Anda di halaman 1dari 2

A.

Pengertian Parasitologi
Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari tentang semua organisme
parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari organisme
parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes, arthropoda dan insekta
parasit, baik yang zoonosis ataupun anthroponosis. Cakupan parasitologi meliputi taksonomi,
morfologi, siklus hidup masing-masing parasit, serta patologi dan epidemiologi penyakit yang
ditimbulkannya. Organisme parasit adalah organisme yang hidupnya bersifat parasitis; yaitu
hidup yang selalu merugikan organisme yang ditempatinya (hospes). Predator adalah
organisme yang hidupnya juga bersifat merugikan organisme lain (yang dimangsa). Bedanya,
kalau predator ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari yang dimangsa, bersifat membunuh dan
memakan sebagian besar tubuh mangsanya. Sedangkan parasit, selain ukurannya jauh lebih
kecil dari hospesnya juga tidak menghendaki hospesnya mati, sebab kehidupan hospes sangat
essensial dibutuhkan bagi parasit yang bersangkutan.
Kata” parasit” berasal dari bahasa Yunani yaitu para yang bermakna disamping dan sitos
yang berarti makanan.1 Berdasarkan makna tersebut, maka parasit adalah organisme yang
kebutuhan makannya baik dalam seluruh daur hidupnya atau sebagian dari daur hidupnya
bergantung pada organisme lain. Organisne yang memberikan makanan pada parasit disebut
sebagai inang. Cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang organise parasit disebut
parasitologi.
Tujuan pengajaran parasitologi, dalam hal ini di antaranya adalah mengajarkantentang
siklus hidup parasit serta aspek epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya.Dengan
mempelajari siklus hidup parasit, kita akan dapat mengetahui bilamana danbagaimana kita
dapat terinfeksi oleh parasit, serta bagaimana kemungkinan akibatyang dapat ditimbulkannya.
Selanjutnya ditunjang oleh pengetahuan epidemiologipenyakit, kita akan dapat menentukan
cara pencegahan dan pengendaliannya.

B.Perkembangan Parasitologi
Teori heterologous, menyatakan bahwa organisme parasit semula berasal dari organisme bebas
atau organisme yang hiduonya mandiri, tetapi karena sesuatu hal maka berubah menjadi
organisme parasit. Teori lain, yaitu teori homologous, menyatakan bahwa organisme parasit
yang sekarang ini (ada), berasal dari organisme yang sejak awal mulanya memang merupakan
organisme parasit

Cacing dan serangga telah dikenal oleh nenek moyang kita sejak mereka hidup secara
nomaden. Begitu pula cacing parasit telah lama dikenal sebagai penyebab penyakit di dalam
pencernaan. Oleh sebab itu, cacing sebagai penyebab penyakit telah dikenal oleh nenenk
moyang kita jauh sebelum mereka mengenal bakteri dan protozoa. Hewan – hewan parasit
telah dikenal dan dibicarakan semenjak zaman Hippocrates ( 460-377 SM) dan Aristoteles (384-
1
322 SM) di Yunani, tetapi ilmu parasit baru berkembang setelah manusia menyadari pentingnya
ilmu tersebut di dalam pengetahuan eksekta biologi.

Diduga orang pertama yang berjasa mengembangkan ilmu parasit adalah Redi (1626-1698 M),
seorang ahli ilmu alam berkebangsaan Italia. Ia menemukan larva di dalam daging membusuk
yang kemudian menjadi lalat. Pada tahun 1752 Swammerdam dari Jerman membuktikan bahwa
kutu berasal dari telur.2 Oleh karena masih kuatnya pengaruh ajaran gereja dan dogma-dogma
lain dalam kehidupan masyarakat pada waktu itu, kedua penemu tersebut tidak berani
mengemukakan pendapatnya.

Dengan ditemukannya mikroskop oleh Antony Van Leuwenhoek (1632-1723 M) dari Belanda,
berbagai jenis hewan parasit bersel satu pun (protozoa) mulai terindentifikasi sehingga teori
abiogenesis mulai ditinggalkan. Pada tahun 1831 Mehlis mengamati proses menetasnya larva
dari telur cacing daun (Trematoda).3 Semenjak itu daur hidup berbagai parasit dapat dipelajari.
Kuchen Meister pada tahun 1852 membuktikan bahwa Cysticercus cellulosae merupakan
stadium peralihan (intermedier) dari cacing pita pada manusia. Dikemukan pula, bahwa
Cysticercus cellulosae dapat ditemukan dalam daging babi, sedangkan proses penularan oleh
cacing pita pada manusia disebabkan penderita mengomsumsi daging babi yang mengandung
cacing stadium peralihan tersebut.4 Namun demikian, pembuktian Kuchen Meister disangkal
oleh Von Siebold yang berpendapat bahwa Cysticercus merupakan cacing pita yang mengalami
degenerasi hidrophis.

Degenerasi hidrophis bisasa terdapat pada inang abnormal. Dengan demikian, pembuktian
secara eksak yang dikemukakan oleh Kuchen Meister adalah hal yang benar.

Lebih lanjut Pasteur (1822-1895 M) dari Prancis berkerja sama dengan Koch (1843-1910) dari
Jerman mengemukakan adanya penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri, kemudian keduanya
juga menyusun dasar teori kekebalan (imunologi). Dalam perkembangan lebih lanjut parasit
atau parasitologi tidak terlepas dari ilmu –ilmu eksak yang lain. Di antaranya imunologi,
biokimia, dan fisiologi.5

2
Bambang Heru Budianto, op.cit., h.6.
3
Barliah Ideham & Suhintam Pusarawati, Penuntun Praktis Parasitologi Kedokteran, Surabaya: Unair Press,
2009, h.22.
4
Ibid,
5
Ibid, h.7.

Anda mungkin juga menyukai