Anda di halaman 1dari 5

Nama : Alya Quinia Yasmine

NPM : 1911031053

Jurusan/Prodi : S1 Akuntansi

Hari/ Tanggal : Rabu/ 29 April 2020

Judul Artikel : Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia

Bangsa Indonesia sebenarnya sudah melakasanakan demokrasi jauh sebelum negara


Indonesia berdiri. Contoh kecil pelaksanaan demokrasi sendiri adalah pemilihan kepala
desa. Bangsa Indonesia lahir terlebih dahulu sebelum terbentuknya Negara Indonesia.
Soekarno menegaskan, bahwa Negara Kesatuan ialah Negara Kebangsaan. Tujuan
bangsa Indonesia adalah merdeka, dan membentuk negara memiliki satu cita-cita,
kehendak untuk mengangkat harkat dan martabat hidup rakyat Indonesia. Bangsa
Indonesia telah hidup pada kondisi tatanan kehidupan seolaholah sama dengan negara
demokrasi, ialah negara dulu terbentuk baru bangsanya dilahirkan kemudian. Sehingga
kedaulatan rakyat Indonesia yang berdasarkan prinsip musyawarah-mufakat dan
perwakilan belum mampu terealisasi. Sementara pelaksanaan demokrasi voting yang
memiliki dasar liberalisme terus bergulir. Sepertinya, kehidupan bangsa Indonesia
semakin jauh dari cita-cita sebagaimana ditegaskan dalam Konstitusi kita. Saat itu,
beberapa kali pelaksanaan demokrasi sendiri hampir gagal diterapkan di Indonesia.
Sebelum diterapkannya demokrasi pancasila, Indonesia pernah menerapkan sistem
demokrasi liberal pada tahun 1950-1959. Pada saat itu, peradaban Indonesia masih
lemah. Aliran dari sisi agama dan etnik masih kuat, persentase kaum terpelajar yang
terdidik masih amat rendah disbanding jumlah penduduk, dan ekonomi masih belum
stabil akibat perang kemerdekaan serta kesejahteraan rakyat belum baik dan sangat
tidak merata. Alhasil, demokrasi di Indonesia masih harus banyak diperbaiki. Dalam
skala besar, demokrasi memiliki tantangan tersendiri dalam pelaksanaannya. Inti dari
demokrasi adalah partisipasi rakyat dalam mengambil keputusan baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui perwakilan. Demokrasi sendiri harus kita sesuaikan
dengan kebutuhan dan disepakati bersama Indonesia sendiri menerapkan sistem
demokrasi pancasila. Apakah benar-benar sudah dijalankan ? mungkin belum
sepenuhnya sempurna sungguh-sungguh dijalankan. Karena itu merupakan kondisi ideal
yang menjadi cita-cita bersama dan tentu harus diusahakan bersama.

Berdasarkan artikel di atas, dapat kita ketahui bahwa demokrasi adalah hal yang penting
bagi suatu Negara. Istilah Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang
artinya rakyat dan cratos yang artinya pemerintahan. Pengakuan resmi bahwa Indonesia
adalah negara demokrasi terdapat pada:
1. UUD 1945 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Kedaulatan berada di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.”

2. Pancasila sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.”

Demokrasi suatu yang ideal tidak pernah tercapai. Negara yang benar-benar demokrasi
tidak ada. Bahkan negara yang menyatakan negaranya demokrasi dapat jatuh menjadi
otoriter. Demokrasi ini dipahami sebagai sikap hidup dan pandangan hidup yang
demokratis. Pemerintahan dan sistem politik tumbuh dan berkembang tidak datang
dengan sendirinya. Demokrasi membutuhkan usaha nyata dan perilaku demokratis
untuk mendukung pemerintahan dan sistem politik demokrasi. Perilaku didasarkan
nilai-nilai demokrasi dan membentuk budaya/kultur demokrasi baik dari warganegara
maupun dari pejabat negara/pemerintah yang membuatnya performed ( eksis dan tegak).

Sejak merdeka, bangsa Indonesia pernah melaksanakan tiga macam demokrasi yaitu
Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin, dan Demokrasi Pancasila.

Demokrasi Liberal (1950-1959)


Pada saat itu, konstitusi yang berlaku adalah UUDS 1950. Berdasarkan UUDS 1950,
sistem pemerintahan dan demokrasi yang diterapkan di Indonesia, yaitu sistem
parlementer dan demokrasi liberal. Artinya, kabinet yang menterinya diajukan oleh
parlemen (DPR) dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR). Dalam sistem
parlementer ini, kepala pemerintahan adalah perdana menteri dan presiden hanya
sebagai kepala negara. Masa demokrasi liberal ini membawa dampak yang cukup besar,
memengaruhi keadaan, situasi dan kondisi politik pada waktu itu.

Dampaknya, yaitu:

1. Pembangunan tidak berjalan lancar karena kabinet selalu silih berganti.

2. Tidak ada partai yang dominan maka seorang kepala negara terpaksa bersikap
mengambang di antara kepentingan banyak partai.

3. Dalam sistem multi partai, tidak pernah ada lembaga legislatif, yudikatif, dan
eksekutif yang kuat.

4. Munculnya pemberontakan di berbagai daerah (DII/TII, Permesta, APRA,


RMS).

5. Memunculkan ketidakpercayaan publik terhadap pemerintahan saat itu.

Presiden menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia membahayakan


persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Akhirnya, pada tanggal 5 Juli 1959
mengumumkan Dekrit Presiden mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya
kembali UUD 1945, serta tidak berlakunya UUDS 1950.

Demokrasi Terpimpin (1959—1966)


Demokrasi terpimpin atau demokrasi terkelola yaitu seluruh keputusan serta pemikiran
berpusat pada pemimpin negara saja. Menurut TAP MPRS No. VIII/MPRS/1965,
demokrasi terpimpin adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan yang berasaskan musyawarah untuk mufakat secara
gotong royong bagi semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan
berporoskan Nasakom. Pada saat itu, konstitusi yang berlaku adalah UUD 1945 dan
Presiden Sukarno berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan
yang berlandaskan pada sistem presidensial (presidesiil). Para menteri berada di bawah
wewenang presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
Demokrasi Pancasila (1966—sekarang)
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang merupakan perwujudan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang
mengandung semangat Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila, yaitu:

1. Persamaan hak dan kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia

2. Keseimbangan antara hak dan kewajiban

3. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggungjawab secara moral kepada Tunan


Yang Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain.

4. Mewujudkan rasa keadilan sosial.

5. Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat.

6. Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan.

7. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.

Karena pancasila adalah sebaik-baiknya ideologi. Tidak ada ideologi yang lebih tinggi
di atas pancasila. Pancasila sendiri adalah mutlak dan final sehingga tidak dapat diubah
lagi di masa yang akan datang. Demokrasi sendiri memang tidak sempurna. Tetapi
demokrasi tetap merupakan sistem yang lebih durable atau tahan lama disbanding yang
lain. Yang perlu dilakukan adalah bagaimana menjaga agar demokrasi digunakan untuk
mengutamakan keadilan sosial bagi seluruh warganya.
Referensi :

Susilo. 2019. Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandarlampung.

https://www.padamu.net/pelaksanaan-demokrasi-di-indonesia (diakses pada 30 april


2020).

https://merryanggrainiyolanda.blogspot.com/2011/06/pelaksanaan-demokrasi-pancasila-
di.html (diakses pada 30 april 2020).

Anda mungkin juga menyukai