Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS DATA

Pada percobaan pertama bertujuan untuk membuat koloid Fe(OH) 3. Pertama, 50 mL


aquades dipanasakan dalam gelas kimia, kemudian ditambahkan setetes demi setetes larutan
FeCl3 jenuh sambil diaduk sampai warnanya merah kecoklatan. Kemudian didapatkan hasil,
larutan berubah menjadi merah kecoklatan setelah ditetesi FeCl3 sebanyak 5 tetes. Persamaan
reaksi yang terjadi yaitu :
FeCl (l) + H2O (l)→ Fe(OH)3 (aq) + HCl (aq)

Percobaan kedua bertujuan untuk mengetahui perbedaan filtrat A dan filtrat B dan
juga untuk mengetahui perbedaan filtrat B tanpa larutan Iodin dan filtrat B setelah
penambahan Iodin. Untuk membuat filtrat A yaitu, satu sendok amilum (tepung kanji)
dimasukkan dalam 10 mL aquades aduk hingga rata, kemudian disaring dengan kertas saring.
Kemudian untuk membuat filtrat B, satu sendok amilum (tepung kanji) digerus dengan
menggunakan mortar lalu dimasukkan dalam 10mL aquades, aduk hingga rata kemudian
saring dengan kertas saring. Amati perbedaan filtrat A dengan filtrat B. Dari percobaan yang
dilakukan didapatkan hasil, filtrat A yang sudah disaring lebih jernih dari pada filtrat B yang
sudah disaring. Hal ini berkaitan dengan ukuran partikel filtrat B yang sebelumnya amilum
(tepung kanji) digerus terlebih dahulu. Kemudian filtrat B setelah ditambahkan larutan Iod
menjadi larutan berwarna ungu. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu :

Percobaan ketiga bertujuan untuk mengetahui apakah suatu larutan termasuk dalam
jenis koloid emulsi. Pertama, 1 mL benzena dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi 10
mL aquades, dikocok kemudian didiamkan hingga larutan terpisah. Kemudian 15 tetes Na-
oleat (minyak kelapa) ditambahkan dalam larutan yang sudah memisah, tunggu 10-15 menit
dan amati perubahannya. Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil yaitu, aquades
dengan benzena tampak memisah, dan setelah ditetesi Na-oleat (minyak kelapa) larutan
benzena menjadi larut dengan minyak kelapa sehingga larutan ini berwarna keruh. Sedangkan
larutan benzena dengan minyak kelapa tetap memisah dengan aquades dibawahnya.

Percobaan keempat bertujuan untuk mengetahui apakah suatu koloid memiliki sifat
adsorbsi. Pertama, larutkan 1 sendok porselen gula pasir dalam 10mL aquades dalam suatu
tabung reaksi. Kemudian tambahkan 1 sendok norit yang sudah digerus dalam tabung reaksi.
Aduk dan letakkan tabung reaksi kedalam gelas kimia yang berisi air mendidih, kemudian
kocok menggunakan penjepit selama 10 menit. Saring larutan dengan kertas saring dan
perhatikan warna sebelum dan sesudah dimasukkan kedalam bejana. Dari percobaan yang
dilakukan didapatkan hasil yaitu, larutan gula sebelum ditambah norit berwarna keruh
kekungingan, kemudian setelah ditambahkan norit yang sudah digerus serta dilakukan
pengadukan dalam penangas, larutan gula menjadi jernih setelah disaring dengan kertas
saring.

PEMBAHASAN

Koloid merupakan suspensi partikel-partikel kecil yang mempunyai ukuran tertentu


dalam suatu medium kontinyu. koloid memiliki jenis yang beragam yaitu, aerosol, sol,
emulsi, buih, dan gel. Koloid memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh suspensi maupun
larutan homogen. Cara pembuatan koloid ada 2 yaitu, dispersi dan kondensasi.

Percobaan pertama, bertujuan untuk membuat koloid Fe(OH)3. Pertama, 50 mL


aquades dipanasakan dalam gelas kimia, kemudian ditambahkan setetes demi setetes larutan
FeCl3 jenuh sambil diaduk sampai warnanya merah kecoklatan. Kemudian didapatkan hasil,
larutan berubah menjadi merah kecoklatan setelah ditetesi FeCl3 sebanyak 5 tetes.
Hal ini disebabkan karena pembuatan koloid dengan cara kondensasi yaitu reaksi
hidrolisis. Kondensasai yaitu, pembuatan koloid dengan cara memperbesar ukuran partikel-
partikelnya, sedangkan hidrolisis adalah reaksi yang digunakan untuk membuat koloid basa
dari suatu garam FeCl3 yang dihidrolisis. Ketika FeCl3 jenuh diteteskan pada air mendidih
tersebut akan mengionisasi bentuk ion OH- dan H+. Ion-ion OH- akan bereaksi dengan besi
(III) klorida (FeCl3) membentuk besi (III) hidroksida (Fe(OH)3). Tanda terbentuknya koloid
ini adalah berubahnya warna larutan menjadi merah kecoklatan dimana terjadi perubahan
warna pada saat penetesan kelima. Ukuran partikel Fe(OH) 3 yang terbentuk lebih besar dari
ukuran larutan sejati tetapi tidak cukup untuk mengendap, sehingga koloid ini tetap dalam
bentuk larutan. Selain itu Fe(OH)3 yang terbentuk ini bermuatan positif karena permukaannya
menyerap ion H+ dari H2OPersamaan reaksi yang terjadi yaitu :
FeCl (l) + H2O (l)→ Fe(OH)3 (aq) + HCl (aq)

Percobaan kedua bertujuan untuk mengetahui perbedaan filtrat A dan filtrat B dan
juga untuk mengetahui perbedaan filtrat B tanpa larutan Iodin dan filtrat B setelah
penambahan Iodin. Untuk membuat filtrat A yaitu, satu sendok amilum (tepung kanji)
dimasukkan dalam 10 mL aquades aduk hingga rata, kemudian disaring dengan kertas saring.
Kemudian untuk membuat filtrat B, satu sendok amilum (tepung kanji) digerus dengan
menggunakan mortar lalu dimasukkan dalam 10mL aquades, aduk hingga rata kemudian
saring dengan kertas saring. Amati perbedaan filtrat A dengan filtrat B.

Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil, filtrat A lebih jernih daripada filtrat
B. Kemudian filtrat B setelah ditambahkan larutan Iodin menjadi larutan berwarna ungu.
Filtrat A lebih jernih daripada filtrat B karena ukuran partikel filtrat A yang lebih besar
sehingga tidak lolos dalam kertas saring. Sedangkan ukuran partikel B lebih kecil karena
telah dilakukan penggerusan sebelumya sehingga lolos kertas saring. Ini termasuk pembuatan
koloid dengan cara dispersi yaitu pemecahan partikel besar menjadi partikel koloid.
Perubahan warna filtrat B ketika ditetesi larutan Iodin disebabkan oleh adanya kandungan
amilum dalam filtrat B.

Percobaan ketiga bertujuan untuk mengetahui apakah suatu larutan termasuk dalam
koloid sistem emulsi. Pertama, 1 mL benzena dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi
10 mL aquades, dikocok kemudian didiamkan hingga larutan terpisah. Kemudian 15 tetes
Na-oleat (minyak kelapa) ditambahkan dalam larutan yang sudah memisah, tunggu 10-15
menit dan amati perubahannya.

Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil yaitu, aquades dengan benzena
tampak memisah, dan setelah ditetesi Na-oleat (minyak kelapa) larutan benzena menjadi larut
dengan minyak kelapa, sehingga larutan ini berwarna keruh. Sedangkan larutan benzena
dengan minyak kelapa tetap memisah dengan aquades dibawahnya. Emulsi yaitu, sistem
koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair yang lain. Benzena merupakan larutan
nonpolar dan hanya bisa melarut dalam pelarut nonpolar atau pelarut organik, sehingga ketika
ditambahkan dalam aquades, benzena tidak dapat larut dan larutan memisah. Sedangkan na-
oleat (minyak kelapa) memiliki sifat nonpolar, sehingga benzena dapat larut dalam minyak
kelapa tetapi tetap memisah dengan aquades yang bersifat polar. Dalam suatu sistem emulsi
dari percobaan tidak didapatkan penyatuan larutan menjadi koloid. Setelah beberapa menit
aquades tetap memisah dengan campuran benzena dan minyak kelapa.

Percobaan keempat bertujuan untuk mengetahui apakah suatu koloid memiliki sifat
adsorbsi. Pertama, larutkan 1 sendok porselen gula pasir dalam 10mL aquades dalam suatu
tabung reaksi. Kemudian tambahkan 1 sendok norit yang sudah digerus dalam tabung reaksi.
Aduk dan letakkan tabung reaksi kedalam gelas kimia yang berisi air mendidih, kemudian
kocok menggunakan penjepit selama 10 menit. Saring larutan dengan kertas saring dan
perhatikan warna sebelum dan sesudah dimasukkan kedalam bejana.

Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil yaitu, larutan gula sebelum ditambah
norit dan disaring berwarna keruh kekungingan, kemudian setelah ditambahkan norit yang
sudah digerus, serta dilakukan pengadukan dalam penangas, larutan gula menjadi jernih
setelah disaring dengan kertas saring. Hal ini karena norit mengardsorbsi pengotor dalam
larutan gula sehingga saat disaring larutan gula menjadi jernih yang semula berwarna keruh
kekuningan. Adsorbsi merupakan peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain
pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel.
Penggerusan norit bertujuan untuk memperluas permukaan serap atau untuk memperbesar
luas permukaan sehingga adsorbsi yang dilakukan oleh pori-pori norit lebih maksimal. Agar
norit dapat berfungsi sebagai penyerap kotoran pada larutan gula, norit harus diaktifkan
terlebih dahulu yang disebut aktifasi karbon.

DISKUSI

Pada percobaan ketiga, saat percobaan emulsi tidak didapatkan koloid emulsi dengan
sempurna. Agar terbentuk koloid emulsi diperlukan emulgator. Emulgator merupakan bagian
berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Dalam percobaan, minyak kelapa
bertindak sebagai emulgator untuk larutan nonpolar yaitu benzena. Tetapi dalam percobaan
yang dilakukan benzena dengan aquades masih belum menyatu, hal ini disebabkan karena
tidak adanya emulgator yang bersifat polar. Emulgator polar akan melarutkan air yang juga
bersifat polar dan emulgator non polar (minyak kelapa) akan melarutkan benzena yang
sifatnya nonpolar. Sehingga aquades dengan benzena dapat terbentuk emulsi. Tidak adanya
emulgator polar membuat percobaan tiga tidak berhasil. Dalam hal ini emulgator polar dapat
menggunakan larutan NaOH.

Anda mungkin juga menyukai