Kelompok 7
NAMA : NIM
1. Risma Nabila {PO.71.3.1.18.030}
2. Sabilla Gustiharda {PO.71.3.1.18.031}
3. Sintya {PO.71.3.1.18.032}
4. Siska Oktari {PO.71.3.1.18.033}
5. Sulistio {PO.71.3.1.18.034}
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Dimana
makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah Farmakologi Lansia.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I . PENDAHULUAN
A. KESIMPULAN ..........................................................................................................10
B. SARAN .......................................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
Obat topikal adalah obat yang diberikan melalui kulit dan membran mukosa
pada prinsipnya menimbulkan efek lokal. Pemberian topical dilakukan dengan
mengoleskannya di suatu daerah kulit, memasang balutan lembab, merendam bagian
tubuh dengan larutan, atau menyediakan air mandi yang dicampur obat.
Selain dikemas dalam bentuk untuk diminum atau diinjeksikan, berbagai jenis
obat dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion, liniment, pasta dan bubuk yang
biasanya dipakai untuk pengobatan gangguan dermatologis misalnya gatal-gatal ,
kulit kering, infeksi dan lain-lain. Obat topical juga dikemas dalam bentuk obat tetes
(instilasi) yang dipakai untuk tetes mata, telinga, atau hidung serta dalam bentuk
untuk irigasi baik mata, telinga, hidung, vagina, maupun rectum. Dalam memberikan
pengobatan kita sebagai perawat harus mengingat dan memahami prinsip enam benar
agar kita dapat terhindar dari kesalahan dalam memberikan obat, namun ada baiknya
kita mengetahui peran masing-masing profesi yang terkait dengan upaya pengobatan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Anti nyeri topikal?
2. Apa mekanisme kerja secara sederhana dari dari obat-obat anti nyeri sendi?
3. Apa contoh dari obat anti nyeri topikal?
4. Apa indikasi dan efek samping dari obat anti nyeri topikal?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari obat anti nyeri topikal.
2. Untuk mengetahui mekanisme kerja secara sederhana dari obat anti nyeri
sendi.
3. Untuk mengetahui contoh obat Osteoarthritis.
4. Untuk menegtahui indikasi dan efek samping obat -obat anti nyeri topikal.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Berdasarkan penyebabnya, osteoarthritis dibedakan menjadi dua yaitu
osteoarthritis primer dan osteoarthritis sekunder. Osetoarthritis primer atau
dapat disebut osteoarthritis idiopatik, yang tidak memilik penyebab yang pasti
(tidak diketahui) dan tidak disebabkan oleh penyakit sistematik maupun
proses perubahan lokal sendi. Osteoarthritis sekunder terjadi disebebabkan
oleh inflamasi, kelainan sistem endokrin, metabolit, pertumbuhan, faktor
keturunan (herediter), dan immobilisasi yang terlalu lama. Kasus osteoarthritis
primer lebih sering dijumpai pada praktek sehari-hari dibandingkan dengan
osteoarthritis sekunder ( Soeroso dkk, 2006).
Selama ini osteoarthritis sering dipandang sebagai akibat dari proses
penuaan dan tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa osteoarthritis
merupakan gangguan keseimbangan dari metabolise kartilago dengan
kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum jelas diketahui (Soeroso
dkk, 2006). Kerusakan tersebut dapat diawali oleh kegagalan mekanisme lain
sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera (Felson, 2008).
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi, yaitu
kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang dasarnya.
Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak
(range of motion) sendi (Felson, 2008).
Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antara kertilago pada
permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat
gesekan. Protein yang disebut dengan lubrican merupakan protein pada cairan
sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan
apabila terjadi cidera dan peradangan pada sendi (Felson, 2008).
Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu
mekanoreseptor yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik
yang dikirimkan memungkinkan otot dan tendon mampu memberikan
tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi sedang bergerak
(Felson, 2008).
3. Faktor Resiko
Resiko terkena osteoarthritis juga dapat berubah dari waktu ke waktu
tergantung pada usia dan gaya hidup seseorang. Terdapat beberapa faktor
resiko yang dapat dilihat pada pasien osteoarthritis secara umum seperti
berikut : (Anonim, 2006) :
5
1). Usia
Prevalensi dan keparahan osteoarthritis meningkat sering dengan
bertambahnya usia seseorang. Semakin meningkat usia seseorang, semakin
bertambah rasa nyeri dan keluhan pada sendi.
2). Berat badan
Semakin tinggi berat badan seseorang, semakin besar kemungkinan
seseorang untuk menderita osteoarthritis. Hal ini adalah disebabkan karena
seiring dengan bertambahnya berat badan seseorang, beban yang akan
diterima oleh sendi pada tubuh makin besar. Beban yang diterima oleh
sendi akan memberikan tekanan pada bagian sendi yang berpengaruh,
contohnya pada bagian lutut dan pinggul.
3). Trauma
Trauma pada sendi atau penggunaan sendi secara berlebihan. Atlet dan
orang-orang yang memiliki pekerjaan yang memerlukan gerakan berulang
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena osteoarthritis karena
mengalami cidera dan peningkatan tekanan pada sendi tertentu. Selain itu,
terjadi juga pada sendi dimana tulang telah retak dan telah dilakukan
pembedahan.
4). Genetika
Genetika memainkan peranan dalam perkembangan osteoarthritis.
Kelainan warisan tulang mempengaruhi bentuk dan stabilitas sendi dapat
menyebabkan osteoarthritis. Nodus Herberden adalah 10 kali lebih banyak
terjadi pada wanita dibanding laki-laki, dengan risiko dua kali lipat jika ibu
kepada wanita itu mengalami osteoarthritis (Hansen & Elliot, 2005).
Nodus Herberden dan Nodus Bouchard terjadi pada bagian sendi pada
tangan.
5). Kelemahan pada otot
Kelemahan pada otot-otot sekeliling sendi dapat menyebabkan terjadinya
osteoarthritis. Kelemahan otot dapat berkurang disebabkan oleh faktor
usia, inaktivasi akibat nyeri atau karena adanya peradangan pada sendi.
6). Nutrisi
Metabolisme normal dari tulang tergantung pada adanya vitamin D. Kadar
vitamin D yang rendah di jaringan dapat mengganggu kemampuan tulang
untuk merespons secara optimal proses terjadinya osteoarthritis dan akan
6
mempengaruhi perkembangannya. Kemungkinan vitamin D mempunyai
efek langsung terhadap kondrosit di kartilago yang mengalami
osteoarthritis, yang terbukti membentuk kembali reseptor vitamin D.
7
peregangan tendon, ligamen seperti spasme otot-otot. Nyeri juga di
akhibatkan oleh adanya osteofit yang menenkan periosteum dan radiks
saraf yang berasal dari medula spinalis serta kenaikan tekanan vena
intramedular akhibat statis vena pada proses remodelling trabekula dan
subkondrial.
Fase degradasi : IL-1 mempunyai efek multipel pada sel cairan sendi yaitu
meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi. Peran
makrofag didalam cairan sendi juga bermanfaat yaitu apabila terjadi jejas
mekanik, material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs akan
memproduksi sitokin aktifator plasminogen (PA). Sitokin ini akan
merangsang kondrosit untuk memproduksi CSFs. Sitokin ini juga
mempercepat resorpi matriks rawan sendi.
Faktor pertumbuhan dan sitokin membawa pengaruh yang berlawanan
selama perkembangan osteoarthrits. Sitokin cenderung merangsang
degredasi komponen matriks rawan sendi sedangkan faktor pertumbuhan
merangsang sintesis (Sudoyo et. al, 2007).
Pada kasus tersebut bahwa Ibu Heli merasakan nyeri dibagian punggungnya
dikarenakan duduk yang terlalu lama atau mungkin salah duduk. Hal ini merupakan
disebabkan karena ibu tersebut sangat fokus dengan pekerjaannya sehingga sendi
atau tulangnya mulai menegang dan kaku timbulah nyeri yang dirasakan, akibatnya
karena kurang meminum air putih, karena dalam sehari kita harus meminum air
putih sebanyak maksimal delapan air gelas. Nyeri pinggang juga dapat terjadi
karena faktor usia dan gaya hidup sehatnya.
Cara termudah mengatasi sakit pinggang karena terlalu lama duduk pastinya
dengan tidak duduk berlama-lama. Kalau merasa sudah terlalu lama duduk,
sebaiknya berdiri dan berjalanlah sebentar untuk meregangkan otot dan cukup
membutuhkan waktu 5 menit untuk melakukannya sebelum kembali duduk dan
bekerja. Lalu jangan duduk dalam satu posisi saja. Ubah posisi duduk kira-kira
setiap 30 menit sekali. Pasalnya, duduk dalam posisi yang sama dalam waktu lama
bisa memicu terjadinya otot pinggang menjadi kaku, sehingga bisa lebih mudah
mengalami sakit pinggang. Jangan lupa berolahraga agar berat badan tetap terjaga.
Berat badan berlebih juga tentu akan membuat tekanan tubuh bertambah, sehingga
sakit pinggang akan lebih rentan menyerang. Olahraga yang dilakukan untuk lansia
dengan berjalan kaki setiap hari selama 30 menit saja cukup,
8
Lalu untuk meredakan nyeri pinggang yang terjadi dapat diberikan pilihan
obat topikal sebagai berikut :
E. CONTOH OBAT ANTI NYERI TOPIKAL
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nyeri adalah sesuatu hal yang normal, yang bisa dialami siapa saja. Rasa sakit
atau nyeri melibatkan interaksi yang rumit antara saraf sensorik, saraf tulang belakang,
dan otak Anda. Nyeri bisa saja Anda rasakan ketika Anda terkena sengatan lebah, patah
tulang, cedera saat olahraga, hingga disebabkan oleh penyakit tertentu.
Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa
pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan
lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun (Smeltzer, 2001).
Nyeri bisa dialami oleh setiap orang, dan hal ini bisa saja mengganggu aktivitas
Anda sehari-hari. Dengan mengetahui jenis-jenis nyeri, diharapkan Anda bisa
mendapatkan pengobatan yang tepat berdasarkan jenis nyeri tersebut dan penyebabnya.
Obat dengan sediaan topikal adalah salah satu pengobatan yang dapat dilakukan
dirumah untuk mengatasi nyeri sendi. Mekanisme kerja sediaan topikal berupa difusi
pasif menembus lapisan kulit. Terdapat berbagai bentuk sediaan topikal seperti : cairan,
bedak, salep, krim, bedak kocok, pasta, dan pasta pendingin. Cara pakai sediaan topikal
pada umumnya dioleskan pada permukaan kulit dan dengan penambahan cara lain
seperti ditekan, digosok, kompres dan oklusi.
B. SARAN
Dengan beberapa uraian tentang anti nyeri, mekanisme kerja anti nyeri, contoh
obat anti nyeri, indikasi, dan efek samping dari obat anti nyeri topikal diharapkan dapat
menambah wawasan bagi pembaca.
10
DAFTAR PUSTAKA
11