Anda di halaman 1dari 17

ASMA BRONKIAL

Oleh:
Mohd Razif Bin Mohamad
10910/KU
DEFINISI
 Kelainan inflamasi kronik saluran nafas
 Melibatkan sel inflamasi
- sel mast
- eosinofil
 menimbulkan gejala-gejala yang terjadi akibat
obstruksi saluran nafas dengan derajat yang
bervariasi
 Menyebabkan hipersensitivitas bronkus terhadap
berbagai rangsangan
ETIOLOGI
 Atopi ---sudah terbentuk IgE terhadap
antigen tertentu ---house dust mite, grass
pollen, fungal spore.
 Increased responsiveness of the airways of
the lungs---terhadap stimuli tertentu
- histamin
- methacholine
Klasifikasi
PEF or FEV1
Symptom/day Symptom/ night
PEF variability
- < 1 x/ minggu
STEP I - Asimptomatik & ≥ 80%
≤ 2x/ bulan
INTERMITTEN normal PEF antara < 20%
serangan
- >1x / minggu tapi <
STEP II 1x/ hari
≥ 80%
MILD - Serangan bisa > 2x/ bulan
20-30%
PERSISTENT mempengaruhi
aktivitas

-Daily
STEP III
-Serangan 60%-80%
MODERATE > 1x/ minggu
mempengaruhi > 30%
PERSISTENT
aktivitas

STEP IV -Continuous
≤ 60%
SEVERE - membatasi kativitas Sering/ frequent
> 30%
PERSISTENT fisik
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Uji Faal paru
4. Pemeriksaan laboratorium
- darah tepi
- sputum
- serum
- uji kulit
5. Pemeriksaan radiologi
6. Uji provokasi bronkus
Anamnesis
 Riwayat sesak nafas berulang reversibel dengan atau
tanpa mengi (wheezing) yang dapat didengar tanpa
auskultasi.
 Biasanya disertai batuk produktif (berdahak).
 Ketika terjadi serangan, nafas atau dada seperti tertekan
(sense of suffocation).
 Kesulitan bernafas dapat berkurang jika pasien duduk.
 Serangan timbul sesudah kontak dengan faktor pencetus.
 Riwayat keluarga positif asma atau bentuk alergi lain
Laboratorium
 Eosinofilia
 Uji kulit dengan alergen
 igE spesifik dalam serum
Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi :
- pada waktu serangan tampak retraksi
supraklavikula atau intercostal.
- Posisi badan membungkuk.
- Penggunaan otot2 bantu ekspirasi.
 Palpasi : pengembangan dada simetris, fremitus
normal.
 Perkusi : normal.
 Auskultasi : ekspirasi diperpanjang, wheezing dan
ronkhi kering pada akhir ekspirasi.
Radiologi
 Berguna untuk menyingkirkan penyakit lain
yang mempunyai gejala yang menyerupai
asma
 Melihat komplikasi penyakit
- atelektasis
- pnemothoraks
- Pneumonia
- Fraktur iga
Uji Provokasi bronkus

 Mengukur derajat hipersensitivitas bronkus


 Px ini dilakukan bila ada kecurigaan asma
tetapi pada Px tidak ditemukan kelainan
 Dapat dilakukan dengan
- beban kerja
- hiperventilasi isohapnik udara dingin
- inhalasi spesifik/ nonspesifik
Indikasi Provokasi Inhalasi
 Antigen
- Untuk menjelaskan peranan alergen spesifik pada
asma
- Apabila uji kulit tidak dapat dilakukan seperti pada
penyakit kulit yang luas dan luka bakar
- Utk evaluasi alergen baru/ tidak dikenal yang
diduga mempunyai peranan dalam penyakit paru
- Evaluasiefek obat dalam penghambatan kerja
alergen
- Meyakinkan penderita tentang sebab akibat
 Metakolin, karbakol dan histamin
- Mengidentifikasi penderita hipersensitivitas
bronkus tanpa melihat sebab dan untuk
mengukur besarnya hiperaktivitas tersebut
 Hasil uji dinyatakan dengan parameter
PC20 – Konsentrasi zat inhalasi yang
menimbulkan penurunan VEP1 sebesar 20
% dibandingkan dengan nilai VEP1
sebelum provokasi.
 PC 20 < 8 mg/ml terdapat hipereaktivitas
bronkus.
Treatment
Eksaserbasi akut:
 1.Oksigen 4-6 L/menit.
 2.inhalasi agonis B-2 (eg, salbutamol, terbutaline)
tiap 20 menit sampai 3 kali.
 3.inhalasi antikolinergik (ipatropium bromida)
setiap 4-6 jam terutama pada obstruksi berat
(padat diberikan bersama agonis B-2)
 4.kortikosteroid oral atau parenteral 40-60 mg/
hari.
Obat pengendali asma:
 1.asma intermittentidak perlu
 2.asma persisten ringankortikosteroid inhalasi
(500 ug budesonide propriat)
 3.asma persisten sedangkortikosteroid inhalasi
(200-1000 ug BDP) + agonis B-2 aksi lama.
 4.asma persisten beratBDP> 1000 ug + long
acting B-2 agonist inhalasi+ teofilin lepas
lambat/antileukotrien (zafirlukast)/LABA oral.
Sekian
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai