Di susun Oleh :
SOFIA SUSANTI
NIM :
adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primigravida dan lebih dari 18
jam pada multigravida. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan fase aktif.
Persalinan kasep (partus kasep) adalah persalinan lama yang disertai komplikasi ibu
Menurut Saifuddin (2001) persalinan lama adalah persalin yang berlangsung 12 jam atau
Ahli lain berpendapat bahwa persalinan lama merupakan persalinan yang berlangsung lebih
dari 24 jam, biasanya kala I lebih lama, fase aktif dan laten menjadi lebih lama dan terjadi
kegagalan dilatasi serviks dalam waktu yang dapat diterima (Hamilton, 1995).
Alat reproduksi bagian luar atau external terdiri dari Mons Veneris, labia mayora,
labia minora, klitoris, vestibulum. Mons veneris merupakan bagian yang menonjol
didalam simpisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat. Labia mayora
merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong kedua bibir ini dibagian
bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dari bagian luar tertutup
rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris. Bagian dalam :
tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebase lemak. Labia minora
merupakan lipatan bagian dalam bibir, tanpa rambut dari bagian atas klitoris. Klitoris
merupakan bagian alat reproduksi luar yang bersifat erektik mengandung banyak
pembuluh darah dan serta saraf sensorif sehingga sangat sensitif. Sedangkan vestibulum
merupakan sebuah rongga disetiap isi yang dibatasi oleh lipatan labia dan bersambung
dengan vagina dan terdapat muara-muara diantaranya : Interatus vagina adalah liang
uterus, tuba falopi, ovarium. Vagina yaitu organ yang mempunyai banyak
pembuluh darah dan selaput syaraf, tidak ada kelenjar tetapi tetap basah
oleh sekret dari serviks Vagina juga merupakan saluran merculus
kandung kemih dan rectum. Pada dinding vagina terdapat lipat melintang
proteksi terhadap infeksi. Uterus merupakan jaringan otot yang kuat terletak
Bentuk uterus seperti bola lampu (buah pear) dan gepeng ukuran
memiliki fungsi antara lain : mempersiapkan tempat untuk ovum yang telah
sampai 9 cm, tuba falopi berfungsi untuk menyalurkan telur dan hasil
konsepsi. Yang terakhir adalah ovarium yaitu kelenjar berbentuk biji kenari
yang terletak dikanan dan kiri uterus dibawah uteri dan terikat disebelah
banyak folikel yang sudah terangsang untuk menjadi mature maka efek
C. KLASIFIKASI
Harry Oxorn dan Willian R. Forte (1996) mengklasifikasikan partus lama menjadi
beberapa fase, yaitu :
1. Fase laten yang memanjang
Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada primigravida atau waktu 14 jam pada
multipara merupakan keadaan abnormal. Sebab-sebab fase laten yang panjang mencakup :
a. Serviks belum matang pada awal persalinan
b. Posisi janin abnormal
c. Disproporsi fetopelvik
d. Persalinan disfungsional
e. Pemberian sedatif yang berlebihan
Serviks yang belum matang hanya memperpanjang fase laten, dan kebanyakan
serviks akan membuka secara normal begitu terjadi pendataran. Sekalipun fase laten
berlangsung lebih dari 20 jam, banyak pasien mencapai dilatasi serviks yang normal ketika
fase aktif mulai. Meskipun fase laten itu menjemukan, tapi fase ini tidak berbahaya bagi ibu
atau pun anak.
2. Fase aktif yang memanjang pada primigravida
Para primigravida, fase aktif yang lebih panjang dari 12 jam merupakan keadaan
abnormal, yang lebih penting daripada panjangnya fase ini adalah kecepatan dilatasi serviks.
Pemanjangan fase aktif menyertai :
a. Malposisi janin
b. Disproporsi fetopelvik
c. Penggunaan sedatif dan analgesik secara sembrono
d. Ketuban pecah sebelum dimulainya persalinan
Keadaan ini diikuti oleh peningkatan kelahiran dengan forceps tengah, secsio
caesarea dan cedera atau kematian janin. Periode aktif yang memanjang dapat dibagi
menjadi dua kelompok klinis yang utama, yaitu kelompok yang masih menunjukkan
kemajuan persalinan sekalipun dilatasi servik berlangsung lambat dan kelompok yang
benar-benar mengalami penghentian dilatasi serviks
3. Fase aktif yang memanjang pada multiparas
Fase aktif pada multipara yang berlangsung lebih dari 6 jam (rata-rata 2,5 jam) dan
laju dilatasi serviks yang kurang dari 1,5 cm per jam merupakan keadaan abnormal.
Meskipun partus lama pada multipara lebih jarang dijumpai dibandingkan dengan
primigravida, namum karena ketidakacuhan dan perasaan aman yang palsu, keadaan
tersebut bisa mengakibatkan malapetaka.
Kelahiran normal yang terjadi di waktu lampau tidak berarti bahwa kelahiran
berikutnya pasti normal kembali. Pengamatan yang cermat, upaya menghindari kelahiran
pervaginam yang traumatik dan pertimbangan secsio caesarea merupakan tindakan penting
dalam penatalaksanaan permasalahan ini. Berikut ini ciri-ciri partus lama pada multipara :
a. Insedensinya kurang dari 1%
b. Mortalitas perinatalnya lebih tinggi dibandingkan pada primigravida dengan partus lama
c. Jumlah bayi besar bermakna
d. Malpresentasi menimbulkan permasalahan
e. Prolapsus funiculi merupakan komplikasi
f. Perdarahan postpartum berbahaya
g. Rupture uteri terjadi pada grande multipara
h. Sebagian besar kelahirannya berlangsung spontan pervaginam
i. Ekstraksi forceps tengah lebih sering dilakukan
Angka secsio caesarea tinggi, sekitar 25%
D. Manifestasi Klinik
Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998) gejala klinik partus lama terjadi pada
ibu dan juga pada janin.
1. Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat dan
meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai: Ring v/d Bandle, oedema serviks,
cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.
2. Pada janin :
a. Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan negarif
b. air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
c. Kaput succedaneum yang besar
d. Moulage kepala yang hebat
e. Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK)
f. Kematian Janin Intra Parental (KJIP)
Menurut Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG (1998), gejala utama yang perlu
diperhatikan pada partus lama antara lain :
1. Dehidrasi
2. Tanda infeksi : temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen meteorismus
3. Pemeriksaan abdomen : meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri segmen bawah
rahim
4. Pemeriksaan lokal vulva vagina : edema vulva, cairan ketuban berbau, cairan
ketuban bercampur mekonium
5. Pemeriksaan dalam : edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke atas,
terdapat kaput pada bagian terendah
6. Keadaan janin dalam rahim : asfiksia sampai terjadi kematian
7. Akhir dari persalinan lama : ruptura uteri imminens sampai ruptura uteri, kematian
karena perdarahan atau infeksi.
E. Patofisiologi
Partus lama partus yang berlangsung lebih dari 18 jam, partus
berlangsung lebih dari 24 jam atau kala I 20 jam atau kala II 2 jam. Pada partus
lama pada umumnya ibu dalam keadaan lelah, demikian juga keadaan janin dan
uterus. Bila partus lama dibiarkan tanpa pertolongan aktif, tidak dapat
maupun janin. Kadang – kadang sulit memastikan partus lama dari segi waktu
karena kesulitan menentukan saat mulai inpartu. Untuk ini perlu diperhatikan
3). Dehidrasi
2. Tindakan suportif
a. Selama persalinan, semangat pasien harus didukung. Kita harus membesarkan hatinya
dengan menghindari kata-kata yang dapat menimbulkan kekhawatiran dalam diri pasien.
b. Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus lama, intake cairan
sebanyak ini di pertahankan melalui pemberian infus larutan glukosa. Dehidrasi, dengan
tanda adanya acetone dalam urine, harus dicegah
c. Makanan yang dimakan dalam proses persalinan tidak akan tercerna dengan baik.
Makanan ini akan tertinggal dalam lambung sehingga menimbulkan bahaya muntah dan
aspirasi. Karena waktu itu, pada persalinan yang berlangsung lama di pasang infus untuk
pemberian kalori.
d. Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai. Kandung kemih dan rectum yang
penuh tidak saja menimbulkan perasaan lebih mudah cidera dibanding dalam keadaan
kosong.
e. Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan, harus diistirahatkan dengan
pemberian sedatif dan rasa nyerinya diredakan dengan pemberian analgetik, namun
semua preparat ini harus digunakan dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah yang
berlebihan dapat mengganggu kontraksi dan membahayakan bayinya.
f. Pemeriksaan rectal atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi sekecil mungkin.
Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan meningkatkan resiko infeksi. Setiap pemeriksaan
harus dilakukan dengan maksud yang jelas.
g. Apabila hasil-hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kemajuan dan kelahiran
diperkirakan terjadi dalam jangka waktu yang layak serta tidak terdapat gawat janin
ataupun ibu, tetapi suportif diberikan dan persalinan dibiarkan berlangsung secara
spontan.
3. Perawatan pendahuluan
Penatalaksanaan penderita dengan partus lama adalah sebagai berikut :
a. Suntikan Cortone acetate 100-200 mg intramuskular
b. Penisilin prokain : 1 juta IU intramuskular
c. Streptomisin 1 gr intramuskular
d. Infus cairan :
1) Larutan garam fisiologis
2) Larutan glukose 5-100% pada janin pertama : 1 liter/jam
e. Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk segera
bertindak
4. Pertolongan
Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, manual aid pada letak
sungsang, embriotomi bila janin meninggal, seksio sesarea dan lain-lain.
J. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang
teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12
minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali
trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan
kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada
kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin
ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya
kehamilan serotinus yang berbahaya.
Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan
merupakan perhitungan yang lebih tepat.. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal
hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu. Perhitungannya, jumlah hari sejak hari
pertama haid terakhir hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu). Misalnya,
hari pertama haid terakhir Bu A jatuh pada 2 Januari 2011. Saat ini tanggal 4 Maret
2011. Jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7
diperoleh angka 8,7. Jadi, usia kehamilannya saat ini 9 minggu.
K. Komplikasi
a) Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-
baiknya.
b) Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu
dengan pengawasan ketat
c) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang
boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi.
d) Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim
e) Terdapat hipertensi, pre-eklampsia
f) Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas
g) Pada kehamilan > 40-42 minggu Maka ibu dirawat di rumah sakit
h) Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada
Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin, atau
Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia, hipertensi
menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin
Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar; dan kemungkinan diproporsi
sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih
peka terhadap sedatif dan narsoka, jadi pakailah anestesi konduksi.
(Menurut Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)
L. Asuhan Keperawatan dengan kehamilan lewat waktu
a. Pengkajian
Data Subjektif:
1) Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin,pekerjaan, status kewarganegaraan, suku bangsa,
pendidikan, alamat.
2) Keluhan utama
Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba dalam bukunya Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan (1998; hal 225)
Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu.
Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
Berat badan ibu mendatar atau menurun.
Air ketuban terasa berkurang.
Gerak janin menurun.
3) Riwayat Menstruasi
Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit
4) Riwayat Obstetri
Mengkaji riwayat obstetri dahulu meliputikehamilan, persalinan, nifas, anak serta KB
yang pernah digaunakan. Termasuk didalanya riwayat TT, serta penyulit yang dialami.
5) Riwayat kehamilan sekarang
Mengkaji keluhan yang yang dirsakan pasien selama kehamilan ini. Digunakan
sebagai identifikasi masalah pasien. Banyaknya pemeriksaan antenatal yang
dilakukan.
6) Riwayat kesehatan
Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi terjadinya Postterm.
Data Objektif:
1) Pemeriksaan umum
Secara umum ditemukan gambaran kesadaran umum, dimana kesadaran pasien sangat
penting dinilai dengan melakukan anamnesa. Selain itu pasien sadar akan menunjukkan
tidak adanya kelainan psikologis dan kesadaran umum juga mencakup pemeriksaan tanda-
tanda vital, berat badan, tinggi badan , lingkar lengan atas yang bertujuan untuk
mengetahui keadaan gizi pasien.
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Mata : Periksa konjungtiva dan sklera untuk menentukan apakah ibu anemia atau
tidak,
Muka : edema atau tidak
Leher : apakah terdapat pembesaran kelenjar baik kelenjar tiroid maupun limfe
Dada : bagaimana keadaan putting susu, ada tidaknya teraba massa atau tumor,
tanda-tanda kehamilan (cloasma gravidarum, aerola mamae, calostrum),
Abdomen : dilihat pembesaran perut yang sesuai dengan usia kehamilan, luka bekas
operasi,
Genitalia : Dilihat genetalia bagian luar oedem atau tidak serta pengeluaran
pervaginam
Ekstremitas :Atas maupun bawah tidak oedem
Palpasi
Abdomen : Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali
(Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba (1998; hal 225).
Dengan menggunakan cara Leopold:
Leopold I :
Untuk menentukan TFU dan apa yang terdapat dibagian fundus (TFU dalam
cm) dan kemungkinan teraba kepala atau bokong lainnya, normal pada fundus teraba
bulat, tidak melenting, lunak yang kemungkinan adalah bokong janin
Leopold II:
Untuk menentukan dimana letaknya punggung janin dan bagian-bagian
kecilnya. Pada dinding perut klien sebelah kiri maupun kanan kemungkinan teraba,
punggung, anggota gerak, bokong atau kepala.
Leopold III:
Untuk menentukan apa yang yang terdapat dibagian bawah perut ibu dan
apakah BTJ sudah terpegang oleh PAP, dan normalnya pada bagian bawah perut ibu
adalah kepala. Leopold IV:
Untuk menentukan seberapa jauh masuknya BTJ ke dalam rongga panggul dan
dilakukan perlimaan untuk menentukan seberapa masuknya ke PAP.
Auskultasi
Untuk mendengar DJJ dengan frekuensi normal 120-160 kali/menit, irama teratur atau
tidak, intensitas kuat, sedang atau lemah. Apabila persalinan disertai gawat janin, maka
DJJ bisa kurang dari 110 kali/menit atau lebih dari 160 kali/menit dengan irama tidak
teratur.
Perkusi
Pemeriksaan reflek patella kiri dan kanan yang berkaitan dengan kekurangan vitamin
B atau penyakit saraf, intoksikasi magnesium sulfat.
2) Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer, Arif.. 2001; hal 275
a) USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta.
b) KTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin
c) Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa tekanan,
dinilai apakah reaktif atau tidak dan tes tekanan oksitosin )
d) Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%
a. Diagnosa keperawatan
1) Dx. Post matur kehamilan
Ansietas b/d proses kelahiran lama
Nyeri b/d operasi sectio caesarea
2) Dx. Bayi Post matur
Kerusakan integritas kulit b/d maserasi
N Diagnosa NOC NIC
o Keperawat
an
1 Kecemasan NOC : NIC :
berhubungan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
dengan - Koping kecemasan)
Faktor Setelah dilakukan asuhan selama Gunakan pendekatan yang
keturunan, ……………klien kecemasan menenangkan
Krisis teratasi dgn kriteria hasil: Nyatakan dengan jelas harapan
situasional, Klien mampu terhadap pelaku pasien
Stress, mengidentifikasi dan Jelaskan semua prosedur dan
perubahan mengungkapkan gejala cemas apa yang dirasakan selama
status Mengidentifikasi, prosedur
kesehatan, Temani pasien untuk
ancaman memberikan
kematian,
perubahan mengungkapkan keamanan dan mengurangi
konsep takut
dan menunjukkan tehnik
Berikan informasi faktual
diri, kurang untuk mengontol cemas
mengenai diagnosis, tindakan
pengetahuan Vital sign dalam batas
prognosis
dan normal
Libatkan keluarga
hospitalisasi Postur tubuh, ekspresi
untuk mendampingi klien
wajah, bahasa tubuh dan
Instruksikan pada pasien
DO/DS: tingkat aktivitas
untuk menggunakan tehnik
- Insomnia menunjukkan berkurangnya
relaksasi
- Kontak kecemasan
Dengarkan dengan penuh
mata kurang
perhatian
- Kuran
Identifikasi tingkat kecemasan
g
Bantu pasien mengenal
istirah
situasi yang menimbulkan
at
kecemasan
- Berfokus
Dorong pasien
pada diri
sendiri untuk mengungkapkan
- Penurunan
TD dan
denyut nadi
- Diare, mual,
kelelahan
- Ganggu
an tidur
- Gemetar
- Anoreksia
, mulut
kering
- Peningkatan
TD,
denyut nadi,
RR
- Kesulit
an
bernafa
s
- Bingung
- Bloking
dalam
pembicaraa
n
- Sulit
berkonsentr
asi
2 Nyeri NOC : NIC :
Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri secara
akut
pain control, komprehensif termasuk lokasi,
berhubungan
comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan:
Setelah dilakukan tinfakan kualitas dan faktor presipitasi
Agen
keperawatan selama …. Pasien Observasi reaksi nonverbal dari
injuri
tidak mengalami nyeri, dengan ketidaknyamanan
(biologi,
kriteria hasil: Bantu pasien dan keluarga untuk
gerakan prosedur
) pertama kali.
- Terfokus
pada diri
sendiri
- Fokus
menyempit
(penurunan
persepsi
waktu,
kerusakan
proses
berpikir,
penurunan
interaksi
dengan
orang dan
lingkungan)
- Tingkah
laku
distraksi,
contoh :
jalan- jalan,
menemui
orang
lain dan/atau
aktivitas,
aktivitas
berulang-
ulang)
- Respon
autonom
(seperti
diaphoresis,
perubahan
tekanan
darah,
perubahan
nafas, nadi
dan dilatasi
pupil)
- Perubahan
autonomic
dalam
tonus otot
(mungkin
dalam
rentang dari
lemah ke
kaku)
- Tingkah
laku
ekspresif
(contoh
: gelisah,
merintih,
menangis,
waspada,
iritabel,
nafas
panjang/ber
kel
uh kesah)
- Perubahan
dalam
nafsu
makan
dan minum
3. Kurang NOC: NIC :
Pengetahuan Kowlwdge : disease process Kaji tingkat pengetahuan
Berhubungan Kowledge : health Behavior pasien dan keluarga
dengan : Setelah dilakukan Jelaskan patofisiologi dari
keterbatasan tindakan keperawatan penyakit dan bagaimana hal ini
kognitif, selama …. pasien berhubungan dengan anatomi
interpretasi menunjukkan pengetahuan dan fisiologi, dengan cara yang
terhadap tentang proses penyakit dengan tepat.
informasi kriteria hasil: Gambarkan tanda dan gejala
yang salah, Pasien dan keluarga yang biasa muncul pada
kurangnya menyatakan pemahaman penyakit, dengan cara yang
keinginan tentang penyakit, kondisi, tepat
untuk mencari prognosis dan program Gambarkan proses penyakit,
informasi, pengobatan dengan cara yang tepat
tidak Pasien dan keluarga mampu Identifikasi kemungkinan
mengetahui melaksanakan prosedur penyebab, dengan cara yang
sumber- yang dijelaskan secara tepat
sumber benar Sediakan informasi pada
informasi. Pasien dan keluarga mampu pasien tentang kondisi, dengan
menjelaskan kembali apa yang cara yang tepat
dijelaskan perawat/tim
Sediakan bagi keluarga
DS: kesehatan lainnya
informasi tentang kemajuan
Menyatakan
pasien dengan cara yang tepat
secara verbal
Diskusikan pilihan terapi atau
adanya
penanganan
masalah DO:
Dukung pasien
ketidakaku
untuk mengeksplorasi atau
ra tan
mendapatkan second opinion
mengikuti
dengan cara yang tepat atau
instruksi, diindikasikan
perilaku Eksplorasi kemungkinan
tidak sumber atau dukungan, dengan
sesuai cara yang tepat
4. Kerusakan NOC : NIC : Pressure Management
integritas Tissue Integrity : Skin and Anjurkan pasien untuk
Mucous Membranes menggunakan pakaian yang
kulit
Wound Healing : primer dan longgar
berhubungan
sekunder Hindari kerutan pada tempat
dengan :
Setelah dilakukan tindakan tidur
Eksternal :
keperawatan selama….. Jaga kebersihan kulit agar
- Hiperterm
kerusakan integritas kulit tetap bersih dan kering
ia atau
pasien teratasi dengan kriteria Mobilisasi pasien (ubah
hipotermi
hasil: posisi pasien) setiap dua jam
a
Integritas kulit yang baik sekali
- Substan
bisa dipertahankan Monitor kulit akan adanya
si kimia
(sensasi, elastisitas, kemerahan
- Kelembaban
temperatur, hidrasi, Oleskan lotion atau
- Faktor
pigmentasi) minyak/baby oil pada derah
mekanik
Tidak ada luka/lesi pada yang tertekan
(misalnya
kulit Monitor aktivitas
: alat
Perfusi jaringan baik dan mobilisasi pasien
yang dapat
Menunjukkan Monitor status nutrisi pasien
menimbulk
pemahaman dalam proses Memandikan pasien dengan
an luka,
perbaikan kulit dan sabun dan air hangat
tekanan,
mencegah terjadinya Kaji lingkungan dan
restraint)
sedera berulang peralatan yang menyebabkan
- Immobilit
Mampu melindungi kulit tekanan
as fisik
dan mempertahankan Observasi luka : lokasi,
- Radiasi
kelembaban kulit dan dimensi, kedalaman luka,
- Usia yang
perawatan alami karakteristik,warna cairan,
Menunjukkan terjadinya proses granulasi, jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi lokal,
formasi traktus
ekstrim penyembuhan luka Ajarkan pada keluarga
- Kelembab tentang luka dan perawatan luka
an kulit Kolaburasi ahli gizi
- Obat- pemberian diae TKTP, vitamin
obatan Cegah kontaminasi feses dan
Internal : urin
- Perubah Lakukan
an status tehnik perawatan
metaboli luka dengan steril
k Berikan posisi
- Tonjol yang mengurangi tekanan
an pada luka
tulang
- Defisit
imunolo
gi
- Berhubung
an dengan
dengan
perkemban
ga n
- Perubah
an
sensasi
- Perubahan
status
nutrisi
(obesitas,
kekurusan)
Daftar Pustaka
Mansjoer, Arif., dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari., dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.