BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep tentang hidrosefalus ?
2. Bagimana asuhan keperawatan Hydrocephalus ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan Hydrocephalus.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Hydrocephalus
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang epidemiologi dari hidrosefalus
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Hydrocephalus
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi Hydrocephalus
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi dan pathogenesis Hydrocephalus
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi Klinis Hydrocephalus
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan Diagnostik Hydrocephalus
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan Hydrocephalus
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang komplikasi hidrosefalus
Mahasiwa dapat menjelaskan tentang prognosis hidrosefalus
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan kebidanan Hydrocephalus
D. Manfaat
Memahami konsep dan memberikan asuhan kebidanan pada klien dengan Hydrocephalus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat
pelebaran ventrikel (Darsono, 2005:209).
Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
cerebrospinal dan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengeluarkan likuor (Depkes RI, 1989).
Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan
serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak.
Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran
sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007:328).
B. Epidemiologi
Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus
kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis
aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga
dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa
lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat
abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan
kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior (Darsono, 2005:211).
C. Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara
tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid.
Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di atasnya. Tempat yang sering tersumbat dan
terdapat dalam klinik adalah foramen Monroi, Foramen Luschka dan Magendie, sisterna magna
dan sisterna basalis. Teroritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorpsi
yang normal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang
terjadi, misalnya terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada adenomata pleksus
koroidalis. Berkurangnya absorpsi CSS pernah dilaporkan dalam kepustakaan pada obstruksi
kronis aliran vena otak pada trombosis sinus longitudinalis. Contoh lain ialah terjadinya
hidrosefalus setelah operasi koreksi daripada spina bifida dengan meningokel akibat
berkurangnya permukaan untuk absorpsi. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering
terdapat pada bayi antara lain :
a) Kelainan bawaan
Stenosis akuaduktus sylvii
Merupakan penyebab yang terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak (60 – 90%).
Akuaduktus dapat merupakan saluran buntu sama sekali atau abnormal lebih sempit dari biasa.
Umumnya gejala hidrosepalus terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat pada bulan – bulan
pertama setelah lahir.
Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosepalus pada kelainan ini biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold – Chiari
akibat tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan serebelum letaknya lebih
rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.
Sindrom Dandy – Walker
Merupakan atresia kongenital foramen Luschka dan Magendie dengan akibat
hidrosefalus abstruktif dengan pelebaran sistem ventrikel terutama ventrikel IV yang dapat
sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa posterior.
Kista Araknoid
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma.
Anomali pembuluh darah
Dalam kepustakaan dilaporkan terjadinya hidrosefalus akibat aneurisma arterio – vena
yang mengenai arteria serebralis posterior dengan vena Galeni atau sinus transverses dengan
akibat obstruksi akuaduktus.
b) Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan
subaraknoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS
tergangu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di akuaduktus sylvii atau sisterna basalis.
Lebih banyak hidrosepalus terdapat paska meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa
minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitisnya. Secara patologis terdapat
penebalan jaringan piameter dan araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Pada
meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar
sisterna kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokalisasinya
lebih tersebar.
c) Neoplasme
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS.
Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak mungkin
dioperasi, maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS melalui saluran
buatan atau pirau. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau
akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan
penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.
d) Perdarahan
Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat
menyebabkan fibriosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan
yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
D. Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :
- Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus
tersembunyi (occult hydrocephalus).
- Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
- Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
- Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal
menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus
obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan gejala,
dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik. Hidrosefalus arrested menunjukan
keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak
aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan
atrofi otak primer, yang biasanya terdapat pada orang tua. (Darsono, 2005)
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:
1. Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga:
a. Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.
b. Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga
pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah
penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya
tidak tuntas.
Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu
oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital
dengan di dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan
prognosanya. Berdasarkan letak obstruksi CSS ( Cairan Serbrospinal ) hidrosefalus pada bayi
dan anak ini juga terbagi dalam tiga bagian yaitu :
1. Hydrocephalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas
CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada
aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena
dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP).
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi
CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada
orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah
terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala
peningkatan ICP)
2. Hydrocephalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat
aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada
sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan. Biasanya diakibatkan
obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSS. Kondisi tersebut sering
dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital pada system
saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien
dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan
jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan
garis sutura yang berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia 12–18 bulan dengan tekanan
intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda dan gejala–gejala kenaikan ICP dapat
dikenali. Pada anak-anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi
garis sutura dan pembesaran kepala.
3. Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus )
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan
serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan
tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini
berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada
beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.
E. Patofisiologis dan Patogenesis
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai
akibat dari tiga mekanisme yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran likuor
3. Peningkatan tekanan sinus venosa
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial(TIK)
sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya
dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan
hidrosefalus.
Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :
1. Kompresi sistem serebrovaskuler.
2. Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler
3. Perubahan mekanis dari otak.
4. Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis
5. Hilangnya jaringan otak.
6. Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.
Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran
likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang
disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya
mempertahankan resorbsi yang seimbang. Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua
konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler
intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk
mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi
klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak. (Darsono, 2005:212)
F. Manifestasi Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat ketidakseimbangan kapasitas
produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005). Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi
adanya hipertensi intrakranial.
Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hidrosefalus terjadi pada masa neonatus
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada
masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran
lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam
semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa.
Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat
tipis. Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok. (Peter Paul Rickham,
2003).
J. Prognosis
Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan ada atau
tidaknya anomali yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus
yang bersama dengan malformasi lain (hidrosefalus komplikata). Prognosis
hidrosefalus infatil mengalami perbaikan bermakna namun tidak dramatis dengan
temuan operasi pisau. Jika tidak dioperasi 50-60% bayi akan meniggal karena
hidrosefalus sendiri ataupun penyakit penyerta. Skitar 40% bayi yang bertahan memiliki
kecerdasan hampir normal. Dengan bedah saraf dan penatalaksanaan medis yang
baik, sekitar 70% diharap dapat melampaui masa bayi, sekitar 40% dengan intelek
normal, dan sektar 60% dengan cacat intelek dan motorik bermakna. Prognosis bayi
hidrosefalus dengan meningomilokel lebih buruk. Hidrosefalus yang tidak diterapi akan
menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang
tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi
berulang, atau oleh karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti
(arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal
(Allan H. Ropper, 2005). Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian adalah 7%.
Setelah operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami
retardasi mental ringan. Adalah penting sekali anak hidrosefalus mendapat tindak lanjut
jangka panjang dengan kelompok multidisipliner. (Darsono, 2005)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II :Pembahasan
A. Pengertian Hidrosepalus
B. Epidemiologi
C. Etiologi
D. Klasifikasi
E. Patofisiologis dan Patogenesis
F. Manifestasi Klinis
G. Pemeriksaan Diagnostik
H. Penatalaksanaan
I. Komplikasi
J. Prognosis
BAB III : Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran dan Kritik
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt.,Tuhan seluruh alam,atas rahmat dan hidayat-Nya akhirnya kami
dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan judul “HIDROSEPALUS”.Makalah ini kami ambil
dari cerminan kehidupan sehari-hari.
Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, kami berharap agar yang membaca makalah ini
mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sebagaiman yang tertera dalam isi makalah
ini.sehingga hal tersebut dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi.
Mengingat proses penulisan makalah ini kami rasakan masih jauh dari kesempurnaan,maka kami
sangat mengharapkan masukan serta kritikan dari setiap yang membaca makalah ini,sehingga
untuk kedepannya kami dapat menampilkan yang lebih baik lagi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra
kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS.
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem
ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama
produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.
Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial
menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor.
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi
dalam dua bagian yaitu :
Hidrochepalus komunikan
Hidrochepalus non-komunikan
Hidrochepalus bertekanan normal
Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti dan
kemungkinan hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada masing-masing
rumah sakit.
B. Saran dan Kritik
Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang yang
mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini maka tindakan terapeutik semacan
ini perlu. Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga
dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan kemandirian dan kreatifitas
mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi untuk menunjang proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Mansjoer. A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. EGC: Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia. Buku kuliah 2 Ilmu
kedokteran: EGC
Ngoerah, I Gusti Ngoerah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Anonymuous, 2010. http://ms32.multiply.com/journal/item/23. Diakses tanggal 23 Oktober
2010
Anonymous,2010.http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/02/hidrosefalus/.Diakses tanggal 23
Oktober 2010
Anonymuous, 2010.http://Asuhan keperawatan pada klien ”HIDROSEFALUS” Blog Penuh
Cinta.htm. Diakses tanggal 23 Oktober 2010