Anda di halaman 1dari 17

Askeb Hidrosefalus

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Hidrosefalus adalah suatu keadaan di mana terjadi penambahan volume dari cairan


serebrospinal (CSS) di dalam ruangan ventrikel dan ruang subarakhnoid. Keadaan ini disebabkan
oleh karena terdapat ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi dari 
cairan serebrospinalis. Secara keseluruhan insiden dari hidrosefalus diperkirakan mendekati
1:1000. Sedangkan insiden hidrosefalus kongenital bervariasi untuk tiap-tiap populasi yang
berbeda.Hershey BL mengatakan kebanyakan hidrosefalus pada anak-anak adalah kongenital
yang biasanya sudah tampak pada masa bayi. Jika hidrosefalus mulai tampak setelah umur 6
bulan biasanya bukan oleh karena kongenital.Mujahid Anwar dkk mendapatkan 40-50% bayi
dengan perdarahan intraventrikular derajat 3 dan 4 mengalami hidrosefalus. Pongsakdi
Visudiphan dkk pada penelitiannya mendapatkan 36 dari 49 anak-anak dengan meningitis
tuberkulosa mengalami hidrosefalus, dengan catatan 8 anak dengan hidrosefalus obstruktif dan
26 anak dengan hidrosefalus komunikans. Hidrosefalus yang terjadi sebagai komplikasi
meningitis bakteri dapat dijumpai pada semua usia, tetapi lebih sering pada bayi dari pada anak-
anak. Berdasarkan catatan medik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Denpasar
dari 1991 s/d Desember 1993 telah dirawat 21 penderita hidrosefalus di mana 4 diantaranya
adalah hidrosefalus kongenital. (www.dexa-medica.com )
             Hidrosefalus bisa didapat seseorang sejak lahir (kongenital) atau pada umur berikutnya
dan bahkan setelah dewasa. Yang tersering didapat adalah pada kongenital. Penyebabnya antara
lain ada saluran yang tersumbat, infeksi, tumor otak, trauma kepala, radang otak, stroke. Kasus
hidrosefalus dari sejak waktu lahir terbanyak sekitar 4-5 per 1000 kelahiran.
(www.replubika.co.id )
Direktur Utama RS Elisabeth, Semarang dr Benedictus Sugiyanto menyatakan, sejauh ini belum
ada penelitian mengenai penyebab penyakit hidrosefalus. (Kompas, 11/10/2003). Penyakit ini
diderita anak sejak dilahirkan. Jadi, faktor ibu memegang peran utama penyebab hidrosefalus.
Selama ini diyakini faktor kekurangan gizi ibu selama hamil, konsumsi obat-obatan tertentu,
serta virus toksoplasma dan cetomegalopus menjadi penyebab penyakit hidrosefalus. (Copyright
© 2002 Harian KOMPAS)
             Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu
atau lebih ventrikel dan ruang subarakhnoid. ( www.dexa-medica.com ).
Hidrosefalus adalah suatu keadaan di mana terjadi penambahan volume dari cairan serebrospinal
(CSS) di dalam ruangan ventrikel dan ruang subarakhnoid. (www.anglefire.com).
Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam
otak (cairan serebro spinal). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang
selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
(Kompas, 2002) 
             Hidrosefalus merupakan suatu gejala dari berbagai proses di dalam kepala yang
menyebabkan terkumpulnya cairan otak secara berlebihan di dalam rongga ventrikel pada otak
( Lindra, 2005 by www.yahoo.com, ) 
             Hidrosefalus adalah penimbunan cairan di dalam ventrikel otak (rongga di dalam otak).
Pasien yang menderita hidrosefalus mengalami penumpukan cairan otak yang tidak normal.
(www.replubika.co.id) 
             Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinalis (CCS) dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengalirnya CCS. (Ngastiyah, 2003 ) 
            Hidrosefalus adalah jumlah CSS dalam rongga serebrospinal yang berlebihan dapat
meningkatkan tekanan sehingga dapat merusak jaringan saraf. (Price and Wilson, 1995) 
            Hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani : Hidro artinya air, Sefalus adalah kepala.
Hidrosefalus adalah penimbunan cairan di ruang yang secara normal terdapat dalam otak. Cairan
yang dimaksud adalah cairan yang normal ada dalam otak dan dikenal sebagai cairan otak,
sedangkan ruang yang terdapat dalam otak dikenal sebagai ventrikel. (www.balita-
anda.indoglobal.com) 
Disebabkan oleh penghasilan cecair CSF yang berterusan, apabila pengalirannya terhalang, ia
akan mula berkumpul di bahagian permulaan dari tempat halangan. Seterusnya, apabila
penghasilan cecair semakin bertambah, ia akan menyebabkan ventrikel membesar dan
meningkatkan tekanan di dalam kepala. Keadaan inilah yang dikenali
sebagai HIDROSEFALUS. (www.nam.org) 
             Hidrosefalus, adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan (cairan
serebro spinal). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya
akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital. (Kompas,
2002) 
             Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
cerebrospinalis (CSS) dengan atau pernah dengan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat
pelebaran ruangan tempat mengalir CSS. ( IKA, 1985 )

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep tentang hidrosefalus ?
2.      Bagimana asuhan keperawatan Hydrocephalus ?
C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan Hydrocephalus.
2.      Tujuan Khusus
  Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Hydrocephalus
  Mahasiswa dapat menjelaskan tentang epidemiologi dari hidrosefalus
  Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Hydrocephalus
  Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi Hydrocephalus
  Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi dan pathogenesis Hydrocephalus
  Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi Klinis Hydrocephalus
  Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan Diagnostik Hydrocephalus
  Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan Hydrocephalus
  Mahasiswa dapat menjelaskan tentang komplikasi hidrosefalus
  Mahasiwa dapat menjelaskan tentang prognosis hidrosefalus
  Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan kebidanan Hydrocephalus

D.    Manfaat
Memahami konsep dan memberikan asuhan kebidanan pada klien dengan Hydrocephalus.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
          Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat
pelebaran ventrikel (Darsono, 2005:209). 
Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
cerebrospinal dan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengeluarkan likuor (Depkes RI, 1989).
Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan
serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak.
Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran
sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007:328).

B.     Epidemiologi
           Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus
kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis
aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga
dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa
lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat
abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan
kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior (Darsono, 2005:211). 

C.    Etiologi
       Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara
tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid.
Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di atasnya. Tempat yang sering tersumbat dan
terdapat dalam klinik adalah foramen Monroi, Foramen Luschka dan Magendie, sisterna magna
dan sisterna basalis. Teroritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorpsi
yang normal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang
terjadi, misalnya terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada adenomata pleksus
koroidalis. Berkurangnya absorpsi CSS pernah dilaporkan dalam kepustakaan pada obstruksi
kronis aliran vena otak pada trombosis sinus longitudinalis. Contoh lain ialah terjadinya
hidrosefalus setelah operasi koreksi daripada spina bifida dengan meningokel akibat
berkurangnya permukaan untuk absorpsi. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering
terdapat pada bayi antara lain :
a) Kelainan bawaan
  Stenosis akuaduktus sylvii
Merupakan penyebab yang terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak (60 – 90%).
Akuaduktus dapat merupakan saluran buntu sama sekali atau abnormal lebih sempit dari biasa.
Umumnya gejala hidrosepalus terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat pada bulan – bulan
pertama setelah lahir.
  Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosepalus pada kelainan ini biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold – Chiari
akibat tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan serebelum letaknya lebih
rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.
  Sindrom Dandy – Walker
Merupakan atresia kongenital foramen Luschka dan Magendie dengan akibat
hidrosefalus abstruktif dengan pelebaran sistem ventrikel terutama ventrikel IV yang dapat
sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa posterior.
  Kista Araknoid
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma.
  Anomali pembuluh darah
Dalam kepustakaan dilaporkan terjadinya hidrosefalus akibat aneurisma arterio – vena
yang mengenai arteria serebralis posterior dengan vena Galeni atau sinus transverses dengan
akibat obstruksi akuaduktus.
b) Infeksi
   Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan
subaraknoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS
tergangu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di akuaduktus sylvii atau sisterna basalis.
Lebih banyak hidrosepalus terdapat paska meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa
minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitisnya. Secara patologis terdapat
penebalan jaringan piameter dan araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Pada
meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar
sisterna kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokalisasinya
lebih tersebar.
c) Neoplasme
    Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS.
Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak mungkin
dioperasi, maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS melalui saluran
buatan atau pirau. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau
akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan
penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.
d) Perdarahan
   Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat
menyebabkan fibriosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan
yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.

D.    Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :
-          Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus
tersembunyi (occult hydrocephalus).
-          Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
-          Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
-          Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
        Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal
menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus
obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan gejala,
dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik. Hidrosefalus arrested menunjukan
keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak
aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan
atrofi otak primer, yang biasanya terdapat pada orang tua. (Darsono, 2005)
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:
1.      Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga:
a.       Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.
b.      Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga
pertumbuhan sel otak terganggu.
2.      Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah
penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya
tidak tuntas.
Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu
oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital
dengan di dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan
prognosanya. Berdasarkan letak obstruksi CSS ( Cairan Serbrospinal ) hidrosefalus pada bayi
dan anak ini juga terbagi dalam tiga bagian yaitu :
1.      Hydrocephalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas
CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada
aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena
dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP).
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi
CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada
orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah
terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala
peningkatan ICP)
2.      Hydrocephalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat
aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada
sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan. Biasanya diakibatkan
obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSS. Kondisi tersebut sering
dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital pada system
saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien
dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan
jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan
garis sutura yang berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia 12–18 bulan dengan tekanan
intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda dan gejala–gejala kenaikan ICP dapat
dikenali. Pada anak-anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi
garis sutura dan pembesaran kepala.
3.      Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus )
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan
serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan
tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini
berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada
beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.
E.     Patofisiologis dan  Patogenesis
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai
akibat dari tiga mekanisme yaitu:
1.      Produksi likuor yang berlebihan
2.      Peningkatan resistensi aliran likuor
3.      Peningkatan tekanan sinus venosa
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial(TIK)
sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya
dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan
hidrosefalus.
Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :
1.      Kompresi sistem serebrovaskuler.
2.      Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler
3.      Perubahan mekanis dari otak.
4.      Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis
5.      Hilangnya jaringan otak.
6.      Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.
Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran
likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang
disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya
mempertahankan resorbsi yang seimbang. Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua
konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler
intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk
mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi
klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak. (Darsono, 2005:212)
F.     Manifestasi Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat ketidakseimbangan kapasitas
produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005). Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi
adanya hipertensi intrakranial.
Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :
1.        Hidrosefalus terjadi pada masa neonatus
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada
masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran
lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam
semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa.
Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat
tipis. Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok. (Peter Paul Rickham,
2003).

2.      Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak


 Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi
intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia)
dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-
pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari
ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala
lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal.
Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu:
1.      Fontanel anterior yang sangat tegang.
2.      Sutura kranium tampak atau teraba melebar.
3.      Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol.
4.      Fenomena ‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon).
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar dibandingkan
dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan kesadaran, gangguan
okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi
tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi). (Darsono, 2005:213). Kepala bisa berukuran normal
dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk
yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas
proporsi ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata terletak agak
kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi
vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.Uji radiologis : terlihat tengkorak
mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah – pisah dan pelebaran vontanela.
Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat
menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan
Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe
communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi optik,
spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan terjadi
retardasi mental dan fisik.
a.       Bayi :
1.      Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
2.      Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit
tinggi dari permukaan tengkorak.
3.      Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :
4.      Muntah
5.      Gelisah
6.      Menangis dengan suara ringgi
7.      Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak
teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.
1.      Peningkatan tonus otot ekstrimitas
2.      Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh-pembuluh darah terlihat jelas.
3.      Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah-olah di atas Iris
4.      Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
5.      Strabismus, nystagmus, atropi optic
6.      Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
b.      Anak yang telah menutup suturanya :
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial :
1.      Nyeri kepala
2.      Muntah
3.      Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
4.      Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
5.      Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
6.      Strabismus
7.      Perubahan pupil
G.  Pemeriksaan Diagnostik
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik
dan      psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
penunjang yaitu :
1. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
1.      Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura, tanda-
tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus
klionidalis posterior.
2.      Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala
diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
      2. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan
dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai
lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar
akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
      3.  Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam
kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan
oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura
tidak akan terjadi secara menyeluruh.
       4. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat
tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah
kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang
melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras
dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini
sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT
Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
      5.  Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat
menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada
penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem
ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem
ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
      6.  CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns
pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas
oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada hidrosefalus komunikans gambaran
CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid
di proksimal dari daerah sumbatan.
       7.  MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan
teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
H. Penatalaksaaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining”
yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan
bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian
sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan
tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat
pembentukan cairan serebrospinal. 
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat
absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid 
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni: 
1. Drainase ventrikule-peritoneal 
2. Drainase Lombo-Peritoneal 
3. Drainase ventrikulo-Pleural 
4. Drainase ventrikule-Uretrostomi 
5. Drainase ke dalam anterium mastoid 
6. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui
kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan
serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus
diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan
sepsis. 
7. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah
diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan
dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul
kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan,
antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah
kulit hingga tidak terlihat dari luar. 
8. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan
jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
Ada 2 macam terapi pintas / “ shunting “: 
1. Eksternal 
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya:
pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.
2. Internal 
    Ada 2 macam terapi secara internal
    1. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :
         - Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen) 
         - Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior 
         - Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus. 
         - Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum 
         - Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum. 
              2. Lumbo Peritoneal Shunt” 
 CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi
terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
Teknik Shunting:
1.      Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu frontalis, ujungnya
ditempatkan setinggi foramen Monroe. 
2.      Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis. 
3.      Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak proksimal dengan tipe
bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak di distal dengan katup
berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm,
H2O. 
4.      Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan jantung
melalui v. jugularis interna (dengan thorax x-ray ujung distal setinggi 6/7). 
5.      Ventriculo-Peritneal Shunt 
1.      Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan 
2.      Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak, memungkinkan tidak diperlukan adanya
revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang.
Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi, hematom subdural, obstruksi, keadaan
CSS yang rendah, ascites akibat CSS, kraniosinostosis.
      I.  Komplikasi
Komplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi dan
malfungsi.   Malfungsi disebakan oleh obstruksi mekanik atau perpindahan didalam ventrikel
dari bahan – bahan khusus ( jaringan /eksudat  ) atau ujung distal dari thrombosis sebagai akibat
dari pertumbuhan. Obstruksi VP shunt sering menunjukan kegawatan dengan manifestasi klinis
peningkatan TIK yang lebih sering diikuti dengan status neurologis buruk. Komplikasi yang
sering terjadi adalah infeksi VP shunt. Infeksi umumnya akibat dari infeksi pada saat
pemasangan VP shunt. Infeksi itu meliputi septik, Endokarditis bacterial, infeksi luka, Nefritis
shunt, meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi VP shunt yang serius lainnya adalah subdural
hematoma yang di sebabkan oleh reduksi yang cepat pada tekanan ntrakranial dan ukurannya.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah peritonitis abses abdominal, perforasi organ-organ
abdomen oleh kateter atau trokar (pada saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.

       J.  Prognosis
Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan ada atau
tidaknya anomali yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus
yang bersama dengan malformasi lain (hidrosefalus komplikata). Prognosis
hidrosefalus infatil mengalami perbaikan bermakna namun tidak dramatis dengan
temuan operasi pisau. Jika tidak dioperasi 50-60% bayi akan meniggal karena
hidrosefalus sendiri ataupun penyakit penyerta. Skitar 40% bayi yang bertahan memiliki
kecerdasan hampir normal. Dengan bedah saraf dan penatalaksanaan medis yang
baik, sekitar 70% diharap dapat melampaui masa bayi, sekitar 40% dengan intelek
normal, dan sektar 60% dengan cacat intelek dan motorik bermakna. Prognosis bayi
hidrosefalus dengan meningomilokel lebih buruk. Hidrosefalus yang tidak diterapi akan
menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang
tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi
berulang, atau oleh karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti
(arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal
(Allan H. Ropper, 2005). Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian adalah 7%.
Setelah operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami
retardasi mental ringan. Adalah penting sekali anak hidrosefalus mendapat tindak lanjut
jangka panjang dengan kelompok multidisipliner. (Darsono, 2005)

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I                          : Pendahuluan
                                    A. Latar Belakang
                                    B. Rumusan Masalah
                                     C. Tujuan
                                     D. Manfaat
BAB II                                    :Pembahasan
                                    A. Pengertian Hidrosepalus
                                     B.  Epidemiologi
                                     C. Etiologi
                                     D. Klasifikasi
             E.  Patofisiologis dan Patogenesis
            F. Manifestasi Klinis
            G. Pemeriksaan Diagnostik
            H. Penatalaksanaan
            I. Komplikasi
             J. Prognosis
BAB III                      : Penutup
                                    A. Kesimpulan
                                    B. Saran dan Kritik
DAFTAR PUSTAKA

                         
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt.,Tuhan seluruh alam,atas rahmat dan hidayat-Nya akhirnya kami
dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan judul “HIDROSEPALUS”.Makalah ini kami ambil
dari cerminan kehidupan sehari-hari.
Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, kami berharap agar yang membaca makalah ini
mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sebagaiman yang tertera dalam isi makalah
ini.sehingga hal tersebut dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi.
Mengingat proses penulisan makalah ini kami rasakan masih jauh dari kesempurnaan,maka kami
sangat mengharapkan masukan serta kritikan dari setiap yang membaca makalah ini,sehingga
untuk kedepannya kami dapat menampilkan yang lebih baik lagi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra
kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS.
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem
ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama
produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.
Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial
menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor.
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi
dalam dua bagian yaitu :
  Hidrochepalus komunikan
  Hidrochepalus non-komunikan
  Hidrochepalus bertekanan normal
Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti dan
kemungkinan hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada masing-masing
rumah sakit.
  B. Saran dan Kritik
Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang yang
mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini maka tindakan terapeutik semacan
ini perlu. Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga
dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan kemandirian dan kreatifitas
mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi untuk menunjang proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Mansjoer. A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. EGC: Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia. Buku kuliah 2 Ilmu
kedokteran: EGC 
Ngoerah, I Gusti Ngoerah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Anonymuous, 2010. http://ms32.multiply.com/journal/item/23. Diakses tanggal 23 Oktober 
2010
Anonymous,2010.http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/02/hidrosefalus/.Diakses tanggal 23
Oktober  2010
Anonymuous, 2010.http://Asuhan keperawatan pada klien ”HIDROSEFALUS” Blog Penuh
Cinta.htm. Diakses tanggal 23 Oktober 2010

Anda mungkin juga menyukai