HIDUNG
Oleh:
Emanuel Baga
Lorensiana
Jordy Marlissa
Paulina Sroyer
Pembimbing:
• dr. Rosmini, Sp.THT-KL
• dr. Agustina, Sp.THT-KL
ANATOMI
HIDUNG &
SINUS
PARANASAL
IS
RINITIS
ALERGIKA
RINITIS
OZAENA/ATROF
I
PENYAKI
T- FISIOLOGI
PENYAKI PENCIUMA
SINUSITIS T N
HIDUNG
CORPUS
ALIENUM
HIDUNG
CARSINOMA
NASOFARING
PEMERIKSA
AN FISIK
HIDUNG
HIDUNG
Bagian atas cavum nasi → a.etmoid anterior & posterior → cabang dari a.oftalmika
yang berasal dari a.karotis interna
Bagian bawah cavum nasi → a.palatina mayor & a.sfenopalatina → cabang dari
a.maksilaris interna
Apakah keluhan
sumbatan ini
terus menerus ? Adakah riwayat Apakah mulut
Hilang timbul ? kontak dengan dan tenggorokan
1 atau 2 ? bahan alergen ? terasa kering ?
Bergantian ?
SEKRET DI HIDUNG
Bersin yang
berulang-ulang
alergi hidung
Rasa nyeri atau rasa berat dapat timbul bila menundukkan kepala
dan berlangsung dalam beberapa jam/hari
• Anterior/ posterior rongga
hidung ?
• 1 atau 2 lubang hidung ?
• Sudah berapa kali ?
• Mudah dihentikan/tidak?
EPISTAKSIS • Riwayat trauma
hidung/muka ?
• Penyakit kelainan darah ?
hipertensi ?
• Pemakaian obat anti
koagulansia ?
GANGGUAN PENGHIDU
Hiposmia Anosmia
Parosmia Kakosmia
Pemeriksaan
Hidung
Alat dan bahan
1 Rinoskopi
AnterioR
3 transiluminasi
2 Rinoskopi posterior
1
Rinoskopi AnterioR
Teknik pemeriksaan:
Cara :
• Lampu diletakan dibawah sinus frontalis
• Lampu ditekankan ke arah media-
superior
• Cahaya yang memancar ke depan
ditutup dengan tangan kiri.
Sinusitis Keterangan
Sinusitis akut < 4 minggu
Sinusitis akut rekuren ≥ 4 episode dalam 1 tahun, setiap
episode berlangsung < 2 minggu
Sinusitis subakut 4-12 minggu
Sinusitis kronis >12 minggu
Eksaserbasi akut sinusitis kronis Ketika tanda dan gejala sinusitis
kronik muncul tetapi reda setelah
terapi
ETIOLOGI
ISPA akibat virus, (Pneumococcus, • Infeksi gigi,
Streptococcus,Staphylococcus,Haemophilus
influenzae,Moraxella catarrhalis) • Kelainan imunologik,
Sekret
mukopurulen
pada rongga
hidung
Teknik palpasi Untuk pemeriksaan sinus
Untuk pemeriksaan sinus Frontalis : maxillaris :
● Pemeriksa menekan dinding muka sinus Tekan area fossa canina dengan ibu
frontalis dengan ibu jari kearah medial jari ke arah medial dengan tenaga
dengan tenaga yang optimal dan yang optimal dan simetris.
simetris. Hindari menekan foramen infraorbital
● Hindari menekan foramen supraorbital krna trdpat n.infraorbialis sehingga
karena terdapat n. supraorbital dapat menimbukan nyeri
sehingga juga menimbulkan sakit.
Pemeriksaan Penunjang
1. GOLD Standard diagnosis CT-Scan
2. Foto Polos Kepala
Posisi Waters, PA dan lateral (Hanya mampu menilai sinus besar Maksila dan Frontal)
3. Transiluminasi (sinus yang sakit akan menjadi suram / gelap)
Tujuan:
1. Mempercepat penyembuhan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah perubahan kronik
Prinsip pengobatan:
4. Membuka sumbatan di KOM --> drainase dan ventilasi sinus kembali
normal
TATALAKSANA
MEDIKAMENTOSA
Antihistamin
Analgetik Dekongestan
Bedah
• Functional Endoscopic Sinus Surgery (FEES)
• Prosedur Caldwell-Luc
• Artrostomi inferior (naso-antral window)
EPOS 2020 : Jalur Perawatan untuk CRS
CARA MENCEGAH
RINOSINUSITIS
1. Hindari Faktor pencetus : Asap rokok, debu, polusi udara
2. Berhenti merokok,
3. Menjaga daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup sehat
dan bersih
4. Jika diperlukan, lakukan vaksinasi flu setiap tahun
Jadwal Vaksin Influenza (IDAI
1. Orang dewasa dan anak Usia min 6 bulan
2017)
2. Pada Anak Usia < 9 tahun, vaksin diberikan 2 dosis dengan interval
minimal 4 minggu dari dosis pertama
3. Pada anak usia > 9 tahun, vaksin cukup diberikan 1 kali
4. Dosis ulangan (booster) diberikan setiap 1 tahun sekali
Komplikasi
Alergen Ingestan
E
Alergen Injektan
Alergen Kontaktan
Klasifikasi Rinitis Alergi Menurut ARIA 2001
Diagnosis Rinitis Alergi
Anamnesis :
Khas : bersin-bersin berulang, rinore yang encer dan banyak, hidung
tersumbat, hidung dan mata gatal.
Pemeriksaan Fisik:
Rinoskopi anterior : mukosa edema, basah, warna pucat, secret encer
dan banyak.
Pada anak : allergic shiner, allergic salute, allergi crease.
Pemeriksaan Penunja
ng
In vitro :
• Hitung Eosinofil
• Pemeriksaan IgE total
• Pemeriksaan Sitologi hidung
In vivo :
• Uji SET (Skin End Point Titration)
• Uji IPDFT (Intracutaneus Provocative Dilutional Food Test)
Tatalaksana :
1. Menghilangkan atau menghindari allergen penyebab
2. Medikamentosa
Golongan obat
Antihistamin Ceterizin 10 mg
Dekongestan oxymetazolin Iliadin < 2minggu
atau (oxymetazoline Kriteria Rujukan
xylometazolin HCL 0,005%) 1. Bila perlu dilakukan
Prick Test untuk
pseudoefedrin, Pseudo efedrin Tablet : 15
fenilefrin (30-60 mg) mg, 30 mengetahui jenis
Phenylephrine mg,60 alergen.
(10 mg) mg,120 mg 2. Bila perlu dilakukan
tindakan operatif.
kortikosteroid metilprednisolon 4 mg
3. Operatif
4. Imunoterapi
Komplikasi
Polip Hidung
Otitis Media
Rinosinusitis
RINITIS OZAENA
Kelainan
Defisiensi vit A
hormonal
Penyakit
autoimun
K LAS I F I KAS I
GEJALA
KLINIS
Sakit kepala Ada gangguan
penghidu
Pemeriksaan Penunjang
Paling sering terjadi pada anak usia 1-4 tahun → cenderung mengeksplorasi
tubuhnya, terutama daerah yang berlubang seperti hidung.
Mereka memasukkan benda asing sebagai upaya:
• mengeluarkan sekret atau benda asing yang sebelumnya ada di dalam hidung
• untuk mengurangi gatal atau perih akibat iritasi yang sebelumnya sudah
terjadi
Anak → makanan, permen, manik-manik dan kertas
Orang dewasa kapas → cotton bud, kecoa, semut, nyamuk dan lintah.
Morbiditas bahkan mortalitas → masuk ke saluran nafas bawah
Patofisiologi
Masuknya benda
asing
Benda asing anorganik :
Iritasi pada mukosa → Reaksi inflamasi dapat
menghasilkan toksik
Reaksi inflamasi Sekret yang tertinggal, dekomposisi benda asing, dan
ulserasi yang menyertai dapat menghasilkan fetor
yang berbau busuk
Sebuah benda asing dapat menjadi inti peradangan
Kongesti, edema pada apabila tertanam dalam jaringan granulasi yang
mukosa hidung
terpapar oleh kalsium, magnesium fosfat, karbonat →
Rhinolith.
Destruksi pada septum nasi (Baterai cakram)
• Tergantung pada lokasi, derajat sumbatan (total / sebagian), sifat, bentuk, dan
ukuran → Tanpa gejala sampai kematian (akibat sumbatan total)
• Gejala paling sering: hidung tersumbat, rinore unilateral dengan cairan kental dan
berbau, Kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis dan bersin.
• Pada pemeriksaan → tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan
dapat terjadi ulserasi.
2. Pemeriksaan Fisik
• Rhinoskopi anterior
• Dapat ditemukan:
Destruksi luas pada mukosa membran, tulang, dan kartilago
Mukosa hidung → lunak dan mudah berdarah
Edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral sampai
ulserasi
Tertutup mukopus → disangka sinusitis
Kasus Rhinolith → kavum nasi berwarna keabu-abuan, ireguler,
keras dan terasa berpasir
Pemeriksaan Penunjang
Karsinoma nasofaring adalah karsinoma sel skuamosa yang berasal dari epitel mukosa pada
nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai diantara
tumor ganas THT di Indonesia.
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak
ditemukan di Indonesia. Hampir 60% tumor ganas kepala dan leher merupakan
karsinoma nasofaring, kemudian diikuti oleh tumor ganas hidung dan sinus paranasal
(18 %), laring (16), dan tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam presentasi
rendah.
Genetik
Faktor
Lingkunga
n/pekerjaa ETIOLOG Epstein
n I Barr virus
Pola
makan/diet
GEJALA KLINIS
• Penjalaran dari foramen laserum akan • Lebih dari 50% pasien KNF
mengenai nervus cranialis III, IV, VI, datang dengan keluhan
dan V sehingga tidak jarang gejala benjolan dileher
diplopialah yang membawa pasien ke • Pembesaran kelenjar getah
dokter bening ini biasanya pada
• Sindrom Jackson/sindrom unilateral bagian atas leher sesuai dengan
bila sudah mengenai seluruh nervus lokasi tumor (ipsilateral) ,
cranialis, dapat pula disertai dengan namun tidak jarang bilateral
destruksi tulang tengkorak
Diagnosis
ANAMNESIS
• Gejala yang muncul bergantung pada sudah stadium mana perjalanan penyakit
KNF pada pasien. Gejala dapat berupa telinga terasa penuh, tinnitus, otalgia,
hidung tersumbat, lendir bercampur darah (blood-stained rhinorrhea) . Pada
stadium lanjut dapat ditemukan benjolan pada leher , erjadi gangguan saraf ,
diplopia, dan neuralgia trigeminal (saraf III,IV,V,VI).
Pemeriksaan Fisik
• Dilakukan pemeriksaan status generalis dan status lokalis.
• Pemeriksaan nasofaring :
• Rhinoskopi posterior
• Nasofaringoskop (fiber/rigid)
• Pemeriksaan nasoendoskopi dengan NBI (Narrow Band Imaging) digunakan
untuk skrining , meliha mukosa dengan kecurigaan kanker nasofaring, panduan
lokasi biopsi, dan follow up terapi pada kasus-kasus dengan dugaan residu dan
residif.
Pemeriksaan Radiologi
Stadium I Radioterapi
Stadium II Kemoradiasi
Stadium IV N< 6 cm Kemoradiasi
Stadium IV N> 6 cm Kemoterapi dosis penuh dilanjutkan
kemoradiasi
Tindakan Operasi :Diseksi leher dan Nasofaringektomi
Imunoterapi : Jika penyebab KNF adalah EBV (Virus Epstein-
Barr)
Prognosis