Anda di halaman 1dari 4

Dasar Teori

Analisis kualitatif untuk kation dan anion dikaji secara terpisah. Analisis kualitatif anion
lebih sederhana dibandingkan analisis kation, tetapi analisis kualitatif anion memerlukan
ketelitian dalam melakukan observasi dari gejala-gejala yang timbul (Harjadi, 1986).

A. Analisis Kation

Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam 5


golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan menggunakan
reagensia dapat disebabkan ada tidaknya golongan golongan Kation dan dapat juga memisahkan
golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pemisahan kation menggunakan
reagensia ini merupakan cara yang tradisional untuk menyajikan bahan, urut-urutan, juga
memudahkan dalam mempelajari reaksi-reaksi karena ion ion dengan sifat-sifat yang analog
dibahas bersama dalam satu golongan (Svehla, 1990).

Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah
asam klorida, hidrogen sulfide, amonium sulfide, dan amonium karbonat klasifikasi ini
didasarkan atas apakah suatu kation yang bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan
membentuk endapan atau tidak. Sehingga secara umum klasifikasi ini didasarkan atas apakah
bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi dapat
dikatakan bahwa klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari
klorida sulfida dan karbonat dari kation tersebut. Kelima golongan kation dan ciri ciri khas
golongan-golongan ini adalah sebagai berikut:

Golongan 1 kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer ion-ion
Golongan ini adalah timbel, merkurium (I), raksa, dan perak.

Golongan 2 kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah
merkurium (II), tembaga, bismuth, cadmium, arsenik (III), arsenik (V), timah (II), dan timah (III)
(IV). Keempat yang pertama merupakan unsur golongan IIA dan keenam sampai yang terakhir
adalah sub golongan IIB sementara sulfida dari kation dalam golongan IIA tak dapat larut dalam
amonium polisulfida, sulfida dari kation dalam golongan 2B justru dapat larut.

Golongan 3 kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk endapan
dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah
kobalt (II), nikel (II), besi (II), besi (III), kromium (III), aluminium, zink, dan mangan (II).

Golongan 4 kation golongan ini tak bereaksi dengan reagensia Golongan I, II, dan III. Kation-
kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klorida
dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation kation golongan ini adalah kalsium, stronsium,
dan barium. Beberapa sistem klasifikasi golongan meniadakan pemakaian amonium klorida di
samping amonium karbonat sebagai reagensia golongan dalam hal ini magnesium harus juga
dimasukkan ke dalam golongan ini. Tetapi, karena dalam pengerjaan analisis yang sistematis
amonia klorida Akan terdapat banyak sekali Ketika kation kation golongan keempat dan
diendapkan adalah lebih logis untuk tidak memasukkan magnesium ke dalam golongan 4.

Golongan 5 kation-kation yang umum yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan
sebelumnya merupakan golongan kation yang terakhir yaitu meliputi ion magnesium, natrium,
kalium, ammonium, litium, dan hidrogen.

B. Analisisi Anion

Analisis anion secara eksplisit sudut dibagi dalam tiap-tiap golongan namun ada beberapa
sifat dari anion yang dapat menunjukkan spesifikasi anion tersebut. Identifikasi dalam sampel
dapat dilakukan dengan membuat larutan persiapan selanjutnya menggunakan reaksi khusus
untuk masing-masing anion. (Svehla, 1990)

Beberapa uji pendahuluan dan uji identifikasi terhadap ion-ion dapat dilakukan dengan fase
padatan tetapi untuk memperoleh validitas pengujian yang tinggi biasanya dilakukan dalam
keadaan larutan. Tentang kelarutan telah dipelajari pada bab sebelumnya pada uji pendahuluan
anion dapat dideteksi dalam

1. Deteksi anion dengan sifat pengoksidasi dan pereduksi.

Jika sampel mengandung anion pengoksidasi maka kecil kemungkinan yang


mengandung admin produksi terutama bila dilakukan pengujian dalam keadaan asam
produksi hanya dapat berada di bersama-sama jika perlakuannya dilakukan dalam
keadaan basa atau netral.

2. Deteksi anion dengan sifat reaksi terhadap asam perklorat dan ion perak.

Pendeteksian anion menggunakan asam perklorat dan ion perak memberikan hasil
adanya pengelompokan anion dalam 4 golongan

3. Reaksi anion dengan sifat terhadap asam sulfat pekat

Penggunaan larutan asam sulfat pekat dalam analisis anion tergantung pada
kemampuan Ayah sebagai bahan pengoksidasi dan sifat keasamannya.

4. Tes identifikasi anion dalam sampel

a. Membuat larutan

Persiapan zat yang akan dianalisis anehnya dimasak dengan Na 2CO3 jenuh
endapan di saring Filtrat digunakan untuk analisis selanjutnya.
b. Pembuktian ion sulfat

Larutan persiapan ditambahkan dengan HCL 6 molar sampai asam kemudian


didihkan menambahkan larutan BaCl2 dan terdapat endapan putih menunjukkan
adanya ion sulfat

c. Pembuktian ion nitrat

Larutan persiapan ditambah dengan H2SO4 pekat kemudian tambahkan larutan


feso4 jenuh perlahan-lahan lewat dinding tabung terbentuknya cincin coklat
menunjukkan adanya ion nitrat

d. Pembuktian ion klorida

Larutan persiapan ditambah dengan larutan AgNO3 endapan putih yang larut
dalam amonia menunjukkan adanya ion klorida dan apabila ditambahkan NH3 maka
endapun akan larut

e. Pembuktian ion bromida

Larutan persiapan ditambah dengan larutan AgNO3 endapan kuning muda yang
larut dalam amonia pekat menunjukkan adanya ion bromide

f. Pembuktian ion iodida

Larutan persiapan ditambahkan dengan CuSO4 kemudian terjadi endapan coklat


yang merupakan campuran dari tembaga (I) iodida dan iodium warna coklat yang
hilang dengan penambahan natrium tiosulfat menunjukkan adanya ion iodida.

g. Pembuktian ion sulfida

Larutan persiapan ditambah dengan larutan Pb-asetat kemudian terjadi endapan


hitam dan menunjukkan adanya ion sulfida.

h. Pembuktian ion sulfit

Larutan persiapan ditambah dengan larutan perak nitrat kemudian terjadi endapan
putih yang larut dalam natrium sulfat berlebih menunjukkan adanya ion sulfit jika
larutan dididihkan akan terjadi endapan abu abu dari Ag.

i. Pembuktian ion tiosulfat

Larutan persiapan ditambahkan dengan larutan I2 yang berwarna coklat.


Hilangnya warna coklat menunjukkan adanya ion tiosulfat.

j. Pembuktian ion karbonat


Larutan persiapan ditambah dengan kalsium klorida endapan putih yang terjadi
menunjukkan adanya ion karbonat.

k. Pembuktian ion fosfat

Larutan persiapan ditambah dengan MgCl2, NH4Cl, NH4OH. Terjadinya endapan


putih MgNH4PO4 menunjukkan adanya ion fosfat.

l. Pembuktian ion asetat

Larutan persiapan ditambah dengan FeCl3 kemudian larutan berwarna coklat lalu
diencerkan dan dipanaskan terbentuk endapan coklat dari Fe(OH)2CH3COO.

(Poedjiastoeti dkk, 2017)

Daftar Pustaka

References
Harjadi. 1986. Kimia Analitik 1. Jakarta: Gramedia.

Poedjiastoeti, dkk. 2017. Kimia Analisis Kualitatif. Surabaya: Unesa University Press.

Svehla. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta: PT.
Kalman Media Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai