interkostalis eksternal,

dan otot inspirasi tambahan. Nilai rata-ratanya = 3.000 ml.

3. Kapasitas Inspirasi (KI). Volume maksimum udara yang dapat dihirup pada

akhir ekspirasi normal tenang (KI = VCI + TV). Nilai rata-ratanya 3.500 ml.

4. Volume Cadangan Ekspirasi (expiratory reserve volume, VCE). Volume

tambahan udara yang dapat secara aktif dikeluarkan oleh kontraksi maksimum

melebihi udara yang dikeluarkan secara pasif pada akhir tidal volume Nilai

rata-ratanya = 1.000 ml.

5. Volume Residual (VR). Volume minimum udara yang tersisa di paru bahkan

setelah ekspirasi masimum. Nilai rata-ratanya = 1.200 ml. Volume residual

tidak dapat diukur secara langsung dengan spirometer karena volume udara ini

tidak keluar-masuk paru. Namun, volume ini dapat diukur secara tidak

langsung melalui teknik dilusi-gas berupa penghirupan (inspirasi) gas-pelacak

(tracer gas) yang tidak berbahaya dalam jumlah tertentu, misalnya helium.

6. Kapasitas Residual Fungsional (KRF). Volume udara di paru pada akhir

ekspirasi pasir normal (KRF = VCE + VR). Nilai rata-ratnya = 2.200 ml.

7. Kapasitas Vital (KV). Volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan

selama satu kali bernapas setelah inspirasi maksimum. Subyek mulu-mula

melakukan inspirasi maksimm, kemudian melakukan ekspirasi maksimum

(KV = VCI + TV + VCE). KV mencerminkan perubahan volume maksimum

yang dapat terjadi di dalam paru. Volume ini jarang dipakai karena kontraksi
otot maksimum yang terlibat menimbulkan kelelahan, tetapi bermanfaat untuk

menilai kapasitas fungsional paru. Nilai rata-ratanya = 4.500 ml. [1.2]

8. Kapasitas Paru Total (KPT). Volume udara maksimum yang dapat ditampung

oleh paru (KPT = KV + VR). Nilai rata-ratanya = 5.700 ml

9. Volume Ekspirasi Paksa dalam Satu Detik (forced expiratory volume, FEV1).

Volume udara yang dapat diekspirasi selama detik pertama ekspirasi pada

penentuan KV. Biasanya FEV1 adalah sekitar 80% udara yang dapat dipaksa

keluar dari paru yang mengembang maksimum dapat dikeluarkan dalam 1

detik pertama. Pengukuran ini memberikan indikasi laju aliran udara

maksimum yang dapat terjadi di paru. [1.2]

Gambar 8. Kapasitas Paru dan Volume Pernapasan


Selama inspirasi, tekanan intrapleura turun ke 754 mmHg akibat

pengembangan toraks. Peningkatan gradien tekanan transmural yang terjadi

selama inspirasi memastikan bahwa paru teregang untuk mengisi rongga toraks

yang mengembang.Inspirasi yang lebih dalam (lebih banyak udara yang masuk)

dapat dilakukan dengan mengkontraksikan diafragma dan otot interkostalis

eksternal secara lebih kuat dan dengan mengaktifkan otot-otot inspirasi tambahan

(accessory inspiratory muscles) untuk semakin memperbesar rongga toraks.

Konstraksi otot-otot tambahan ini yang terletak di leher, mengangkat strenum dan

dua iga pertama, memperbesar bagian rongga toraks. Pada saat rongga toraks

semakin membesar volumenya dibandingkan dengan keadaan istirahat, paru juga

semakin membesar sehingga tekanan intra-alveolus semakin turun. Akibatnya

terjadi peningkatan aliran udara masuk paru sebelum terjadi keseimbangan

dengan tekanan atmosfer yaitu penafasan menjadi lebih dalam. [1.2]

Anda mungkin juga menyukai