Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FARMAKOLOGI LANSIA

“ ANTI NYERI TOPIKAL”

Kelompok 7

NAMA : NIM
1. Risma Nabila {PO.71.3.1.18.030}
2. Sabilla Gustiharda {PO.71.3.1.18.031}
3. Sintya {PO.71.3.1.18.032}
4. Siska Oktari {PO.71.3.1.18.033}
5. Sulistio {PO.71.3.1.18.034}

Kelas : Reg. 2.A


Dosen Pembimbing : Drs.Sonlimar Mangunsong,Apt,M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN D3 FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
NILAI PARAF

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Dimana
makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah Farmakologi Lansia.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

                                          

  Palembang, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii

BAB I . PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG .............................................................................................. 4


B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 6
C. TUJUAN PENULISAN............................................................................................. 6

BAB II. PEMBAHASAN

A. KASUS ANTI NYERI TOPIKAL.............................................................................


B. DEFINISI .................................................................................................................
C. MEKANISME KERJA SEDERHANA DARI NYERI SENDI ...............................
D. PEMBAHASAN KASUS ANTI NYERI TOPIKAL................................................
E. CONTOH OBAT ANTI NYERI TOPIKAL ............................................................

BAB III. PENUTUP

A. KESIMPULAN ..........................................................................................................10
B. SARAN .......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    PENGERTIAN ANTI INFLAMASI


Analgesik atau analgetik, adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita
sering mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu
komponen obat yang kita minum biasanya mengandung analgesic atau pereda nyeri.
Inflamasi adalah respon dari suatu organisme terhadap pathogen dan alterasi
mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang
mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi.  Radang  atau inflamasi
adalah satu dari respon utama system kekebalan terhadap infeksi dan iritasi. Radang
terjadi saat suatu mediator inflamasi (misal terdapat luka) terdeteksi oleh tubuh kita.
Lalu permeabilitas sel di tempat tersebut meningkat diikuti keluarnya cairan ke tempat
inflamasi maka terjadilah pembengkakan. Kemudian terjadi vasodilatasi (pelebaran)
pembuluh darah perifer sehingga aliran darah dipacu ke tempat tersebut, akibatnya
timbul warna merah dan terjadi migrasi sel-sel darah putih sebagai pasukan pertahanan
tubuh kita. Inflamasi distimulasi oleh factor kimia (histamin, bradikinin, serotonin,
leukotrien dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator
radang di dalam system kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran
infeksi.
Radang sendiri dibagi menjadi 2, yaitu:
1.    Inflamasi non imunologis : tidak melibatkan system imun (tidak ada reaksi alergi)
misalnya karena luka, cederafisik, dsb.
2.    Inflamasi imunologis : Melibatkan system imun, terjadi reaksi antigen-antibodi.
Misalnya pada asma.
Prostaglandin merupakan mediator pada inflamasi yang menyebabkan kita merasa
perih, nyeri, dan panas. Prostaglandin dapat menjadi salah satu donator penyebab
nyeri kepala primer.
Di membrane sel terdapat phosphatidylcholine dan phosphatidylinositol.  Saat terjadi
luka, membrane tersebut akan terkena dampaknya juga. Phosphatidylcholine dan
phosphatidylinositol diubah menjadi asam arakidonat.  Asam arakidonat nantinya
bercabang menjadi dua yaitu jalur siklooksigenasi (COX) dan jalur lipooksigenase.
Pada jalur COX ini terbentuk prostaglandin dan thromboxanes. Sedangkan pada jalur
lipooksigenase terbentuk leukotriene.
1.     Prostaglandin sebagai mediator inflamasi dan nyeri. Juga menyebabkan vasodilatasi
dan edema (pembengkakan).
2.     Thromboxane menyebabkan vasokonstriksi dan agregasi (penggumpalan) platelet.
1
3.     Leukotriene menyebabkan vasokontriksi, bronkokonstriksi.

Radang mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap infeksi :


1. Memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk
meningkatkan performa makrofaga.
2. Menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi.
3.  Mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.
Respon peradangan dapat dikenali dari rasa sakit, kulit lebam, demam, dll.yang
disebabkan karena terjadi perubahan pada pembuluh darah di area infeksi :
1.    Pembesaran diameter pembuluh darah, disertai peningkatan aliran darah di daerah
infeksi. Hal ini dapat menyebabkan kulit tampak lebam kemerahan dan penurunan
tekanan darah terutama pada pembuluh kecil.
2.    Aktivasi molekul adhesi untuk merekatkan endothelia dengan pembuluh darah.
3.   Kombinasi dari turunnya tekanan darah dan aktivasi molekul adhesi, akan
memungkinkan sel darah putih bermigrasi ke endothelium dan masuk ke
dalam jaringan. Proses ini dikenal sebagai ekstravasasi.
Bagian tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut :
1.     Tumor atau membengkak
2.     Calor atau menghangat
3.     Dolor atau nyeri
4.     Rubor atau memerah
5.     Functiolaesa atau daya pergerakan menurun, dan kemungkinan disfungsi organ

Anti inflamasi adalah obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan


bukan karena mikroorganisme (non infeksi). Gejala inflamasi dapat
disertai dengan gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu.
Proses inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler, meningkatnya permeabilitas
vaskuler dan migrasi leukosit ke jaringan radang, dengan gejala panas, kemerahan,
bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Mediator yang dilepaskan antara lain
histamin, bradikinin, leukotrin, prostaglandin dan PAF.
Agen yang dapat menyebabkan cedera pada jaringan, yang kemudian diikuti
oleh radang adalah kuman (mikroorganisme), benda (pisau, peluru, dsb.), suhu
(panas atau dingin), berbagai jenis sinar (sinar X atau sinar ultraviolet), listrik, zat-zat
kimia, dan lain-lain. Cedera radang yang ditimbulkan oleh berbagai agen ini
menunjukkan proses yang mempunyai pokok-pokok yang sama, yaitu terjadi cedera
jaringan berupa degenerasi (kemunduran) atau nekrosis (kematian) jaringan,
pelebaran kapiler yang disertai oleh cedera dinding kapiler, terkumpulnya cairan dan
sel (cairan plasma, sel darah, dan sel jaringan) pada tempat radang yang disertai oleh
proliferasi sel jaringan makrofag dan fibroblas, terjadinya proses fagositosis, dan
terjadinya perubahan-perubahan imunologik

2
Obat topikal adalah obat yang diberikan melalui kulit dan membran mukosa
pada prinsipnya menimbulkan efek lokal. Pemberian topical dilakukan dengan
mengoleskannya di suatu daerah kulit, memasang balutan lembab, merendam bagian
tubuh dengan larutan, atau menyediakan air mandi yang dicampur obat.
Selain dikemas dalam bentuk untuk diminum atau diinjeksikan, berbagai jenis
obat dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion, liniment, pasta dan bubuk yang
biasanya dipakai untuk pengobatan gangguan dermatologis misalnya gatal-gatal ,
kulit kering, infeksi dan lain-lain. Obat topical juga dikemas dalam bentuk obat tetes
(instilasi) yang dipakai untuk tetes mata, telinga, atau hidung serta dalam bentuk
untuk irigasi baik mata, telinga, hidung, vagina, maupun rectum. Dalam memberikan
pengobatan kita sebagai perawat harus mengingat dan memahami prinsip enam benar
agar kita dapat terhindar dari kesalahan dalam memberikan obat, namun ada baiknya
kita mengetahui peran masing-masing profesi yang terkait dengan upaya pengobatan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Anti nyeri topikal?
2. Apa mekanisme kerja secara sederhana dari dari obat-obat anti nyeri sendi?
3. Apa contoh dari obat anti nyeri topikal?
4. Apa indikasi dan efek samping dari obat anti nyeri topikal?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari obat anti nyeri topikal.
2. Untuk mengetahui mekanisme kerja secara sederhana dari obat anti nyeri
sendi.
3. Untuk mengetahui contoh obat Osteoarthritis.
4. Untuk menegtahui indikasi dan efek samping obat -obat anti nyeri topikal.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. KASUS ANTI NYERI TOPIKAL

“Pengobatan Mengenai Nyeri Pinggang Pada Lansia Dikarenakan Sering Duduk


Terlalu Lama ”
Di suatu puskesmas di kecamatan Sukajadi terdapat banyak kasus mengenai lansia
yang sering mengalami nyeri baik nyeri sendi, nyeri lutut, nyeri pinggang dan lain-
lain. Yang merupakan penyakit yang biasa terjadi pada usia diatas 45 tahun dan
terutama sering terjadi pada lansia. Salah satu diantaranya yaitu Ibu Heli umur na
67 tahun yang berfrofesi sebagai penjahit di desa Sukajadi tersebut yang
mengeluhkan sering nyeri pinggang dikarenakan suka duduk terlalu lama akibat
menjahit tadi. Dan juga kurang mengkonsumi air putih juga menjadi penyebab ibu
Heli sering nyeri pinggang. Dan faktor lainnya yaitu seperti usia, makanan yang
dimakan, kurangnya aktifitas olahraga dan juga gaya hidup bisa menjadi penyebab
nyeri otot, nyeri sendi dan juga nyeri pinggang tersebut.
B. DEFINISI
Osteoarthritis merupakan penyakit yang berkembang dengan lambat, biasa
mempengaruhi sendi diartrodial perofer dan rangka aksial. Penyakit ini ditandai
dengan kerusakan dan hilangnya kartilago artikukar yang berakhibat pada
pembentukan osteofit, rasa sakit, pergerakan yang terbatas, deformitas, dan
ketidakmampuan. Inflamasi dapat terjadi atau tidak pada sendi yang dipengaruhi
(Elin dkk, 2008).
1. Epidemiologi
Insiden dan prevalensi osteoarthritis bervariasi pada masing-masing
negara, tetapi data pada berbagai negara menunjukkan bahwa athritis jenis ini
adalah yang paling banyak ditemui, terutama pada kelompok usia dewasa dan
lanjut usia. Prevalensinya meningkat sesuai pertambahan usia (Bethesda,
2013).
Prevalensi meningkat dengan meningkatnya usia dan pada data radiografi
menunjukkan bahwa osteoarthritis terjadi pada sebagian besar usia lebih dari
65 tahun, dan pada hampir setiap orang pada usia 75 tahun (Hansen & Elliot,
2005). Osteoarthritis ditandai dengan terjadinya nyeri pada sendi, terutamanya
pada saat bergerak (Priyanto, 2008).
2. Patogenesis

4
Berdasarkan penyebabnya, osteoarthritis dibedakan menjadi dua yaitu
osteoarthritis primer dan osteoarthritis sekunder. Osetoarthritis primer atau
dapat disebut osteoarthritis idiopatik, yang tidak memilik penyebab yang pasti
(tidak diketahui) dan tidak disebabkan oleh penyakit sistematik maupun
proses perubahan lokal sendi. Osteoarthritis sekunder terjadi disebebabkan
oleh inflamasi, kelainan sistem endokrin, metabolit, pertumbuhan, faktor
keturunan (herediter), dan immobilisasi yang terlalu lama. Kasus osteoarthritis
primer lebih sering dijumpai pada praktek sehari-hari dibandingkan dengan
osteoarthritis sekunder ( Soeroso dkk, 2006).
Selama ini osteoarthritis sering dipandang sebagai akibat dari proses
penuaan dan tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa osteoarthritis
merupakan gangguan keseimbangan dari metabolise kartilago dengan
kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum jelas diketahui (Soeroso
dkk, 2006). Kerusakan tersebut dapat diawali oleh kegagalan mekanisme lain
sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera (Felson, 2008).
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi, yaitu
kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang dasarnya.
Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak
(range of motion) sendi (Felson, 2008).
Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antara kertilago pada
permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat
gesekan. Protein yang disebut dengan lubrican merupakan protein pada cairan
sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan
apabila terjadi cidera dan peradangan pada sendi (Felson, 2008).
Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu
mekanoreseptor yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik
yang dikirimkan memungkinkan otot dan tendon mampu memberikan
tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi sedang bergerak
(Felson, 2008).
3. Faktor Resiko
Resiko terkena osteoarthritis juga dapat berubah dari waktu ke waktu
tergantung pada usia dan gaya hidup seseorang. Terdapat beberapa faktor
resiko yang dapat dilihat pada pasien osteoarthritis secara umum seperti
berikut : (Anonim, 2006) :
5
1). Usia
Prevalensi dan keparahan osteoarthritis meningkat sering dengan
bertambahnya usia seseorang. Semakin meningkat usia seseorang, semakin
bertambah rasa nyeri dan keluhan pada sendi.
2). Berat badan
Semakin tinggi berat badan seseorang, semakin besar kemungkinan
seseorang untuk menderita osteoarthritis. Hal ini adalah disebabkan karena
seiring dengan bertambahnya berat badan seseorang, beban yang akan
diterima oleh sendi pada tubuh makin besar. Beban yang diterima oleh
sendi akan memberikan tekanan pada bagian sendi yang berpengaruh,
contohnya pada bagian lutut dan pinggul.
3). Trauma
Trauma pada sendi atau penggunaan sendi secara berlebihan. Atlet dan
orang-orang yang memiliki pekerjaan yang memerlukan gerakan berulang
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena osteoarthritis karena
mengalami cidera dan peningkatan tekanan pada sendi tertentu. Selain itu,
terjadi juga pada sendi dimana tulang telah retak dan telah dilakukan
pembedahan.
4). Genetika
Genetika memainkan peranan dalam perkembangan osteoarthritis.
Kelainan warisan tulang mempengaruhi bentuk dan stabilitas sendi dapat
menyebabkan osteoarthritis. Nodus Herberden adalah 10 kali lebih banyak
terjadi pada wanita dibanding laki-laki, dengan risiko dua kali lipat jika ibu
kepada wanita itu mengalami osteoarthritis (Hansen & Elliot, 2005).
Nodus Herberden dan Nodus Bouchard terjadi pada bagian sendi pada
tangan.
5). Kelemahan pada otot
Kelemahan pada otot-otot sekeliling sendi dapat menyebabkan terjadinya
osteoarthritis. Kelemahan otot dapat berkurang disebabkan oleh faktor
usia, inaktivasi akibat nyeri atau karena adanya peradangan pada sendi.
6). Nutrisi
Metabolisme normal dari tulang tergantung pada adanya vitamin D. Kadar
vitamin D yang rendah di jaringan dapat mengganggu kemampuan tulang
untuk merespons secara optimal proses terjadinya osteoarthritis dan akan
6
mempengaruhi perkembangannya. Kemungkinan vitamin D mempunyai
efek langsung terhadap kondrosit di kartilago yang mengalami
osteoarthritis, yang terbukti membentuk kembali reseptor vitamin D.

C. MEKANISME KERJA SEDERHANA OSTEOARTHRITIS/ NYERI


SENDI
Osteoarthritis terjadi karena degradasi pada rawan sendi, remodelling tulang,
dan inflamasi. Terdapat 4 fase penting dalam proses pembentukan osteoarthritis
yaitu fase inisiasi, fase inflamasi, nyeri, dan fase degradasi.
 Fase inisiasi : Ketika terjadi degradasi pada rawan sendi, rawan sendi
berupaya melakukan perbaikan sendiri dimana khondrosit mengalami
replikasi dan memproduksi matriks baru. Fase ini dipengaruhi oleh faktor
pertumbuhan suatu polipeptida yang mengontrol poliferasi sel dan
membantu komunikasi antar sel, faktor tersebut seperti Insuline-like
growth factor (IGF-1), growth hormon, transforming growth factor n
(TGF-b) dan coloni stimulating factors (CSFs). Factor – factor ini
mengindikasi khondrosit untuk mensintesis asam deoksikarbo nukleat
(DNA) dan protein sepertikolagen dan proteoglikan. IGF-1 memegang
peranan penting dalam perbaikan rawan sendi.
 Fase inflamasi : Pada fase inflamasi sel menjadi kurang sensitif terhadap
IGF-1 sehingga meningkatkan pro-inflamasi sitokin dan jumlah leukosit
yang mempengaruhi sendi. IL-1 (Inter Leukin-1) dan tumor nekrosis
faktor-α (TNF-α) mengaktifasi enzim degradasi seperti collagenase dan
gelatinase untuk membuat produk inflamasi pada osteoarthritis. Produk
inflamasi memiliki dampak negatif pada jaringan sendi, khususnya pada
kartilago sendi, dan menghasilkan kerusakan sendi.
 Fase nyeri : Pada fase ini terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik
dan penurunan aktifitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan penumpukan
trombus dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral sehingga
menyebabkan terjadinya iskemik dan nekrosis jaringan. Hal ini
mengakhibatkan lepasnya mediator kimia seperti prostaglandin dan
interleukin yang dapat menghantarkan rasa nyeri. Rasa nyeri juga akhibat
lepasnya mediator kimia seperti kinin yang dapat menyebabkan

7
peregangan tendon, ligamen seperti spasme otot-otot. Nyeri juga di
akhibatkan oleh adanya osteofit yang menenkan periosteum dan radiks
saraf yang berasal dari medula spinalis serta kenaikan tekanan vena
intramedular akhibat statis vena pada proses remodelling trabekula dan
subkondrial.
 Fase degradasi : IL-1 mempunyai efek multipel pada sel cairan sendi yaitu
meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi. Peran
makrofag didalam cairan sendi juga bermanfaat yaitu apabila terjadi jejas
mekanik, material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs akan
memproduksi sitokin aktifator plasminogen (PA). Sitokin ini akan
merangsang kondrosit untuk memproduksi CSFs. Sitokin ini juga
mempercepat resorpi matriks rawan sendi.
Faktor pertumbuhan dan sitokin membawa pengaruh yang berlawanan
selama perkembangan osteoarthrits. Sitokin cenderung merangsang
degredasi komponen matriks rawan sendi sedangkan faktor pertumbuhan
merangsang sintesis (Sudoyo et. al, 2007).

D. PEMBAHASAN MENGENAI KASUS

Pada kasus tersebut bahwa Ibu Heli merasakan nyeri dibagian punggungnya
dikarenakan duduk yang terlalu lama atau mungkin salah duduk. Hal ini merupakan
disebabkan karena ibu tersebut sangat fokus dengan pekerjaannya sehingga sendi
atau tulangnya mulai menegang dan kaku timbulah nyeri yang dirasakan, akibatnya
karena kurang meminum air putih, karena dalam sehari kita harus meminum air
putih sebanyak maksimal delapan air gelas. Nyeri pinggang juga dapat terjadi
karena faktor usia dan gaya hidup sehatnya.
Cara termudah mengatasi sakit pinggang karena terlalu lama duduk pastinya
dengan tidak duduk berlama-lama. Kalau merasa sudah terlalu lama duduk,
sebaiknya berdiri dan berjalanlah sebentar untuk meregangkan otot dan cukup
membutuhkan waktu 5 menit untuk melakukannya sebelum kembali duduk dan
bekerja. Lalu jangan duduk dalam satu posisi saja. Ubah posisi duduk kira-kira
setiap 30 menit sekali. Pasalnya, duduk dalam posisi yang sama dalam waktu lama
bisa memicu terjadinya otot pinggang menjadi kaku, sehingga bisa lebih mudah
mengalami sakit pinggang. Jangan lupa berolahraga agar berat badan tetap terjaga.
Berat badan berlebih juga tentu akan membuat tekanan tubuh bertambah, sehingga
sakit pinggang akan lebih rentan menyerang. Olahraga yang dilakukan untuk lansia
dengan berjalan kaki setiap hari selama 30 menit saja cukup, 

8
Lalu untuk meredakan nyeri pinggang yang terjadi dapat diberikan pilihan
obat topikal sebagai berikut :
E. CONTOH OBAT ANTI NYERI TOPIKAL

Tabel mengenai obat-obat anti nyeri topikal


Nama Obat Zat aktif dan Gol Indikasi Aturan Cara
Sediaan obat Pakai/cara Penyimpan
penggunaa an
n

1. Kaltrofen Ketoprofen 2.5 % Keras Trauma ringan Dioleskan Disimpan di


gel terutama cedera tipis-tipis tempat
olahraga, terkilir, pada area sejuk dan
nyeri endi/otot, yang kering
memar dan sakit/bengk terlindung
bengkak ak/memar dari cahaya
matahari.

2. HOT IN Diclofenak Bebas Peradangan akibat Dioleskan Simpan di


DCL diethylamine 11,6 terbatas trauma pada tipis-tipis suhu
mg setara dengan tendon, otot dan pada area ruangan,
diclofenak sendi yang yang jauh dari
sodium 10 mg. disebabkan karena sakit/bengk panas dan
keseleo, terkilir dan ak/memar cahaya
memar. matahari
langsung.

3.Counterpain Tetrahidrozolin Bebas Untuk membantu


Patch Hot Hcl 0.05%, terbatas meredakan nyeri
polietilen gliko otot dan nyeri sendi
400 1%, asam pada bahu, leher,
borat, na pinggang, lutut dan
borat,Nacl, siku
benzalkonium
klorid
0,013%,dinatrium
edetat 0,1.%

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Nyeri adalah sesuatu hal yang normal, yang bisa dialami siapa saja. Rasa sakit
atau nyeri melibatkan interaksi yang rumit antara saraf sensorik, saraf tulang belakang,
dan otak Anda. Nyeri bisa saja Anda rasakan ketika Anda terkena sengatan lebah, patah
tulang, cedera saat olahraga, hingga disebabkan oleh penyakit tertentu.

Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa
pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan
lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun (Smeltzer, 2001).

Nyeri bisa dialami oleh setiap orang, dan hal ini bisa saja mengganggu aktivitas
Anda sehari-hari. Dengan mengetahui jenis-jenis nyeri, diharapkan Anda bisa
mendapatkan pengobatan yang tepat berdasarkan jenis nyeri tersebut dan penyebabnya.

Obat dengan sediaan topikal adalah salah satu pengobatan yang dapat dilakukan
dirumah untuk mengatasi nyeri sendi. Mekanisme kerja sediaan topikal berupa difusi
pasif menembus lapisan kulit. Terdapat berbagai bentuk sediaan topikal seperti : cairan,
bedak, salep, krim, bedak kocok, pasta, dan pasta pendingin. Cara pakai sediaan topikal
pada umumnya dioleskan pada permukaan kulit dan dengan penambahan cara lain
seperti ditekan, digosok, kompres dan oklusi.

B. SARAN
Dengan beberapa uraian tentang anti nyeri, mekanisme kerja anti nyeri, contoh
obat anti nyeri, indikasi, dan efek samping dari obat anti nyeri topikal diharapkan dapat
menambah wawasan bagi pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Tjay,Hoan,Tan, dkk. 2007.Obat-Obat Penting Khasiat,Penggunaan, dan Efek-Efek


Sampingnya.Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Staf Pengajar Departemen Farmakologi.2004. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Andyana, I.K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J.I., Sunandar, E.Y., dkk. 2008. ISO
Farmakoterapi. PT ISFI Penerbitan : Jakarta.
Isbagio H, Setiyohadi B. Masalah dan Penanganan Osteoartritis Sendi Lutut. Cermin
dunia Kedokteran 1995 Okt;104;8-10
Soeroso S, Ishbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoarthritis. In: Sudoyo
AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2006.p. 1995-1201.

11

Anda mungkin juga menyukai