Anda di halaman 1dari 26

Anatomi dan Fisiologi Hidung dan Sinus Paranasal

Preceptor :
dr. Mukhlis Imanto, Sp. THT-KL, M.Kes

Presentan :
Yofira Sintya Dewi (2118012161)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT-KL


RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2023
01
Anatomi
Hidung
Anatomi Luar
Bagian luar :
● Batang hidung (dorsum nasi) memanjang dari
pangkal (radix) ke puncak (apex)
● Lubang hidung (nares) dibatasi di lateral oleh
ala nasi dan di medial oleh septum nasi
Skeleton Hidung Luar
Pars Ossea :
• Os nasal
• Procesus frontalis os maxilla

Pars cartilaginea :
• Kartilago nasalis lateralis
• Kartilago alaris (mayor & minor)
• Kartilago septum nasi
Septum Nasi
Terdiri dari :
• Lamina perpendicularis os
ethmoidalis : tipis,
membentuk pars superior
• Os vomer : pipih & tipis
membentuk pars
posteroinferior
• Cartilago septi nasi :
membentuk bagian frontal
Cavum Nasi
● Batas superior: Frontonasalis,
sphenoidalis, ethmoidalis
● Batas inferior: Proc. Palatinus
maxillae dan lamina horizontal os
palatinus
● Batas medial: septum nasi
● Batas lateral: Conchae nasi
● Dibatasi oleh nares anterior & nares
posterior/choanae
● 1/3 superior mukosa nasal adalah
area olfaktori. 2/3 inferior mukosa
nasal adalah area respirasi
KONKA
KONKA KONKA KONKA
NASALIS NASALIS NASALIS
INFERIOR MEDIA SUPERIOR

Dibawahnya ada Dibawahnya ada


Merupakan Meatus Nasi
konka terbesar Meatus Nasi
Media → tempat
Superior → tempat
muara sinus muara Sinus
maksilaris, sinus
Ethmoid Posterior
frontalis, dan
& Sphenoid
Dibawahnya sinus etmoid
ada Meatus anterior
Nasi Inferior
→ tempat
muara Duktus
Nasolacrimalis
Vaskularisasi
● Arteri ethmoidalis anterior
(cabang dari A.
Ophtalmica) superior
● Arteri ethmoidalis posterior
(cabang dari A.
Ophtalmica) superior
● Arteri sphenopalatina
(cabang dari A. Maxillaris)
inferior
● Arteri palatina mayor
(cabang dari A. Maxillaris)
inferior
● R. Septalis A. labialis
superior (cabang dari A.
Fasialis) anterior
Plexus Kiesselbach & Woodruff

Plexus Kiesselbach :
a. Sfenopalatina
a. Ethmoid anterior
a. labialis superior
a. Palatina mayor

Plexus Woodruff :
a. Sfenopalatina
Drainase Vena

★Vena
e t h mo
a n t e ri o r d i d a l i s
a n p o s t er
s i n u s cav ior →
er n o s u s d
c ra n i i i b as i s
★Vena
s p h en
p l e x u s p t o p a l at i n a →
e ry g o i d e u
d a l a m fo s di
ss a
i n fra t e mp
o r al i s
CRÉDITOS: Esta plantilla para presentaciones es una creación
de Slidesgo, e incluye iconos de Flaticon, e infografías e
imágenes de Freepik
INERVASI : oleh cabang-cabang N. Trigeminus (V)
★ Anterosuperior:
N. Ethmoidalis anterior → cabang dari n. ophtalmicus (N. V1)
★ Posteroinferior:
N. Nasopalatinus (cabang dari N. maksillaris/N.V2), ramus lateralis nasi inferior, dan lateralis nasi superior posterior
★ Hidung luar:
N. infratrochlearis & R. Nasalis eksternus N. Ethmoidalis anterior (cabang dari N. Ophtalmicus), tetapi ala nasi
diinervasi oleh R. Nasalis N. Infraorbitalis (N. V2)

Fu n g s i p e n g
hidu berasa
N. Olfaktor l d a ri
ius (I) → b
olfactorius ulb
→ melalui la us
cribrosa → mina
kemudian
berakhir pa
da sel-sel re
penghidu pa septor
d a mu k o s a
olfaktorius
02
Fisiologi Sinus
Paranasal
FUNGSI HIDUNG FUNGSI
FONETIK
FUNGSI Untuk resonansi suara, membantu proses
RESPIRASI bicara dan mencegah hantaran suara sendiri
melalui konduksi tulang
1. Mengatur jumlah udara yang masuk
2. Menyiapkan udara pernapasan
(menyaring, melembabkan)
3. Desinfeksi (mukus, lisozim, pH REFLEKS NASAL
asam, silia, sel fagosit)
lritasi mukosa hidung (bakteri, debu) memicu
refleks bersin. Rangsang bau tertentu memicu
FUNGSI sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.
PENGHIDU
Fungsi penghidu karena terdapat
mukosa olfaktorius dan reservoir
udara untuk menampung stimulus
penghidu
OLFACTORY PATHWAY Depolarisasi diteruskan
Reseptor olfaktori
melalui sel reseptor
pada epitel
olfaktori yang tergabung
olfaktori dalam bundle nervus
menangkap olfaktori
molekul odoran

Membentuk sinaps
dengan axon bulbus
olfaktori (sel mitral) Masuk ke foramina
→ traktus olfaktori lamina cribriformis
os ethmoid,
berakhir di bulbus
olfaktori

Akson-akson traktus olfaktori tsb berakhir di :


● Area olfaktori primer korteks cerebri (inferior
medial lobus temporal)
● Sistem limbik dan hipotalamus → respon
emosional dan memori terhadap bau
03
Anatomi Sinus
Paranasal
SINUS PARANASAL
• Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk
rongga di dalam tulang.

• Secara embriologik, berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan


perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus frontal dan sfenoid.

• Sinus maksila dan sinus etmoid ada saat bayi lahir.

• Sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak usia 8 tahun.

• Sinus sfenoid berkembang dari bagian posterosuperior rongga hidung pada anak usia 8-
10 tahun.

• Sinus-sinus mencapai besar maksimal pada usia 15-18 tahun.


SINUS MAKSILA
● Batas :
● Anterior : fossa kanina os maxilla
● Posterior : permukaan infra-temporal maksila
● Medial : dinding lateral rongga hidung
● Superior : dasar orbita
● Inferior : procesus alveolaris dan palatum
● Drainase ke dalam meatus nasi media melalui
hiatus semilunaris
● N. supraorbitalis (N. V1)

SINUS FRONTAL
● Terletak di os frontal, bersekat-sekat dan tepi
sinus berlekuk-lekuk
● Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang tipis
dari orbita dan fossa cerebri anterior
● Drainase melalui ductus frontonasalis 🡪
infundibulum ethmoidale 🡪 hiatus semilunaris
meatus nasi media
● N. alveolaris superior cabang N. maxillaris
SINUS ETHMOID
• Batas anterior → resesus frontal
(berhubungan dengan sinus frontal)
• Di daerah ethmoid anterior terdapat suatu
penyempitan → infundibulum (tempat
muara ostium sinus maksila)
• Atap sinus ethmoid (fovea etmoidalis)
berbatasan dengan lamina cribriformis.
• Dinding lateral : lamina papirasea yang tipis
dan membatasi sinus ethmoid dari rongga
orbita.
• Bagian posterior berbatasan dengan sinus SINUS SPHENOIDAL
sfenoid. • Batas superior : fossa cerebri media dan kelenjar
• Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi hipofisis
menjadi sinus etmoid anterior dan media • Inferior : atap nasofaring
yang bermuara di meatus medius dan sinus • Lateral : sinus kavernosus dan a.karotis interna
etmoid posterior yang bermuara di meatus • Posterior : fossa cerebri posterior di daerah pons
superior. Drainase ke dalam recessus sphenoethmoidalis diatas
concha nasalis superior.
MEATUS
• Meatus nasi superior
• Antara konka medius dan superior (terdapat resesus sfenoetmoidal
yang terletak di posterosuperior konka superior).
• Tempat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.

• Meatus nasi media:


• Antara konka inferior dan medius.
• Tempat muara sinus maksilaris, sinus frontalis, dan sinus etmoid
anterior et media.

• Meatus nasi inferior:


• Antara dasar rongga hidung dengan konka inferior.
• Tempat muara duktus nasolakrimalis.
MEATUS
KOMPLEKS OSTIOMEATAL (KOM)
• Merupakan celah pada dinding lateral hidung yang
dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea.

• Kompleks osteomeatal  tempat drainase untuk sinus


ethmoid anterior, sinus maksilaris, dan sinus frontalis.

• Struktur yang membentuk KOM


• Prosesus unsinatus
• Infundibulum etmoid
• Hiatus semilunaris
• Agger nasi
• Bula etmoid
• Resesus frontal
04
Fisiologi Sinus
Paranasal
FUNGSI SINUS PARANASAL
PENGATUR KONDISI PEREDAM PERUBAHAN
UDARA TEKANAN UDARA
Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan Fungsi ini berjalan bila ada perubahan
untuk memanaskan dan mengatur tekanan yang besar dan mendadak (bersin)
kelembaban udara inspirasi.
SEBAGAI
PENAHAN SUHU MUCOCLEARANCE
Sinus paranasal berfungsi sebagai Efektif untuk membersihkan partikel yang
penahan (buffer) panas, melindungi turut masuk dengan udara inspirasi karena
orbita dan fossa cerebri dari suhu rongga mukus ini keluar dari meatus medius, tempat
hidung yang berubah-ubah. yang paling strategis.
MEMBANTU RESONANSI
MEMBANTU UDARA
KESEIMBANGAN KEPALA
Sebagai rongga untuk resonansi suara
Sinus membantu keseimbangan kepala
dan mempengaruhi kualitas suara.
karena mengurangi berat tulang muka
(bila sinus berisi udara)
SUMBER
Adams, George L. Boies: Buku Ajar Penyakit THT (Boeis Fundamentals Of Otolaryngology). Edisi
Ke-6. Jakarta: EGC.

Hansen JT. 2019. Netter’s Clinical Anatomy. Philadelphia : Elsevier

Moore KL, Dalley AF. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis. Edisi Ke-5. Jakarta: Erlangga.

Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL.
Edisi Ke-7. Jakarta : FKUI

Tortora GJ, Derrickson B. 2012. Principles Of Anatomy And Physiology. John Wiley And Sons.
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai