Anda di halaman 1dari 10

Recoring 38

Ibu nur : karena lulusan yang ada di lapangan itu lulusan yang lulus 5 – 7tahun yang lalu sehingga
kurikulum yang dipakai lalu itu adalah kurikulum yang berbasis kopetensi tetapi ada juga yang kami
dapati sudah menggunakan kkmi nah oleh sebab itu sebagai dosen saya ,mau menjelaskan pergeseran
dari pada kurikulum tersebut membawah dampak pada kinerja lulusan di tatanan pelayananyang
tadinya kdk itu yang kita gunakan dan mereka sudah lulus kemudian sistem pembelajaran yang di
ampuh oleh dosen dengan menggunakan kbk dan kkmi, itu sedah memberikan dampak terhadap kinerja
lulusan di masa kerja namun program diploma 3 keperawatan dalam sistim pembelajaran prosesnya itu
mengembangkan sistim managemen yang memiliki 4 tahap pokok yang pertama tahap input, menilai
motivasi belajar kepadqa lulusan sma smu itu masuk kepada prodi d3 keperawatan sesuai prminatanya
dan dalam prosenya itu merupakan tahap perjuangan dari pada para dosen untuk memperjuangkan
menciptakan tenaga lulusan kita sesuai dengan profil lulusan nah maka kita lihat dengan tatakelolah
serata sistim manangemen pendidikan yang dilaksanakan hasil dari pada perjuangan tersebut itu akan
menghasilkan output sebagai predikat dari lulusan kita yang akan kita lihat dari indeks prestasi kumulatif
dan lama study yang di tempuh mahasiswa pada tahap outcome itu bagaimana prodi mengantarkan
lulusannya agar terserap dan di akui oleh pasar kerja atau masyarakat nah untuk mewujudkan hal
tersebut maka kurikulum di kembangkan dengan memperhatikan kopetensi dunia kerja dikembangkan
dalam proses pembelajaran sehingga lulusannya memiliki kopetensi sesuai kebutuhan pasar kerja dan
dengan demikianakan memberikan dampak kualitas pelayanan kesehatan sesuai yang di harapkan oleh
stakeholder nah oleh sebab itu fokus diskusi kita pada saat ini adalah relevansi karna mutu dari pada
stake holder itu kemajuannya berkembang statis dan kompleks yang menyebabkan terjadinya geb
antara pendidikan dengan stakeholder nah kurikulum disusun merupakan rancangan yang implementasi
dilaksanakan oleh para dosen menyesuaikan sistim dari pada kurikulum itu untuk mengupdatekan sistim
pembelajarannya mengupdatekan metode pembelajarannya sehingga tuntutan kebutuhan stakeholder
itu dapat terpenuhi dengan skala relevansi dalam atri dosen tentunya akan membaca melihat dan
belajar untuk merelevansikan tuntutan pasar kerja, nah dengan demikian ada beberapa hal yang terkait
dengan kurikulum berbasis kopetensi apa bagaimana pelaksanaan kurikulum berbasis kopetensi di
setiap mata ajaran yang sudah anda ipelmentasi pada mahasiswa ataupun mempersiapkan lulusan
menyiapkan kopetensi yaang diberikan pada lulusan supayah profilnya dapat di jabarkan saya kira 2 isue
dulu yang saya akan lemparkan dan untuk itu kami mohon tanggapan yang pertama dari keperawatan
gadar kepada bapak M.K dipersilahkan

Bpk M.K : terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami kalau mau bicara apa yang sudah
kami berikan selama ini yang berhubungan dengan kurikulum unggulannya adalah gawat darurat kalau
d3 yaitu kegawat daruratan kardiovaskuler kalau mau lihat pasar kerja kebutuhan yang ada di sulawesi
utara ini tertama rumah sakit yang unggulan di sulawesi utara yaitu rumah sakit kandou saat ini
sementara mengembangkan kardiosenter jadi bagi kami sangat tepat untuk kita masukan dalam
pembelajaran dalam kegawat daruratan kardiovaskuler yang kedua yaitu sasaran dari pemerinta pusat
yaitu negara kita adalah negara seribupulau jadi kurikulum itu juga ada kegawatdaruratan kelautan kami
rasa cocok sekali untuk menajawab tantangan yang diberikan dari pemerinta kepada dunia pendidikan
tentang negara seribupulaumakanya ada matakuliah khusus tentang gawat daruratan kelautan yang
juga sulawesi utara ini kedepanya visi dari pemerinta provinsi itu menjadikan sulawesi utara ini
parawisata kemudian penyerapan juga lulusan oleh badan penanggulangan bencana juga menyerap
lulusan lulusan dari perawat dan nantinya akan menjadi petuga petugas penanggulangan bencana
kopetensi yang diharapkan adalah yang berhubungan dengan kegawatdaruratan bencana

Ibu nur : maksud saya adalah begini, didalam implementasi untuk menjawab bahwa lulusan kita bisa
bekerja di pusat penaggulangan bencana kemudian pengembangan daerah wisata apa yang anda
lakukan dalam mengimplementasi mata pelajaran kegawatdarudatan yang berbasis kopeten siapa saja
yang anda lakukan sebagai dosen

Bpk.M.K : jadi kalau kegawatdaruratan kelautan untuk materi yang ada yang berhubungan dengan
dengan bapak jon selain pengenalan penyelaman kalau mau liat isi materi ada menyelaman basah dan
penyelaman kering, kalau penyelaman basah itu menyelam di laut atau di air tawar tapi kalau
penyelaman kering mahasiswa diberi kopetensi untuk tahu tentang kompresor yang ada di rumah sakit
yaitu hiperbarik jadi itu yang diajarkan ke mahasiswa walaupun dilaboratorium kami belum ada alatnya
tapi berupaya prakteknya dirumah sakit mungkin itu dulu

Ibu nur: oke terimakasih yah mungkin sebentar bisa dilanjut kembali kami persilakan tanggapan dari
mata kuliah keperawatan komunitas

Bpk. Y: dilihat dari mk keperawatan komunitas dan keluarga untuk itu pada daerah binaan untuk dilihat
dikaji tentang kasus kasus apa yang terjadi di sulawesi utara maupun kota manado setalah mendapatkan
kasus atau masalah tentang komunitas perlu kerja sama antara instansi dengan daerah binaan.

Ibu nur: baik pak kita ketahui bahwa puskesmas itu adalah pelayanan primer bukanlah seperti rumah
sakit atau rumah sakit kandou sebagai rumah sakit pendidikan tetapi kurikulum kita menghendaki
praktek untuk komunitas itu dipelayanan primer bagaimana rancangan dari seorang dosen untuk
melihat bahwa praktek daerah binaan itu merupakan tuntutan dari pada kurikulum pada pelayanan
primer tanggapanya gimana

Bpk Y: itu terutama yang kita lihat dari kasus perwilayah puskesmas itu yang mana yang terutama pada
kasus kasus penyakit tidak menular ada pada wilayah puskesmas kemudian sasaran kesehatan yang
mana wilayah yang timbul yang kesehatanya terpapar dengan penyakit

Ibu nur : maaf maksut kami bahwa anda adalah perancang menyiapkan rps diberikan pada mahasiswa
mempersiapka lulusan itu praktek di layanan primer bahwa dalam bentuk daerah binaan saya ingin
mendapatkan tanggapan bagaimana tanggapan bapak sementara puskesmas itu adalah puskesmas
pendidikan tapi kita memberikan prakteknya dipuskesmas tanggapannya bagaimana strategi yang bapak
bisa kembangkan secara profesional ternyata itu bisa, puskesmas direkomendasikan untuk bisa jadi
lahan praktek

Bpk.Y: itu di lakukan kerjasama puskesmas untuk bisa melaksanakan aplikasi kurikulum lewat institusi
poltekkes

Ibu nur: jadi apa yang bapak lakukan pada saat aplikasi elektrik yang berbasis kompetensi dan kurikulum
berbasis kkni apasih ada bedanya didalam mengaplikasikan berbasis kurikulum implementasi proses
pembelajaran pada mahasiswa

Ibu Jean: mungkin boleh dilemparkan ke yang lain


Ibu nur: ibu maria sebagai dosen keperawatan jiwa silakan menanggapi terhadap aplikasi kurikulum
berbasis kompetensi dan kurikulum berbasis kkni kita melaksanakannya sangat tipis perbedaanya

Ibu M: terima kasih barangkali yang saya akan jawab berkaitan dengan keperawatan jiwa untuk
mengimplementasikan kurikulum kebetulan kami yang mengasuh mk keperawatan jiwa untuk mata
kuliah ini termasuk mata kuliah keahlian dan untuk prodi d3 mengacuh pada kurikulum 2014 dan
didalam kurikulum itu memang capaian pembelajaran ini menyangkut peserta didik mampu
melaksanakan suatu keperawatan pada pasien dengan kasus masalah pesiko sosial dengan gangguan
jiwa kemudian selain itu juga peserta bisa melakukan edukasi terhadap masalah yang berkaitan dengan
psikososial atau gangguan jiwa mahasiswa bisa mengelolah bahkan bisa menuangkan dalam bentuk
penelitian walaupun sederhana untuk kopetensi ini kita capai sesuai dengan metode yang ada
dikurikulum ini ada di teorinya yang kebetulan ada 4 sks, 1 sks praktek labolatorium dan 2 sks praktek di
lapangan untuk melaksanakan teori dan paktek yang sudah dipelajari sebelumnya dan pengalaman kami
untuk proses pembelajaran ini kami memang untuk perencanaan kompetensi yang dimaksud kita punya
stok untuk pembelajaran yang dilakukan selama 14 kali untuk mencapai kompetensi yang diharapkan
dan mahasiswa ini akan dilatih di laboratorium sehingga mereka terbiasa melakukan sesui dengan sop
terutama pada pasien dengan ganguan psikososial setelah mereka lulus kebetulan ini suatu paket teori
praktek dan laboratorium sudah ada acuannya rps dan kita akan membawa mahasiswa ini ke lahan
praktek yang kita rancang sebelumnya yang lalu bahwa mahasiswa ini untuk masalah kasus ganguan
jiwa bisa dibawah di rumah skit jiwa karna disulawes utara ini kusus ganguan jiwa ratumbuisang dan
untuk masalah psikososial kita membawa mereka ke tatanan pelayanan puskesmas terkait tempat
pelayanan primer mendapatkan pengalaman asuhan perawatan khusus dengan masalah psikososial
yang kami dapat pasien kecemasan pasien dan kehilangan dan berduka itu bisa berkaca pada pelayanan
primer memang pengalaman kami ketika mereka membawa mereka praktek tentu dalam pengalaman
nyata apa yang kita ajarkan teori memang tidak semudah yang pengalaman yang mereka tunjukan di
teori pasti ada kelemahan kelemahan yang mereka dapatkan di tatanan nyata karna memang pasien
ganguan jiwa ini kesulitanya karna memang objeknya yang dirawat ini tidak terlihat sehingga memang
perlu dengan bimbingan bagi mahasiswa sehingga mereka bisa merawat pasien dengan ganguan jiwa
nah hanya pengalaman yang skarang kita memang kita kembangkan untuk mereka lebih banyak
diarahkan tetapi setelah kita survey untuk pasien ganguan jiwa ini selain dirumah sakit ini ternyata
banyak juga di tatanan pelayanan primer seperti yang kita kembangkan semester ini mahasiswa itu
memang terus terang ada kendala dirumah sakit karena dirumah sakit jiwa sekarang padat untuk
praktek disana jadi ketika survey dilapangan atau dipuskesmas diwilayah kalasey karna itu menjadi
sasaran pengembangan desa hebat binaan poltekkes kita juga menggunakan program itu dan ketika
disurvey disana juga ada ganguan jiwa yang ada yang sudah berobat rawat jalan dan ada yang pasien
baru nah sehingga tentu kita membuka wawasa ternyata bukan Cuma dirumah sakit jiwa kita harus
mengembangkan mereka dipelayanan primer disamping juga mungkin untuk pengembangan luasnya
wilayah pelayanan kita tidak terfokus disana tetapi mahasiswa juga dibawah instruksi puskesmas karna
puskesmas adalah ujung tombak sehingga kita membawah semester sekarang disana dan tentu memang
pemulangan mereka berfariasi dengan lapangan dan kita mengembangkan kurikulum yang dicapai tidak
lepas dari yang kita inginkan kita memaksimalkan finishmen disana karena itu mereka ada yang rawat
jalan yang terkontol di rumah sakit ada yang tidak jadi kalau kita mengembangkan ruktur pendukung so
bantu di sana mudah mudahan lewat shering merek, mereka akan lebih terkontrol dan proses
rujukannya itu akan berjalan mungkin ada pengalaman baru bagi kamu untuk mengembangkan itu dan
bisa di rujuk ke rumah sakit, tentu memang kita juga mendukung yang di kembangkan poltekkes dan di
situ juga dalam program puskesmas itu ada kesehatan jiwa jadi sangan baik sebenarnya sangat terkait
kurikulum dengan di sana kalau kita memang mengembangkan merelefansikan dengan yang ada
walaupun pengembangan kedepan masih perlu

Ibu nur : tadi ibu menyatakan bahwa pengembangan yang di kembangkan adalah sistim pembelajaran
class teori laboratorium praktek dengan menggunakan layanan primer sebelum masuk ke sistem
pelayanan itu kopetensi dasar keperawatan itu bisa di capai yang kembali lagi pada saat menerapkan
kurikulum berbasis kopetensi, kopetensi dasar di keperawatan jiwa itu apa yang di capai ? , dan anda
mempersiapkan itu bahwa dia bisa turunnya di puskesmas nah apa itu relefan

Ibu M : jadi tentu yang pertama kita harus sesuaikan dengan kurikulum,di kurikulum itu cpnya
mahasiswa ini bisa melaksanakan asuhan keperawatan dengan masalah pesikososial dengan gangguan
jiwa memang namun gangguan jiwa ini memang difokuskan pada 5 kasus yang tertinggi PK HDR ISOS
HALUSINASI

Ibu NUR : maksut kami itu seorang dosen itu bisa mengetahui 5 kasus ini dia bisa kuasai itu dengan cara
apa, apa yang mau dilakukan ?

Ibu M : Pertama kita memulainya itu di cllas mahasiswa ini kita akan membahan tentang pokok bahasan
itu ada di RPS jadi di RPS itu ada pokok pokok bahasan yang harus kita capai kemudian kita
mempelajarkan dengan metode shering diskusi penugasan kemudia kita membahas di klas setelah di
bahas ada masukan dan kita mencari literatur kita memilihnya kemudian mereka kita tes ada UTS ada
UAS kemudian kan ujian tes teori dan praktek ini kan bersamaan jadi setelah mereka membahasnya di
kelas kita membuatkan modul bagi mereka di tempat praktek di lab

Ibu Nur : Setelah ada yakin dia lulus menyelesaikan kopetensi dasar ?

Ibu M : Jadi kita di kelas itu kita ada simulasi sebelum di lab Cuma kan mereka mempraktekan SOPnya
jadi apakah dia individu atau kelompok jadi SP kan itu ada mata kuliah PK jadi itu ada 4 Sp misalnya nah
sp itu bisa dilakuakn 1 orang atau bisa bergantian sesuai dengan terkait dengan itu.

Ibu Nur : terima kasih itu anda yang lakukan selama ini untuk mengginring ke tatanan praktek dan
mempersiapkan lapangan kerjanya, baik terima kasih untuk keperawatan medikal beda ibu yohana bisa
memberikan tanggapan tentang aplikasi daripada penerapan kurikulum berbasis kopetensi dan
kurikulum berbasis kkni yang mengacu pada pengetahuan sikap dan keterampilan umu dan
keterampilan khusus apa yang anda capai atau kopetensi dasar apa yang di capai pada keperawatan
medikal bedah ini dengan sistim pembelajaran sesuai dengan yang ibu maria paparkan bahwa ada teori
laboratorium dan ada praktek bagaimana dengan KMB

Ibu Y : ok terimah kasih baik pertama karena kita tidak melihat relefansi kurikulum dengan kebutuhan
dunia kerja berhubungan dengan 5 sampai 7 tahun lulusan yang ada kan mecing dengan apa yang
mereka lakukan berarti kurikulum yang berlaku atau apa yang kita lakukan lampau itu jadi kita reter ke
belakang

Ibu Nur : karna itu yang lulusan diatas kan ?

Ibu Y : supayah dia mecing pertama dari kurikulum 2014 kalau dia mengacu kurikulum berbasis
kopetensi bunyi mata kuliah kmb adalh mampu melakukan asuhan keperawatan pada kasus kasus
penyakit dalam dan bedah yang sering terjadi pada semua tingkat usia itu bunyi kurikulumnya pada KKNI
kurikulum berbasis KKNI dia tidak lagi menyebutkan sering terjadi pada semua tingkat usia tetapi dia
langsung fokus apa yang hendak diberikan kepada mahasiswa jadi so di tentukan misalnya perkemihan
pada kasus kasus spesifik ini apakah dia sering atau tidak spesifik itu yang di katakan di kurikulum KMB
bagaimana penerapan di lakukan masa itu pada lulusan yang lalu memang pertama memang dilihat dari
kemampuan dosen dan kesiapan mahasiswa menerima mata kuliah jadi kalau mahasiswa dalam
keadaan mood baik jadi dalam situasi belajar bagus kkalau metode yang kita lakukan pertama adalah
diskusi kelompok dengan memberikan topik topik sebelumnya mereka kita menggarap kemampuan
mereka melihat kasus itu misalnya pasien TBC pasien Gastritis itu yang dilakukan pada waktu yang lalu
dengan contoh kasus yang mereka ambil didiskusikan kemudian dimain perankan contoh misalnya
eldraf jadi apa kira kira kalau ketemu pasien ini di rumah sakit mau melakukan apa, dari pendapat
mereka kita tim mengembangkan kemampuan itu dengan meluruskan atau menambah dan mensuport
mereka setelah ada yang berhubungan dengan keterampilan di bawah dalam latihan atau dalam praktek
laboratorium pasien melakukan simulasi mendemonstrasikan misalnya cara memasang kateter
kemudian mahasiswa diberi kesempatan melakukan dan kemudian diwajibkan di jaman kmb lalu
diwajibkan 5x harus mandiri kalau 5x tidak mandiri untuk keterampilan tidak akan disertakan dalam
ujian laboratorium kalau di KMB begitu di cek di laboratoriu,simulasi dan mereka melakukan prektek
mandiri 5x, kendala yang kami temui terkadang pada kesiapan alat yang ada misalnya pesangan
kolostomi harusanya kolostomi itu kan ada kendala tetapi yang kebanyakan yang di jumpai dalam
bentuk disposibel tidak yang kolostomi set yang bisa digunakan berulang ulang yang sekarang di rumah
sakit tatananya sudah menggunakan itu itu salah satu kelemahan yang perlu kita perbaiki secara sistem
tetapi yang kami rasakan kedua praktek itu memang wajib lulus teori dan laboratorium baru ke tatanan
praktek yang nyata yang kurang dalam 5 tahun terakhir ini adalah pendampingan pada lahan praktek
kalau 5 tahun sebelum itu kita pi praktek intens dosen pergi dan mendampingi, perubahan regulasi
mungkin di rumah sakit kan dulu misalnya kita mo penyuluhan kalu kita misalnya mau penyuntikan kita
kontrak ada asuhan keperawatan pada pasien TBC dengan ada perasat penyuntikan barangkali tim kmb
mengalami penyuntikan apa itu insulin atau apa, tunggu dosen akan pergi dan bersama CI dosen melihat
setelah post konfrens torag bilang yang kami keliru, tetapi sekarang tidak lagi yang lalu begitu dilakukan,
nah itu strategi yang di ambil dosen dengan tugas mandiri kalau kmb so diskusi kelompok tugas mandiri
lagi kenapa terjadi ini pada pasien dengan glowcoma jangan meluluh di berikan dosen mereka inisiatif
cari dan kemudian disampaikan nah itu strategi yang dikembangkan pada 5 7 tahun yang lalu pertama
pendampingkan terakhir ini yang sangat sangat kurang karena mungkin rumah sakit pendidikan kadang
1 kelompok sampai 12 orang dengan sif dibagi 3dibanding yang lalu sift waktunya cukup banyak
sehingga relefansi kurikulum sudah di kaji startegi yang di kembangkan dosen sudah dilakukan tetapi di
lapangan kadang apa yang kita harapkan terpaksa di lakukan sehingga din ruangan dosen kalau kmb
tetap di tanya seminar misalanya asuahan kepareraawatan pada ini laporannya di baca dan di feadback
sesuai deng itu dan kalau di kbm yang kita tau dan kita lakukan saya harus menerima perbaikan walau
sebenarnya perbaikan itu sulit artinya mereka sudah tulis begini kan seharusnya seperti ini sesuai teori
nah itu diberikan kepada merika setelah diskusi di 5 7 tahun ke belakang itu sangan intens, respon
terhadap apa yang merika laporkan kalau yang 2 tahun terakhir ini sulit melihatnya nah itu strategi
tinggal di harapkan memang kalau dari segi waktu memang harus di manange karenaa kurikulum
memang mengaturnya begitu tetapi di dunia lapangan kejanya itu terkadang 10 yang prakter kopetensi
di lookbook banyak yang lain yang dapat walau sebenarnya bukan kopetensi KMB 2 kmb 1 punya tetapi
itu yang di dapat di sana nah untuk memenuhi itu di laporan hasil mereka itu di feedback itu strategi
yang sudah kami lakukan di kmb barangkali itu
Ibu nur : terima kasih KMB memang kelihatannya kmb penempatan lulusan kita hampir sekita 70%
menggunakan lulusan dari pada poltekkes dan hampir semua kepala ruangan memberikan respon yang
positif jadi dukungan pasar kerja cukup mendukung untuk KMB

Bpk Jon : Ibu untuk menambakan sedikit dari KMB terkait dengan regulasi yang terbaru bahwa perawat
incharge yang di sana katakanlah perawat primer dia yang melakuakan dan tidak ada mahasiswa yang
boleh karena regulasi dan ini sebanarnya terjadi semua Cuma dalam hal ini untuk KMB begitu kan kalau
jiwa kan ada pembongkaran rumah sakit makanya jadi alternatif nah kalau kmb itu salah satu dan
alternatif kita solusi kita untuk kedepan untuk evaluasi apa mungkin itu perlu kita pertanyakan nanti
untuk ronde berikut,

Ibu nur : baik kita masuk untuk keperawatan maternitas untuk monika tandiayu bisakan memberikan
gambaran bahwa rancangan kurikulum keperawatan maternitas dengan beban study yang cukup tinggi
yang mengharapka mereka dapat kopeten di keprawatan maternitas tetapi beberapa tatanan pelayanan
justru di bidang keperawatan maternitas tidak mau menerima lulusan dari d3 keperawatan mereka
cenderung menempatkan jurusan daripada kebidanan berarti pasar kerja untuk keperawatan maternitas
itu lulusan kita sangat mini tapi sebelum ke arah sana bisaka diberikan gambaran bagaimana strateggi
yang dicapai untuk mencapai kopetensi dari keperawatan maternitas

Ibu M.T : trima kasih untuk kesempatan yang diberikan tadi dari kmb hampir sama semua praktek teori
dan lain yang jadi masalah kami dalam keperawata maternitas adalah masalah prakteknya itu di rumah
sakit tidak dapat apa apa, kalau boleh kerja sama dengan puskesmas, di puskesmas bahu juga kami
masuk tidak dapat pasien juga karena banyak bidan juga dari stikes dari mana semua kumpul tapi
setelah ini ada diprogram baru dikalasey ini mohon kerja sama dengan puskesmas sana kan kita harus
capai di maternitas itu bagaimana perawatan ibu bagaimana masa reproduksi dan lain lain tapi selama
ini 2 tahun ini tidak ada apa apa yang anak anak dapat untuk apa saja di poli obgine juga tidak bisa d3
masuk kasihan juga mahasiswa kita sudah programkan teori di klas juga di buat kelompok diskusi dan
lain lain begitu juga di lab tapi juga di lab masalanya tu alat alat misalnya pantom priksa kehamilan ibu
yang mau partus tidak memenuhi syarat semuanya mohon untuk di tambahkan anak anak bisa capai itu
memandikan untuk pemeriksaan leopold dan lain lain sudah dapat di lab tapi kenyataan di lab tidak ada
apa apa kasihan tidak bisa semuanya tidak bisa dikasi di poli obgine mereka hanya menonton karena
bidan yang mengerjakan semua jadi kalu bisa arahkan ke puskesmas kalau maternitas tidak usa ke
rumah sakit kalau tidak dapat apa apa kasihan juga semua juga sma dengan kmb ibu bilang bidang kalau
ini harus bidan kalau d3 bahkan d4 tidak bisasementara responsi tidak bisa juga Cuma sebagai penonton
bagaima kita ini kita kerjasama dengan puskesmas kalau di rumah sakit saya rasa tidak bisa kasihan d3
d4 saja tidak bisa apalagi d3,

Ibu Nur : terima kasih untuk ibu monika jadi pada intinya kita memiliki pertimbangan metodeyang
berambang dosen dosen yang ada di poltekkes memiliki strategi strategi yang beragam tapi pada
intinya adalah mengembangkan kosep teori praktek laboratorium dan praktek lapangan, yang ingin saya
kembalikan kembali bahwa bagimana anda mengukur mahasiswa ini sudah tercapai standart koptensi
minimal, bagaimana cara mengukurnya dengan kalau tadi dengan medikal bedah menggunakan strategi
untuk pencapaiannya apakah ini berlaku untuk semua mata ajaran sisitimnya sama melihat situasi
langsung merubah strateginya apakah itu sama nah berarti itu mempersiapkan mahasiswa itu untuk bisa
menjawab profil dari pada deskripsi mata ajaran kmb, tugas dosen itu kan menjawab deskrimsi mata
ajaran yang sudah di gariskan kalau yang lalu untuk semua tindak tetapi memang perkembangan
regulasi akhirnya untuk mebedakan d3 d4 s1 ners akhirnya ditentukanlah penyakit penyakit ini untuk d3
penyakitnya ini kemudian ditentukan lagi asuhan keperawatan d3 hanya sampai mengkaji dan SOP
tetapi di lapangan sangat sulit untuk kita memilah mengidentifikasinya sangat sulit jadi kalu kita
mengapliaksikan demikian strategi yang harus kita kembangkan itu bagaimana ? nah saya lepas dari itu
metode pembeajaran tadi sudah di jelaskan berbagai metode nanti untuk laboratorium sampai bisa
mandiri sistim pelayanan nah bagimana dosen mempersiapkan mahsiswa mengahdapi uji kopetensi
karena itu akan memasuki pasar kerja kalau dia lulus ukom misalkan bapak maikel

Bpk M.K : jadi saya mau luruskan tentang gawat dqarurat yang tadi karena mungkin sudah menyipang
karena saya yang sudah salah mengerti, untuk keperawatan gawat darurat untuk yang berbasis
kopetensi bunyi mata kuliah gawat darurat itu keperawatan gawat darurat jadi kopetensi yang di
harapkan bagi mahasiswa yaitu mampu melakukana asuhan keperawatan kegawat daruratan sebagai
sistem semua sistem sistem ya itu sistem muskulusskeletal sekarang yang berbasis kkni bunyinya
kegawat daruratan dan bencana kalau dulu strategi kami melaksanakan pemebelajaran adalah sama
kulih belajar ada diskusi ada tuga kemudian ada praktek laboratorium dan praktek di rumah sakit tapi
yang kkni karena kegawat daruratan dan bencan jadi kami berubah strategi karena ada bencanannya

Ibu Nur : yang kbk tadi keperawatan gawat darurat ?

Bpk M.K : ya kegawat daruratan semua sistim makanya prakteknya memang kalau mau lihat besarnya
sks kecil sekali 2 sks praktek Cuma 1 minggu kami dari gawat darurat merasa tidak cukup ini materi
banyak waktu itu jadi segala cara kami lakukan diskusi buat simulasi dan lain sebagainya karena
prakteknya di rumah sakit 1 minggu saja sekarang agak lebih 3 sks untuk kegawat daruratan dan
bencana tapi kami buat strategi baru lagi strateginya yaitu kalau yang sekarang sudah tidak asuhan
keperawatan segala sistem karena segala sistem sudah ikut ke kmb khusus untuk d3 startegi kami selain
dia ada praktek laboratorium kami bawah ini mahasiswa praktek ke sekolah seperti seperti yang
barusan kami lakukan di spm 8 dan di masyarakat karena teorinya hanya BHD saja dp arway briting
sirkulasi dan rjp jadi itu kami evaluasi cukup di laboratorium evaluasi secara individu di laboratorium tapi
yang perencanaannya kami bawah ke masyarakat dan sekolah

Ibu nur : tapi tidak adakah strategi lain yang bisa menentukan sistim penilaian gawat darurat karena itu
kan suatu keunggulan kita keunggulan artinya ciri khas atau karakter dari gawat darurat itu itu akan
tergambar dari pada lulusan kita sehingga pasar kerca terbuka lebar malah penuhnya mahasiswa lulus
kopetensi kemudian membuka pasar siap kerja karena itu keunggulan kita, startegi kalau apa yang
dilakukan kalau Cuma bhd saya kira tidak masuk pasar

Bpk Maykel : tidak itu maksutnya Cuma untuk mata kuliah gawat darurat dan bencana kemudian ada
lagi mata kuliah yang jadi unggulanyang tadi saya smpaikan yairu kegawat darurat kelautan, kegawat
daruratan kardiovaskuler yang menurut say masih relevan dengan kebutuhan pasar skarang karna
rumah sakit kandou dia buka kardoaksentir yang di buka yang di harapkan perawat walaupun dia masih
d3 tapi unggul dalam kegawat daruratan kardiovaskuler di ruang intensif, kemudia kegawat daruratan
kelautan menjawab kebutuhan pemerintah sulawesi utara kedepan di buat sulawesi utara daerah
wisata kan di dalamnya kita mau ajrkan perawat ini bisa mampu untuk menyelam kering dan menyelam
basah dia pergi ke bunaken san bule bule itu ke cember sana

Ibu Nur : itu rencana anda bagiamana sistim menilai bahwa dia kopeten kelautan itu apa yang anda
lakuakan bahwa anda mengatakanbahwa kita punya lulusan d3 ini dia kopeten gawat darurat kelautan,
sistimuntuk menilai saya nyatakan dia kopeten untuk gwat darurat kelautan dia bisa apa, tadi kan
katakan bisa menyelam selain bisa menyelam bisa apa kalau dia takut laut yang kering itu bagiaman dia
bisa secara mandiri bisa apa di laut itu

Bpk maikel : memang keinginan kami dosen memang sangat besar mahasiswa mampu menyelam
dengan dia mampu menyelam artinya dia bisa jadi pemandu

Bpk jon : di gawat darurat spertama kita punya unggulan kita punya pantai memang ada kelemahan di
standart itu tidak di cantumkan peralatan gawat darurat butuhkanpadahal sebenarnya sudah di usulkan
nah yang kita mau merubah standart dlu baru masukan itu baru di adakan sehingga jadi fasilitas kan
kalau ada cocok dengan adanya mahasiswa itu dan memang sama di adakah parawisata kan sekarang
sudah berkembang di australi lagi dan yang karna itu Cuma praktek karna ini Cuma praktek lab sehingga
kita harus punya lab, kemudian kerjasama yang kedua torang kerja sama dengan penyelam yang ada di
patai malalyang dan sudah berlangsung dengan sah dan sudah di adakan kerja sama dorang
menggunakan alat itu semua dan itu di latih dengan di kolam dulu baru di laut nah setelah dr tau, nah
yang dimaksut dengan kering itu bukan hanya itu sebenarnya hidra ketika mereka menyelam kemudian
ada masalah dan bahkan bukan Cuma itu penyakit penyakit seperti kerontokan rambut mereka pakai
itu, jadi itu yang digunakan yang sinusitis yang tiba tiba menyelam dia muncul atau salah menyelam itu
yang dilakukan tritmen seperti dorang menyelam itu menyelam kering sehingga mereka tau ada
kopetensi kemungkinan terjadi musibah ketika menyelam

Ibu nur : pak terima kasih maksut saya sistim yang anda lakukan menilai bahwa dia itu kopeten yang
kelautan ini yang anda mau capai dia kopeten sebagai kegawat daruratan kelautan kalau dia bisa ini saya
siapan format penilaian ini kita siapkan model sopnya seperti ini sarana prasarananya seperti ini tetapi
kalau kita masih bekerjasama saat ini belum tersedia jadi terima kasih ini keberulan silakan di tanggapi
untuk sisitim penilaian yang anda ajarkan dan anda mengatahui mahasiswa ini kopeten atau tidak
silahkan diskusi bersama ..

Ibu maria : terima kasih mungkin kalau untuk di keparawatan jiwa kalau indikator penilaian mungkin
juga karena kita punya soft di kombo jadi biasanya di rps untuk pembelajaran teori nah terutaman di rps
itu kan ada indikator penilaiannya jadi biasanya dosen sudah memilah milah di rps jadi cp ini harus
menjawab sekian persen kemudian di akumulasi jadi hasil penilaiannya indikator kan biasanaya di mata
kuliah ada beberapa fariasi meskipun di harapkan 70% nilaikan kalau 68 tidak salah harus lulus ketika di
tes ketika tes teori

Ibu nur : maksut saya begini tadi 5 kasus yang harus di kuasai mahasiswa dia di katakn kopeten kalau dia
meguasi 5 tersebut setalah anda lihat dari kopetensi teori dan pratek dia kopeten

Ibu maria : jadi pertama kopetennya, kita kan pertama mengajarkan teori jadi capaiannya di teori kalau
kami 70% yah nilai 68 nah kalau di praktek itu kan ada sopnya jadi ketika di nilai sopnya kesiapan alay
kesiapan pasien karena lebih banyak komunikasi terapeutik itu standart sp itu harus dijallani kemudia
kami menilai berdasarkan bagaimana mereka berkomunikasi menerapkan spnya di contreng contreng
kemudian di rekap nah kalau nilainya itu 70 nilai 3 nah dia dinyatakan lulus setiap kasus jadi kasuskan
kalau targetnya 5 mereka kan harus 5 itu harus di tes mereka ikut modul modul tetapi biasanya tidak di
lakukan di lab atas karena yang jiwa bisa dilakukan di kelas jadi di suruh coba smpai mereka mampu jadi
ketika torang ajarkan praktek di kelas simulasi mereka akan mencoba itu selama 3 kali sama seperti di
kmb ketika mereka sudah bisa dilakukan ujian jadi kalau dia sudah mampu jadi dia sudah dinyatakan
lulus untuk pesikososial dan kasus gangguan jiwa .

Ibu Nur : bagaimana dengan medikal bedah ? sistim materi yang ada kembangkan sehingga
mengantarkan bahwa mahasiswa itu kopeten dan berapa persen yang menyatakan bahwa mahasiswa
itu kopeten saat anda mengajar

Ibu yohana : baik tadi di jiwa kami kira sama jadi mungkinstarategi kali mungkin dikembangkan berbeda
kalau di kmb memang mata kuliah itu sedapat mungkin mengetes kemampuan kopeten teorinya dalam
bentuk pertanyaan kasus dan di kmb itu sudah dilakukan dalam bentuk kasus kemudian untuk menguji
kemampuan keterampilan kopeten atau tidak dalam bentuk dia melakukan sendiri di lihat oleh dosen
kmb dengan dia lakukan sendiri bila dia belum dapat melakukan dia di suruh latihan lagi minimal 2-3 x
baru dia ujian di so lulus sana itu dilakukan ujian. Itu dibuktikan dia melakukan mandiri itu 2-3 itu
setelah ada ujian praktek kemampuan keterampialan dia tidak dilakukan kalau yang tahun tahun
kemarin masih bisa di lakukan di rumah sakit sana itu paling bagus sebenarnya sehingga solusi kalau
nanti di kembangkan solusi kedepan waktu lalu kita perna iko oske di jogja di universitas gajamada jogja
oskenya di buat memang 10 pintu kemudian pasiennya probandus mereka kerja sama dengan fakultas
seni sehingga yang akting itu betul betul real, nah diliat bagaimana komuniaksi perawat dengan pasien
dia bakai probandus kendala sekarang karna di rumah sakit sudah tidak bisa kurang boleh prbandus tapi
di lap kan yang ada hanya pantom, kalau di jogja mereka memang pake probandus mereka ada dari
fakultas seni ada dari keluarga atau masyarakat di sekitar situ yang di bayar pake honor untuk jadi
probandus dan dia akan berperan seperti itu sehingga dilihat 1 paket bukan Cuma keterampilan tetapi 1
paket komunikasi bagaimana dia menyetuh dilihat semua itu di oske karena 4 atau 5 tahun lalau masih
bedsite tiching kan skarang kan sudah tidak Cuma ada ujian akhir periode

Ibu nur : setelah bedsite ticing ini memiliki dampak yang baik kemudia pra laboratoriumnnya di pusatkan
probandus atau manikin kira kira strategi apa yang di usulkan sehingga kurikulum kita berikut bisa
belakukan bedsite tiching kalau misalnya rumah sakit internasional jelas mandat internasional sudah
memilah milah perawat perawat lulusan kita yang ditempatkan di ruangan itu sudah di sertifikasi jadi
mereka ada sistim orientasi di rumah sakit nah sekarang kalau sistim pembelajaran mereka bisa masuk
ke sana strategi apa yang bisa diusulkan untuk ada bedsite tiching ke depan

Ibu yohana : pertama antisipasi pertamma dengan mengadakan probandus di jurusan kedua bisa di
lakukan kerjasama dengan puskesmas yang ada rawat inap terpeluang bisa bedsite tiching wlaupun
kasus yang gawat darurat tidak di jumpai di puskesmas tetapi asuhan keperawatan dengan TBC kan bisa
ada di puskesmas asuhan keperawatan dengan gastritis bisa ada asuhan psien dengan post partus bisa
ada di puskesmas

Ibu nur : bagaimaa dengan , mohon maaf saya ke pak yani sebagai dosen keperawatan komunitas

Bapak yani : pelayanan untuk mata kuliah komunitas kalau teori itu sama kalau mencapai 65 itu di
nyatakan lulus

Ibu nur : apakah anda merefyu melihat kembali sasaran deskripsi mata ajaranyang ada buat dan itu di
rekap untuk menilai?

bapak yani : Berdasarkan RPS


Ibu nur : selain itu adakah startegi yang dikembangkan untuk keperawatan komunitas keluarga dan
gerontik di dalam mendapatkan bahwa mahasiswa ini kopeten di keperawatan keluarga maupun
keperawatan gerontok

Bapak yani : yang saya lakukan itu dilakukan harus di evaluasi kalau masi belum mencapai kita
mellakukan lagi dengan pengayaan kembali supayah bisa yang masih kurang itu setara dengan yang lain
kenudian yang nilai praktek itu kita lakukan dengan cara sebelum itu di buatkan sop dengan liflet baru
mereka melakukan penyuluhan kesehatan sesuai dengan kasus penyaki

Ibu nur : jadi kembali denga rps melakukan pengayaan pembekalan mahasiswa sebelum turun kemudian
memberikan respon dengan melihat aplikasi daripada kemampuan mahasiwa dalam menerapkan SOP
menggunakan edukasi liflet itu penilaian yang digunakan di komunitas ? yang homecarenya itu
bagaiaman ?

Bapak yani : kunjungan rumah kita melakukan, sebelum itu kan kita bagin kelompok untuk
melakuakanwilayah mana yang akan kita lakukan homevisite itu kita kerja sama dengan kepala
lingkungan tapi sebelum itu kita kaji di situ kasus kasus apa yang ada di wilayah itu dan kita buat
kelompok dan di bagikan ke rumah rumah untuk melakukan pengkajian keluarga kemudian dari situ
hasilnya kita lakuakan presentasi di kelas di bagi presentasi per kelompok

Ibu nur : baik ibu monika tandiayu untuk kan mewakili anak dan maternitas sekarang untuk penilaian
anak apa yang sudah anda lakukan untuk menentukan bahwa pada saat anda mengajarkan keperawatan
anak mahasiswa tersebut kopeten atau belum kopeten.

Ibu monika : jadi sama dengan kita semua yang itu di kelas semua setelah itu di bentuk kelompok untuk
diskusi trus selanjutnya kita di lab ini kita bagi sopnya tapi ketika tidak memenuhi syarat lagi cotohnya
tadi keperawatan kolostomi kan cumatempel tempel begitu kalau di rumah sakit internasional atau apa
mereka tidak tau bagaiamna sebenarnya merawat jadi apa sop yang kami buat kalau ada yang sudah 70-
80% dia lakukan kita nyatakan kopeten kalau tidak kita suruh ulang kembali dan minimal 3x kita suruh
latihan kemudian baru din suruh ujian sama seperti maternitas Cuma kami minta untuk maternitas
jangan di rumah sakit kita kerja sama dengan puskesmas supayah doraang bisa capai supayah dorang
kopeten supayah pemeriksaan kehamilan dll, kan kalau ada perawatan rawat nginap kan

Ibu nur : terima kasih kepada ibu monika jadi intinya metode pembelajarannya sama dengan pemateri
dengan sop diakukan secara 3x setelah itu dinyatakan kopeten bawahan untuk para dosen untuk kita
melihat ini bahwa kurikulum berbasis kopetensi jauh lebih unggul dibandingakan kurikulum berbasis
KKNI nah oleh sebab itu pengembangan kedepan kita rekomendasikan bahwa di dalam penegmabangan
itu mengaplikasikan KDK dan KKNI jadi itu strategi untuk kurikulum kdk dengan pendekatannya
kurikulum KKNI jadi sistim penilaian kita ke keterampilan umum dan

Anda mungkin juga menyukai