Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMOTORAKS ( HEMATOTHORAKS)

DI SUSUN OLEH

DEVINA EKA TRISTI

(106117040)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

2020
A. DEFINISI

Akumulasi darah dalam dada, atau hemothoraks adalah masalah yang

relative umum, paling sering akibat cedera untuk struktur intrathoracic atau

dinding dada (Bararah, 2013).

Hematothoraks merupakan suatu keadaan di mana darah terakumulasi

pada rongga pleura yang disebabkan karena adanya trauma pada dada yang

menjadi predisposisi terpenting perembesan darah berkumpul di kantong

pleura tidak bisa diserap oleh lapisan pleura (Muttaqin, 2012).

Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal

darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau

pembuluh darah besar. Meskipun beberapa penulis menyatakan bahwa nilai

hematokrit minimal 50% diperlukan untuk membedakan hemothorax dari

perdarahan efusi pleura, kebanyakan penulis tidak setuju pada setiap

perbedaan spesifik (Mancini, 2015).

B. ETIOLOGI

Trauma dada kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang

akan menyebabkan rongga paksa tumpul pada rongga thorak (hemothoraks)

dan rongga abdomen. Trauma tajam dapat disebabkan oleh tikaman dan

tembakan. (Bararah, 2013).

Penyebab umum dari hemotoraks adalah trauma toraks. Hemotoraks juga

dapat terjadi pada pasien dengan defek pembekuan darah, operasi toraks atau

jantung, kanker pleura atau paru, dan tuberculosis. Selain itu, penyebab

lainnya adalah pemasangan kateter vena sentral dan tabung torakostomi.


Laporan kasus melibatkan terkait gangguan seperti penyakit hemoragik

pada bayi baru lahir (misalnya, kekurangan vitamin K), Henoch-Schönlein

purpura, dan beta thalassemia / penyakit E hemoglobin. Kongenital

malformasi adenomatoid kistik sesekali menghasilkan hemothorax (Mancini,

2015).

C. MANIFESTASI KLINIS

Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax menurut Hudak, (2009)

yaitu :

1. Temponade jantung

a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan

menembus jantung

b. Gelisah

c. Pucat, keringan dinginPeninggian TVJ (9Tekanan Vena Jugularis)

d. Pekak jantung melebar

e. Bunyi jantung melemah

f. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure

g. ECG terdapat low Voltage seluruh lead

h. Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)

2. Hematothorax

a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD

b. Gangguan pernapasan (FKUI:2005)

3. Pneumothoraks

a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas


b. Gagal pernapasan dengan sianosis

c. Kolaps sirkulas

d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara

napas yang terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali

e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik

D. PATOFISIOLOGI

Utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan untuk sebuah

ventilasipernapasan yang normal. Pengembangan dinding toraks ke arah luar

oleh otot -otot pernapasan diikuti dengan turunnya diafragma menghasilkan

tekanan negative dari intratoraks. Proses ini menyebabkan masuknya udara

pasif ke paru – paru selama inspirasi. Trauma toraks mempengaruhi strukur -

struktur yang berbedadari dinding toraks dan rongga toraks. Toraks dibagi

kedalam 4 komponen, yaitudinding dada, rongga pleura, parenkim paru, dan

mediastinum.Dalam dindingdada termasuk tulang - tulang dada dan otot -

otot yang terkait (Sudoyo, 2009).

Rongga pleura berada diantara pleura viseral dan parietal dan dapat terisi

oleh darah ataupunudara yang menyertai suatu trauma toraks. Parenkim paru

termasuk paru – parudan jalan nafas yang berhubungan, dan mungkin dapat

mengalami kontusio, laserasi, hematoma dan pneumokel.Mediastinum

termasuk jantung, aorta/pembuluh darah besar dari toraks, cabang

trakeobronkial dan esofagus. Secara normal toraks bertanggung jawab untuk

fungsi vital fisiologi kardiopulmonerdalam menghantarkan oksigenasi darah

untuk metabolisme jaringan pada tubuh. Gangguan pada aliran udara dan
darah, salah satunya maupun kombinasi keduanya dapat timbul akibat dari

cedera toraks (Sudoyo, 2009).

Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada beberapa

faktor, antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari 13 cedera,

cedera lain yang terkait, dan penyakit - penyakit komorbid yang mendasari.

Pasien -pasien trauma toraks cenderung akan memburuk sebagai akibat dari

efek pada fungsi respirasinya dan secara sekunder akan berhubungan dengan

disfungsi jantung (Sudoyo, 2009).


E. PATHWAY

Trauma tajam atau


tumpul

Thoraks

Cedera jaringan lunak,


cedera/hilangnya
kontinuitas struktur

Perdarahan jaringan interstitium,


pendarahan intra alveolar, kolaps
arteri dan arteri-arteri kecil,
hingga tahanan perifer pembulh
darah paru meningkat.

Reabsorbsi darah oleh pleura


tidak memadai/tidak optimal

Hemathoraks Akumulasi cairan


dalam kavum pleura
Ekspansi paru

Gangguan ventilasi Merangsang reseptor


nyeri pada pleura viseralis Pemasangan WSD
dan parietalis Thorakdrains
bergeser
Diskontinuitas jaringan
Ketidakefektifan
pola nafas
Merangsang reseptor
nyeri pada periver kulit
Nyeri akut
Edema tracheal/faringeal,
peningkatan poduksi
Resiko infeksi
secret dan penurunan Ketidakefektifan
kemampuan batuk efektif bersihan jalan nafas
Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Sinar X dada

Menyatakan akumulasi udara/cairan pada area Pleura. Pada kasus

trauma tumpul dapat terlihat pada foto toraks, seperti fraktur kosta atau

pneumotoraks.

2. CT scan

CT scan merupakan pemeriksaan yang cukup akurat untuk mengetahui

cairan pleura atau darah, dan dapat membantu untuk mengetahui lokasi

bekuan darah. Selain itu, CT scan juga dapat menentukan jumlah

bekuan darah di rongga pleura (Mancini, 2015).

3. Nilai AGD

Variable tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi,

gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengompensasi.

PCO2 kadang-kadang meningkat > 45. PO2 mungkin normal atau

menurun < 80, saturasi oksigen biasanya menurun.

4. USG

USG yang digunakan adalah jenis FAST dan diindikasikan untuk

pasien yang tidak stabil dengan hemothoraks minimal.

5. Cek darah lengkap

Menurunnya Hb dan hematokrit menunjukan jumlah darah yang hilang

pada hemothoraks.

6. Torakosentesis dan WSD

Menunjukkan darah/cairan serosanguinosa (hemothoraks).


7. Analisis Cairan Pleura

Pada analisis cairan pleura, setelah dilakukan aspirasi, cairan tersebut

diperiksa kadar hemoglobin atau hematokrit. Dikatakan hemotoraks

jika kadar hemoglobin atau hematokrit cairan pleura separuh atau lebih

dari kadar hemoglobin atau hematokrit darah perifer

G. KOMPLIKASI

Komplikasi dapat berupa :

a. Kegagalan pernafasan (Paru-paru kolaps sehingga terjadi gagal napas dan

meninggal).

b. Fibrosis atau skar pada membran pleura.

c. Pneumothorax.

d. Pneumonia.

e. Septisemia.

f. Syok.

H. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama terapi dari hemothoraks adalah untuk menstabilkan

hemodinamik pasien, menghentikan perdarahan dan mengeluarkan darah

serta udara dari rongga pleura. Langkah pertama untuk menstabilkan

hemodinamik adalah dengan resusitasi seperti diberikan oksigenasi, cairan

infus, transfusi darah, dilanjutkan pemberian analgetik dan antibiotik.

Langkah selanjutnya untuk penatalaksanaan pasien dengan hemothoraks

adalah mengeluarkan darah dari rongga pleura yang dapat dilakukan dengan

cara:
1. Chest tube (Tube thoracostomy drainage)

Tube thoracostomy drainage merupakan terapi utama untuk pasien

dengan hemothoraks. Insersi chest tube melalui dinding dada untuk

drainase darah dan udara. Pemasangannya selama beberapa hari untuk

mengembangkan paru ke ukuran normal.

2. Thoracotomy

Merupakan prosedur pilihan untuk operasi eksplorasi rongga dada ketika

hemothoraks massif atau terjadi perdarahan persisten. Thoracotomy juga

dilakukan ketika hemothoraks parah dan chest tube sendiri tidak dapat

mengontrol perdarahan sehingga operasi (thoracotomy) diperlukan untuk

menghentikan perdarahan. Perdarahan persisten atau berkelanjutan yang

segera memerlukan tindakan operasi untuk menghentikan sumber

perdarahan di antaranya seperti ruptur aorta pada trauma berat.

3. Trombolitik agent

Trombolitik agent digunakan untuk memecahkan bekuan darah pada chest

tube atau ketika bekuan telah membentuk massa di rongga pleura, tetapi

hal ini sangat berisiko karena dapat memicu terjadinya perdarahan dan

perlu tindakan operasi segera.

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Primer

a. Airway: Pernapasan ada, napas ronchi, cepat dan dangkal dengan RR

35x/menit, tampak gelisa dan sesak, ketidakefektifan bersihan jalan

napas.
b. Breathing: Pernapasan cuping hidung, pasien ngorok, penggunaan

otot – otot pernapasan, pasien sesak dengan RR 35x/menit, gangguan

pola napas.

c. Circulation : Ada nadi, nadi 110x/menit, TD : 120/80 mmHg, akral

teraba dingin dan tampak sianosis, gangguan perfusi jaringan

d. Disability : Penurunan kesadaran, kesadaran sopor GCS 8

(E2V2M4)

e. Exposure: Terdapat bengkak dan jejas di bagian dada sebelah kiri,

akral teraba dingin, tampak sianosis dan bagian tubuh lain nya baik.

2. Pengkajian Sekunder

Anamnesis

a. Identitas klien

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Alamat :

Agama :

Bahasa :

Status perkawinan :

Pendidikan :

Pekerjaan :

No. register :

Tanggal masuk :
Diagnosa medis :

b. Identitas penanggung jawab

Nama :

Jenis kelamin :

Alamat :

Agama :

Hubungan dengan pasien :

c. Keluhan utama

d. Riwayat kesehatan

e. Riwayat penyakit sekarang

f. Riwayat penyakit dahulu

J. PEMERIKSAAN FISIK

Primary survey
a. Airway :
Look : Dada kanan ketinggalan bernafas
Listen : Suara Nafas (+)
Feel : Hembusan nafas terasa (+)
b. Breathing :
Look : ketinggalan bernafas pada thorax dextra
Listen : kanan : menghilang ; kiri : vesikuler
Feel : kanan : beda ; kiri : sonor
c. Circulation :
Look : Perdarahan spontan (-)
Feel : Akral hangat ; Arteri radialis teraba
d. Disability:
Look : Pupil : isokor ; diameter : 3mm/3mm ; GCS : 15 (E4V5M6)
e. Exposure: Secondary survey
Secondary Survey:
a. Kepala: : dalam batas normal
b. Mata: konjungtiva palpebra (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(3mm), refleks cahaya (+/+)
c. Telinga : tidak ditemukan kelainan
d. Hidung : tidak ditemukan kelainan
e. Mulut : tidak ditemukan kelainan
f. Leher : Tidak ditemukan kelainan
g. Thorax:
Inspeksi : ketinggalan bernafas pada thorax dextra , hematom pada
punggung dextra
Perkusi : kanan : beda; kiri : sonor
Auskultasi : kanan : menghilang ; kiri : vesikuler
Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
h. Abdomen:
Inspeksi: distensi (-), jejas (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi: timpani
Palpasi: soepel, nyeri tekan (-), defens muskular (-)
i. Ekstremitas: multiple excoriated wound
K. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas

2. Nyeri Akut b.d agen injury fisik (luka insisi post pemasangan WSD)

3. Ketidakefektifan pola nafas

4. Risiko infeksi b.d diskontinuitas jaringan

L. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnose Keperawatan NOC NIC


1. Ketidakefektifan bersihan - Status pernapasan : 1. Pastikan kebutuhan
jalan napas pertukaran gas oral/suction
- Airway status 2. Auskultasi suara napas
Kriteria hasil : sebelum dan sesudah
- Suara napas bersih, suction
tidak ada sianosis, 3. Berikan oksigen
mampu bernapas menggunakan nasal
dengan mudah kanul
- Menunjukan jalan napas 4. Monitor status napas
yang pasten (irama dan oksigen
napas dalam rentang 5. Buka jalan napas
normal, tidak ada suara gunakan tekhnik chin
napas abnormal) lift
6. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi keluarkan
secret dengan cara
suction
7. Monitor respirasi dan
status oksigen
2. Nyeri Akut b.d agen Pain management
1. Lakukan pengkajian
injury fisik (luka insisi - Mampumengo
nyeri secara
ntrol nyeri
post pemasangan WSD)
komprehensif
(tahu
termasuk lokasi,
penyebab
karakteristik, durasi,
nyeri, mampu
frekuensi, kualitas dan
mengguanakan
faktor presipitasi
tehnik
2. Observasi reaksi
nonfarmakolo
nonverbal dari
gi untuk
ketidaknyamanan
mengurangi
3. Gunakan tehnik
nyeri, mencari
komunikasi
bantuan)
teraupetik untuk
- Melaporkan bahwa
mengetahui
nyeri berkurang
pengalaman nyeri
dengan
pasien
menggunakan
4. Kaji kultur yang
manajemen nyeri
mempengaruhi
- Mampu mengenali
respon nyeri
nyeri
5. Evaluasi
(skala,intensitas,frek
pengalaman nyeri
uensi dan tanda
masa lampau
nyeri)
Evaluasi bersama
- Menyatakan rasa nyaman
pasien dan tim
setelah nyeri berkurang
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
Analgesic administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2. Cek intruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
7. Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
3 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi factor

nafas keperawatan diharapkan penyebab kolaps:

pola nafas kembali efektif trauma, infeksi

dengan kriteria hasil : komplikasi mekanik

1. Keluhan sesak nafas pernafasan.

berkurang 2. Observasi TTV

2. Menunjukkan jalan 3. Kaji kualitas,

nafas yang paten frekuensi, dan

3. Nafas ringan, tidak kedalaman nafas,

nyeri saat Dan vocal

melakukan aktifitas fremitus laporkan

setiap perubahan
yang terjadi

4. Auskultasi bunyi

nafas

5. Baringkan klien

dalam posisi yang

nyaman, atau

dalam posisi duduk

bantu pasien untuk

control diri dengan

menggunakan

pernafasan lebih

lambat atau dalam.


4 Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda dan

diskontinuitas jaringan keperawatan diharapkan gejala infeksi

tidak ada tanda-tanda sistemik dan local

infeksi dengan kriteria 2. Monitor tanda-tanda

hasil: vital

1. Pasien bebas dari 3. Bersihkan

tanda dan gejala lingkungan pasien

infeksi 4. Cuci tangan setiap

2. Menunjukkan sebelum dan

kemampuan untuk sesudah tindakan

mencegah timbulnya keperawatan

infeksi 5. Anjurkan pasien


untuk istirahat yang

cukup

6. Anjurkan untuk

masukan nutrisi

yang cukup

DAFTAR PUSTAKA

Dave Lloyd, MD. Thoracic Trauma,


www.doh.wa.gov/hsqa/emstrauma/OTEP/thoracictrauma.ppt
Muttaqin, Arif 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika
Stanford Trauma Service Housestaff Manual Avaible from :
http://scalpel.stanford.edu/ICU/Stanford%20Trauma%20Service%20rev%204-
05.pdf
Mancini MC. 2015. Hemathorax [internet]. [cited 2016 March 1st]. Avaible from :
http://emedicine.medscape.com/article/2047916
Bararah, Taqiyah (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Untuk Perawat
Profesional. Jakarta : Prestasi Pustaka Jakarta

Anda mungkin juga menyukai