Anda di halaman 1dari 16

KIMIA FARMASI I

“ANTIBIOTIK 1 (BETA-LAKTAM, MAKROLIDA)”

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Anggota Kelompok :

1. Adhella Vianka Yudhistiarani (PO.71.39.1.18.001)


2. Bella Mayasari (PO.71.39.1.18.003)
3. Debby Putri Milenia (PO.71.39.1.18.005)
4. Dinda Puspita (PO.71.39.1.18.007)
5. Ellen Angelina (PO.71.39.1.18.009)

Kelas : Reguler 2A

Dosen Pembimbing : Dra. Sarmalina Simamora, Apt, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

JURUSAN FARMASI

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikro-organisme hidup
terutama fungidan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau
menghambat pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (Tjay, 1978).Kegiatan antibiotika untuk
pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr.Alexander Flemming pada
tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru diperkembangkandan
dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford). Kemudian
banyak zat laindengan khasita antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di
seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa
saja yang dapat digunakan sebagai obat (Tjay,1978).

Antibiotika (bahasa latin, anti = lawan bios = hidup) adalah zat-zat kimia
yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau
menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif
kecil. Turunan zat-zat ini dibuat secara semi-sintetis. Kegiatan antibiotis pertama
kali ditemukan secara kebetulan oleh dr. Alexander Fleming (inngris, 1928,
penisilin). Tetapi peneuan ini baru dikembangkan dan dikembangkan pada
permulaan Perang Dunia II di tahun 1941, ketika obat-obat antibakteri sangat
diperlukan untuk menanggulangi infeksi dari luka-luka akibat pertempuran.

Kemudian, para para peneliti diseluruh dunia menghasilkan banyka zat


lain dengan khasiat antibiotis. Tetapi berhubung dengan sifat toksisnya bagi
manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan sebagai obat. Yang
terpenting diantaranya adalah streptomisin(1944), kloramfenicol(1947), tetrasiklin
(1948), neomisin (1949), eritromisin (1952), vankomisin (1955), rifamisin (1960),
gentamisin (1963), bleomisin (1965), doksorubisin (1969), minosiklin (192), dan
tobramisin (1974).

Secara umum antibiotika terbagi atas (Raharja, 2002) :

1. Penisilin
Penisilin-G dan turunannya bersifat bakterisid terhadap terutama kuman
Gram-positif(khususnya Cocci) dan hanya beberapa kuman Gram-negatif.
Contohnya : Benzilpenisilin,Fenoksimetilpenisilin Kloksasilin, Asam
Klavulanat, Ampisilin.
2. Sefalosporin
Spektrum kerjanya luas dan meliputi banyak kuman Gram-positif dan Gram-
negatif termasuk Escherichia coli. Berkhasiat bakterisid dalam fase
pembunuhan kuman, berdasarkan penghambatan sintesa peptidoglikan yang
diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya. Contohnya : Sefaleksin,
Sefamandol, Sefouroksin, Sefotaksim, Seftazidim, Aztreonam.
3. Aminoglikosida
Aktivitasnya bakterisid, berdasarkan dayanya untuk mempenetrasi dinding
bakteri dan mengikatdiri pada ribosom di dalam sel. Proses translasi (RNA
dan DNA) diganggu sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan. Efek ini
tidak saja terjadi pada fase pertumbuhan juga bila kuman tidakmembelah diri.
Contohnya : Streptomisin, Gentamisin, Amiksin, Neomisin Paromomisin..
4. Tetrasiklin
Mekanisme kerja berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Spectrum
kerjanya luas danmeliputi banyak cocci Gram-positif dan Gram-negatif serta
kebanyakan bacilli, kecuali pseudomonas dan proteus. Contohnya :
Tetrasiklin, Doksisiklin,
5. Makrolida dan linkomisin
Eritromisin bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri Gram-positif, dan
spectrum kerjanyamirip penisilin-G. Mekanisme kerjanya melalui pengikatan
reversible pada ribosom kuman,sehingga sintesis proteinnya dirintangi.
Contohnya : Eritromisin, Azitromisin, Spiramisin,Linkomisin.
6. Polipeptida
Khasiatnya adalah bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya dan
kemampuannya untukmelekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga
permeabilitas sel meningkat dan akhirnyasel meletus. Contohnya : Polimiksin
B, Basitrasin, Gramsidin.
7. Antibiotika lainnya
Khasiatnya bersifat bakteriostatis terhadap enterobacter dan Staphylococcus
aureus berdasarkan perintangan sintesa polipeptida kuman. Contohnya :
Kloramfenikol,Vankomisi,Asam fusidat, Mupirosin, Spektinomisin

 Antibiotika Semisintetis

Apabila pada persemaian (culture substrate) dibubuhi zat-zat pelopor tertentu,


maka zat-zat ini diinkoporasi kedalam antibiotikumdasarnya. Hasilnya disebut
senyawa semi sintesis

 Antibiotika Sintesis

Tidak lagi dibuat secara biosintesis, melainkan seluruhnya melalui sintesa


kimiawi.
B. Mekanisme Kerja Antibiotik

Cara kerjanya yang terpenting adalah perintang sintesa protein, sehingga kuman
musnah atau tidak berkembang lagi. Selain itu beberapa antibiotika bekerja
terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosporin) atau memberan sel (polimiksin,
zat-zat polyen dan imidazol) lihat pendahuluan seksi II.

C. Penggunaan

Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau
juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Secara profilaktif
juga diberikan pada pasien dengan sendi dan klep jantung butatan dan juga
sebelum cabut gigi.

Penggunaan penting non-terapieutis adalah sebagai perangsang pertumbuhan


dalam perternakan sapi, babi dan ayam. Diperkirakan bahwa antibiotik bekerja
setempat didalam usus dengan menstabilisir floranya hewan tersebut. Kuman-
kuman yang merugikan dikurangi jumlah dan aktivitasnya sehingga zat-zat gizi
dapat dipergunakan lebih baik. Pertumbuhan dapat distimulasi dengan rata-rata
10%.
BAB II

JENIS – JENIS SENYAWA

A. Beta Laktam

1. Penisilin

Penisillin diperoleh dari jamur Penicillium Chrysogenum, dari berbagai


jenis yang dihasilkan perbedaannya hanya terletak pada gugusan samping
R saja.
1) Flukloksasilin (FI ed IV Hal. 383)
Sediaan :
 Pemerian : serbuk putih atau hampir putih, higroskopik
 Kelarutan : larut dalam 1 bagian air, dalam 2 bagian metanol,
dalam 8 bagian etanol 96% dan dalam 8 bagian aseton
 Khasiat : antibiotikum
2) Ampicillinum (FI ed IV Hal. 103)
Sediaan : 250 mg/tab, 500 mg/tab, 125 mg/5 ml
 Pemerian : serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau
 Kelarutan : sukar larut dalam air dan dalam metanol, tidak
larut dalam benzena, dalam karbon tetraklorida dan dalam
kloroform
 Khasiat : antibiotikum
3) Amoksisilin (FI ed IV Hal. 95)
Seidaan : 250 mg, 500 mg, 125 mg/5 ml sirup, 250 mg/5 ml sirup forte
 Pemerian : serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau
 Kelarutan : sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut
dalam benzena, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform
 Khasiat : antibiotikum
4) Kloksasilin ((FI ed IV Hal. 250)
Sediaan : 250 mg, 500 mg, 1000 mg/inj
 Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau
 Kelarutan : mudah larut dalam air, larut dalam etanol, sukar
larut dalam khloroform.
 Khasiat : antibiotikum

2. Sefalosporin

Termasuk antibiotika beta laktam dengan struktur, kahsiat dan sifat yang
banyak mirip penisilin, tetapi dengan keuntungan-keuntungan sebagai
berikut :

 Spektrum antibakterinya : lebih luas tetapi tidak mencangkup


enterokoki dan kuman- kuman anaerob
 Resisten : terhadap penisilinase asala stafilokoki, tetapi tetap tidak
efektif terhadap stafilokoki yang resisten terhadap metisilin (MRSA)
 Penggolongan
a. Generasi ke-1
1) Sefaleksin ((FI ed IV Hal. 179)
Sediaan : 250 mg, 500 mg, 125 mg/5 ml
 Pemerian : serbuk hablur, putih sampai hablur putih
 Kelarutan : sukar larut dalam air, praktis tidak larut dalam
etanol, dalam kloroform dan dalam eter
 Khasiat : antibiotikum
2) Sefradin ((FI ed IV Hal. 183)
Sediaan :
 Pemerian : serbuk hablur, putih atau hampir putih
 Kelarutan : agak sukar larut dalam air, sangat sukar larut
dalam etanol dan dalam kloroform, praktis tidak larut dalam
eter.
 Khasiat :
3) Sefadroksil
Sediaan :
 Pemerian : Serbuk kristal putih, melebur pada suhu 197 C
 Kelarutan :Larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, kloroform
dan eter
 Khasiat :

b. Generasi ke-2
1) Sefaklor
Adalah derivat klor (1979) dari sefaleksin yang aktif terhadap
H. influenzae (tetapi tidak sekuat amoksisilin). Oleh karenanya zat
ini termasukdalam generasi-2 dan terutamadianjurkanpada infeksi
saluran napas dan pada radang rongga gendang (otitis
media),yangsering kali disebabkan oleh kuman tersebut.Dosis:oral
3 dd 250-500 mg a.c.
2) Sefamandol
Senyawa mandelat gen-2 (1977) dengan gugusan tetrazolyl-S
(cincin-5 dengan 4 atom-N). zat ini baru menjadi aktif setelah
dalam tubuh dihidrolisis menjadi sefamandol bebas. Digunakan
i.m dan i.v pada berbagai infeksi.
3) Sefmetazol
Untuk mengobati infeksi akibat E. coli, Klebsiella pneumoniae,
Proteus, dan Bacteroides
4) Sefuroksim
Sefalosporin generasi-2 ini (1977) berkhasiat terhadap kuman
Gram-positif dan sejumlah kuman Gram-negatif (H. influenza,
Proteus sp, dan Klebsiella). Sefuroksim terutama digunakan pada
infeksi sedang sampai agak berat dari saluran napas bagian atas
dan gonore dengan kuman yang memproduksi lactamase. Pada
pembedahan digunakan parenteral bersama metronidazole sebagai
profilaktikum terhadap infeksi oleh kuman anearob. Dosis: i.m/i.v
3 dd 0,75-1,5 g; gonore oral single dose 1000 mg.
c. Generasi ke-3
1) Sefoperazon
Sediaan :
 Pemerian : Serbuk hablur, putih hingga kuning pucat
 Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam metanol, agak
sukar larut dalam etanol mutlak, tidak larut dalam aseton
dalam etil asetat dan dalam eter
 Khasiat : Untuk mengatasi infeksi saluran napas atas dan
bawah; Infeksi saluran urin atas dan bawah.Infeksi peritonitis,
kolesistisis, kolangitis, dan infeksi intra abdomen lainnya;
Infeksi kulit dan jaringan lunak

2) Sefotaksim
Derivat thiazolyl (cincin-5 dengan atom N dan S) ini dari
generasi-3 (1980) memiliki sifat anti-laksamase kuat dan khasiat
anti-Pseudomonas sedang. Sefotaksim terutama digunakan pada
infeksi dengan kuman Gram-negatif, a.l. pada gonore i.m. single
dose 1g.
3) Seftizoksim
untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan bagian bawah,
infeksi saluran kemih, infeksi intraabdominal, infeksi kulit dan
jaringan, infeksi tulang dan sendi, septikemia dan
meningitis.Dosis: Dewasa secara intra vena atau intra muskular,
0,5-2 gram per hari terbagi dalam 2-4 dosis. Pada infeksi yang
berat atau berdasarkan umur dan keadaan dari pasien, dosis dapat
ditingkatkan menjadi 4 gram per hari. Anak ≥ 6 bulan, secara
intravena atau intramuskular, 40-80 mg/kg bb per hari terbagi
dalam 2-4 dosis. Pada infeksi yang berat dosis dapat ditingkatkan
menjadi 120 mg/kg bb per hari, dosis total tidak boleh melebihi
dosis untuk orang dewasa.
4) Seftriakson
Adalah juga derivate thiazolyl (1983) dari gen-3 dengan sifat anti-
laktamase dan anti-kuman Gram-negatif kuat, kecuali
Pseudomonas. Memiliki t1/2 lebih panjang daripada sefalosporin
lain, sehingga dapat diberikan satu kali sehari. Obat ini juga
digunakan pada gonore i.m single dose 250 mg.
5) Sefotiam
Untuk mengobatiinfeksi yang disebabkan oleh kuman yang peka
terhadap sefotiam yaitu Staphylococcus sp., Streptococcus sp.
(tidak untuk enterokokus), Streptokokus pneumoniae, Neisseria
gonorrhoeae, Branhamella catarrhalis, Eschrichia coli,
Citrobacter, Klebsiella sp.,Proteus mirabilis, dan Hemophilus
influenzae; faringolaringitis, bronkitis akut, tonsilitis, bronkitis
kronis, bronkietaksis (yang disertai dengan infeksi), infeksi
sekunder yang disebabkan oleh penyakit-penyakit pada saluran
pernafasan dan pneumonia, pielonefritis, sistitis, uretritis,
folikulitis, aknepustoloma, furunkel, furunkulosis, karbunkel,
erisipelas, selulitis, limfangitis (limfadenitis), felon, perionisia
supuratif (paronichia), abses subkutan, hidradenitis, infeksi
ateroma, abses perianal, mastitis, infeksi superfisial sekunder yang
disebabkan oleh trauma atau luka karena operasi, blefaritis,
hordeolum, dakriosistitis, tarsadenitis, ulkus korneal, otitis media,
dan sinusitis.
6) Sefiksim
Untuk mengobati infeksi saluran kemih ringan (uncomplicated)
yang disebabkan oleh Escherichia coli dan Proteus mirabilis, otitis
media disebabkan oleh Haemophilus influenza (strain beta-
laktamase positif dan negatif), Moraxella (Branhamella),
catarrhalis, pharingitis dan tonsillitis, bronkitis akut dan bronkitis
kronik dari eksaserbasi akut, pengobatan demam tifoid pada anak-
anak dengan multi resisten terhadap regimen standar.Dosis:
disesuaikan dengan umur, berat badan, kondisi pasien. Untuk
infeksi parah atau infeksi yang sulit disembuhkan (intractable)
dosis ditingkatkan sampai 200 mg dua kali sehari; demam tifoid
pada anak, 10–15 mg/kg bb/ hari selama 2 pekan.
7) Sefpodoksim
Untuk mengobati infeksi saluran napas tetapi penggunaan pada
faringitis dan tonsilitis, hanya yang kambuhan, infeksi kronis atau
resisten terhadap antibiotik lain. Dosis:infeksi saluran napas atas;
100 mg dua kali sehari bersama makanan (200 mg dua kali sehari
pada sinusitis). Infeksi saluran napas bawah (termasuk bronkitis
dan pneumonia) 100-200 mg dua kali sehari bersama makanan.
ANAK di bawah 15 hari tidak dianjurkan, 15 hari-16 bulan 8
mg/kg bb per hari terbagi dalam 2 dosis, 6 bulan-2 tahun 40 mg 2
kali sehari, 3-8 tahun 80 mg 2 kali sehari, di atas 9 tahun 100 mg 2
kali sehari.
8) Sefprozil
Mengobati infeksi saluran pernapasan atas, kulit dan infeksi
jaringan lunak. Dosis:500 mg sekali sehari, biasanya untuk 10
hari. ANAK 6 bulan-12 tahun 20 mg/kg bb (maksimum 500 mg)
sekali sehari. Eksaserbasi akut dari bronkitis kronik 500 mg setiap
12 jam, biasanya untuk 10 hari. Otitis media anak 6 bulan-12
tahun 20 mg/kg bb (maksimum 500 mg) setiap 12 jam.

d. Generasi ke-4
1) Sefepim
Adalah derivate thiazolyl (1993) yang juga sangat aktif
terhadap Pseudomonas. Lagi pula lebih tahan lactamase daripada
seftazidim dan sefsulodin, maka sering dinamakan generasi ke-4
(seperti juga sefpirom). Obat ini terutama digunakan pada infeksi
berat dengan kuman Gram-negatif. Dosis: i.m./i.v. 2 dd 1 g.
2) Sefpirom
Pemberian injeksi intravena atau infus. Untuk mengobati infeksi
saluran kemih atas dan bawah dengan komplikasi, infeksi kulit
dan jaringan lunak. Dosis:1 g tiap 12 jam, dapat naik sampai 2 g
tiap 12 jam pada infeksi sangat berat. Infeksi saluran napas
bawah: 1-2 g tiap 12 jam. Infeksi berat, termasuk bakteremia: 2 g
tiap 12 jam. Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 12 tahun.
B. Makrolida
1. Erythromicyn stearat
Sediaan : 250 mg dan 500 mg
 Pemerian : Serbuk hablur putih sampai agak kuning ; tidak berbau
 Kelarutan : Sukar larut dalam air ; larut dalam etanol; dalam
kloroform dan dalam eter
 Khasiat : antibiotikum
2. Azitromicyn
Sediaan : 500 mg
Azitromycin adalah suatu senyawa yang mempunyai cincin makrolida
lakton 15 atom, diturunkan dari erytromycin melalui penambahan
nitrogen termetilisasi kedalam cairan lakton. Diindikasikan untuk bakteri
yang peka. Infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak, penyakit
hubungan seksual, berkaitan dengan chlamydia trachomatis, ureaplasma
urealiticum.
3. Spiramicyn
Sediaan :Tablet, tablet salut selaput, kaplet, sirop
Spiramycin adalah obat antibiotik makrolid yang digunakan untuk
mengatasi sejumlah infeksi bakteri. Selain infeksi bakteri, spiramycin
juga digunakan untuk mengobati infeksi parasit Toxoplasma gondii
(toksoplasmosis) pada wanita hamil dan cryptosporidiosis pada individu
dengan daya tahan tubuh yang rendah. Namun penggunaan spiramycin
untuk mengobati cryptosporidiosis masih memerlukan penelitian lebih
lanjut. Spiramycin bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan
bakteri.

Untuk Dosis Dewasa 1-2 gr (3-6 juta unit) per hari, yang dibagi ke dalam
2 jadwal konsumsi. Untuk infeksi berat, berikan 2-2,5 gr (6-7,5 juta unit)
per hari, yang dibagi ke dalam 2 jadwal konsumsi.
Bayi dan anak-anak Anak dengan berat badan (BB) 20 kg atau lebih: 25
mg (75 ribu unit)/kgBB, dua kali sehari.
Toksoplasmosis pada Wanita hamil6-9 juta unit per hari, dibagi dalam 2-3
jadwal konsumsi.Pada bayi dan anak-anak 50 mg-100 mg/kgBB/hari, 2
kali sehari, selama 6 minggu.

4. Linkomisin

Lincomycin tersedia dalam bentuk kapsul dan obat cair. Bentuk kapsul
tersedia dengan dosis Lincomycin 250 mg dan 500 mg. Sedangkan, dalam
bentuk obat cair tersedia dengan dosis 2 ml dan 10 ml (bening atau tidak
berwarna)Lincomycin merupakan obat antibiotik yang mampu
menghambat sintesa protein bakteri. Mekanisme kerja Lincomycin dalam
menghambat sintesis protein bakteri yaitu dengan mengikat subunit
ribosom 50S yang mengakibatkan terhambatnya pembentukan ikatan
peptida. Dengan demikian, Lincomycin dapat digunakan untuk membantu
mengobati infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri. Infeksi yang
biasanya diatasi dengan obat ini, seperti selulitis dan pneumonia, serta
sebagai alternatif antibiotik bagi pasien yang alergi terhadap penicilin.

5.Klaritromisin

Klaritromisin diturunkan dari eritromisin melalui penambahan satu gugus


metal dan memiliki stabilitas asam serta absorpsi oral yang lebih baik
daripada eritromisin. Klaritromisin dan eritromisin hamper identik dalam
hal aktivitas antibakteri kecuali bahwa klaritromisin lebih aktif terhadap
mycobacterium avium kompleks. Klaritromisin lebih aktif terhadap M
leprae dan Toxoplasma godii. Streptokokus dan stapilokokus yang
resisten terhadap eritromisin juga resisten terhadap klaritromisin.
Klaritromisin 500 mg menghasilkan kadar dalam serum sebesar 2-3
mcg/ml. namun dosis yang dianjurkan adalah 250-500 mg dua kali sehari
atau 1000 mg untuk sediaan lepas-lambat sebanayak sekali sehari
BAB III

IDENTIFIKASI SENYAWA

A. Golongan Beta Laktam


1. Penisillin
a. Ampicillin
- Teteskan 0,1 ml larutan ninhidrina P 0,1% b/v di atas kertas
saring, keringkan pada suhu 105° , lapiskan 0,1 ml larutan uji
0,1% b/v. Panaskan pada suhu 105° selama 5 menit, biarkan
hingga dingin, terjadi warna lembayung muda.
- Suspensikan 10 mg dalam 1 ml air, tambahkan 2 ml larutan
kalium tembaga (III) tartrat P dan 6 ml air, segera terjadi
warna violet
b. Amoksisillin
- amoksisilin letakkan di plat tetes lalu teeskan larutan FeCl3 3%
dan amati perubahan warna yang terjadi
- amoksisilin masukan kedalam tabung reaksi kemudian
dipanaskan/dibakar dengan spiritus lalu amati perubahan bau yang
terjadi
-Amoksisillindilarutkan di dalam aseton di kaca obje k,
biarkan beberapa saat lalu tetesi a quadest,kristal diamati
dengan menggunakan mikroskop akan berbentuk kristal amorf.
- 50mg amoksisilin dilarutkan dengan 100ml aqudest kemudian 5
ml larutan ditambahkan 5ml NaOH 1N didalam erlemayer.
Campuran NaOH dan amoksisilin di diamkan selama 20 menit lalu
ditambah 1ml NaOH 1 N dan 1ml Iodin 0,1N lalu diamkan lagi
selama 20 menit dan terhindar dari cahaya. Larutan lalu di titrasi
dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,01 N hingga terjadi
perubahan warna coklat tua menjadi kuning kehijauan. Larutan
amylum ditambahkan debanyak 3 tetes agar larutan berubah
menjadi warna biru tua, titrasi dilanjutkan kembali sampai warna
larutan di erlemayer berubah menjadi putih susu. Titrasi dihentikan
dan natrium tiosulfat yang digunakan dihitung volumenya (Titrasi
Idiometri)
- 5 ml larutan amoksisilin(sama dengan titrasi iodometri) ditambah
1ml larutan iodin 0,1N, didiamkan selama 20menit terlindung dari
cahaya. Larutan tersebut kemudian dititrasi dengan menggunakan
baku natrium tiosulfat 0,01N hingga coklat tua berubah jadi kuning
kehijauan. Amylum 3% ditambah sebanyak 3 tetes hingga sampel
berwarna biru tua dan titrasi dilanjutkan sampai warna larutan
berubah menjadi putih susu setelah itu volume natrium tiosulfat
dihitung (Titrasi Blanko)

2. Sefalosporin
a. Cephalexinum
- Campur 20 mg dengan beberapa tetes asam sulfat (80 % v/v) P
yang mengandung 1% v/v asam nitrat P terjadi warna kuning
- Campur 20 mg dengan 5 tetes larutan asam asetat glasial P 1%
v/v , tambahkan 2 tetes larutan tembaga(II) sulfat P 1% b/v dan
1 tetes natrium hidroksida 2N, terjadi warna hijau zaitun

B. Golongan Makrolida
1. Erythromicyn stearat
- Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan pada
tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60C selama 3 jam dan
dilarutkan dalam kloroform P hingga kadar lebih kurang 1% dan
diukur dengan sel 1,0 mm, menunjukkan maksimum hanya pada
panjang gelombang yang sama seperti pada Eritromisin BPFII
DAFTAR PUSTAKA

Tjay, Hoan, Tan & Rahardja, Kirana. 2015. Obat-Obat Penting, edisi
ketujuh.Jakarta: PT. Elex Media Komputindo kelompok Gramedia.
Soesilo, Slamet, dkk. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Sirait, Midian, dkk. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Sirait, Midian, dkk. 2010. Informasi Spesialit Obat Volume 46. Jakarta Barat: PT. ISFI
penerbitan
Simamora, Sarmalina.2017. Penuntun Praktikum Kimia Farmasi I

Anda mungkin juga menyukai