Anda di halaman 1dari 19

BAB V.

PENGANGGARAN MODAL PERUSAHAAN

Penganggaran modal (capital budgeting) meliputi keseluruhan proses perencanaan


pengeluaran uang untuk investasi, dimana hasil pengembaliannya diharapkan terjadi
dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Pemilihan jangka waktu satu tahun
tidaklah mutlak, akan tetapi lebih merupakan penggalan waktu yang mudah untuk
membedakan berbagai jenis pengeluaran. Contoh pengeluaran investasi adalah
pengeluaran untuk tanah, bangunan dan mesin, serta tambahan modal kerja
permanen sesuai dengan ekspansi usaha. Suatu kampanye promosi dan pengiklanan,
atau suatu program penelitian dan pengembangan juga mempunyai dampak lebih
dari satu tahun sehingga bisa juga disebut sebagai investasi, oleh karenanya dapat
juga digolongkan sebagai penganggaran modal.

KOMPLEKSITAS PENGANGGARAN MODAL


Pendirian usaha baru dan besar tidaklah mudah. Dalam tahun 1970-an, sebuah
usaha patungan (joint venture) antara perusahaan Inggris dan Perancis menanamkan
$2 milyar untuk memproduksi Concorde, pesawat dengan kecepatan supersonik.
Mereka berharap akan dapat menjual 300 pesawat tetapi terjual hanya 13 unit.
Ternyata kegagalan tersebut dikarenakan harga bahan bakar yang lebih tinggi
daripada yang diperkirakan mengharuskan harga tiket yang lebih tinggi dari maskapai
lain. Dan dikarenakan kebisingannya, penerbangan dari pantai-ke-pantai melintasi
Amerika Serikat dilarang. Daya terbangnya yang terlalu pendek untuk penerbangan
antar Asia dan benua-benua lainnya. Dalam musim semi tahun 1990 diumumkan
bahwa sebuah usaha patungan akan mencoba untuk mengembangkan Super-
Concorde dengan daya terbang dua kali lebih jauh dari yang pertama. Diperkirakan
bahwa diperlukan waktu 5 tahun untuk riset, 8 tahun untuk produksi, dan 2 sampai 3
tahun untuk pengujian. Dengan demikian diperlukan waktu sekitar 15 tahun dengan
melibatkan investasi yang diperkirakan bernilai antara $ 9 milyar hingga $14 milyar.
Taruhan yang riskan seperti ini tidak sepenuhnya dikuantifikasi, tetapi analisis yang
cermat akan memberikan basis lebih baik untuk pertimbangan dan keputusan.
Industri obat-obatan menyaring sekitar 10.000 senyawa untuk menemukan
satu senyawa yang menghasilkan satu produk yang disetujui oleh Food and Drug
Administrasions Lion (FDA) sehingga produk itu dapat secara legal dipasarkan.
Proses produk baru itu memerlukan waktu 10 sampai 15 tahun dengan biaya investasi
(termasuk biaya kesempatan dari dana yang digunakan dalam pengeluaran investasi)
sekitar $200 juta. Kebanyakan produk tidak menghasilkan penjualan yang mencukupi
untuk menutup biaya modalnya; hanya sedikit obat yang menghasilkan laba untuk
menutup biaya modalnya [Virts dan Weston, 1980].
Dua contoh di atas adalah kasus-kasus yang ekstrim, tetapi bukan berarti
proyek yang ekstrim saja yang memerlukan analisa capital budgeting, bahkan usaha
apapun yang kelihatannya bersifat sederhana maupun yang canggih memerlukan
analisa capital budgeting agar dimungkinkan dapat dicapai hasil yang
menguntungkan. Hal ini dkarenakan apapun itu mengandung ketidakpastian.

HA-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENGANGGARAN


MODAL
Berbagai hal yang berkaitan dengan investasi modal dapat diuraikan sebagai
berikut,
Besar Proyek
Besarnya usulan proyek penting untuk dibuatkan penganggaran modal.
Besarnya proyek juga dapat diukur dari dana yang diperlukan atau jenis sumber daya
langka lainnya yang diperlukan seperti tanah, luas bangunan untuk peralatan, dan
jenis-jenis personil manajerial yang diperlukan. Suatu perusahaan dapat membuat
kebijakan bahwa untuk proyek yang berkenaan dengan operasional perusahaan yang
tidak memerlukan dana sebesar tertentu yang sudah ditetapkan oleh perusahaan, tidak
perlu dibuatkan penganggaran modal.
Dampak Terhadap Risiko Bisnis
Yang perlu diperhitungkan dalam analisis proyek pengembangan adalah apakah
risiko dalam portofolio akan berubah dengan adanya investasi baru. Salah satu cara
untuk menganalisis dampak terhadap risiko adalah dengan membedakan antara
investasi intern dan investasi ekstern berupa merger dan pengambilalihan (akuisisi).
Investasi intern adalah penambahan aktiva baru. Kegiatan pengembangan usaha
dengan cara akuisisi (investasi ekstern) mungkin tampak sangat menarik tetapi juga
mungkin membawa risiko yang besar. Masalahnya disini adalah sejauhmana investasi
baru tersebut berhubungan dengan kegiatan perusahaan yang sekarang. Secara umum,
proyek-proyek yang berhubungan dengan kegiatan yang ada sekarang mempunyai
risiko yang lebih kecil tetapi mungkin tidak membuka bidang-bidang kegiatan baru
yang penting bagi perusahaan. Perbedaan-perbedaan dalam risiko yang terlihat
memerlukan berbagai pertimbangan. Nasihat penting dalam dunia investasi adalah,
"Tetaplah pada apa yang paling kamu ketahui bagaimana melakukannya,"
..
Teruskanlah rajutanmu. dan Waspadalah pada kebutuhan akan produk baru dan
pasar baru yang diharuskan oleh berubahnya lingkungan ekonomi." Dalam
menghadapi saran yang bertentangan, diperlukan penyeimbangan yang cermat antara
pertimbangan-pertimbangan yang berlainan.
Pengenalan serealia siap santap yang baru, dapat menyebabkan penjualan
serealia yang sekarang menurun sampai tingkat tertentu. Perbedaan antara: proyek-
proyek yang independen dan yang saling meniadakan khususnya penting karena akan
mempengaruhi prosedur penentuan peringkat.

Penurunan Biaya dan Peningkatan Pendapatan


Pendekatan lain terhadap risiko adalah dengan melakukan penggantian aktiva yang
lebih besar kapasitasnya serta lebih kecil daya listriknya agar terjadi penurunan biaya
(replacement), perluasan yang mengharuskan menambah aktiva baru (expansion), dan
dalam rangka mendorong pertumbuhan usaha (growth) perusahaan menambah lini
produk atau menambah divisi baru. Dengan upaya demikian dimungkinkan terjadi
penurunan biaya serta peningkatan pendapatan..

 Penggantian. Keputusan penggantian adalah yang paling sederhana untuk


dilakukan. Ketika aktiva menjadi aus atau usang dan harus diganti agar
efisiensi produksi dapat dipertahankan. Perusahaan mempunyai gagasan yang
baik mengenai penghematan biaya dengan mengganti aktiva lama dengan
aktiva yang baru. Dan perusahaan mengetahui konsekuensi dari tidak
dilakukannya penggantian. Hasil dari keputusan untuk mengganti dapat
diramalkan dengan cukup pasti.

 Perluasan. Kapasitas produksi tambahan pada lini produk yang sudah ada
didefinisikan sebagai perluasan. Contohnya adalah usulan untuk menambah
lebih banyak lagi mesin dari jenis yang sekarang dipakai atau pembukaan
cabang baru pada sebuah rantai toko makanan. Investasi perluasan seringkali
diidentikkan dengan keputusan penggantian. Untuk menggambarkannya,
sebuah mesin tua yang sudah tidak efisien diganti dengan mesin baru yang
lebih besar kapasitas produksinya dan lebih efisien. Suatu tingkat kepastian –
adakalanya sangat tinggi – jelas terlibat dalam perluasan, tetapi perusahaan
paling sedikit mempunyai manfaat dengan menelaah pengalaman produksi
dan penjualan masa lalu dengan mesin yang serupa.

 Pertumbuhan. Lini produk baru atau pasar geografis baru, seperti investasi
ke luar negeri, adalah contoh dari investasi pertumbuhan. Tingkat pengalaman
yang dimiliki untuk mendasari keputusan mungkin bervariasi menurut tingkat
keterkaitan bidang baru tersebut. Seringkali keputusan-keputusan
pertumbuhan sangat tergantung pada pertimbangan dan pandangan heroic
sebab segalanya kadang tidak dapat dikuantifikasi.

Investasi yang Diharuskan (Mandatory) dan Tak Berwujud


Investasi yang diharuskan oleh aturan pemerintah merupakan sebuah kategori lain.
Perusahaan memiliki sedikit keleluasaan dalam masalah-masalah seperti ini.
Misalnya, alat pengendalian polusi mungkin diharuskan walaupun tidak
menghasilkan pendapatan langsung. Investasi yang berkaitan (dengan kegiatan
perusahaan) mungkin berupa hal-hal tak berwujud seperti usulan untuk mendorong
moral dan produktivitas karyawan dengan memasang sistem musik.

Tingkat Ketergantungan (Degree of Dependence)


Proyek-proyek yang independen tidak memiliki interelasi atau hubungan timbal balik.
Satu contoh adalah memasang peralatan baru untuk memproduksi produk A dan
memasang peralatan untuk memproduksi produk B dimana produk A dan B sama
sekali berbeda. Sebaliknya, beberapa investasi mungkin bersifat saling meniadakan.
Contohnya adalah apakah akan membeli forklift yang digerakkan oleh mesin gas
versus mesin elektrik.
Proyek-proyek dapat juga saling melengkapi. Pengenalan pencahayaan yang
lebih baik dapat memperbaiki seluruh operasional pabrik yang lain. Proyek-proyek
dapat merupakan pengganti (substitusi).

EVALUASI METODE-METODE PENENTUAN PERINGKAT INVESTASI


Prinsip dari penganggaran modal adalah mengambil keputusan yang akan
memaksimalkan nilai perusahaan.
Proses penganggaran modal dirancang untuk membantu menjawab pertanyaan: Mana
diantara berbagai usulan investasi yang paling menguntungkan untuk dipilih?

METODE PENILAIAN KELAYAKAN PROYEK


Terdapat sembilan metode untuk menilai kelayakan proyek sebagai berikut :
1. Pengembalian Kas (Cash Payback, PB)
2. Pengembalian Kas yang Didiskontokan (Discounted Cash Payback, DPB
3. Tingkat Hasil Pengembalian Akuntansi (Accounting Rate of Return, ARR)
4. Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value, NPV)
5. Tingkat Hasil Pengembalian Internal (Internal Rate of Return, IRR)
6. Indeks Profitabilitas (Profitability Index, PI)

Beberapa Prinsip Umum Dalam Penganggaran Modal


Pengambilan keputusan yang optimal menyangkut beberapa hal berikut :
1. Perkiraan arus kas dengan cermat dan tepat melalui survei lapangan.
2. Pendiskontoan arus kas yang mengakomodir biaya kesempatan atas modal yang
digunakan.
3. Pemilihan proyek dari sekelompok proyek yang saling eksklusif (mutually
exclusive), yang akan memaksimumkan kekayaan pemegang saham
(shareholders’ wealth).
4. Memungkinkan para manajer mempertimbangkan setiap proyek secara independen
dari proyek-proyek lain. Ketentuan ini dikenal sebagai prinsip penambahan nilai
(value additivity principle).

Untuk membahas Metode Penilaian Proyek diberikan contoh sebagai berikut :


TABEL 1. Arus Kas Empat Proyek yang Bersifat Saling Eksklusif
Arus Kas (dalam rupiah)
Tahun A B C D PVIF@10%
0 -1,5 m -1,5 m -1,5 m -1,5 m 1,000
1 150 jt 0 150 jt 300 jt 0,909
2 1,35 m 0 300 m 450 jt 0,826
3 150 jt 450 jt 450 m 750 jt 0,751
4 -150 jt 1,050 m 600 m 750 jt 0,683
5 -600 jt 1,950 m 1,875 m 900 jt 0,621

1. Metode Pengembalian Kas (Cash Payback, PB)


Metode ini hanya menekankan pada seberapa cepat modal kembali. Hal ini
dikarenakan dalam berinvestasi hal penting yang harus diusahakan adalah secepat
mungkin modal investasi awal dapat kembali. Periode jangka pengembalian
merupakan jumlah tahun yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran
investasi awal.
Berdasarkan contoh pada tabel 1, dapat disusun kecepatan modal awal proyek
kembali sebagai berkut,
TABEL 2. Tingkat kembalinya modal Proyek yang Bersifat Saling Eksklusif
Tahun A B C D PVIF@10%
0 -1,5 m -1,5 m -1,5 m -1,5 m 1,000
1 150 jt 0 150 jt 300 jt 0,909
2 1,35 m 0 300 m 450 jt 0,826
3 150 jt 450 jt 450 m 750 jt 0,751
4 -150 jt 1,050 m 600 m 750 jt 0,683
5 -600 jt 1,950 m 1,875 m 900 jt 0,621

Dengan demikan jangka pengembalian untuk empat proyek adalah sebagai berikut:
 Proyek A, jangka pengembalian = 2 tahun
 Proyek B, jangka pengembalian = 4 tahun
 Proyek C, jangka pengembalian = 4 tahun
 Proyek D, jangka pengembalian = 3 tahun

Berdasarkan definisi Metode Jangka Pengembalian maka yang berhak dipilih adalah
Proyek A sebab merupakan proyek yang paling cepat mengembalikan modal.
Kesulitan Metode Jangka Pengembalian adalah bahwa metode tersebut tidak
mempertimbangkan seluruh arus kas dan tidak memperhitungkan arus kas setelah
arus kas kembalinya modal. Dengan tidak mempertimbangkan seluruh arus kas,
berarti mengabaikan sejumlah besar arus kas negatif yang terjadi pada tahun setelah
kembalinya investasi awal. Contoh mengenai hal ini terjadi pada proyek A di atas
dimana metode pengembalian modal tidak mempertimbangkan arus kas negatip pada
tahun ke-4 dan ke-5. Kelemahan metode ini dapat digambarkan sebagai berikut,
TABEL 3. Arus Kas (Cash Flow) Proyek A dan B
Tahun A B
0 Rp – 1 m Rp – 1 m
1 100 jt 900 jt
2 900 jt 100 jt

Proyek A dan B dua-duanya menjanjikan pengembalian modal selama 2 tahun. Oleh


karena itu kedua proyek patut untuk dipilih. Namun apabila diperhatikan lebih jauh
Proyek B lebih menguntungkan daripada Proyek A sebab Proyek B secara ekonomis
lebih menguntungkan dikarenakan mampu memasukkan cash flow yang lebih besar
pada awal periode.

2. Pengembalian Kas yang Didiskontokan (Discounted Cash Payback, DPB


DPB adalah jumlah tahun yang diperlukan agar jumlah arus kas yang didiskontokan
dengan k, biaya modal, sama dengan nilai sekarang pengeluaran investasi awal. Kita
menggunakan data sesuai tabel 1 di atas. Proyek A untuk mengilustrasikan
perhitungannya:
TABEL 4. Pengembalian Modal, Arus Kas Yang Didsikonto
Arus Kas Nilai
Nilai
PVIF @ Sekarang
Tahun A Sekarang
10% Kumulatif
0 Rp – 1,5 m 1.000 Rp – 1,5 m Rp – 1,5 m
1 150 jt 0,909 136,35 jt - 1,36365 m
2 1,35 m 0,826 1,1151 m -248,55 jt
3 150 jt 0,751 112,65 jt -135,9 jt
4 -150 jt 0,683 -102,45 jt -238,35 jt
5 -600 jt 0,621 -372,6 jt -610,95 jt

Arus Kas Nilai


Nilai
PVIF @ Sekarang
Tahun B Sekarang
10% Kumulatif
0 Rp – 1,5 m 1.000 Rp – 1,5 m Rp – 1,5 m
1 0 0,909 0 - 1,5 m
2 0 0,826 0 -1,5 m
3 450 jt 0,751 337,95 jt -1.162,05 jt
4 1,050 m 0,683 717,15 m -444,9 jt
5 1,950 m 0,621 1.210,95 m 766,05 jt

Arus Kas Nilai


Nilai
PVIF @ Sekarang
Tahun C Sekarang
10% Kumulatif
0 Rp – 1,5 m 1.000 Rp – 1,5 m Rp – 1,5 m
1 150 jt 0,909 136,35 jt - 1,363,65 jt
2 300 jt 0,826 247,80 jt -1,115,85
3 450 jt 0,751 337,95 j -777,90 jt
4 600 m 0,683 409,80 -368,10 jt
5 1,875 m 0,621 1164,375 m 796,275 jt

Arus Kas Nilai


Nilai
PVIF @ Sekarang
Tahun D Sekarang
10% Kumulatif
0 Rp – 1,5 m 1.000 Rp – 1,5 m Rp – 1,5 m
1 300 jt 0,909 273 jt - 1,227 m
2 450 jt 0,826 372 jt -855 jt
3 750 jt 0,751 563 jt -292 jt
4 750 jt 0,683 512 jt +220 jt
5 900 jt 0,621 559 jt +779

Dengan demikan jangka pengembalian untuk empat proyek adalah sebagai berikut:
 Proyek A, jangka pengembalian tidak cukup menutup investasi awal.
 Proyek B, jangka pengembalian = 5 tahun
 Proyek C, jangka pengembalian = 5 tahun
 Proyek D, jangka pengembalian = 4 tahun

Berdasarkan arus kas yang didiskonto, ternyata mengubah tingkat


pengembalian modal dari keempat proyek di atas. Apabila arus kas tidak didiskonto,
proyek yang menguntungkan untuk dipilih adalah proyek A, apabila arus kas
didskonto maka proyek A sangat tidak menguntungkan karena ternyata arus kas
masuk tidak dapat menutup investasi awal atau proyek A rugi.
Sedangkan proyek B dan C sama-sama membutuhkan waktu 5 tahun untuk
mengembalikan modal investasi awal. Dan proyek D membutuhkan waktu 4 tahun.

3. Tingkat Hasil Pengembalian Akuntansi (Accounting Rate of Return/ARR)


Tingkat hasil pengembalian akuntansi adalah rasio laba bersih (Net Income) terhadap
pengeluaran investasi rata-rata. Pada metode ARR, laba bersih sama dengan (Arus
Kas - Dep) dimana Depresiasi adalah penyusutan. Investasi rata-rata adalah rata-rata
aritmetik dari nilai investasi awal dan akhir. Tetapi didalam praktik, ARR bisa
dihitung dengan menggunakan formula rasio Net Income terhadap nilai aktiva tetap,
disusutkan. Untuk memperjelas metode ARR digunakan contoh Proyek D dengan
mengasumsikan penyusutan garis lurus sebesar Rp 300 juta per tahun yaitu Rp 1,5 m
dibagi 5 tahun.
TABEL 5. Perhitungan Tingkat Pengembalian Akuntansi
Tahun Arus Kas Laba Bersih Nilai Investasi ARR
D setelah
Disusutkan
0 Rp - 1.5 m - Rp 1,5 m -
1 300 jt Rp 0 1,2 m 0
2 450 jt 150 jt 900 jt 16,67%
3 750 jt 450 jt 600 jt 75,00%
4 750 jt 450 jt 300 jt 150,00%
5 900 jt 600 jt 0 ∞

ARR tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang. Juga, ARR membesar
dengan bertambahnya umur aktiva bahkan juga jika besar NI tetap, karena nilai
investasi setelah disusutkan menurun.
Definisi lain dari ARR menghitung hasil pengembalian dengan merata-rata
arus kas yang diharapkan atas lamanya suatu proyek dan kemudian membagi arus kas
tahunan rata-rata dengan pengeluaran investasi awal. Sebagai contoh, ARR untuk
Proyek D ini dalam Tabel 5. dihitung sebagai berikut ini :
n

ARR =
(∑
t=0
Laba bersih sesudah pajak  /n÷I 0
)
Dimana :
I0 = Pengeluaran kas awal = Rp 1,5 m
n = Umur proyek = 5 tahun

Dengan menggunakan angka-angka yang sesuai Tabel 5, diperoleh perhitungan ARR


sebagai berikut,

ARR =
( Rp 0+Rp 150+Rp 450+Rp
5
450+ Rp 600
)÷Rp1 .500
1650
Rp ÷Rp 1.500
= 5
Rp330
= Rp 1.500 = 22%

ARR untuk ke empat proyek tersebut adalah: Proyek A, -12,2%, Proyek B, 26%;
Proyek C, 25%; Proyek D, 22%. Berdasarkan kriteria ARR, maka Proyek B adalah
yang terbaik. Masalah pokok yang dihadapi ARR adalah tidak dipertimbangkannya
pengaruh waktu terhadap nilai uang.

4. Metode Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value = NPV)


Dengan diketahuinya kelemahan yang terdapat pada metoda Jangka Pengembalian
dan metoda ARR, maka orang mulai mencari metode penilaian proyek yang
mempertimbangkan bahwa uang yang diterima lebih awal lebih diinginkan daripada
uang yang diterima di masa akan datang. Pemahaman ini mengarah pada
pengembangan teknik arus kas diskonto (Discounted Cash Flow, DCF) yang
memperhitungkan pengaruh waktu terhadap nilai sekarang bersih atau nilai tunai
bersih (Net Present Value, NPV). Cara pendekatannya adalah dengan mencari nilai
sekarang dari arus kas yang diharapkan dari suatu investasi, yang didiskonto pada
biaya modal dan nilainya dikurangi dengan pengeluaran biaya awal proyek.1 Jika
nilai sekarang bersih (NPV)-nya positif, maka sebaiknya proyek dijalankan; jika NPV
negatif, maka sebaiknya proyek ditolak. Jika dua proyek bersifat saling eksklusif,
maka yang dipilih adalah proyek dengan nilai sekarang bersih (NPV) yang tertinggi.
Persamaan untuk nilai sekarang bersih (NV) adalah:2
CF1 CF 2 CF n

NPV =
[ +
( 1+k )1 ( 1+k )2
+. ..+
]
( 1+k )n
−I 0
(Persamaan I)
n
CF
∑ ( 1+kt ) -I0
= t=1

CF1, CF2 dan seterusnya adalah arus kas bersih (Net Cash Flow); k adalah biaya
modal perusahaan; I0 adalah investasi awal proyek ; dan n adalah umur proyek yang
ditetapkan. Untuk mempermudah pembahasan diambil Proyek C berdasarkan data
Tabel 5 (Proyek C) dengan asumsi skala investasi, umur dan modal proyek adalah
sama. Selanjutnya untuk menghitung Nilai Sekarang Bersih Proyek C dihitung
dengan mengalikan setiap arus kas dengan faktor diskonto (PVIF) yang sesuai,
dengan asumsi biaya modal, k adalah 10 persen. Prosedurnya digambarkan dalam
1
Jika pengeluaran investasi terjadi dalam beberapa tahun, maka nilai sekarang dari pengeluaran modal
harus juga dipertimbangkan. Misalnya perusahaan membeli tanah tahun 1987, membangun gedung
tahun 1979, memasang mesin tahun 1980 dan mulai berproduksi tahun 1981. Dengan menggunakan
1978 sebagai tahun dasar, maka harus dibandingkan nilai sekarang dari pengeluaran investasi tahun
1978 dengan nilai sekarang dan arus pendapatan pada tahun dasar yang sama.

t=1
2
Persamaan kedua merupakan penyederhanaan penulisan, dimana sigma () adalah “jumlah semua”
atau menambahkan nilai sekarang arus kas hingga n kali. Jika t = 1, maka CFt = CF1 dan 1/(1 + k)t = 1/
(1+k)t, jika t = 2, maka CFt = CF2 dan 1/(1 + k)t = 1(1 + k)t; dan seterusnya hingga t = n, tahun

terakhir proyek menghasilkan arus kas. Simbol t=1 , artinya “teruskan proses berikut”: Ambillah t
= 1 dan temukan PV dari CF t. Kemudian ambil t = 2 dan temukan PV dari CF2. Lanjutkan hingga PV
untuk setiap arus kas diketemukan dan tambahkan semua PV arus kas untuk memperoleh PV suatu
harta.
tabel berikut,

Tabel 6. Prosedur untuk Menghitung NPV Proyek C


Tahun Arus Kas x PVIF = Nilai sekarang (PV)
0 Rp-1.5 m 1,000 Rp-1.5 m
1 150 jt 0,909 163,5 jt
2 300 jt 0,826 247,80 jt
3 450 jt 0,751 337,95 jt
4 600 jt 0,683 409,80 jt
5 1.875 jt 0,621 1.164,38 jt
NPV = + 796,20 jt

Nilai Sekarang Bersih dari semua proyek yang diperlihatkan pada Tabel 1 di atas
dapat dihitung dan dijabarkan sebagai berikut,
 Proyek A, NPV = Rp -610,95.
 Proyek B, NPV = Rp 766,05.
 Proyek C, NPV = Rp 796,28.
 Proyek D, NPV = Rp 778,80.

Jika keempat proyek tersebut bersifat indepeden (saling eksklusif), maka Proyek A
akan ditolak dan yang diterima adalah Proyek B, C dan D. Mengapa demikian?
Karena usulan proyek yang diterima adalah proyek yang menghasilkan NPV yang
positip. Jika proyek-proyek bersifat saling eksklusif, maka yang dipilih adalah proyek
dengan NPV terbesar. Dengan demikian usulan proyek yang diterima adalah Proyek
C. NPV proyek sama dengan meningkatnya kekayaan pemegang saham yang telah
didiskonto atau dinilai sekarangkan. Oleh karena itu metode NPV ini merupakan
pengambilan keputusan yang tepat dalam konteks penganggaran modal, Metode NPV
memperhitungkan semua arus kas. Semua arus kas tersebut didiskonto pada biaya
modal yang ditentukan oleh pasar.
Nilai sekarang bersih (NPV) dari suatu proyek adalah tepat sama dengan
kenaikan kekayaan pemegang saham. Mengapa demikian, perhatikan saja mulai
dengan mengasumsikan suatu proyek yang memiliki nilai sekarang bersih sama
dengan nol. Pada kasus ini, proyek cukup menghasilkan arus kas untuk memenuhi
tiga hal:
1. Membayar lunas seluruh bunga kepada pemberi pinjaman yang telah menyediakan
dana untuk membiayai proyek,
2. Membayar semua imbalan yang diharapkan (dividen dan kenaikan nilai modal)
kepada pemegang saham yang telah menanamkan modalnya pada proyek,
3. Membayar kembali pokok investasi, 1o, yang ditanamkan pada proyek.
Jadi, proyek dengan NPV nol adalah proyek yang menghasilkan pengembalian yang
cukup untuk menutup semua kewajiban ke pemegang obligasi dan pemegang saham,
masing-masing sesuai dengan pengembalian yang mereka harapkan atas risiko yang
mereka ambil. Suatu proyek dengan NPV positif menghasilkan lebih daripada tingkat
hasil pengembalian yang diperlukan, dan pemodal (equity holders) akan menerima
semua kelebihan arus kas karena pemberi pinjaman (debt holders) hanya berhak
menuntut suatu jumlah yang tetap. Akibatnya, kekayaan pemodal meningkat sama
dengan nilai sekarang bersih yang dihasilkan.

5. Metode Tingkat Hasil Pengembalian Intern (IRR)


Tingkat hasil pengembalian intern (Internal Rate of Return, IRR) didefinisikan
sebagai suku bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang
diharapkan, atau penerimaan kas, dengan pengeluaran investasi awal. Persamaan
untuk menghitung tingkat pengembalian intern (IRR) adalah :
CF 1 CF 2 CF n
1
+ 2
+.. . . −I 0=0
( 1+IRR ) ( 1+IRR ) ( 1+ IRR )n (Persamaan I)
n
CF t
∑ −I 0 =0
t=1 ( 1+IRR )t
Disini yang sudah diketahui adalah I0 dan juga nilai-nilai CF1, CF2, ….CFn, tetapi
yang belum diketahui adalah nilai IRR. Jadi yang ada adalah persamaan dengan satu
faktor yang belum diketahui dan dapat dipecahkan untuk mencari nilai IRR. Beberapa
nilai IRR tertentu akan menyebabkan penjumlahan penerimaan kas yang didiskonto
sama dengan biaya awal proyek, sehingga persamaan sama dengan nol, dan IRR yang
diperoleh adalah tingkat hasil pengembalian intern yang dicari.
Perlu diperhatikan bahwa rumus tingkat pengembalian intern, yaitu
Persamaan I. adalah rumus NPV, yaitu persamaan yang digunakan untuk nilai k yang
tertentu yang menyebabkan NPV sama dengan nol. Dengan perkataan lain,
persamaan dasar yang sama digunakan pada kedua metode tersebut, akan tetapi pada
metode NPV tingkat diskonto (k) ditentukan oleh biaya kesempatan dari modal yang
ditentukan oleh pasar, sedangkan pada metode IRR kita mencari nilai IRR yang
membuat NPV sama dengan nol.

TABEL 7. Tingkat Pengembalian Intern (IRR) untuk Proyek D


Tahun Arus PV @10% PV @20% PV @25% PV
Kas @25,4%
0 Rp-1.5m 1,000 Rp-1.5 m 1,000 Rp-1,5 m 1,000 Rp-1,5 m Rp -1,5 m
1 300 jt 0,909 272,70 jt 0,833 249,90 jt 0,800 240,00 jt 239,10 jt
2 450 jt 0,826 371,70 jt 0,694 312,30 jt 0,640 288,00 jt 286,20 jt
3 750 jt 0,751 563,25 jt 0,579 434,25 jt 0,512 384,00 jt 380,25jt
4 750 jt 0,683 512,25 jt 0,482 361,50 jt 0,410 307,50 jt 303,00jt
5 900 jt 0,621 558,90jt 0,402 361,80 jt 0,325 295,20 jt 289,80jt
778,90 jt 219,75 jt 14,70 jt -1,65jt

Gambar 1. NPV Proyek D pada berbagai Tingkat Diskonto


Metode Tingkat Hasil Pengembalian Intern (IRR)

Disini yang sudah diketahui adalah I0 dan juga nilai-nilai CF1, CF2, ….CFn, tetapi
tingkat hasil pengembalian intern (IRR) harus dicari yang bisa dengan cara coba-coba
(trial and error). Prosedurnya sebagai berikut pertama, hitunglah nilai sekarang arus
kas dari suatu investasi dengan menggunakan suku bunga yang wajar, misalkan saja
10%. Kemudian bandingkan nilai sekarang (present value) yang didapat dengan
investasi awal. Jika nilai sekarang lebih besar daripada biaya investasi, maka dicoba
lagi dengan suku bunga yang lebih tinggi dan seterusnya. Sebaliknya, jika nilai
sekarang dari arus kas lebih kecil dari investasi awal, gunakan suku bunga yang lebih
rendah dan proses demikian diulang lagi. Proses coba-coba tersebut diulang hingga
nilai sekarang arus kas dari investasi sama dengan besar investasi awal. Suku bunga
yang menyamakan nilai sekarang arus kas dengan investasi awal disebut sebagai
tingkat hasil pengembalian intern(IRR). 3

3

t=1 Untuk mengurangi banyaknya coba-coba dalam mencari tingkat pengembalian intern, maka
yang penting adalah meminimumkan besarnya penyimpanan pada setiap perhitungan. Suatu
pendekatan yang baik adalah berusaha mencoba pada suku bunga yang wajar, kemudian bergeser pada
suku bunga yang cukup berbeda jauh. Dalam prakteknya, jika banyak proyek yang harus dinilai, dan
umur proyek cukup panjang, proses perhitungan IRR cukup dilakukan dengan kalkulator yang relatif
murah
Tabel 7. menunjukkan perhitungan tingkat hasil pengembalian intern (IRR)
untuk Proyek D. Dari Tabel 7 dan Gambar 1 di atas diperagakan hubungan antara
tingkat diskonto dengan NPV proyek.
Pada Gambar 1. NPV arus kas Proyek D menurun begitu tingkat diskonto
menaik. Diantara kedua ekstrem tersebut terdapat satu tingkat diskonto yang
menjadikan NPV sama dengan nol. Pada Gambar 1. dapat dilihat bahwa IRR untuk
Proyek D adalah 25,4 persen. IRR untuk ke empat proyek dari Tabel 7. masing-
masing adalah sebagai berikut:
∎ Proyek A, IRR = -200%.
∎ Proyek B, IRR = 20,9%.
∎ Proyek C, IRR = 22,8%.
∎ Proyek D, IRR = 25,4%.
Jika digunakan kriteria IRR untuk menilai proyek-proyek yang independen, maka
yang dipilih adalah proyek dengan IRR yang lebih besar daripada biaya kesempatan
atas modal (opportunity cost of capital) yang besarnya adalah 10%. Dengan demikian
yang diterima adalah Proyek B, C dan D. Akan tetapi karena proyek-proyek ini
bersifat saling eksklusif (mutually exclusive), maka dengan kriteria IRR, yang
diterima adalah Proyek D sebagai pilihan terbaik karena menghasilkan IRR terbesar.

TABEL 8. Proyek-proyek yang saling eksklusif (mutually exclusive) dipilih


berdasarkan kriteria penganggaran modal yang berbeda

Kriteria Proyek A Proyek B Proyek C Proyek D


Payback tanpa 2 tahun 4 tahun 4 tahun 3 tahun
diskonto
ARR -8% 26% 25% 22%
NPV -610,95 jt 766,05 jt 796,28 jt 778,80 jt
IRR -200% 20,9% 22,8% 25,4%

6. Indeks Profitabilitas (PI)


Indeks profitabilitas adalah perbandingan nilai sekarang dari arus kas masuk bersih
dengan investasi awal. Sebagai contoh, diulas Proyek D seperti yang tertera pada
Tabel 7. Yang mana arus kas masuk didiskonto pada tingkat biaya modal !0%
sehingga akumulasi arus kas masuk yang didiskonto adalah sebesar Rp 2,2788 m
sedangkan investasi awal adalah sebesar Rp 1,5 m. Dengan demikian maka besar
PI dapat dihitung sebagai berikut,

Total arus Kas Masuk 2,27881,500


PI = = =¿ 1,5192.
Investasi Awal ❑

Suatu proyek yang menghasilkan PI > 1 maka proyek tersebut layak diterima. Hal ini
dikarenakan suatu proyek yang memiliki PI > 1 berarti proyek tersebut mampu
menutup investasi awal dan masih menghasilkan keuntungan. Sedangkan suatu
proyek yang menghasilkan PI = 1 berarti proyek tersebut hanya mampu
menghasilkan arus kas yang hanya mampu menutup investasi awalnya saja. Dan
suatu proyek yang menghasilkan PI < 1 berarti arus kas proyek tersebut tidak dapat
menutup investasi awalnya atau dapat dikatakan proyek tersebut merugi.
Proyek D di atas layak diterima sebab Proyek D mempunyai PI >1 yang berarti arus
kas yang didiskonto mampu menutup investasi awal yang dikeluarkan untuk proyek
tersebut dan juga masih menghasilkan keuntungan. Pada proyek D di atas
menunjukkan bahwa Proyek D tersebut mampu menghasilkan keuntungan sebesar
51,92% karena PI = 1,5192.
Metode PI identik dengan metode NPV. Ketika NPV positip maka PI akan
menunjukkan angka lebih besar dari 1. Demikian pula sebaliknya apabila NPV
menghasilkan hasil negatip maka PI akan lebih kecil dari 1. Dan ketika NPV sama
dengan nol maka PI persisi sama dengan 1.

Latihan Soal,
Bapak X sedang mempertimbangkan usual investasi sebagai berikut. Modal investasi
kedua proyek sama-sama Rp 3 m. Umur proyek 5 tahun. Biaya modal perusahaan
ditetapkan 10%.
Tahun Arus Kas Proyek Arus Kas Proyek
X Y
0 Rp – 3 m Rp -3 m
1 0,7 m 1,1 m
2 1,1 m 2,5 m
3 1,3 m 0,8 m
4 1,6 m -0,3 m
5 2,3 m -0,8 m

Berdasarkan data-data di atas, hitung kelayakan proyek dengan menggunakan


metode,
a. Metode Pengembalian Modal (Payback Period) tanpa diskonto.
b. Metode Pengembalian Modal (Payback Period) dengan diskonto.
c. Metode Accounting Rate of Return (ARR).
d. Net Present Value (NPV).
e. Internal Rate of Return (IRR).
f. Profitability Index (PI).

Proyek manakah yang menguntungkan untuk dipilih?

Anda mungkin juga menyukai