Anda di halaman 1dari 7

Titrasi Bromometri adalah suatu cara penetapan kadar dengan menggunakan larutan brom atau

dengan brom yang dihasilkan oleh larutan KBrO3 dengan KBr dalam suasana asam.

Reaksi yang mungkin terjadi pada titrasi bromometri adalah reaksi substitusi, reaksi adisi, dan
reaksi redoks. Reaksi substitusi terjadi apabila molekul brom tersubstitusi pada suatu zat,
menggantikan atom H. Reaksi adisi terjadi apabila ada pemutusan atau penjenuhan ikatan
rangkap pada suatu molekul karena terikat oleh brom. Reaksi redoks terjadi karena sifat brom
sebagai oksidator yang akan mengalami reduksi. Reaksi substitusi sering terjadi pada fenol dan
turunannya seperti nipagin dan nipasol, serta pada amin aromatis dan turunannya. Reaksi adisi
terjadi pada zat yang banyak memiliki ikatan rangkap seperti barbital, minnyak lemak, kofein,
antipirin, dll. Reaksi redoks umumnya terjadi pada vitamin C dan INH.

Titrasi secara bromometri memiliki dua cara, yaitu cara langsung dan tidak langsung. Titrasi
secara langsung berlangsung dalam suasana asam dengan prinsip KBrO 3 dalam suasana asam
akan bersifat sebagai oksidator sehingga dapat bereaksi langsung dengan zat.

Reaksi oksidasi yang terjadi :

BrO3- + 6H + + 6e → Br- + 3H2O ( 1 grol = 6 grek)

Setelah semua zat bereaksi dengan KBrO3, BrO3- yang berlebih pada titik akhir titrasi akan

mengoksidasi Br menjadi Br2 bebas yang membuat larutan berwarna kuning. Dapat pula
digunakan indikator untuk memudahkan pengamatan.

Indikator yang dapat digunakan dalam titrasi bromometeri terbagi menjadi indikator yang bersifat
reversibel dan irreversible. Indikator bersifat irreversible karena dapat teroksidasi oleh brom
(Br2). Contohnya indikator metil merah, metil jingga, fuchsin, dll. Indikator yang bersifat
reversibel apabila brom mensubstitusi, bukan mengoksidasi. Contoh indikatornya adalah
quinolin kuning.

Titrasi tidak langsung adalah titrasi dengan menggunakan brom yang dihasilkan oleh KBrO 3 dan
KBr dalam suasana asam, kelebihannya dinyatakan secara langsung dengan indikator metil
merah atau secara tidak langsung, dengan cara iodometri, yaitu dengan menitrasi jumlah I 2 yang
dilepaskan karena pengaruh oksidasi dengan Br2 .
2BrO3- + 10Br- + 12H+ → 6Br2 + 6H2O

Kelebihan Br2 yang ditentukan secara iodometri dilakukan dengan cara menambahkan KI ke
dalam larutan. I2 yang terbentuk dititrasi dengan tiosulfat dengan indikator larutan kanji.

Br2 + I - → Br- + I2

I2 + 2S2O3 = → 2I - + S4O6

Keuntungan bromometri langsung adalah sisa brom yang terjadi tidak banyak sehingga dapat
menghindari brominasi berlebihan dan oksidasi yang tidak diizinkan. Selain itu juga mengurangi
jumlah brom yang hilang karena penguapan. Kekurangannya adalah adanya kemungkinan tidak
sempurnanya reaksi brominasi yang terjadi dan tidak jelasnya pengamatan titik akhir titrasi.
Selain itu, titrasinya berjalan lambat dan tidak semua zat dapat titrasi langsung dengan KBrO3.

Keuntungan bromoteri tidak langsung adalah titik akhir titrasi terlihat jelas, reaksi berlangsung
cepat, dan hampir semua zat dapat dititrasi dengan cara ini. Kekurangannya adalah banyak brom
yang berlebih sehingga penguapannya juga lebih besar dan kemungkinan terbentuknya zat lain
akibat oksidasi brom berlebih juga besar.

Dalam melakukan titrasi bromometri, faktor – faktor berikut perlu diperhatikan.

1. Keasaman suasana titrasi. Jika kurang asam pembentukan brom kurang sempurna, tetapi
jika terlalu asam akan memperlambat reaksi brominasi karena brom yang terbentuk
berbentuk Br- dan suhu titrasi tidak boleh terlalu tinggi untuk mencegah penguapan brom
atau iodium berlebih.
2. Lamanya brominasi. Lamanya harus tepat untuk tiap – tiap zat karena jika terlalu lama
akan terbentuk derivate lain yang tidak diinginkan dan jika terlalu sebentar maka
reaksinya belum sempurna.
3. Jumlah brom yang diberikan tidak boleh terlalu banyak atau terlalu sedikit.
4. Harus dihindari penguapan brom dan pengaruh sinar matahari.
5. Jika terbentuk derivate brom yang lain, dapat ditambahkan pelarut yang sesuai.
ALAT DAN BAHAN
Alat :
- Labu Erlenmeyer
- Buret makro
- Buret mikro
- Pipet volume
- Pipet tetes
- Beaker glass
- Gelas ukur
- Statif
- Klem buret
- Plastic dan karet gelang
- Timbangan analitik
- Heater
Bahan :
- Larutan Na2S203 0,1 N
- KIO3 p.a.
- Larutan KI 10% dan 16,5% (LP)
- Asam sulfat 2N
- Larutan kanji
- NaOH 1 N
- KBr
- HCL (P)
- Aquadest
- Sampel nipasol

CARA KERJA
Pembakuan Larutan Na2S2O3 0,1 N dengan KIO3

a. Keringkan KIO3 proanalisis pada 1200 selama 1jam dan dinginkan dalam bejana tertutup
dalam desikator
b. Timbang ± 60 mg KIO3 yang sudah dikeringkan, larutkan dalam ± 10 ml air dalam labu
Erlenmeyer
c. Tambahkan 5 ml larutan KI 10% bebas iodat, tambahkan kurang lebih 2 ml asam sulfat 2 N.
tutup labu dengan plastic dan ikat rapat
d. Titrasi dengan Na2 S2O3 sambil terus dikocok sampai timbul warna kuning muda pucat
e. Tambahkan 1-2 ml larutan kanji. Akan timbul warna ungu
f. Segera semprot ruangan dalam labu tersebut dengan air, lalu tutp kembali dengan plastic
g. Titrasi kembali sampai warna biru larutan tepat hilang, catat volume Na2S2O3 yang
digunakan

Pembuatan larutan Na2S2O3 0,1 N


Larutkan 26 gram natriun tiosulfat P dan 200 mg natrium karbonat P dalam air bebas CO2 P segar
secukupnya hingga 1000,0 ml

Pembuatan KBrO3 0,1 N


Larutkan 2,784 gram kalium bromat P (KBrO3) dalam air hingga 1000,0 ml

Pembuatan larutan KI P dan KI 10%


Larutan KI P : Larutkan 16,5 gram KI P dalam air hingga 100 ml (16,5%)
Larutan KI 10% : Larutkan 10,0 KI P dalam air hingga 100 ml
ASAM SALISILAT
D.C Garrat hlm 558
Campur 30-35 mg asam salisilat dengan 25 ml larutan kalium bromat ( mengandung 15 g kalium
brumat per liter) dan 5 ml asam klorida padat, diamkan ditempat gelap selama 30 menit, tambah
kalium iodida berlebih, titrasi dengan larutan thiosulfat 0,1 N.
1 ml 0,1 N bromine ~ 0,002302 g C7H6O3

KBrO3 + 5KBr + 6HCl ❑ 3Br2 + KCl + 3H2O
SULFANILAMIDA
NP VI hlm. 555-556
Timbang seksama 200 mg, tambahkan 25 ml HCl encer, 200ml air, 1 g kalium bromida, dan 25,0
ml kalium bromat 0,2 N, diamkan 5 menit, tambahkan 5ml kalium iodida 20%. Titrasi dengan
larutan natrium thiosulfat 0,2 N .
1 ml KBrO3 0,2 N 8,60 mg C6H8N2O2S
5KBr + KBrO3 + 6HCl → 3Br2 + 6KCl + 3H2O

SULFASETAMIDA

Pharmaceutical Zeitung
Larutkan kurang lebih 0,19 g zat dalam HCl 25% dan 10 ml asam asetat 90% dalam labu 100 ml
tertutup, tambahkan 1 g KBr dan 25,0 ml larutan KBrO3 0,1 N, kocok, diamkan 2 menit ditempat
gelap, tambahkan KI 0,5 g , titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N menggunakan indikator kanji.
5KBr + KBrO3 + 6HCl → 3Br2 + 6 KCl + 3H2O
ISONIAZID (INH)
Bromometri
FI II hlm 303-304
Kurang lebih 50 mg yang ditimbang sesama dilarutkan dalam 50 ml air dalam labu takar.
Tambahkam 25 ml KBrO3 0,1 N; 2,5 gram kalium bromide P dan 10 ml asam klorida P, biarkan
selama 15 menit. Tambahkan hati-hati larutan 1 g KI P dalam 5 ml air. Titrasi dengan larutan
natriun tiosulfat 0,1 N menggunakan indikator kanji LP.
Tiap ml KBrO3 0,1 N setara dengan 3,429 mg C6H7N3O

FI I hlm 190-191
Larutkan kira-kira 0,05 gr yang telah ditimbang seksama dalam 50 ml air dalam labu takar.
Tambahkam 25 ml KBrO3 0,1 N; 2,5 gram kalium bromide P dan 10 ml asam klorida P, biarkan
selama 15 menit. Tambahkan hati-hati larutan 1 g KI P dalam 5 ml air. Dan titrasi dengan
Na2S2O3 0,1 N dengan indikator kanji LP.

Tiap ml KBrO3 setara dengan 0,003429 g C6H7N3O

Anda mungkin juga menyukai